DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah……………………………1
B. Tujuan yang Akan Dicapai………………………………………...2
BAB II UI KELUARKAN IMBAUAN ETIKA SALAM DAN
TERIMA KASIH UNTUK MAHASISWA……………………………3
BAB III MENGANALISA FAKTOR PENYEBAB
PERMASALAHAN ETIKA DI KALANGAN PEMUDA UNIVERSITAS
INDONESIA………………………………………...5
BAB IV SOLUSI UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN PEMUDA…………………...8
A. Solusi yang Dapat Dilakukan Pemerintah…………………………8
B. Solusi yang Dapat Dilakukan Masyarakat………………………...9
C. Solusi yang Dapat Dilakukan Pemuda Indonesia………………...10
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..12
A. Kesimpulan………………………………………………………..12
B. Saran……………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA.......………………………………………………….……..13
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
UI KELUARKAN IMBAUAN ETIKA SALAM DAN TERIMA KASIH UNTUK MAHASISWA
BAB III
MENGANALISA FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN ETIKA DI KALANGAN
PEMUDA UNIVERSITAS INDONESIA
Sebagai permulaan pembahasan kali ini saya akan melampirkan pendapat saya mengenai apa itu
etika. Etika adalah suatu sikap yang diterapkan oleh manusia dalam konteks menghormati sesama
mereka. Hal itu pula yang mengatur seseorang agar mengikuti suatu cara dalam bentuk tata krama
di kalangan masyarakat. Penyebab mengapa manusa harus beretika ialah untuk menunjukan diri
bahwa ia adalah seorang manusia yang patut untuk diperhatikan dan tidak semena – mena dalam
bertindak.
Manusia yang menggunakan etika sebagai landasan hidupnya biasanya akan terbiasa untuk
mengikuti aturan dan ia tau bagaimana harus bersikap dalam berbagai jenis lingkungan yang ada
di masyarakat. Hal itu tentu sangat dibutuhkan oleh setiap manusia terutama para golongan muda
era millennia. Pemuda millennial dikenal beberapa orang sebagai kaum yang apatis dalam
kehidupan “nyata” namun sangat “proaktif” dalam lingkungan “maya”. Oleh karena itu,
kebanyakan dari mereka sangat sulit mengetahui sikap etika di masyarakat dikarenakan sebagian
dari mereka tidak mengetahui bagaimana cara bertata krama dengan benar.
Mengalisis kasus yang sedang terjadi baru – baru ini yaitu dikeluarkannya peraturan oleh
Universitas Indonesia kepada mahasiswanya untuk mengenai etika dalam berkomunikasi kepada
dosen membuat saya ingin mengeluarkan beberapa pendapat yang mungkin sama dengan
kebanyakan orang.
Pertama, mengapa terjadi penyelewengan etika di sana? Menurut Psikolog Astrid Wen ia
menyatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya perbedaan demokrasi pada masa lampau dan
masa sekarang. Contoh ialah pada zaman dahulu kebanyakan orang merasa sulit dalam sektor
ekonomi dan oleh karena itu, mereka bahu – membahu antar sesama manusia untuk keluar dari
masyarakat.
Menurut saya sendiri sebagai mahasiswa Gunadarma menyatakan bahwa yang membuat beberapa
pemuda di Universitas Indonesia kurang mengetahui etika ialah karena adanya faktor “kebiasaan”.
Bisa dibilang terkait dengan pendapat Psikolog Astrid Wen, saya berpikir bahwa demokrasi saat
ini begitu bebas sehingga banyak pemuda “keblablasan” dan hampir tidak bisa melihat batas –
batas yang mereka harus tidak lewati.
Sebagai acuan ialah adanya media sosial sebagai pelopor gerakan ini. menurut saya kebanyakan
dari pemuda berinteraksi secara bebas dalam media sosial sehingga menimbulkan “kebiasaan”
yang saya maksud dan tidak terasa hal itu pun yang mereka bawa kepada orang yang lebih tua
(dosen).
Hal berikut yang bisa menjadi faktor ialah kebebasan berpendapat antar sesama manusia.
Bedasarkan UUD 1945 pasal 28 berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.” Pasal ini mempunyai arti yang luas dan dalam konteks ini pula dikatakan bahwa pemuda
pula dapat “bebas” dalam bersikap dan mengeluarkan pikirannya.
Dalam kasus Universitas Indonesia ini yang saya tangkap ialah beberapa mahasiswa di sana lebih
bersikap “bebas” terhadap apapun sehingga timbul sifat yang dikenal sebagai “tidak mau diatur.”
Ada dari pemuda kita mengutarakan kalimat seperti “Apa sih mau lo? Terserah gue dong mau
ngapain bukan urusan lo!” atau “Mulut ya mulut gue ya terserah gue dong mau ngomong apa”
dalam hal ini mereka akan lebih suka untuk langsung terus terang atas apa yang mereka
katakan/tuju ketimbang memikirkan situasi dari lawan bicara yang mereka hadapi.
Berikutnya yang terakhir ialah adanya sifat egoistis dan tidak mau sabaran/to the point. Beberapa
dari mereka mungkin memiliki keperluannya masing – masing sehingga mereka ingin segera
menyelesaikannya. Terkadang sikap ini dapat tercemin dari bagaimana cara mereka
berkomunikasi.
Sebagai contoh saya menguti pernyatataan dari artikel di bab II yaitu “Pak, besok bisa ketemuan?”
Bila saya teliti gaya bahasanya terceminkan bahwa sang mahasiswa sengaja “menembak” sang
dosen dengan maksud agar ia datang sesuai keinginan dari mahasiswa tersebut.
Sifat egoistis dapat terlihat jelas dan menyatakan bahwa mahasiswa tersebut terkesan seperti dosen
yang membutuhkan dia bukan dia yang membutuhkan dosen. Mungkin sebagian dari pembaca
berpikir “yaa wajar sajalah kan mahasiswa ingin cepat selesai skripsinya.” Atau “harus digituin
biar dosennya nggak bisa alasan kabur entah kemana menelantarkan kami.” Saya pribadi tidak
menyalahkan opini – opini tersebut namun perlu diingat bahwa hal itu adalah bentuk dari sifat
ketidaksabaran.
Bila kita usut dalam, menurut Wikipedia.org definisi Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan
keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Kebanyakan pemuda
sekarang kurang sabar dalam mengatasi suatu masalah dan mereka terkadang “sedikit memaksa”
agar tujuan mereka cepat terselesaikan(To The point). Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa
ketidakstabilan emosi dalam menahan dirilah yang menjadi pemicu utama dalam bertingkah laku.
Bedasarkan faktor – faktor diatas dapat saya simpulkan bahwa semua permasalahan etika berasal
dari hati dan sikap dari setiap subjek pemuda itu sendiri. Jika ingin memperbaiki mereka mawa
pebaiki dulu hati mereka dan kenali mereka agar dapat mengetahui metode yang tepat dalam
mengajarkan etika kepada golongan pemudia khusunya di Indonesia.
BAB IV
SOLUSI UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH, MASYARAKAT
DAN PEMUDA
Bila semua solusi diatas dilakukan tidak hanya etika yang dapat dilakukan namun sifat – sifat dan
norma lain dapat dikembangan yang tentu akan menguntungkan baik masyarakat sebagai sumber
daya manusia serta pemerintah dalam menjalankan berbagai macam program pemerintah ataupun
kebijakan yang dikehendaki.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan opini saya, dapat dikatakan bahwa masih rendahnya sikap beretika di kalangan
pemuda dan perlu ada tindakan agar budaya “tidak sopan” dapat diminimalisir atau dihilangkan
dalam budaya masyarakat Indonesia. Untuk itu kasus ini butuh perhatian serius terutama pemuda
Indonesia sebagai pemain penting dalam permasalahan etika ini.
Oleh Karena itu, saya sebagai penulis makalah ini mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi
informasi dan teguran terhadap diri saya sebagai salah satu pelaku yaitu pemuda Indonesia. saya
juga berharap bagi masyarakat luas supaya dapat mendunkung sikap etika di dalam kehidupan
terutama dalam aspek keluarga. Selain itu, opini ini juga ditujukan untuk pemerintah ke depan
agar dapat meningkatkan sikap etika pemuda Indonesia di masa depan.
B. Saran
Kami tidak memungkiri bahwa makalah ini tidaklah sempurna disebabkan oleh kurangnya sumber
yang lebih luas, akurat, terpercaya, dan pengetahuan yang sempit dari penulis. Diharapkan
kedepan akan ada opini lain yang dapat menyempurnakan makalah saya atau saya pribadi
mendapat kesempatan untuk melanjutkan riset mengenai etika di kemudian hari.ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.@gaya.tempo.co/read/1022380/ui-keluarkan-imbauan-etika-salam-dan-terima-kasih-
untuk-mahasiswa
https://www.@gaya.tempo.co/read/1022421/mengapa-mahasiswa-masih-diajarkan-etika-maaf-
dan-terima-kasih
https://www.@news.detik.com/berita/3673415/alasan-ui-bikin-etika-kontak-dosen-via-wa-supaya-
mahasiswa-sopan