Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH KERJASAMA INTERNASIONAL

Nama : Efty Tri Nandari


NIM : 17416244018
Jurusan : Pendidikan IPS FIS UNY
Kelas : B 2017
Tugas : Kerjasama Internasional

DosenPengampu : Dr. Taat Wulandari

1. Perlukah suatu negara melakukan kerjasama ekonomi internasional? Mengapa


demikian?
Dalam bernegara suatu negara tidak bertahan sendiri, terutama pada era revolusi
Industri 4.0 yang menyebabkan dunia terasa sempit. Akibat dari hal tersebut dunia
internasional berubah secara politik, ekonomi, sosial dan tentu dalam teknologi digital.
Oleh karenanya hubungan internasional suatu negara menjadi hal yang penting, agar
dapat bertahan dan memperoleh kesejahteraan. Begitu pula dengan Indonesia.
Tujuan Kerjasama Internasional :
a. Mencukupi kebutuhan masyarakat masingmasing negara
b. Mencagah/menghindari konflik yang mungkin terjadi
c. Memperoleh pengakuan sebagai negara merdeka
d. Mempererat hubungan antar negara

2. Carilah contoh bantuan internasional yang diterima Indonesia dari luar negeri dan
berilah analisis anda mengenai bantuan tersebut mengenai dampaknya bagi Indonesia
baik dampak positif maupun negatifnya!
Jawab :
BANTUAN LUAR NEGERI JEPANG – INDONESIA ODA (OFFICIAL
DEVELOPMENT ASSISTANCE)
Bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai bantuan ekonomi dari satu negara ke
negara lain, yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam
keadaan darurat atau untuk membiayai dan mempromosikan pembangunan ekonomi
(Basharat, 2014:94).
Bantuan internasional bukan hanya diberikan oleh negara kaya kepada negara miskin,
tetapi ada beberapa negara yang mendapatkan bantuan akibat hal yang tidak terduga
seperti bencana. Bencana sendiri merupakan kejadian yang sejatinya tidak diinginkan
oleh setiap individu maupun kelompok. Setiap negara pasti memiliki beberapa titik
rawan bencana, termasuk indonesia. Indonesia sendiri telah mengalami bencana alam
yang dapat merugikan masyarakat. Salah satunya bencana yang sempat membuat dunia
merasa iba dan prihatin yaitu bencana Tsunami Aceh.
Fenomena bencana tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 telah meluluh-
lantahkan sebagian besar wilayah Nanggroe Aceh Darussalam menjadi tsunami
dengan korban jiwa terbanyak dan kerusakan terparah sepanjang sejarah peradaban
manusia. Peristiwa ini menimbulkan simpati dari dunia internasional, termasuk
Jepang.
Pemerintah Jepang mengimplementasikan pemberian bantuan kemanusiaan dalam
bentuk hibah non-proyek untuk bencana tsunami yang melanda Aceh pada akhir
2004 di bawah skema ‘Others’ dalam kerangka ODA.
Pada 27 Desember 2004, pemerintah Jepang memberikan bantuan darurat berupa
in kind dengan total nilai 26 juta yen, berupa tenda, selimut, dan genset. Jepang
juga memberikan ODA bantuan kemanusiaan dalam bentuk hibah non-proyek pada
17 Januari 2005 sebesar 14,6 milyar yen untuk korban bencana tsunami dan gempa
bumi Aceh dan Nias.
Jepang juga memberikan pinjaman senilai 640 juta dolar untuk rekonstruksi
pembangunan pasca tsunami Aceh di tahun 2006. Selain itu, Jepang memberikan
pinjaman pada 29 Maret 2007 sebesar 11,6 juta yen untuk Proyek Rekonstruksi
Aceh, yang diwujudkan untuk membangun infrastruktur di Aceh pasca tsunami.
Selain itu, pemerintah Jepang juga membuka kantor ad hoc kedutaan Jepang di Banda
Aceh pada awal Februari 2005 yang dilakukan untuk mempermudah koordinasi
dan kerjasama dalam menyalurkan bantuan untuk korban bencana tersebut.
a. Motif Ekonomi
Pertama, stabilitas dan perdamaian di wilayah Aceh merupakan hal yang esensial
bagi aktivitas ekonomi Jepang. Sebesar 99% kebutuhan impor minyak dan 70%
kebutuhan impor bahan pangan Jepang diakomodasi melalui jalur pelayaran laut.
Stabilitas kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia menjadi hal yang esensial
bagi Jepang. Hal ini dikarenakan 90% impor energi Jepang dari Timur Tengah,
dan impor komoditas pangan Jepang yang berasal dari Australia dikirimkan
melewati perairan Selat Malaka, Selat Lombok, dan Selat Sunda. Letak Provinsi
Aceh yang strategis merupakan jalur utama pelayaran kapal-kapal Jepang yang
mengangkut hasil migas dari Aceh untuk diekspor ke Jepang, di mana 80%
dari impor migas Jepang akan melewati perairan Selat Malaka.Oleh karenanya
keamanan jalur pelayaran di Selat Malaka merupakan hal yang esensial bagi
Jepang, di mana hal ini akan memastikan economic security, keamanan energi, serta
keamanan bagi warga negara Jepang sendiri.

b. Motif Politik
motif lain yang mendasari pemberian bantuan luar negeri adalah motif dan
kepentingan politik, di mana kebijakan pemberian bantuan luar negeri yang
dimiliki oleh suatu negara seringkali memang disusun untuk menjadi instrumen
utama negara donor untuk mencapai kepentingan politik.
peranan Jepang sebagai donor ODA tidaklah murni merupakan tindakan altruisme
Jepang, melainkan dilatar belakangi atas motivasi bahwa terciptanya perdamaian
dan stabilitas di negara berkembang akan berdampak positif terhadap keamanan
ekonomi Jepang.
Pemberian bantuan luar negeri dilihat sebagai alat kebijakan luar negeri untuk
menghimpun dukungan dari negara penerima bantuan yang memiliki peranan
penting bagi Jepang, sekaligus menunjukkan kepemimpinan Jepang di tataran
internasional. Jika dikaitkan dengan kebijakan ODA yang tercantum dalam
ODA Charter yang telah direvisi, pemberian bantuan ODA kini ditekankan
untuk turut berkontribusi dalam upaya penciptaan stabilitas dan perdamaian
dunia, sekaligus memastikan keamanan dan kepentingan Jepang di masa
mendatang. Pemberian ODA kemudian dilihat sebagai kebijakan yang tepat
untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat internasional terhadap
posisi Jepang, sekaligus mengakomodasi penekanan pemerintah Jepang untuk
berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dunia.

A. Dampak Positif
B. Dampak Negatif
3. Manakah yang lebih banyak dirasakan oleh negara Indonesia sebagai negara
berkembang saat melakukan kerjasama ekonomi internasional, apakah dampak positif
atau negatifnya yang lebih banyak?
Jawab : Sebagai negara berkembang, Indonesia telah menjalin beberapa kerjasama
Internasional. Kerjasama internasional sendiri banyak bentuknya, dari mulai kerjasama
bidang pendidikan, sosial, budaya hingga ekonomi.
Kerjasama ekonomi internasional sejatinya memberikan dampak positif yaitu sebagai
berikut :
a. Meningkatkan Keuangan Negara
b. Membantu Meningkatkan Daya Saing Ekonomi
c. Meningkatkan Investasi
d. Menambah Devisa Negara
e. Memperkuat Posisi Perdagangan
Dampak Negatif :
a. Ketergantungan dengan Negara Lain
b. Intervensi Asing Terhadap Kebijakan Ekonomi Indonesia
c. Masuknya Tenaga Asing ke Indonesia
d. Mendorong Masyarakat Hidup Konsumtif

Selain itu adapun dampak positif bagi perekonomian Indonesia :

a. Memperkuat posisi perdagangan suatu negara


b. Membantu meningkatkan daya saing ekonomi
c. Menjalin hubungan dagang yang adil dan transparan
d. Persengketaan diselesaikan dengan mekanisme yang jelas

Dampak Negatif bagi perekonomian :

Selain ada dampak positif, ternyata adapun dampak negatif bagi perekonomian negara
berkembang. Berdasarkan penelitian dari Mitra dan Hossain pada tahun 2013 juga
menunjukkan bahwa setiap 1% bantuan luar negeri yang diberikan maka memberikan
pengaruh penurunan sebesar 0.51% pada pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulannya, dampak yang lebih banyak dirasakan oleh Indonesia yaitu dampak
positif, selanjutnya apabila kerjasama masih dilakukan hingga saat ini maka kerjasama
ekonomi memberikan dampak yang baik bagi negara Indonesia atau negara yang
melakukan hubungan kerjasama ekonomi internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Hossain, Basharat. 2014. ―The Effect of Foreign Aid on the Economic Growth of Bangladesh.
Journal of Economic and Development Studies, Vol 2 No.2.

Anda mungkin juga menyukai