Anda di halaman 1dari 8

HAKIKAT METODE DAN ALAT PENDIDIKAN ISLAM

(Metode dan Alat Pendidikan Islam dalam Proses Pembelajaran di Madrasah Diniyah
Wustho Al-Ishlah Tritunggal Babat Lamongan)

Asrori
MPAI Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
asrory31@gmail.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan metode dan alat
pendidikan Islam dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyah, peningkatan prestasi
atau hasil belajar siswa menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran di
madrasah. Penelitian ini menggunakan analisis Kualitatif melalui analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Penelitian dilakukan terhadap guru Madrasah Diniyah Wustho Al-
Ishlah Tritunggal Babat Lamongan, untuk kebutuhan penelitian alat pengumpulan data
menggunakan angket, data penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan
analisis korelasi, dari penelitian ini didapati bahwa metode dan alat pembelajaran dan
hasil belajar siswa berada dikategori medium, serta terhadap hubungan yang kuat antara
metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, dengan demikian maka dapat
dikatakan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan adanya penggunaan
metode pembelajarna yang tepat dan baik oleh guru dalam proses pembelajaran di
madrasah.

Kata kunci: metode, alat, pendidikan islam, proses pembelajaran, madrasah diniyah

A. Pendahuluan
Madrasah diniyah merupakan salah satu Pendidikan Islam yang memfokuskan
pendidikan berbasis agama yang banyak dijumpai di lingkungan pondok pesantren,
namun seiring dengan kebutuhan zaman madrasah diniyah mulai berkembang di
wilayah pedesaan dan perkotaan. Keberadaan madrasah diniyah semakin dibutuhkan
tidak lepas karena keinginan dan respon masyarakat terhadap kebutuhan pelajaran
agama yang lebih dalam karena dirasa pelajaran agama di lembaga formal belum
mampu memenuhi kebutuhan akan penguasaan terhadap materi agama.
Eksistensi madrasah dari masa ke masa semakin diakui oleh pemerintah dan
masyarakat. Sebelum lahirnya UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, madrsah Diniyah
(MADIN) dikenal sebagai Madrasah (Haidar Daulay, 2009: 21). Urgensi keberadaan
madrasah memberikan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama.
Dalam perkembangannya telah membawa ke arah pembaharuan dalam Pendidikan
Islam. Keberadaan madrasah diniyah yang semakin berkembang secara kuantitas
jumlah ternyata belum mampu berimbas pada sisi kualitas pembelajaran, ini bisa
dilihat dari kebanyakan madrasah diniyah yang metode dan alat pembelajarannya
masih menggunakan cara klasikal tanpa adanya upaya peningkatan dalam proses
pembalajarannya. Metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam sekolah, khususnya
bagi pembelajaran di dalam kelas (Trianto, 2010). Hal ini yang mendorong penulis
untuk mencoba mengembangkan metode dan alat pendidikan islam dalam rangka
upaya peningkatan proses pembelajaran di madrasah diniyah.
Setiap proses pembelajaran wajib menggunakan metode-metode pembelajaran
agar pembelajaran tersebut dapat maksimal (Roestiyah, 2001). Penggunaan metode
dan alat pendidikan yang tepat akan mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, guru atau ustadz harus mampu menggunakan metode dan alat pendidikan
islam yang tepat guna tercapainya proses pembelajaran di madrasah diniyah.
Sebaliknya, ketidaktepatan metode dan alat pendidikan dapat menghambat dan
mempengaruhi proses pembelajaran yang berakibat pada hasil pembelajaran.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Ari
Kunto, 2006: 10)
Penelitian dilakukan di Madrasah Diniyah Wustho Al-Ishlah Tritunggal Babat
Lamongan. Subyek penelitian adalah guru di Madrasah Diniyah Wustho Al-Ishlah
Tritunggal Babat Lamongan. Perolehan data-data dalam penelitihan dilakukan dengan
beberapa teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu proses yang kompleks yang disengaja dan dilakukan
secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan
mencakup suatu fenomena atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan
sehari–hari untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik
lain.1
Observasi dilakukan pengamatan secara langsung dengan terjun ke lokasi
penelitian di Madrasah Diniyah Wustho Al-Ishlah Tritunggal Babat Lamongan.
Observasi bertujuan mengetahui metode dan alat pendidikan islam yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyah Wustho Al-Ishlah Tritunggal
Babat Lamongan.

2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.2
Wawancara dilakukan terhadap guru dengan menggunakan indikator yang
sama dengan observasi. Wawancara bertujuan mengetahui keefektivan metode dan
alat pendidikan Islam dalam proses pembelajaran di Madrasah Diniyah Wustho Al-
Ishlah Tritunggal Babat Lamongan.

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hal. 203
2
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 180
C. Landasan Teori
1. Pengertian Metode dan Alat dalam Pendidikan Islam
Proses pembelajaran agar menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah
tujuan yang di cita-citakan membutuhkan metode dan alat yang tepat dalam
pelaksanaannya. Baik dan sempurnanya pendidikan islam, ia tidak akan berarti apa-
apa, manakalah metode atau cara yang digunakan tidak tepat dalam mengajarkan
kepada peserta didik. Ketidaktepatan tersebut secara praktis akan menghambat
proses belajar mengajar yang berakibat pada keefektivan pembelajaran.
Secara bahasa metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa
kata yaitu meta (melalui) dan hodos (jalan), yang berarti ”jalan yang dilalui”.
(Muzayyin Arifin, 2010: 89)
Dalam bahasa Arab metode diungkapkan dalam berbagai kata. Terkadang
digunakan kata al-thariqah, Manhaj, dan al-Wasilah. Al-thariqah berarti jalan,
Manhaj berarti sistem, dan al-Wasilah berarti perantara atau mediator. Dengan
demikian, kata arab yang dekat dengan arti metode adalah Al-thariqah. (Ramayulis,
2001: 77). Menurut Arsyad Azhar (2003: 3) media adalah perantara (wasail) atau
pengantar pesan.
Metode adalah syarat untuk efesieansinya aktivitas kependidikan islam. Hal
ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan
pendidikan islam itu akan tercapai secara tepat guna manakalah jalan yang
ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.3
Sedangkan pengertian metode pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh
Al-Syaibaniy (1979: 553) yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan
oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya,
ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Selanjutnya, jika metode dikaitkan dengan filsafat pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai jalan atau cara untuk dapat memecahkan problematika
pendidikan umat Islam dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas
terhadap pelaksanaan pendidikan umat islam.4
Sedangkan alat pendidikan ialah tindakan atau perbuatan atau situasi atau
benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat
pendidikan ternyata mencakup pengertian yang luas, termasuk ke dalamnya alat
yang berupa benda maupun yang bukan benda. Alat pendidikan yang berupa benda
seperti ruangan kelas, perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini biasanya
disebut sebagai alat peraga, sedangkan yang berupa bukan benda dapat berupa
situasi pergaulan, perbuatan, teladan, nasehat, bimbingan, contoh, teguran, anjuran,
ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun hukuman yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. (Sutari Imam Bernadib, 1994)

3
Al-Rasyidin, Filsafat pendidikan islam, (Jakarta:Ciputat Press, 2005). 65
4
Zakiah Daradjat, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,1984), hlm. 125
Jenis dari alat tidak hanya berupa benda (material) tetapi juga yang bukan
benda (non material). Menurut Zakiah Dradjat, alat berupa benda meliputi: media
tulis atau cetak seperti al-Qur’an, Hadis, fiqh, dan sebagainya; benda-benda alam
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, zat padat, zat cair, zat gas, dan
sebagainya; gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik; gambar yang dapat
diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti televise, video foto, slide, dan
sebagainya; audio recording seperti tape, piringan hitam, radio, dan sebagainya
yang semuanya diwarnai dengan ajaran agama.
Adapun alat yang berupa non-benda, dapat berupa perintah dan larangan,
keteladanan, ganjaran dan hukuman, dan sebagainya. Alat yang berupa non-benda
ini sama dengan metode, karena metode dapat disebut juga sebagai alat pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, alat tujuan pendidikan islam mencakup apa saja yang
dapat digunakan untuk tujuan pendidikan islam termasuk di dalamnya metode
pendidikan Islam. Alat pendidikan Islam mencakup segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam perkembangannya agar
menjadi manusia yang berkepribadian muslim yang diridhai Allah swt dan tidak
bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits. Oleh karenanya, alat pendidikan islam
harus sesuai Al-Qur’an dan Hadits tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
Ayat yang berhubungan dengan metode dan alat pendidikan islam adalah Surat
Al-Isra’ ayat: 84
َ ‫قُ ْل ُك ٌّل َي ْع َم ُل َعلَى شَا ِكلَ ِت ِه فَ َربُّ ُك ْم أ َ ْعلَ ُم ِب َم ْن ه َُو أ َ ْهدَى‬
‫س ِبيال‬
Artinya: Katakanlah: “tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”.
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dari penjelasan ayat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
perbuatan manusia berbeda sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing,
sama halnya dalam pendidikan islam dalam proses pembelajaran pasti mengalami
perubahan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing.
Maka sesuai dengan fungsi metode dan alat dalam pendidikan Islam adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

2. Metode dan Alat dalam Proses Pembelajaran


Tujuan penggunaan metode dan alat yang tepat adalah bagaimana untuk
memperoleh keefektifan dari proses pembelajaran. Terdapat beberapa macam
metode yang digunakan dalam pendidikan Islam. Penggunaan metode dalam proses
pembelajaran adalah bagaimana pendidik harus mampu membimbing,
mengarahkan, dan membina anak didik menjadi seseorang yang mampu bersikap
dewasa dalam kepribadian dan menjadi manusia yang matang. (Al-Rasyidin, 2009:
72).

Dalam penggunaan metode dan alat pendidikan islam, perlu melihat semua aspek
dalam proses pembelajaran baik dari aspek pendidik maupun anak didik. Diantaranya:
a) Pendidik dalam penggunaan metode harus mampu membimbing, mengarahkan, dan
membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan
kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai ajaran islam
dalam dirinya.
Pengajar dengan metodenya juga harus dapat menanamkan pengertian dan
kemampuan memahami, menghayati, dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diajarkan kepada anak didik sehingga ia menjadi manusia yang dewasa dalam ilmu
pengetahuanya.
b) Anak didik yang tidak hanya menjadi obyek pendidikan atau pengajaran, melainkan
juga menjadi subjek yang belajar, memerlukan suatu metode belajar agar dalam
proses belajarnya dapat searah dengan cita-cita pendidikatau pengajarnya.

Metode pendekatan dalam pendidikan anak yang dianggap baik oleh ibnu khaldun
adalah yang bersifat psikologis. Misalnya mengajarkan Al-Quran kepada anak harus
diakhirkan setelah mengajarkan bahasa Arab dan sastra atau berhitung, karena bagi anak
mempelajari Al-Quran lebih sukar dari pada bahasa Arab dan berhitung,meskipun
kebiasaan umum di khawatirkan bahaya lain yaitu kemungkinan anak mudah tergoda
untuk mengabaikan pelajaran Al-Quran.5
Prinsip-prinsip metodologis yang disarankan ibnu Khaldun.6yaitu:
a) Hendaknya tidak memberikan pelajaran tentang hal-hal yang sulit kepada anak didik
yang baru mulai belajar.
b) Anak didik diajarkan tentang masalah yang sederhana yang dapat ditangkap oleh akal
pikiranya, baru kemudian secara bertahap dibawa kepada hal-hal yang lebih sukar.
Tidak memberikan ilmu yang melebihi kemampuanya akal pikiran anak didik.
Menurut Abdurrahman An-Nahlawi, metode yang paling penting dalam
pendidikan islam,7 yaitu:
1. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi. Meliputi dialog khithabi dan
ta’abbudi, dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, dan dialog
nabawi;
2. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.
3. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi.
4. Mendidik dengan memberi teladan
5. Mendidik dengan membiasaan diri dan pengalaman.
6. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah (peringatan)

5
Muzayyin Arifin,filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). 97
6
Muzayyin, Arifin,filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). 97

7
Al-Rasyidin,filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). 73
7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)
Pendapat Omar Mohammad al-Toumy Al-Syaibany, yang lebih diarahkan kepada
penggunaan metode pendidikan islam secara formal,8 adalah:
1. Metode induksi (pengambilan kesimpulan)
Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta
dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan.
Metode ini mulai dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai
kepada undang-undang umum. Metode ini dapat digunakan pada berbagai ilmu
yang mejadi tumpuan perhatian pendidikan Islam. Misalnya, nahwu, saraf, fiqhi,
hitungan, teknik, fisika, kimia dan dalam berbagai ilmu yang lain. Metode ini
telah digunakan oleh pendidik-pendidik dan cerdik pandai Islam.
2. Metode perbandingan (Qiyasiah)
Metode ini berbeda dengan metode induktif, dimana perpindahan menurut
metode ini dari yang umum kepada yang khusus, dari keseluruhan kepada
bagian-bagian yang kecil, dimana disebutkan prinsip umum dahulu, kemudian
diberi contoh-contoh dan perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-
prinsip umum tersebut. Metode perbandingan dapat digunakan pada pengajaran
sains dan pelajaran-pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan fakta-fakta umum yang dibawahnya termasuk bagian-bagian dan masalah
cabang. Dapat juga dipakai dalam mengajarkan bahasa, baik sastra atau nahwu,
sejarah, saraf dan lain-lain
3. Metode kuliah
Dengan mengutarakan sepintas lalu tentang perkara-perkara penting yang ingin
dibicarakan. Kemudian menjelaskan dengan terperinci tentang perkara-perkara
yang
disimpulkannya pada permulaan kuliahnya. Pelajar-pelajar mengikuti dengan
mendengar dan mencatat apa yang difahami dari kuliah itu, untuk dipelajari
sekali lagi dengan cara masing-masing.
4. Metode Dialoq dan perbincangan.
5. Metode Lingkaran (Halaqah)
6. Metode Riwayat
Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh pendidik
Islam. Hadits, bahasa dan sastera Arab termasuk ilmu-ilmu Islam, dan segi-segi
pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan metode ini. Tentang hadits
Nabi, sahabat-sahabat Nabi SAW meriwayatkan apa yang didengarnya dari
beliau tentang hukum-hukum petunjuk, atau pekerjaan-pekerjaan dan keadaan
disaksikan dan dilaksanakan
7. Metode Mendengar
8. Metode Membaca
9. Metode Imla’ (mencatat apa yang didenga)
10. Metode Hafalan

8
Al-Rasyidin,filsafat pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). 74
11. Metode Pemahaman (memahami suatu wacana yang sedang dikaji)
1. Metode lawatan untuk menuntut (pariwisata)
Metode lawatan adalah berkunjung kesuatu tempat untuk mencari ilmu atau
biasa disebut dengan Studi Banding
Daftar Pustaka

Al-Rasyidin. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.


Al-Syaibani, O. (1979). Falsafah Pendidikan. Terj. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, M. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Azhar Arsyad. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Daulay, Haidar Putra. (2001). Historisitas dan Efisiensi Pesantren sekolah dan Madrasah.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Kerlinger, Fred N. (2010). Asas-asas Penelitian. Jakarta: MTD Training.
Kunto Ari. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyana Deddy (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ramayulis. (2007). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Roestiyah, NK. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sutari Imam Bernadib. (1994). Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi
Offset.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana.
Zakiah Daradjat, dkk. (1984). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai