Anda di halaman 1dari 11

BAB III

METODE

3.1 Jenis Studi


Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif, dengan metode
pendekatan fenomenologi yaitu suatu pendekatan untuk melihat bahwa kenyataan
bukanlah seperti apa yang tampak, tetapi kenyataan ada di masing-masing kepala
individu. Pendekatan fenomenologi akan membantu untuk memasuki sudut pandang
orang lain, dan berupaya memahami bagaimana mereka menjalani hidupnya dengan
cara tertentu, serta pemahaman bahwa realitas masing-masing individu itu berbeda.
Penggunaan pendekatan ini untuk dapat menggambarkan diagnosis komunitas di
Wilayah Puskesmas Rawat Inap Kemiling.

3.2 Waktu dan Lokasi


Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Puskesmas Rawat Inap Kemiling tepatnya
di Desa Sumber Rejo Kemiling dengan jangka waktu dari tanggal 20 Desember 2019
- 3 Januari 2020.

3.3 Informan Penelitian


Pemilihan informan penelitian ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip
kesesuaian (apprpriateness) dan kecukupuan (adequancy). Adapun karakteristik
informan wawancara mendalam sebagai berkut:
1. Pasien yang terkena penyakit dan telah didiagnosis secara klinis terkena skabies.
2. Teman pasien yang tinggal satu kamar dengan pasien.
3. Teman dekat pasien yang sering berkunjung kekamar pasien yang tidak
terdiagnosis secara klinis terkena infestasi skabies
4. Tetangga sekitar kamar pasien.
Adapun diagnosis skabies ditegakan dengan berpandu kepada buku ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2012.

Tabel 2. Metode pengambilan data


Tempat
Informan Tehnik Jumlah Kriteria
Wawancara
Pasien Indepth 1 Seseorang yang sudah Rumah Pasien
interview didiagnosis terkena penyakit
skabies
Keluarga Indepth 1 Orang yang tinggal serumah Rumah Pasien
pasien interview dengan pasien dan
menderita skabies
Tetangga Indepth 1 Tetangga yang tinggal Rumah tetangga
rumah interview disekitar rumah pasien dan pasien
dengan menderita skabies
scabies
Tetangga Indepth 1 Tetangga yang tinggal di Puskesmas
rumah interview sekitar rumah pasien yang Kemiling
dengan anggota keluarganya
scabies didiagnosis skabies
Pegawai Indepth 1 Seseorang yang bekerja di Puskesmas
di bagian interview bagian sanitasi Puskesmas Kemiling
Sanitasi Kemiling
Puskesmas

3.4 Cara Pengumpulan Data


Data primer didapatkan dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara
yaitu mendiagnosis skabies pada masyarakat desa Sumber Rejo dan wawancara
mendalam (indepth interview) kepada informan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit skabies serta menganalisis pola penularan yang
terjadi. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengarahkan diagnosa informan.
Wawancara, pemeriksaan fisik, dan diagnosa dilakukan di Puskesmas Kemiling dan
rumah informan.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap, yaitu dengan skrining skabies
pada masyarakat di desa Sumber Rejo. Kegiatan dilaksanakan selama satu minggu.
Setelah ditemukannya masalah utama yaitu beberapa keluarga yang menderita
skabies. Dilakukan wawancara mendalam dengan memilih informan penelitian
secara purposive.

2. Indepth Interview
Untuk memperoleh data dan untuk menggali emosi serta pendapat dari subjek
terhadap suatu masalah penelitian, peneliti menggunakan metode indepth
interview yang diakukan oleh peneliti pada seluruh informan. Kerangka pedoman
wawancara berupa wawancara mendalam, sehingga dapat menelaah masalah
skabies secara menyeluruh. Berikut ini adalah kerangka pertanyaan mengenai
penyakit skabies di masyarakat desa Sumber Rejo
1. Pengetahuan informan mengenai penyakit skabies.
2. Perilaku dalam mencegah terjadinya penyakit skabies.
3. Perilaku warga tentang perilaku hidup bersih sehat.
4. Perilaku warga dalam mengobati penyakit skabies.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data


Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data yaitu alat tulis, note
book, lup, senter dan kamera. Data hasil pengamatan, wawancara, dan pemeriksaan
fisik umumnya langsung kami tulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan
singkat. Tulisan-tulisan singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk .field
note. yang lebih rinci dan lengkap. Alat perekam tidak digunakan dalam
pengumpulan data, untuk menghindarkan kecemasan atau kecanggungan informan
dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Data yang
pertama ingin kami telusuri adalah berkaitan dengan pengetahuan dan sikap informan
dalam menangani skabies. Sedangkan data tindakan pencegahan penyakit skabies
lebih banyak diperoleh dengan metode pengamatan terhadap keadaan lingkungan
puskesmas dan sekitar tempat tinggal pasien.
3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit skabies di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Kemiling, dilakukan dengan cara menarasikan hasil
wawancara mendalam dan hasil pengamatan ke dalam bentuk field note. Atau catatan
lapangan yang mudah dipahami dan dimengerti.

3.7 Langkah Diagnosis Komunitas


3.7.1. Pertemuan awal untuk menentukan permasalahan
1. Membentuk Tim Pelaksana untuk mengidentifikasi masalah yang ada.
Tim ini terdiri dari dokter puskesmas, pemegang program, surveilans,
sanitarian, promkes, laboratorium.
2. Mendiskusikan secara bersama permasalahan yang ada yaitu di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling untuk mencari penyebab masalah dan
menetapkan alternatif pemecahan masalah.
3. Melakukan skrining pada seluruh informan untuk menegakkan diagnosa.
4. Ditetapkanlah prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk
memecahkannya.

3.7.2 Mengumpulkan data dari masyarakat


Data primer dikumpulkan dari wawancara serta pemeriksaan fisik.

3.7.3 Menganalisa dan menyimpulkan data


Data yang telah dikumpulkan dilakukan validasi data. Untuk menjaga validitas
data maka dilakukan triangulasi. Triangulasi adalah pendekatan multimetode
yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik
sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
pandang. Pada penelitian ini dilakukan metode triangulasi sumber, dengan
melihat masalah dari sudut pandang informan yang berbeda.
a. Identifikasi masalah
1. Identifikasi masalah di awali dengan menilai status kesehatan
masyarakat desa Sumber Rejo. Dilakukan penegakan diagnosis skabies
pada seluruh santri dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Selanjutnya, dilakukan wawancara mendalam kepada empat informan
yang dipilih secara purposive. Wawancara dilakukan pada tempat dan
waktu yang tentative sehingga diharapkan informasi dan emosi
informan dapat digali sebanyak mungkin.
3. Koding data, hasil wawancara mendalam dilakukan koding data.
Koding data bertujuan untuk menelaah jawaban-jawaban yang telah
dipaparkan informan.
4. Triangulasi, data hasl koding yang didapat dilakukan triangulsi metode
untuk menjaga validitas satu sama lain.
5. Setelah didapatkan data dari informan. Dilanjutkan dengan
menentukan prioritas masalah dengan metode USG (urgency,
seriousness and growth)

b. Menentukan prioritas penyebab masalah


Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi
secara bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas
Rawat Inap Kemiling. Selain itu adanya kemungkinan masalah-
masalah tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya dan bila
diselesaikan salah satu masalah yang dianggap paling penting, maka
masalah lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, ditetapkanlah
prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk memecahkannya

c. Membuat kerangka konsep dari masalah


Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut,
maka dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk
menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi
yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input,
proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka
konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.

d. Identifikasi penyebab masalah


Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep selanjutnya
akan diidentifikasi. Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan
membandingkan antara tolak ukur atau standar komponen-komponen input,
proses, lingkungan dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Bila
terdapat kesenjangan, maka ditetapkan sebagai penyebab masalah yang
diprioritaskan tadi.

e. Membuat alternatif pemecahan masalah


Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa
alternatif pemecahan masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah
tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah
identifikasi sebelumnya.
BAB IV

PROFIL KOMUNITAS

4.1 Profil Komunitas Umum


4.1.1 Data Demografis
Puskesmas Rawat Inap Kemiling merupakan salah satu produk penting dari
Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas juga merupakan sarana untuk memantau
dan mengevaluasi pencapaian program kegiatan kesehatan yang telah
dilaksanakan. UPT Puskesmas Rawat Inap Kemiling berdiri sejak tahun 1958
bertempat di Kelurahan Sumberejo Kemiling Kec.Tanjungkarang Barat.
Puskesmas Rawat Inap Kemiling didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Bandar Lampung Nomor 05 tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung.

Desa Sumberejo merupakan salah satu dari empat desa/kelurahan yang termasuk
ke dalam wilayah kerja Puskesmas Kemiling. Desa sumberejo memiliki luas
wilayah 257,4 Km2 dengan jumlah penduduk 12.124 jiwa. Desa sumberejo
merupakan salah satu desa yang memiliki jarak tempuh ke fasilitas kesehatan
(Puskesmas Kemiling) terdekat dibandingkan dengan tiga desa lainnya.

4.1.2 Sarana Kesehatan Komunitas


Sarana dan prasarana kesehatan di masyarakat desa Sumber Rejo adalah
Puskesmas. Desa Sumber Rejo berada di wilayah kerja Puskesmas Kemiling.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas,
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
Kemiling sudah merupakan puskesmas yang terakreditasi, sehingga sarana dan
prasarananya telah lengkap.

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan


Setiap desa memiliki satu puskesmas pembantu (Pustu) dan satu pos kesehatan
keluarga (Poskeskel). Dimana pos kesehatan tersebut berfungsi untuk menunjang
dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih
kecil, serta jenis dan kompetensi pelayananan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan tenaga kesehatan. Pengetahuan tentang suatu penyakit yang
terdapat dalam lingkungan masyarakat di dapatkan secara langsung dari program
penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas Kemiling.

4.2 Data Kesehatan Masyarakat Komunitas


Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 1
disebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat.

Sarana dan prasarana merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sarana dan prasarana yang
terdapat di Puskesmas Rawat Inap Kemiling terbagi dalam peralatan non medis
dan peralatan medis. Peralatan medis yang dimiliki oleh Puskesmas Rawat Inap
Kemiling adalah diagnostik set; peralatan untuk pemeriksaan kesehatan gigi,
peralatan untuk pelayanan persalinan, pelayanan kontasepsi atau bidan kit,
peralatan untuk pemeriksaan laboratorium sederhana

Sedangkan peralatan non medis yang dimiliki oleh Puskesmas Rawat Inap
Kemiling adalah perlengkapan meubel berupa kursi, lemari dan meja, Satu Unit
Mobil Ambulance, Tiga buah speda motor, Satu buah genset, Satu unit pesawat
telepon + speedy (Internet), Enam unit TV, CCTV 8 titik, AC 6 buah, Dua buah
kulkas Vaksin, Tiga buah kulkas Rumah tangga, Lima unit computer,
Speaker/TOA 1 buah dan Satu unit Tape recorder untuk penyuluhan. Sarana
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Kemiling dapat dilihat pada
tabel 3.

Tabel 3. Data Sarana Kesehatan Tahun 2017


Keadaan
No Sarana Jumlah Rusak Rusak Rusak
Baik
Ringan Sedang Berat
1 Gedung Puskesmas 1 1 0 0 0
2 Pos Kesehatan Desa 4 4 0 0 0
3 Pos Pelayanan terpadu balita 25 25 0 0 0
4 Pos Pelayanan terpadu 0
6 6 0 0
Lanjut Usia
5 Kendaraan roda 4 1 1 0 0 0
6 Bidan Praktik Swasta 5 5 0 0 0
7 Klinik Pratama Rawat Jalan 1 1 0 0 0
8 Klinik Pratama Rawat Inap 0 0 0 0 0
9 Dokter praktik swasta 3 3 0 0 0

Data kesehatan kejadian skabies di Puskesmas Kemiling belum dapat disajikan


secara sistematis dikarenakan pendataan yang kurang adekuat. Diperkirakan
jumlah kejadian skabies di Puskesmas Kemiling meliputi 3-5 kasus perbulan.
Terapi yang diberikan Puskesmas Kemiling terhadap penyakit skabies berupa
pemberian permetrin 5% serta edukasi langsung kepada pasien dan melakukan
penjemuran kasur secara berkala. Dari kegiatan skrining kesehatan kulit yang
dilakukan didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 4. Skrining Kesehatan Kulit


No Jenis Penyakit Jumlah Penderita
1. Skabies 30
2. Dermatitis Kontak Alergi 2
3. Dermatitis Kontak Iritan 3
4. Dermatitis Atopi 5
5. Tinea Corporis 7
6. Tinea Cruris 2
7. Neurodermatitis 6
8. Impetigo 16
9. Varicella 13
10. Prurigo 5

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
1. Masalah komunitas yang terjadi di lingkungan Puskesmas Kemiling
merupakan penyakit skabies yang berulang di masyarakat. Hal ini disebabkan
oleh perilaku masyarakat yang memungkinkan tingginya penularan penyakit
skabies diantaranya adalah penggunaan handuk bersama dan jarang
mengganti seprai.
2. Prioritas penyebab masalah yang paling utama setelah diidentifikasi adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit skabies.
3. Alternatif pemecahan masalah antara lain melakukan pembentukan kader di
setiap posyandu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit skabies dan membuat jadwal penjemuran kasur dan karpet minimal
1 kali setiap 2 minggu serta membentuk program kerja tambahan di
Puskesmas tentang penyakit skabies.
4. Advokasi yang dilakukan adalah mengajukan pembentukan kader penyakit
skabies di setiap posyandu kepada kepala Puskesmas.

6.2 Saran
1. Membentuk kader di setiap posyandu untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit skabies.
2. Menjadwalkan kegiatan menjemur kasur setiap dua minggu sekali.
3. Membentuk program kerja tambahan di Puskesmas tentang penyakit skabies.
DAFTAR PUSTAKA

1. Badri, M. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali


Songo Ngabar Ponorogo. Media Litbang Kesehatan. 7(2). 20-7

2. Boediardja S. 2003. Skabies pada Bayi dan Anak. Editor: Boediardja S,


Sugito T, Kurniati D, Elandari. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

3. Brown R.G., Burns T. 2002. Lecture Notes Dermatology. Edisi ke- 8.


Jakarta: Penerbit Erlangga. pp: 42-47

4. Burns DA. Diseases Caused by Arthropod and Other Noxious Animals. In:
Burns T, Breathnac S, Cox N, and Griffiths C, ed. Rook’s Textbook of
Dermatology. 7th ed. Oxford: Blackwell; 2004.p. 33.37-33.46.

5. Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. (ED). 2000. Parasitologi


Kedokteran. Jaakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. pp: 264-266.

6. Handoko R.P. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 122- 125

7. Handoko R.P., 2009. Skabies. In: Djuanda A., Hamzah M., and Aisah S.
Ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta: 122-125.

8. Meinking TL, Burkhart CN, Burkhart CG. and Elgart G. Infections,


Infestations, and Bites. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, and Rapini RP, ed.
Dermatology. 2nd ed. New York: Elsevier; 2008.p. 1291-5.

9. Orkin M. and Maibach HI. Ectoparasitic Disease. In: M. Orkin., H.I.


Maibach., and M.V. Dahl, ed. Dermatology. 1st ed. Connecticut:
Appleton & Lange; 1991.p.205-9.

10. Weller R, Hunter J, and Savin J. Infestations. In: Weller R, Hunter J, and
Savin J, ed. Clinical Dermatology. 4th ed. Oxford: Blackwell; 2008.p.
262-6
11. Stone SP, Goldfarb JN, and Bacalieri RF. Scabies, Other Mites, and
Pediculosis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ, ed. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th
ed. New York: Mc-Graw Hill; 2008.p. 2029-32.

12. Puskesmas Kemiling. 2019. Buku Profil Puskesmas Tahun 2019. Bandar
Lampung: Puskesmas Kemiling.

Anda mungkin juga menyukai