Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ADAPTASI SISTEM URINARIA PADA MASA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH
TIM SISTEM URINARIA

GITA TRIANASARI (616080619008)


MAULINDA ARYANI (616080619012)
RATIKA LELO YASINTA (616080619019)
SITI NURASIA (616080619024)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA BUNDA PERSADA
BATAM
2019
KATA PENGANTAR
‫الرحيم الرحمن هللا بسم‬

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Adaptasi Sistem Urinaria ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Batam, 31 januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Masalah ................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 4
A. Definisi sistem urinaria .................................................................... 4
B. Anatomi sistem urinaria ................................................................... 4
C. Fisiologi sistem urinari ..................................................................... 8
D. Adaptasi sistem urinaria pada kehamilan ......................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................... 18
A. Kesimpulan ...................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urine adalah zat cair buangan yang terhimpun didalam kandung kemih
dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih. Pembentukan urine
bertujuan untuk mempertahankan homeostatis dengan mengatur volume dan
komposisi darah. Proses ini meliputi pengeluaran larutan sampah organik
produk metabolisme.

Produk sampah yang perlu mendapat perhatian adalah urea, kreatinin, dan
asam urat. Produk sampah ini larut dalam aliran darah, dan hanya dapat
dibuang bersama dengan dilarutkannya urine. Pembuangan bahan-bahan
sampah ini bersamaan dengan hilangnya air dalam tubuh.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).

Secara umum, sistem urinaria berhubungan dengan organ yang


memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urine pada manusia. Sistem ini
meliputi organ ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.
Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama
untuk mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan mengekresikan urine


yang asam atau basa. Pengeluaran urine asam akan mengurangi jumlah asam
dalam cairan ekstrasel, sedangkan pengeluaran urine basa berarti
menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.

1
Banyak faktor yang mempengaruhi volume serta kualitas urin serta
kemampuan klien untuk berkemih, yaitu diet dan asupan makanan, respon
keinginan awal untuk berkemih, gaya hidup, stress psikologis, tingkat
aktivitas, tingkat perkembangan serta kondisi penyakit. Hal ini juga dapat
menyebabkan beberapa perubahan tersebut dapat terjadi bersifat akut dan
kembali pulih/reversible ataupun dapat pula terjadi perubahan yang bersifat
kronis serta tidak dapat sembuh kembali/ireversibel (Smeltzer, 2001; Perry
dan Potter, 2005).

Terjadinya perubahan eliminasi urin juga dapat terjadi pada wanita yang
sedang mengalami kehamilan. Kehamilan merupakan suatu peristiwa alamiah
yang akan dialami oleh setiap wanita. Seorang wanita atau ibu dinyatakan
hamil akan mengalami beberapa perubahan baik itu perubahan fisiologis
maupun psikologis. Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa
kehamilan dapat dikenal dengan tanda kehamilan.

Perubahan fisiologis tersebut meliputi perubahan pada sistem reproduksi


dan payudara, dimana terdiri dari perubahan pada uterus, ovarium, vagina dan
vulva, serta payudara. Perubahan yang terjadi pada sistem tubuh secara umum
yaitu meliputi perubahan sistem kerdiovaskular, perubahan sistem endokrin,
perubahan sistem respiratori, perubahan sistem gastrointestinal, perubahan
sistem skeletal, serta perubahan sistem urinaria (Siswodarmo, 2008).

Perubahan sistem urinaria dan ginjal cukup banyak terjadi pada ibu hamil,
dimana kecepatan filtrasi dari glomerolus dan aliran darah renal meningkat
sampai 50% sebagai akibat dari kenaikan cardiac output. Terjadi pula sedikit
hidronefrosis atau hidroureter, hal bisa dikarenakan menurunnya tonus otot
atau adanya tekanan dari uterus yang membesar pada kandung kemih. Fungsi
ginjal ini berubah akibat adanya hormon kehamilan, peningkatan volume

2
darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan (Verralls, 2003;
Siswodarmo, 2008; Thadhani, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi sistem urinaria
2. Anatomi sistem urinaria
3. Bagaimana fisiologi sistem urinaria
4. Bagaimana adaptasi sistem perkemihan pada kehamilan
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan definisi sistem urinaria
2. Menjelaskan anatomi sistem urinaria
3. Menjelaskan mengenai fisilogi sistem urinaria
4. Menjelaskan bagaimana adaptasi sistem urinaria pada kehamilan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Urinaria
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan atau biasa juga
disebut Urinary System adalah suatu sistem kerjasama tubuh yang memiliki
tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis.
Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
B. Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
a) Fungsi ginjal
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion

4
3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
4) Fungsi hormonal dan metabolisme, 5) Mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
b) Strutur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum
adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masingmasing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus
ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari :
1) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah
yang melewatinya
2) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
3) Tubulus, terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Tubulus proksimal

5
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi
bahanbahan dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan
ke dalam cairan tubuli.
b. Ansa henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri
dari pars descendens yaitu bagian yang menurun 27 terbenam
dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang
naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle
mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen
tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen
tebal. Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari
cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan
tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme
konsentrasi dan dilusi urin.
c. Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
4) Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan
nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam
pelvis ginjal.
5) Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor).
Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke
dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah
yang masuk ke ginjal.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.

6
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
d. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari:
1) Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2) Tunika muskularis (lapisan berotot).
3) Tunika submukosa.
4) Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-
kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1) Urethra pars Prostatica.
2) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa).
3) Urethra pars spongiosa. Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm
(Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding urethra
terdiri dari 3 lapisan:

7
1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra
menjaga agar urethra tetap tertutup.
2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah
dan saraf.
3) Lapisan mukosa.
5. Urine
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan(intake) cairan dan faktor lainnya.
2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5) Berat jenis 1,015-1,020.
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member
reaksi asam).
7) Komposisi air kemih, terdiri dari
8) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
9) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea
amoniak ,Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan
sulfat.
10) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
11) Toksin
C. Fisiologi sistem perkemihan
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa
meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300
ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi

8
musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan
segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia
menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila
rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi
relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan
kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai
berikut :
1. Membukanya meatus intemus.
2. Erubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas urethra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal meningkat
7. Pembukaan sphincter extemus
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang
bekerja di bawah pengendalian secara volunteer
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir
2. Vesica urinaria tertarik ke atas
3. Urethra memanjang
4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan
kontraksi.
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus
kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara
otomatis. Fungsi sistem homeostatis urinaria:
1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya air
yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan rennin.

9
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium,
klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol kadar ion
kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hydrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
6. Mekanisme pembentukan urine Dari sekitar 1200ml darah yang melalui
glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah
melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart.
Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar
sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih
1) Tahap – tahap Pembentukan Urine :
a. Prosesfiltrasi Terjadi di glomerolus,
proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan
aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa,
air, 32 sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara

10
aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
pupila renalis.
c. Augmentasi(Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion
Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari
tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa
ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika
kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra. Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi
utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes,
tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak
mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
2) Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250
cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya
akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf
tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan

11
dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial
dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung
kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih.
Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis
superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk
anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju
duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. Jadi,reflex mikturisi
merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari:
1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif.
2. Periode tekanan menetap.
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
4. Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.
Pusat – pusat ini antara lain:
1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama
terletak di ponds, dan beberapa pusat yang terletak korteks serebral
yang terutama bekerja menghambat tetapi dapat menjadi perangsang.
2. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih,
tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai
pengendali akhir dari berkenmih sebagai berikut:
a. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan
refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
b. pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika
refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus
menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai
mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
c. Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu untuk mencetuskan refleks

12
berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat sfingter
eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara
berikut: Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot –
otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung
kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga
meregangkan dindingnya.
3) Urine (Air Kemih) Mikturisi ( berkemih)
merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat
persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ
yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. Rata-rata
dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk.
Warnanya bening oranye, pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
1. Sifat – sifat air kemih
a. Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya
(intake) cairan serta faktor lainnya.
b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan
sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau
amoniak.
e. Baerat jenis 1.015 – 1.020. - Reaksi asam bila terlalu lama akan
menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi
alkalis dan protein memberi reaksi asam).

13
2. Komposisi air kemih Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan
sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah
atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat
menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat. Komposisi air kemih :
1. Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air.
2. Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea,
amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
4. Pigmen (bilirubin, urobilin)
5. Toksin
6. Hormon

14
D. Sistem perkemihan pada kehamilan
Pada saat peningkatan penyaringan darah pada ibu dan janin ginjal
dan ureter tidak dibuat bekerja dengan ekstra. Ureter dan ginjal dibuat
menjadi dilatasi karena pelistaltik uretra menurun dan mengakibatkan gerakan
urin menuju kandung kemih lebih lambat. Statis urin ( adanya benda asing )
meningkatkan kemungkinan pielonefritis ( infeksi ginjal ).
Suplai darah ke kandung kemih meningkat pada awal kehamilan, dan
perbesaran uterus menekan kandung kemih hal tertsebut yang membuat
meningkatknya proses berkemih. Mendekati kelahiran janin turun lebih
rendah ke pelvis dan lebih menekan kandung kemih sehingga proses berkemih
pun lebih meningkat.
Proses perubahan sistem perkemihan pada ibu hamil :
1. TRIMESTER I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan,
sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya
kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada
kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi
glomerulus(glomerular filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal meningkat
pada kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga
mengekskresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya
hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas
fisik dan asupan makanan. Sejak minggu ke 10 gestasi, pelvis ginjal dan
ureter berdilatasi.
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya
bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada
wanita yang tidak hamil. Ureter berdilatasi, perubahan fungsi ginjal
selama kehamilan mungkin dipengaruhi oleh hormon maternal dan
plasenta termasuk Adenocortikotrofik Hormonal (ACTH), ADH (Anti

15
Deuretik Hormon, Aldostro ,Aldosteron, Kortisol,HCS(Human
ChorionicSomatotropin)) dan hormon Tiroid. Filtrasi glomerulus
meningkat sekitar 50% selama kehamilan peningkatannya dari awal
kehamilan relatif yang tinggi sampai aterm dan akan kembali normal pada
20 minggu postpartum.Glukosuria pada kehamilan tidak selamanya
abnormal, hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan
kortikosteroid. Bila sering terjadi harus diwaspadai terjadi diabetes
mellitus. Peningkatan glukosa ini juga mempermudah terjadinya infeksi
pada saluran perkemihan. Protein urine secara normal diekskresikan 200-
300 mg/hari, bila melebihi 300 mg/hari maka harus diwaspadai terjadinya
komplikasi.
2. TRIMESTER II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai
berkurang, karena ureter mulai keluar dari uterus. Pada trimeser kedua,
kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kearah
abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini
membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.
Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang sama, pembesaran
uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. TRIMESTER III
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan
mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan
metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal
kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran

16
uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah
kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu
menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat
laju aliran urine.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Pada saat fisiologi sistem perkemihan
vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanan
biasanya volume urine kira-kira 300ml. Dan pada saat sistem perkemihan pada
kehamilan peningkatan penyaringan darah ibu dan janin , ginjal dan ureter tidak
bekerja secara ekstra, uretra dan ginjal dibuat menjadi dilatasi karena pelistaltik
uretra menurun dan mengakibatkan urine menuju kandung kemih menjadi lambat.
Jika adanya benda asing meningkatkan kemungkinan infeksi ginjal, suplai darah
ke kandung kemih meningkat pada awal kehamilan dan perbesaran uretus
menekan kandung kemih hal itu membuat meningkatnya proses berkemih.
Trimester I: Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan sehingga
sering sekali kencing. Trimester II : Kandung kencing tertekan oleh uterus yang
membesar mulai berkurang karena ureter mulai keluar dari uterus kandung kemih
tertarik ke atas dan keluar dari panggul sejati uretra memanjang sampai 7.5 cm
karena kandung kemih bergeser. Trimester III : Pada akhir kehamilan kepala janin
sudah mulai turun ke pintu atas panggul (PAP) keluhan untuk buang air kecil
akan sering timbul karena kandung kemih sudah mulai tertekan kembali.
B. Saran
Saran saya adalah sebaiknya mahasiswa dapat memahami tentang sistem
perkemihan pada ibu hamil, karena sistem perkemihan berpengaruh pada
kehamilan sehingga banyak pasien yang sering mempertanyakan tentang
perkemihan dan jika kita mengetahui tentang perkemihan akan memudahkan kita
juga saat memberikan asuhan kepada ibu hamil

18
DAFTAR PUSTAKA.
1. JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman
126
2. http://eprints.stikesaisyiyah.ac.id/504/1/MODUL%20PRAKTIKUM%20ANA
TOMI%20SISTEM%20URINARIA%20%282%29.pdf
3. https://books.google.co.id/books?id=dpdF9nPItewC&printsec=frontcover&hl
=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

19

Anda mungkin juga menyukai