Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan masyarakat tidak terlalu menghiraukan masalah benda
asing yang masuk kedalam organ tubuh mereka, mereka datang ke rumah
sakit atau ke dokter setelah benda asing tersebut menunjukkan gejala-gejala
yang serius sehingga membuat pasien merasa tidak nyaman atau merasa
kesakitan. Dalam Penelitian yang meneliti prevalensi benda asing di esofagus
dan bronkus di Bag/SMF THT-KL FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2010-2012 ditemukan Dari 56 kasus penelitian yang didapat sebagian
besar penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (55,4%),
berdasarkan umur kelompok balita merupakan yang paling banyak adalah
sebanyak 16 orang (28,6%), sedangkan uang logam merupakan jenis benda
asing yang paling banyak ditemukan sebanyak 17 kasus (30,4%), dan benda
asing terbanyak adalah benda asing organik yaitu sebanyak 30 kasus (53,6%),
terakhir menurut lokasi benda asing yang terbanyak berada esofagus yaitu
sebanyak 46 kasus (82,1%). Perlu edukasi untuk orang tua agar lebih
mengawasi anak-anaknya saat bermain dengan benda yang berpotensial non-
organik seperti uang logam masuk ke dalam rongga tubuh(Boeis, 2000).
Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar
atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda
asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar
tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen
terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terbagi
terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka bintang) dan zat organik
seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi
dalam benda cair yang bersifat iritatif seperti zat kimia, dan benda cair non
iritatif yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing eksogen dapat berupa sekret
kental, darah, bekuan darah, nanah, krusta(Boeis, 2000).

1
Benda asing pada hidung merupakan masalah kesehatan keluarga yang
sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak cenderung mengeksplorasi
tubuhnya, terutama daerah yang berlubang, termasuk telinga, hidung, dan
mulut. Benda-benda asing yang sering ditemukan pada anak-anak antaranya
kacang hijau, manik-manik, dan lain-lain. Pada orang dewasa yang relatif
sering ditemukan adalah kapas cotton bud, atau serangga kecil seperti kecoa,
semut atau nyamuk. Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab
biasanya tidak terlihat, dan gejalnya tidak spesifik, dan sering terjadi
kesalahan diagnosis awalnya. Sebagian besar benda asing pada hidung dapat
dikeluarkan oleh dokter terlatih dengan komplikasi yang minimal.
Pengeluaran benda asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi dengan air,
dan kateter hisap. Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin
untuk menghindari komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya perdarahan
pada hidung dan lain-lain. Usaha mengeluarkan benda asing seringkali malah
mendorongnya lebih ke dalam sehingga harus dilakukan secara tepat dan hati-
hati. Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak kooperatif, berisiko trauma
yang dapat merusak stuktur organ yang lain(Boeis, 2000).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dan klasifikasi benda asing dalam hidung?
2. Apakah epidemiologi benda asing dalam hidung?
3. Apakah etiologi benda asing dalam hidung?
4. Apakah faktor risiko benda asing dalam hidung?
5. Apakah patofisiologi benda asing dalam hidung?
6. Apakah manifestasi klinis benda asing dalam hidung?
7. Apakah pemeriksaan fisik dan penunjang benda asing dalam hidung?
8. Apakah kriteria diagnosis benda asing dalam hidung?
9. Apakah diagnosis banding benda asing dalam hidung?
10. Apakah tatalaksana benda asing dalam hidung?

2
11. Apakah komplikasi benda asing dalam hidung?
12. Apakah prognosis benda asing dalam hidung?
13. Apakah pencegahan benda asing dalam hidung?

1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi benda asing
dalam hidung
2. Mampu mengetahui dan memahami epidemiologi benda asing dalam
hidung
3. Mampu mengetahui dan memahami etiologi benda asing dalam hidung
4. Mampu mengetahui dan memahami faktor risiko benda asing dalam
hidung
5. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi benda asing dalam
hidung
6. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis benda asing
dalam hidung
7. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik dan penunjang
benda asing dalam hidung
8. Mampu mengetahui dan memahami kriteria diagnosis benda asing
dalam hidung
9. Mampu mengetahui dan memahami diagnosis banding benda asing
dalam hidung
10. Mampu mengetahui dan memahami tatalaksana benda asing dalam
hidung
11. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi benda asing dalam
hidung
12. Mampu mengetahui dan memahami prognosis benda asing dalam
hidung
13. Mampu mengetahui dan memahami pencegahan benda asing dalam
hidung

3
1.4 Manfaat
1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai
benda asing dalam hidung
2. Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam blok Pengindraan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dan Klasifikasi Benda Asing Dalam Hidung


Benda asing sebagai penyebab sumbatan hidung hampir selalu ditemukan
pada anak-anak. Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang
tua karena tidak adanya gejala yang langsung ditemukan dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama. Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua
kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak,
sepertiga di antaranya tersangkut di saluran napas (H., Mariana Junizaf. 2007).

Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :


1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-
kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari
kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair
yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta,
perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam
saluran napas bayi pada saat proses persalinan.

Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi


benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras
seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain. Pembagian yang lain yaitu :

5
1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam,
kancing baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun
mengandung naftalen yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai
logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat
yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat
bereaksi terhadap mukosa hidung(H., Mariana Junizaf. 2007).
2.2. Epidemiologi Benda Asing Dalam Hidung
Benda asing di hidung merupakan suatu kegawatdaruratan telinga hidung dan
tenggorok dimana merupakan kompetensi dokter umum secara tuntas dalam
penatalaksanaannya. Meskipun frekuensi tersering terlihat pada anak, dapat juga pada
dewasa, terutama pada orang dewasa yang memilki keterbelakangan mental atau
kelainan jiwa. Ketertarikan anak dalam mengeksplorasi tubuh membuat anak lebih
mudah untuk meletakkan benda asing ke dalam rongga hidung. Benda asing di
hidung dianggap mudah, tapi sebenarnya berpotensi untuk morbiditas akibat
kerusakan mukosa, dan bahkan kematian, jika terlepas ke dalam saluran napas(Peter,
1997).

Beberapa penelitian telah menunjukkan prevalensi keajdian benda asing di


hidung lebih banyak terjadi pada laki-laki (58%) dibandingkan dengan perempuan.
Angka kejadian kasus benda asing di hidung banyak terjadi pada laki-laki dengan
sosioekonomi yang rendah. Insiden tertinggi kejadian benda asing di hidung pada
anak adalah usia 2-5 tahun. Penelitian lain mengatakan kejadian tertinggi benda asing
di hidung banyak pada usia 2 sampai 8 tahun. Benda asing di hidung pada ada mulai
ditemukan pada anak usia 9 bulan, dimana pada usia tersebut anak mulai menjepit
atau menggenggam benda disekitarnya khususnya benda yang berukuran kecil
(fischer). Benda asing yang lazim ditemukan pada anak adalah manik-manik,
kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, kacang buncis, batu dan kacang
tanah(Peter, 1997).

6
2.3 Etiologi Benda Asing Dalam Hidung
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat di bagi
menjadi:
a. Benda asing hidup (benda organik)
1) Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssonya
bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridea, ordo
dipteral subordo Cyclorrapha kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang
berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap
pada thoraks dan pada abdomen melintang. Lalat dewasa meletakkan
telurnya pada jaringan hidup misalnya pada luka, lubang lubang pada tubuh
seperti hidung, mata, telinga, dan traktus urogenital.
2) Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae.
Lintah Hirudinae adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang
yang termasuk filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai
rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air
tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada
saat menghisap darah, lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan
mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah pada pasin tidak
akan membeku. Setelah selesai menghisap darah, lintah akan menjatuhkan
diri.
3) Cacing
Ascaris Lumbricoides merupakan nematode usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi part
d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.

7
b. Benda asing tak hidup (benda anorganik)
Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam, dan
kancing baju. Kasus baterai logam di hidung merupakan salah satu kegawatan yang
harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi
terhadap mukosa hidung(Heim, 2007).

2.4 Faktor Risiko Benda Asing Dalam Hidung


Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam
saluran nafas antara lain:
1. Faktor personal : umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi social, dan tempat
tinggal
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : keadaan tidur, epilepsy,
dibawah pengaruh alcohol, serta kesadaran menurun
3. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis
4. Faktor kecerobohan, antara lain: meletakkan benda asing di hidung, makan
atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang-
kacangan pada anak-anak(Peter, 1997).

2.5 Patofisiologi Benda Asing Dalam Hidung


Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya yang
berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum nasi sering kali terjadi
pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain rasa penasaran untuk mengekspolarsi orifisium atau lubang. Benda yang
dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut
masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium sesuatu.

Hidung terdiri dari dua fossa hidung yang dipisahkan oleh septum vertikal dan
dibagi menjadi tiga bagian oleh turbinat hidung. Benda asing hidung cenderung
terletak di lantai saluran hidung, tepat di bawah turbin inferior, atau di fossa hidung
atas anterior ke turbinate tengah( Steven WH, Karen LM, 2007).

8
Gambar. 1 Predileksi badan asing hidung ( Steven WH, Karen LM, 2007).

Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian
besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas
fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media.

Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung biasanya


dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang masuk ke rongga
postnasal dapat teraspirasi dan terdorong ke belakang saat usaha pengeluaran
sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut. Benda asing di hidung juga
berpengaruh dalam membawa organisme penyebab penyakit difteri dan penyakit
infeksi lainnya( Steven WH, Karen LM, 2007).

Benda asing menghasilkan peradangan lokal yang dapat menyebabkan


tekanan nekrosis. Ulserasi mukosa kemudian dapat berkembang menjadi erosi ke
dalam pembuluh darah yang menyebabkan epistaksis. Jika objek menjadi bergeser ke
posterior, ia dapat memasuki saluran pernapasan dengan morbiditas sekunder. Benda
asing hidung dapat menjadi klasifikasi yang dikenal sebagai rhinolith. Benda organik
menyebabkan respons peradangan yang cepat(Steven WH, Karen LM, 2007).

9
Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari
septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai
jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium.
Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi
dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi
septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung( Okhakhu,dkk., 2013).

Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam
di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan
karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang proses ini dapat
terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith
endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4
tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti
oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun. Rhinolith umumnya terletak di dasar
hidung bersifat radioopak, single, sferis ireguler namun dapat menunjukkan
pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di rongga hidung(Soepardi, dkk., 2007).

2.6 Manifestasi Klinis Benda Asing Dalam Hidung


Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena
tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolit di sekitar
benda asing. Gangguan umumnya terjadi pada sisi rongga hidung yang terdapat
benda asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral
dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam,
epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa
hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh
mukopus, sehingga sering disangka sinusitis. Benda asing seperti karet busa, sangat
cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk(Boeis, 2000).

10
2.7 Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang Benda Asing Dalam Hidung
2.7.1 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisis hidung, dapat digunakan rhinoskopi anterior. Namun,


kadang-kadang edema dan granulasi mukosa menutupi benda asing tersebut. Pada
beberapa kasus, diperlukan penyemprotan agen vasokonstriktor untuk memperkecil
mukosa pada saat pemeriksaan. Seringkali, tindakan ini memperjelas penampakan
badan asing tersebut. Pada anak-anak kecil dan kurang kooperatif, kadang diberikan
anestesi umum untuk mempermudah dalam menemukan benda asing. Pemeriksaan
fisis di rongga hidung dapat ditemukan destruksi luas pada mukosa membran, tulang,
dan kartilago. Mukosa hidung menjadi lunak dan mudah berdarah. Selain itu, pada
pemeriksaan tampak pula edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutupi oleh mukopus, sehingga
disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah hati-
hati supaya benda asing tersebut tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian
dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus.Pada kasus rhinolith, pemeriksaan fisis
kadang ditemukan pada kavum nasi massa berwarna keabu-abuan yang irregular, di
sepanjang dasar rongga hidung yang bertulang, keras, dan terasa berpasir pada
pemeriksaan.(Kalan, 2000)

2.7.2 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan


radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat
radiopak dapat dibuat foto radiologik segera setelah kejadian, sedangkan benda asing
radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan foto radiologik setelah 24 jam
kejadian karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis
berarti. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi saat pada saat inspirasi dan ekspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologic pada benda asing
di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi.

11
Gambaran Benda asing/opak pada rongga hidung, potongan sagittal dan coronal
(Okhakhu AL, Okalugbo NE, Onyeagwana NC, 2013)

Selain dengan radiologi, dapat pula digunakan endoskopi. Diagnosis pasti


benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi, yaitu
endoskopi nasal dengan sudut 0o atau 30o. Endoskopi nasal ini juga ideal dalam
penegakan diagnosis untuk anak-anak, namun sebelum pemeriksaan umumnya
didahului dengan pemberian anestesi umum. Selain untuk diagnosis, penggunaan
endoskopi nasal ini juga berguna dalam ekstraksi atau pengeluaran benda asing
hidung(Azevedi, 2006).

Gambar 6. Gambaran endoskopi benda asing Rongga hidung (Steven WH, Karen
LM. 2007)

2.8 Kriteria Diagnosis Benda Asing Dalam Hidung


Berdasarkan anamnesis pasien, pemeriksaan fisik hidung, serta pemeriksaan
penunjang apabila dibutuhkan.

12
a. Anamnesis

Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan


anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba muncul choking (rasa tercekik),
gejala, dan tanda lainnya. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus
aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter saat kejadian. Perlu
diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak
benda asing itu(Kalan, 2000).

b. Pemeriksaan fisis

Pada pemeriksaan fisis hidung, dapat digunakan rhinoskopi anterior. Namun,


kadang-kadang edema dan granulasi mukosa menutupi benda asing tersebut. Pada
beberapa kasus, diperlukan penyemprotan agen vasokonstriktor untuk memperkecil
mukosa pada saat pemeriksaan. Seringkali, tindakan ini memperjelas penampakan
badan asing tersebut. Pada anak-anak kecil dan kurang kooperatif, kadang diberikan
anestesi umum untuk mempermudah dalam menemukan benda asing. Pemeriksaan
fisis di rongga hidung dapat ditemukan destruksi luas pada mukosa membran, tulang,
dan kartilago. Mukosa hidung menjadi lunak dan mudah berdarah. Selain itu, pada
pemeriksaan tampak pula edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutupi oleh mukopus, sehingga
disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah hati-
hati supaya benda asing tersebut tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian
dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus(Kalan, 2000).

Pada kasus rhinolith, pemeriksaan fisis kadang ditemukan pada kavum nasi
massa berwarna keabu-abuan yang irregular, di sepanjang dasar rongga hidung yang
bertulang, keras, dan terasa berpasir pada pemeriksaan(Kalan, 2000).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan


radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat

13
radiopak dapat dibuat foto radiologik segera setelah kejadian, sedangkan benda asing
radiolusen (seperti kacang-kacangan) dibuatkan foto radiologik setelah 24 jam
kejadian karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis
berarti. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi saat pada saat inspirasi dan ekspirasi dan adanya
obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologic pada benda asing
di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi(Figueired, 2006).

Selain dengan radiologi, dapat pula digunakan endoskopi. Diagnosis pasti


benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi, yaitu
endoskopi nasal dengan sudut 0o atau 30o. Endoskopi nasal ini juga ideal dalam
penegakan diagnosis untuk anak-anak, namun sebelum pemeriksaan umumnya
didahului dengan pemberian anestesi umum. Selain untuk diagnosis, penggunaan
endoskopi nasal ini juga berguna dalam ekstraksi atau pengeluaran benda asing
hidung(Figueired, 2006).

2.9 Diagnosis Banding Benda Asing Dalam Hidung


1. Sinusitis
Suatu inflamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasal, gejala
yang dikeluhkan adalah buntu yang dirasakan pada hidung, nyeri facial,
penurunan daya penciuman dan adanya discharge pada hidung.
2. Tumor
Tumor yang sangat jarang ditemukan. Gejala dan tandanya hampir sama
dengan proses inflamasi daerah hidung dan sinus, sehingga pasien biasanya
sudah datang dalam keadaan stadium lanjut. Diagnosis tumor hidung
ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi(Rahman, 2012).
3. Polyp
Polyp nasi adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi
mukosa. Polip hidung merupakan penyakit multifaktorial, mulai dari infeksi,

14
inflamasi non infeksi, kelainan anatomis, serta abnormalitas genetik. Banyak
teori yang mengarahkan polip ini sebagai manifestasi dari inflamasi kronik.
Gejala yang ditemukan antara lain: hidung tersumbat, terasa mengganjal, sulit
bernafas, penciuman berkurang, sakit kepala, keluarnya cairan jernih encer
dari hidung, dan pada rinoskopi anterior tampak cavum nasi yang
sempit(Amaliyah, 2013).
4. Choanal Atresia
Atresia koana diduga terjadi akibat terhentinya pertumbuhan atau gangguan
resorpsi membran nasobukal selama kehamilan. Biasanya atresia koana
bilateral bermanifestasi pada waktu lahir. Pasien dapat ditemukan sianosis dan
gagal bernafas. Sedangkan atresia koana unilateral biasanya tidak memiliki
masalah respirasi saat lahir, namun dapat mengalami keluarnya sekret hidung
mukopurulen unilateral disertai rinore persisten dan gejala obstruksi
intermiten(Husni, T. 2009).
5. Upper Respiratory Tract Infection
Suatu infeksi pada saluran pernafasan atas yang disebabkan virus atau bakteri,
ditemukan gejala pilek, batuk, demam.

2.10 Tatalaksana Benda Asing Dalam Hidung


Tatalaksana pada kasus benda asing dalam hidung harus memerhatikan
penyebab dan gejala dari tersangkutnya benda asing tersebut. Adapun teknik untuk
mengeluarkan benda dapat dilakukan berdasarkan bentuk, lokasi, dan komposisi dari
benda tersebut. Pengangkatan benda asing melalui hidung juga membutuhkan sumber
cahaya yang terang, terutama lampu depan. Pada pasien anak-anak, orang tua atau
pengasuh harus diedukasi untuk memegang anak dengan kuat, misalnya dalam
papoose atau dengan lembaran dalam posisi mengendus, dan praktisi sudah siap
dengan alat isap(Mohan, 2018).

Prasyarat yang harus dipenuhi dalam tatalaksana adalah menyediakan jalan


napas yang baik. Penggunaan vasokonstriktor topikal dapat membantu visualisasi

15
pada pasien, mengontrol perdarahan, dan mengurangi sekresi. Ini tidak
direkomendasikan ketika ada kekhawatiran kelelahan karena dapat meningkatkan
kadar asam. Diperlukan spekulum hidung, berbagai ukuran probe, kuret, dan aligator
forsep. Berikut persiapan yang dapat dilakukan :

1. Posisi yang tepat adalah duduk. Pada pasien yang kurang kooperatif seperti
pada pasien pediatrik , maka meminta tolong orang tua untuk memangku, dan
menahan tangan berserta lengan pasien, juga harus memposisikan kepala
pasien dalam posisi ekstensi 30o

2. Visualisasi harus dilakukan dengan baik. Sudut cahaya dan intensitas yang
tepat dapat membantu pemeriksa melakukan tindakan karena tidak perlu
untuk memegangnya. Sehingga dokter dapat melakukan tindakan
menggunakan kedua tangannya

3. Anestesi lokal perlu diberikan terutama pada pasien dewasa. Adapun pada
pasien pediatric anastesi umum lebih sering digunakan. Anastesi lokal yang
digunakan biasa berbentuk spray. Adapun pilihan anastesi biasanya adalah
Lignokain (Lidokain) 4%. Walaupun begitu, penggunaan kokain pada anak-
anak dapat menimbulkan toksik, sehingga biasanya digantikan dengan
adrenalin (epinefrin) 1:200.000(Mohan, 2018)

Adapun teknik yang digunakan untuk menghilangkan benda asing hidung


adalah sebagai berikut :

A. Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup

1. Benda bulat

Pengeluaran benda bulat dalam hidung sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan
karakteristik benda bulat yang sulit untuk dicengkram. Alat yang sering
digunakan untuk tatalaksana adalah serumen hook yang sedikit dibengkokkan.
Teknik penggunaan serumen Hook, pengait menyusuri hingga bagian atap
cavum nasi hingga belakang benda asing hingga terletak di belakangnya,

16
kemudian pengait diputar ke samping dan diturunkan sedikit, lalu ke depan.
Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa keluar. Selain itu, suction
juga dapat digunakan. Penggunaan suction biasanya dilakukan apabila
ekstraksi menggunakan forsep/hook tidak berhasil. Suction juga dapat
digunakan pada ekstraksi benda asing bulat. Ssebelum digunakan, suction
harus diatur pada tekanan 100 dan 140 mmHg. Dokter sangat tidak disarankan
untuk mendorong benda itu agar masuk ke dalam mulut lalu
mengeluarkannya. Karena benda tersebut bisa jadi masuk ke dalam laring dan
terjadi aspirasi. Hal ini dapat mengakibatkan kegawatdaruratan. Pada pasien
yang terjadi dalam hidung maupun sinus, pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 hari dapat dilakukan.

2. Benda asing mati non-organik pada hidung seperti potongan kertas dan spons
dapat dikeluarkan dengan forsep.
3. Benda asing mati organik seperti biji-bijan dan nasi dapat diekstraksi dengan
pengait tumpul.
4. Jika peralatan kurang memadai atau tidak ditemukan alat ekstraksi, maka
pengeluaran benda asing dapat dilakukan dengan menghembuskan nafas kuat
pada sisi hidung yang terdapat benda asing dan menutup hidung pada sisi
lainnya. Pada pasien pediatrik yang tidak kooperatif dengan cara ini, maka
dapat dilakukan dengan menggunakan ventilasi tekanan positif. Teknik ini
dilakukan dengan menghembuskan nafas orang tua ke dalam mulut sang anak.
Harapanya, aliran udara yang dihempuskan dapat mengeluarkan benda asing
melalui alur mulut ke hidung. Namun hembusan tidak boleh dilakukan dengan
tekanan dan volume yang terlalu besar(Awad, 2018)

B. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup

1. Penggunaan kloroform 25% dapat digunakan pada kasus benda asing berupa
serangga, cacing, larva, lintah, dan lain sebagainya. Penggunaan kloroform

17
25% dapat dilakukan 2-3 kali perminggu selama 6 minggu hingga benda asing
hidup tersebut menjadi mati. Setelah itu, ekstraksi dapat dilanjutkan dengan
suction, irigasi, maupun kuretase(Awad, 2018)
2. Pasien myasis dengan komplikasi dan angka morbiditas yang tinggi,
dilakukan operasi debridement. kemudian diberikan injeksi antibiotik serta
Ivermectin (antiparasit) jika diperlukan. Setelah ekstraksi dilakukan,
pemeriksaan harus tetap dilakukan untuk memastikan tidak adanya benda
asing lainnya yang tertinggal(Awad, 2018)

2.11 Komplikasi Benda Asing Dalam Hidung


Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal
ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda
asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi. Beberapa
komplikasi benda asing pada hidung yang telah dilaporkan, antara lain:
 Sinusitis
 Otitis Media Akut
 Perforasi septum nasi

Gambar 6. Vestibulitis unilateral akibat benda asing hidung.

18
Benda asing hidup dapat menimbulkan gejala bilateral seperti hidung
tersumbat, sakit kepala, sekret serosanguinous, demam. Rhinolith umumnya bergejala
dan menimbulkan obstruksi nasal bila rhinolith membesar. Pemeriksaan didaptkan
massa ireguler keabuan, terletak di sepanjang dasar hidung(Boeis, 2000).

2.12 Prognosis Benda Asing Dalam Hidung


Prognosis dari penyakit ini adalah baik jika Benda asing yang
tertinggal segera dikeluarkan atau diambil, namun prognosis akan jika Benda
asing yang tertinggal tidak diambil dalam waktu lama sehingga berpotensi
menimbulkan sinusitis pada penderitanya, perforasi septum, timbulnya
jaringan granulasi pada hidung dan epistaksis (Kelesidis, 2010).

2.13 Pencegahan Benda Asing Dalam Hidung


Sebagian besar kasus benda asing dalam hidung terjadi pada anak-
anak, sehingga pada dasarnya prinsip dari pencegahan agar benda asing tidak
masuk ke dalam hidung adalah dengan edukasi dan pengawasan terhadap
anak (Baranowski, 2019). Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan
orang tua untuk mencegah benda asing masuk ke dalam hidung anak.
a. Jauhkan benda yang berukuran kecil
Benda-benda kecil yang dapat terjebak di dalam hidung dan tidak
seharusnya ada di dekat anak-anak dapat berupa batu kerikil, manik-
manik, baterai jam tangan, uang logam, atau bagian kecil dari mainannya
(Pramuditya, 2019). Oleh karena itu, sebisa mungkin orang tua
menghindari mainan atau benda kecil untuk anak di bawah usia 3 tahun
(Schroeder, 2016). Berikut adalah benda-benda dan makanan-makanan
yang sebaiknya dihindari untuk diberikan kepada anak-anak:
Tabel 1. Benda-benda dan makanan-makanan yang sebaiknya dihindari
untuk diberikan kepada anak-anak (Osborn, 2016).

19
Benda-benda kecil Koin, maianan dengan bagian-bagian kecil,
yang sebaiknya mainan kecil, bola kecil, kelereng, baterai,
dihindari bulpoin, penghapus kecil, magnet lemari es, dan
lain-lain
Makanan-makanan Kacang dan berbagai jenis biji-bijian, anggur, pop
yang sebaiknya corn, permen karet, buah-buahan utuh yang masih
dihindari terdapat biji di dalamnya, dan lain-lain.

b. Mengajari anak untuk tidak memasukkan benda-benda kecil ke dalam


hidung
Anak-anak kecil secara alami memiliki rasa penasaran yang besar.
Biasanya mereka suka menjelajahi dunia di sekitarnya dengan cara yang
tidak tepat. Salah satu bahaya yang dapat terjadi adalah mencoba-coba
memasukkan sesuatu ke dalam rongga tubuh. Jadi yang harus dilakukan
orangtua ialah mengajari anak untuk tidak memasukkan benda-benda kecil
ke dalam hidung dan menjelaskan bahayanya (Schroeder, 2016).
c. Mengawasi anak saat bermain
Anak-anak seringkali memiliki rasa ingintahu yang besar. Mereka
cenderung suka melakukan hal-hal baru yang tidak diketahuinya. Di sini
peran orang tua untuk mengawasi anak sangat diperlukan agar hal-hal
berbahaya seperti memasukkan benda asing ke dalam hidung tidak
dilakukan oleh anak (Baranowski, 2019).
.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Benda asing di hidung merupakan suatu kegawatdaruratan telinga
hidung dan tenggorok dimana merupakan kompetensi dokter umum secara
tuntas dalam penatalaksanaannya. Benda asing yang dicurigai ada di dalam
hidung haruslah secepatnya di klasifikasikan jenis benda organic atau
anorganik, karena akan mempengaruhi penatalaksanaan dari setiap jenis
tersebut. Benda asing menghasilkan peradangan lokal yang dapat
menyebabkan tekanan nekrosis. Ulserasi mukosa kemudian dapat berkembang
menjadi erosi ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan epistaksis. Jika
objek menjadi bergeser ke posterior, ia dapat memasuki saluran pernapasan
dengan morbiditas sekunder. Benda asing hidung dapat menjadi klasifikasi
yang dikenal sebagai rhinolith. Benda organik menyebabkan respons
peradangan yang cepat. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat,
rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat
rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Diagnosis pasti benda asing di
saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi, yaitu
endoskopi nasal dengan sudut 0o atau 30o. Tidak ada pencegahan khusus
untuk kasus benda asing dalam hidung. Akan tetapi, karena kasus ini sebagian
besar terjadi pada anak-anak, maka orang tua harus lebih berhati-hati dan
waspada agar tidak terjadi kasus benda asing dalam hidung pad anaknya.
3.2 Saran
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan wawasan
mengenai penyakit benda asing dalam hidung.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Kalan, M. Tariq. Foreign Bodies In The Nasal Cavities: A Comprehensive


Review Of The Aetiology, Diagnostic Pointers, And Therapeutic Measures. In :
Postgard Med J. 2000;76:484–487
2. A. Kalan, M. Tariq. Foreign Bodies In The Nasal Cavities: A Comprehensive
Review Of The Aetiology, Diagnostic Pointers, And Therapeutic Measures. In :
Postgard Med J. 2000;76:484–487
3. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit Tht. Edisi Ke-6.
Jakarta: Egc. 1997. Hal. 238-239.
4. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit Tht. Edisi Ke-6.
Jakarta:Egc. 1997. Hal. 238-239.
5. Amaliyah. 2013. Polip Nasi Rekuren Bilateral Stadium 2 Pada Wanita Dengan
Riwayata Polipektomi Dan Rhinitis Alergi Persisten. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Medula Vol 1, No. 5:1-6.
6. Awad Ah, Eltaher M. Ent Foreign Bodies: An Experience. Int Arch
Otorhinolaryngol. 2018 Apr;22(2):146-151. [Pmc Free Article] [Pubmed]
7. Baranowski, K, Sinha, V. 2019. Foreign Body, Nose. Statpearls Publishing Llc.
8. Fischer Ji. 2013. Nasal Foreign Body,
Http//Emedicine.Medscape.Com/Article/763767-Overview. Diakses 12 Februari
2015, 14:00
9. H., Mariana Junizaf. Benda Asing Di Saluran Napas. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi Ke-6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Ui. 2007. Hal 259, 262.
10. H., Mariana Junizaf. Benda Asing Di Saluran Napas. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi Ke-6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Ui. 2007.Hal 259, 262.
11. Heim Sw, Maughan Kl. Foreign Body. The Ear, Nose, And Throat. Virginia. Am
Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.

22
12. Higler Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit Tht.Edisi 6. 2000.Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran.Egc.
13. Husni, T. 2009. Atresia Koana. Jks 2009; 3:145-156.
14. Mohan S, Fuller Jc, Ford Sf, Lindsay Rw. Diagnostic And Therapeutic
Management Of Nasal Airway Obstruction: Advances In Diagnosis And
Treatment. Jama Facial Plast Surg. 2018 Sep 01;20(5):409-418. [Pubmed]
15. Okhakhu A.L, Okolugbo N.E, Onyeagwara N.C. Disk Battery In The Nasal
Cavity : Case Series. In : International Journal Of Modern And Alternative
Medicine Research. 2013;1:5-8, 2013
16. Osborn, Jw. 2016. Pediatric Foreign Body Ingestion Aspiration Removal.
Arkansas Childrens Hospital-Research-Foundation.
17. Pramuditya, H. 2019. Benda Asing Sederhana Di Bidang Tht Pada Anak-Anak.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Diakses Pada 26 Januari 2020 Melalui Http://Yankes.Kemkes.Go.Id.
18. Pramuditya, H. 2019. Benda Asing Sederhana Di Bidang Tht Pada Anak-Anak.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Diakses Pada 26 Januari 2020 Melalui Http://Yankes.Kemkes.Go.Id.
19. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Modul Panduan Benda Asing Pada
Saluran Napas. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Diakses Pada 26
Januari 2020 Melalui Http://Spesialis1.Ika.Fk.Unair.Ac.Id/Wp-
Content/Uploads/2017/03/Pgd07_Benda-Asing-Q.Pdf.
20. R. R. Figueired, A. A. Azevedo, A., Shiro T. Nasal Foreign Bodies: Description
Of Types And Complications In 420 Cases. In : Rev Bras Otorrinolaringol.
2006;72(1):18-23
21. R.R.Figueired, A. A. Azevedo, A. O.Ávila Kós, Shiro T. Nasal Foreign Bodies:
Description Of Types And Complications In 420 Cases. In : Rev Bras
Otorrinolaringol. 2006;72(1):18-23
22. R.R.Figueired, A. A. Azevedo, A. O.Ávila Kós, Shiro T. Nasal Foreign Bodies:
Description Of Types And Complications In 420 Cases. In : Rev Bras
Otorrinolaringol. 2006;72(1):18-23

23
23. Rahman, S. 2012. Tumor Awswzzsw5r66t Paranasal Dengan Perluasan
Intrakranial Dan Metastasis Ke Paru. Jurnal Kesehatan Andalas 1 (3)150-165.
24. Schroeder Jw, Holinger Ld. 2016. Foreign Bodies In The Airway. In: Kliegman
Rm, Stanton Bf, St. Geme Jw, Schor Nf, Eds. Nelson Textbook Of Pediatrics.
20th Ed. Philadelphia, Pa: Elsevier.
25. Soepardi E.A. Iskandar N.I. Bashiruddin J. Dkk. Infeksi Hidung. Dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi 6.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
26. Steven W. Heim, Karen L. Maughan,, Foreign Bodies In The Ear, Nose, And
Throat, University Of Virginia School Of Medicine, Charlottesville, Virginia.
27. Kelesidis T, Osman S, Dinerman H. An unusual foreign body as cause of chronic
sinusitis; a case report. J Med Case Reports 2010, 4:157.

24

Anda mungkin juga menyukai