TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Antenatal Care
Antenatal care (ANC) adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui
serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Ada 6 alasan penting
untuk mendapatkan asuhan antenatal yaitu:6
a. Membangun rasa saling percaya antara pasien dan petugas kesehatan
b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilan nya
d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
Dalam Bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal yang
diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1,K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal
dilakukan sekali kunjungan hingga usia 28 minggu, sekali kunjungan antenatal
selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan di atas 36 minggu.6
Dalam pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data pasien dan
keluaranya serta pemeriksaan fisik dan obstetric seperti di bawah ini:6
1. Identifikasi dan Riwayat kesehatan
a. Data umum pribadi: Nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami,
lamanya menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
b. Keluhan saat ini: jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu,
lamanya mengalami gangguan tersebut
c. Riwayat haid: hari pertama haid terakhir (HPHT), usia kehamilan
dan taksiran persalinan
3
4
Asam folat
Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam
folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan
oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. kekurangan
asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu
hamil.
2.2 Stunting
2.2.1 Definisi
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima
tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya.1Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang
berada di bawah minus duastandar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO
child growth standard.7
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi stunting balita di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 36,4%.
Artinya lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami masalah gizi di
mana tinggi badannya di bawah standar sesuai usianya. Prevalensi stunting balita
Indonesia terbesar kedua di kawasan Asia Tenggara yaitu setelah Negara Laos
yang mencapai 43,8%. Namun, berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017,
balita yang mengalami stunting tercatat sebesar 26,6%. Angka tersebut terdiri
dari 9,8% masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek. Berdasarkan
RISKESDAS tahun 2013, teterdapat 15 kabupaten/kota dengan prevalensi
stunting di atas 50%.8
2.2.3 Indikator Stunting
Tinggi badan menurut umur (TB/U) merupakan indikator untuk
mengetahui seorang anak stunting atau normal. Tinggi badan merupakan ukuran
antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi
badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yangpendek. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lampau serta erat
kaitannya dengan sosial ekonomi.7,9
7
Pada waktu lahir, panjang badan bayi rata-rata adalah 50 cm, tinggi badan
75 cm dicapai pada usia 1 tahun, 85 cm pada usia 2 tahun dan 100 cm yaitu 2 kali
panjang lahir dicapai pada usia 4 tahun, dan pada usia 6 tahun tingginya
berkisar130 cm. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersama dengan
pertumbuhan umur. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan
tampak pada saat yang cukup lama.7,9,10
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stunting.
1. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. Bayi yang lahir
8
hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, buang air besar
dijamban, tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.2,7
4. Pola Asuh
Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak. Pola
asuh ini termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi,
penimbangan, pengobatan,pemukiman yang layak, higiene perorangan,
sanitasi lingkungan, sandang dan rekreasi.11 Pola asuh yang memadai pada
bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak terpenuhi
secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi yang baik berupa
pemberian ASI, pemberian makanan pendamping ASI tepat waktu dan
bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak berumur 2 tahun, ibu
punya cukup waktu merawat bayi, imunisasi dan memantau pertumbuhan
melalui kegiatan penimbangan.11
2.2.5 Dampak Stunting
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO
2013membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri
dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting
adalah di bidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan
morbiditas, di bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif,
motorik, dan bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran
untuk biaya kesehatan. Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang
di bidang kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk
obesitas dan komorbidnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, di bidang
perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang
ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.7,9,12
2.3 Pencegahan Stunting
Kualitas ANC dan kunjungan ANC yang kurang, berisiko enam kali lebih
besar untuk melahirkan bayi BBLR, dimana BBLR merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya stunting.13 Stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis
yang melibatkan kondisi ibu atau calon ibu, masa bayi dan balita. Upaya
pencegahan stunting dapat dimulai pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK),
yaitu ibu hamil, ibu dengan anak usia 0-12 bulan, dan ibu dengan anak usia 13-24
10
bulan karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pertama
setelah bayi dilahirkan.14 Selama 1000 HPK anak membutuhkan gizi dan
stimulasi. Gizi adalah zat-zat yang dibutuhkan anak agar sistem tubuhnya dapat
berfungsi secara baik, dan terpelihara kesehatannya.stimulasi adalah pemberian
rangsangan untuk mendorong anak agar dapat mencapai tahapan perkembangan
sesuai usianya. Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan
stimulasi yang baik dalam waktu yang laman, anak akan berisiko mengalami
stunting dan gagal tumbuh dan berkembang.14
Pemenuhan gizi selama hamil dan menyusui di dukung oleh ayah,
keluarga besar serta tenaga kesehatan. Selama hamil, sebaiknya mengonnsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat, sekperti nasi, kentang, singkong dan
umbi-umbian. Mengkonsumsi makanan tinggi protein untuk pertumbuhan otak
janin, tiga porsi setiap hari, seperti, daging ayam, daging merah, ikan, tempe, dan
tahu. Mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat yang penting dalam
pembentukan sistem saraf pusat dan mencegah kelainan bawaan seperti telur,
kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.Makanan yang mengandung iodium
untuk memperkecil risiko keguguran, persalinan prematur, dan kelainan
bawaan.Sumber iodium banyak pada keju, yoghurt, ikan, garam beriodium dan,
telur. Mengkonsumsi tablet besi minimal 90 tablet, vitamin c dan menghindari
Rokok.14