Masalah pencemaran lingkungan sudah mencapai tingkat darurat. Mulai dari
pencemaran daratan, udara, hingga perairan. Pencemaran yang saat ini semakin tak terkondisikan ialah pencemaran di pesisir pantai dan lautan. Pencemaran tersebut banyak disebabkan oleh reklamasi dan akibat limbah industri. Seperti yang telah terjadi di perairan pulau Belakangpadang sejak sabtu (16/11/2019) dimana terjadi pencemaran perairan oleh limbah industri berupa genangan minyak. Masih belum diketahui pasti dari mana asalnya limbah tersebut, namun dampaknya telah menyebabkan keresahan masyarakat. pasalnya pencemaran tersebut membawa kerugian bagi masyarakat sekitar. Rumah dan kapal menjadi hitam, bau minyak tersebar dimana-mana, alat tangkap nelayan pun tak luput dari pencemaran minyak sehingga sangat mengganggu aktivitas nelayan.
Minyak dengan berbagai keluh kesah tentangnya, sebenarnya menyimpan banyak
keuntungan. Faktanya industri minyak mampu meningkatkan perekonomian suatu wilayah secara signifikan melalui pajak industri dan dividen. Seperti contoh kontribusi yang diberikan PT. Pertamina yang merupakan salah satu industri minyak terbesar di Indonesia. Menurut Bambang, Tahun 2018, total kontribusi Pertamina Grup untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp120,8 triliun yang terdiri dari 93 persen setoran pajak dan 7 persen dari dividen. "Pertamina Grup terus berkomitmen meningkatkan kontribusi kepada Negara dalam rangka memperkuat APBN. Kontribusi Pertamina juga terus ditingkatkan untuk masyarakat melalui berbagai aktivitas bisnis dan non bisnis seperti CSR dan PKBL," kata Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman.