Anda di halaman 1dari 13

URGENSI INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU

PARAMETER PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


Disusun untuk Memenuhi tugas Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibimbing oleh Ibu Seli Septiana Pratiwi

Disusun oleh:
Kelompok 2 / Offering C5
Asha Nabila Putri Y. 180341617537
Cynthia Putri Yuwana 180341617578
Damaris Hasanta Fadlika R. 180341617597
Gracia Filia Mulyono 180341617552
Sherina Nabila Wina P. 180341617594

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan juga waktu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Urgensi
Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa”
selesai dengan lancar dan tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu
Seli Septiana Pratiwi selaku pembimbing mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dan juga
sumber belajar mengajar di dalam perkuliahan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang
konstruktif dan logis untuk membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Malang, 12 Februari 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
2.1 Konsep Integrasi Nasional .................................................................3
2.2 Sumber Historis Tentang Integrasi Nasional .....................................3
2.3 Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional.....................................5
2.4 Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional ..............................................7
BAB III PENUTUP ................................................................................................9
Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan, suatu negara selalu dihadapkan pada upaya dalam
menyatukan keragaman orang - orang ada di dalamnya agar memiliki rasa
persatuan, keinginan untuk bersatu dan secara bersama bersedia membangun
kesejahteraan untuk bangsa. Suatu negara tidak akan terbentuk jika orang – orang
yang ada di dalam negara tersebut tidak dapat bersatu, tidak memiliki perasaan
sebagai satu kesatuan dan tidak bersedia mengikatkan diri sebagai satu bangsa.
Oleh karena itu, suatu bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yaitu
integrasi nasional.
Indonesia sebagai negara kesatuan dengan keragaman budaya, ras, suku
bangsa, agama, kepercayaan, bahasa daerah dan lain-lain, tentunya tak luput dari
berbagai macam perbedaan. Hal yang menyebabkan bangsa Indonesia tetap utuh
dan bersatu adalah hubungan antar kebudayaan yang terjalin dalam bingkai
”Bhinneka Tunggal Ika”. Sebuah negara atau bangsa yang mampu membangun
integerasi nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa-
bangsa yang ada di dalamnya. Persatuan dan kesatuan inilah yang disebut
integerasi nasional yang merupakan salah satu tolak ukur persatuan dan kesatuan
bangsa.
Integrasi nasional penting adanya dalam mempertahankan keutuhan suatu
negara. Integrasi nasional merupakan wujud kepedulian warga negara terhadap
keutuhan negaranya. Integrasi nasional penting untuk ditanamkan pada setiap
warga negara karena hal tersebut sangat penting dan dibutuhkan untuk
membangun kejayaan bangsa dan negara sehingga integrasi nasional perlu
senantiasa diupayakan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep integrasi nasional?
2. Bagaimanakah integrasi nasional ditinjau dari sumber historis?
3. Bagaimanakah dinamika dan tantangan integrasi nasional?
4. Mengapa diperlukan integrasi nasional?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami konsep Integrasi Nasional
2. Dapat mengetahui sumber historis tentang Integrasi Nasional
3. Dapat mengetahui dinamika dan tantangan Integrasi Nasional
4. Dapat mengetahui esensi dan urgensi Integrasi Nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Integrasi Nasional


Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional.
Integrasi sendiri berasal dari Bahasa Inggris yaitu integrate yang memiliki arti
menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan. Pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara Antropologi Integrasi Nasional secara
antropologis ini berarti bahwa proses penyesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam
kehidupan masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan dengan para ahli yaitu
Integrasi nasional menurut Ramlan Subakti (2010) merupakan suatu proses
penyatuan sosial budaya dari berbagai kelompok dalam satu wilayah yang
memiliki identitas. Sedangkan menurut Djuliati Suroyo (2002) integrasi nasional
merupakan penyatuan bangsa yang menempati suatu wilayah dalam negara yang
berdaulat.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa integrasi nasional
merupakan proses penyatuan perbedaan yang ada di suatu negara untuk
memperoleh keselarasan.integrasi nasional ini diperlukan agar suatu negara dapat
sejalan dalam mencapai tujuan. Untuk Indonesia sendiri, integrasi nasional ini
sangat penting mengingat Indonesia memiliki wilayah yang berupa kepulauan
dengan beragam perbedaan suku, budaya, agama, bahkan bahasa daerah.

2.2 Sumber Historis Tentang Integrasi Nasional


Integrasi Nasional di Indonesia ternyata sudah mulai berkembang sebelum
Indonesia merdeka (Sutoyo,2002). Terdapat tiga model perkembangan Integrasi
Nasional di Indonesia yaitu model integrasi imperium Majapahit, model integrasi
kolonial, dan model integrasi nasional Indonesia. Untuk itu kelompok kami akan
membahas perbedaan ketiga model Integrasi Nasional tersebut.
1. Model Integrasi Imperium Majapahit

3
Imperium berarti Kemaharajaan, dalam hal ini, kemaharajaan berstruktur
konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan.
Contohnya seperti wilayah jawa yang dipimpin langsung oleh raja. Konsentris
kedua merupakan wilayah di luar pulau jawa yang merupakan kerajaan otonom.
Contohnya seperti mancanegara dan daerah pesisir. Konsentris yang ketiga adalah
negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan
dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja, dan Ayudyapura yang sekarang
menjadi Thailand.
2. Model Integrasi Kolonial
Mengingat Indonesia pernah dijajah oleh Hindia belanda pada abad XX
hindia belanda mampu menguasai Indonesia dan membangun integrasi wilayah
dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari
pegawai Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat.
Dalam model integrasi kolonial ini tidak menyatukan keragaman bangsa tetapi
hanya menciptakan kekuasaan tunggal terhadap kolonial.
3. Model Integrasi Nasional Indonesia
Model integrasi ini muncul sejak Indonesia menyatakan diri merdeka, yaitu
pada tahun 1945. Pada awalnya Indonesia masih mengikuti model kolonial tetapi
ada beberapa hal yang diganti sehingga menciptakan model kedua, yang isinya
lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung
pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan penguasaan
wilayah. Setelah itu Indonesia yang mulai kuat membentuk Integrasi model
ketiga, yaitu dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa
Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang
baru atau kesadaran kebangsaan yang baru. Tidak berselang lama muncul
integrasi nasional Indonesia yang ditandai dengan tumbuhnya kesadaran
berbangsa, khususnya bagi orang-orang yang berpendidikan saat itu. Dampak dari
hal itu adalah para pemuda terdidik atau terpelajar mampu mendirikan organisasi-
organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan,
politik, ekonomi perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini
mulai menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus

4
berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat
dengan bangsa lain.
Dalam sejarahnya proses penanaman kesadaran berbangsa melalui beberapa
tahap, antara lain:
1. Masa Perintis, adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Ditandai dengan berdirinya
pergerakan Budi Utomo yaitu 20 Mei 1908
2. Masa Penegas, adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada
diri bangsa Indonesia. Ditandai dengan adanya sumpah pemuda pada 28
Oktober 1928
3. Masa Percobaan, dimulai sejak Indonesia melalui organisasi pergerakan yang
saat itu adalah Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1938 meminta
kemerdekaan pada Belanda.
4. Masa Pendobrak, pada masa itu semangat dan gerakan kebangsaan mampu
mendobrak Indonesia keluar dari belenggu penjajahan pada 17 Agustus 1945.

2.3 Dinamika Integrasi Nasional


Sejak kita bernegara tahun 1945, upaya membangun integrasi secara terus-
menerus dilakukan. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi
yang terjadi di Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman
waktu itu.
Dinamika integrasi nasional di Indonesia sejak kita bernegara tahun 1945,
upaya membangun integrasi secara terus menerus dilakukan. Terdapat banyak
perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika
integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu. Dinamika itu bisa kita
contohkan peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi sebagai berikut :
a. Integrasi bangsa, tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil
secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali
bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus
disintegrsai yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.

5
b. Integrasi wilayah, melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,
pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar
laut teritorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Dengan deklarasi ini
maka terjadi integrasi wilayah terioritas Indonesia. Wilayah Indonesia
merupakan satu kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau,
tetapi menjadi penghubung pulau-pulau di Indonesia.
c. Integrasi nilai. Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integrasi ?
jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai
nilai integrasi terus menerus dilakukan, misalnya melalui kegiatan pendidikan
pancasila baik dengan maka kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di
sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013
terdapat mata pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, pancasila sebagai nilai
bersama dan sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda.
d. Integrasi elit-massa dinamika integrasi elit massa ditandai dengan seringnya
pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya
mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi
nasional.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif). Mewujudkan perilaku integratif
dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan
termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-
orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang
teratur, sistematis dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus
1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke 2 tanggal 19
Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas.

6
2.4 Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional
Masyarakat dengan integrasi yang baik adalah harapan bagi setiap bangsa.
Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi suatu bangsa
untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Bila
masyarakat di suatu negara selalu mengalami pertentangan dan konflik, maka
akan banyak kerugian yang didapatkan, baik kerugian berupa fisik material
maupun kerugian mental dan spiritual seperti perasaan kekhawatiran, cemas,
ketakutan serta tekanan mental yang berkepanjangan.
Integrasi masyarakat memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan
sepenuhnya, karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi
juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan,
kebutuhan untuk bekerja sama, serta konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat, merupakan potensi dalam membentuk integrasi. Namun sebaliknya
perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan budaya,
perbedaan agama, serta perbedaan kepentingan merupakan potensi yang dapat
menimbulkan konflik, terlebih apabila perbedaan itu tidak disikapi dengan cara
yang tepat. Walapun demikian dalam kondisi apapun, integrasi masyarakat
merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan untuk membangun
kejayaan bangsa dan negara sehingga perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan
dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan untuk membangun
kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang bersangkutan.
Berikut adalah beberapa faktor yang memicu pertentangan dalam masyarakat:
a. Faktor Amarah
b. Faktor biologis
c. Faktor kesenjangan generasi
d. Lingkungan
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa:
a. Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke
b. Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara

7
c. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional
d. Kekayaan budaya bangsa Indonesia merupakan hasil pembangunan.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Integrasi Nasional merupakan proses penyatuan perbedaan yang ada di suatu
negara untuk memperoleh keselarasan.integrasi nasional ini diperlukan agar suatu
negara dapat sejalan dalam mencapai tujuan.
2. Terdapat tiga model perkembangan Integrasi Nasional di Indonesia yaitu model
integrasi imperium Majapahit, model integrasi kolonial, dan model integrasi
nasional Indonesia.
3. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di
Insonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi
yaitu integrasi wilayah, integrasi bangsa, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan
integrasi tingkah laku.
4. Dalam kondisi apapun, integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat
penting dan dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara sehingga
perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.

9
DAFTAR RUJUKAN

Al Hakim, 2001. Jurnal Pendidikan dan Kewarganegaraan. Edisi Khusus Okt.


Lab. PPKn Universitas Negeri Malang.

Arfani, RN. 2001. “Integrasi Nasional dan Hak Azasi Manusia” dalam Jurnal
Sosial Politik. UGM ISSN 1410-4946. Volume 5, Nomor 2, November
2001 (253-269).

Budimansyah, Dasim dkk. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan . 2016 . Pendidikan


Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi . Jakarta : Kemenristekdikti RI

Bakry, Noor. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Riyanto, Astim. 2006. Negara Kesatuan. Bandung: Yapemdo.

Sanusi, A. 2006. Model Pendidikan Kewarganegaraan Menghadapi Perubahan


dan Gejolak Sosial. Bandung : CICED.

10

Anda mungkin juga menyukai