Anda di halaman 1dari 11

Prisma Amarya

A. PENGERTIAN MASYARAKAT
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti
“kawan”. Kata “Masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya
“bergaul”. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk – bentuk akhiran
hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
 Masyarakat dalam arti luas merupakan keseluruhan hubungan-
hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,
bangsa dan sebagainya.
 Masyarakat dalam arti sempit yaitu sekelompok manusia yang dibatasi
oleh aspek-aspek tertentu misalnya teritorial, bangsa, golongan dsb.
 Masyarakat adalah kelompok manusia yg telah cukup lama hidup dan
bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya
berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat harus
mempunyai syarat- syarat seperti :
 Harus ada pengumpulan manusia
 Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu
 Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju
kepada kepentingan dan tujuan bersama.
 Ada sistem tindakan utama.
 Saling setia pada sistem tindakan utama.
 Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
 Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi
manusia
B. KLASIFIKASI MASYARAKAT
Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk
karakteristik wilayah, yaitu Desa dan Kota. Kota dianggap sebagai wilayah
yang non-agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh
kebudayaan yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di
dalamnya. Sedangkan, Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris dengan
peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan yang
cenderung kental.

1. Masyarakat Pedesaan (Rural Community)

 Pengertian Rural Community ( Masyarakat Pedesaan )

Pedesaan adalah gambaran orang, tempat dan hal – hal yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar bermatapencaharian
bertani.
Menurut Paul H. Landis, desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat
4. Dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari daerah
perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa dan sebagian besar
bermatapencaharian bertani karena masih sangat bergantung pada alam.
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi
“Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :

a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan


dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong,
menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya
tanpa pamrih.

b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu


mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka
akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan
keseragaman persamaan.

c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan
keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu
keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan


antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa
menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian
tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni
masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

 Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan


Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang,
hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota
dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.
Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau
paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :
a. Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah sehari-
hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi,
perkawinan dsb.
b. Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep
kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan
guna-guna/ black magic.
c. Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif
bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila
berhenti pada sifat iri.
 Struktur Masyarakat Desa
Struktur masyarakat desa sebagaimana layaknya karakteristik daerah
tradisional-agraris bahwa struktur masyarakat desa masih dipengaruhi oleh
struktur kepemilikan tanah yang terdiri dari; kuli kenceng, kuli setengah kenceng
dan, kuli ngindung. Yang dimaksud kuli kenceng adalah anggota masyarakat yang
mempunyai tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah tegalan. Kuli setengah
kenceng adalah anggota masyarakat yang hanya memiliki tanah pekarangan dan
tidak memiliki tanah sawah dan tanah tegalan. Sedangkan kuli ngindung adalah
anggota masyarakat yang tidak memiliki tanah sawah, tanah tegalan dan tanah
pekarangan.
Secara sosiologis struktur masyarakat di desa ini dijadikan patokan dalam
menentukan banyak sedikitnya sumbangan pembangunan atau besar kecilnya
partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa, artinya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan masih dikaitkan dengan status pemilikan tanah tersebut, bagi
masyarakat yang tergolong sebagai kuli kenceng dikenakan sumbangan wajib
lebih besar dari kuli setengah kenceng dan kuli ngindung.
Di samping itu struktur masyarakat tersebut masing-masing memiliki
strategi survival dalam menghadapi situasi dan kondisi yang ada, terdapat tiga
strategi survival yaitu;
(1) menjadi bagian dari masyarakat dan tetap tidak melakukan mobilitas,
(2) melawan (resistensi),
(3) membentuk jaringan, akomodatif, memelihara keharmonisan keluarga,
dan kemudian memilih meninggalkan desanya.
Struktur masyarakat pedesaan di samping dipengaruhi oleh struktur
pemilikan tanah juga dipengaruhi oleh struktur status sosial, artinya; partisipasi
masyarakat dalam pembangunan masih dikaitkan dengan struktur masyarakat di
desa ini yakni struktur status sosial. Orang yang memiliki status sosial tinggi
mendapatkan perlakukan yang berbeda dengan seseorang yang berstatus rendah.

2. Masyarakat perkotaan (Urban Community)


 Pengertian Urban Community ( Masyarakat Kota)
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan
yang materialistik.
Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota
memiliki tatanan yang heterogen sehingga kelompoknya lebih dinamis.
Masyarakat kota mempunyai daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan
urbanisasi.
Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti
pakaian, makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.

Menurut teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantarannya
mempunyai ciri-ciri :
 Netral Afektif : Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkan rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan
konsep gessellshaft atau association. Mereka tidak mau mencampur
adukkan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan
pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe
masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
 Orientasi Diri : Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat
mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan
orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena
itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada
orang lain, mereka cenderung untuk individualistic.
 Universalisme : Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum,
oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting
untuk Universalisme.
 Prestasi : Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu
diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
C. Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa

1. Perbedaan Ciri dan Kebiasaan Sosial

Masyarakat Kota Masyarakat Desa

1 Kehidupan keagaamaan kurang kehidupan keagamaan kuat/religius


2 Individualis Hubungan sosial yang erat/kolektif
3 Pembagian kerja lebih tegas dan Kerja berdasarkan musim dan iklim
mempunyai batas-batas yang nyata. dan nomaden
4 Interaksi yang terjadi lebih didasarkan Interaksi menitikberatkan kepentingan
pada kepentingan obyektif pribadi/subyektif
5 Jalan kehidupan yang cepat membuat Waktu tidak begitu dianggap
faktor waktu menjadi sangat penting penting,karena masyarakatnya non
materialistic
6 Lebih terbuka dalam menerima Selektif terhadap budaya asing/luar
pengaruh dari luar.
7 penduduk yang lebih banyak
8 sebagian besar dilapisi beton dan aspal. Lingkungan hidup dengan alam bebas
9 sektor ekonomi sekunder yaitu industri, sektor ekonomi primer yaitu bidang
dan ekonomi tersier yaitu bidang agraris
pelayanan jasa
10 Kehidupan heterogen Kehidupan homogeny
11 Stratifikasi sosial lebih komplek Stratifikasi yang umumnya sama,
kurangnya tingkat persaingan ekonomi
12 Mobilitas sosial di kota jauh lebih Mobilitas yang biasa, terlihat pada pagi
tinggi hari yang sepi
13 Pola interaksi lebih dipengaruhi oleh Pola interaksi pada masyarakat
ekonomi, politik, pendidikan. pedesaan adalah motif-motif sosial
14 Hirarki sistem administrasi nasional Sitem administrasi kedudukan yang
kedudukan kota lebih tinggi lebih rendah daripada kota
15 Kebauran dan diversifikasi cultural Kesatuan dan keutuhan kultural
Birokrasi fungsional dan secular Isolasi sosial, sehingga static
16 Biasa , karena tak saling mengenal Mudah curiga
17 Mewah-mewahan Sederhana
18 Kesopanan kurang dianggap penting Menjunjung tinggi kesopanan
,lebih mementingkan penampilan saja
19 Transparasi ekonomi Tertutup dalam hal keuangan
20 Lebih percaya diri Perasaan “minder” terhadap orang kota
21 Cuek terhadap janji dan perlu Jika diberi janji, akan selalu diingat
konfirmasi untuk pihak yang
berkepentingan
22 Otroritas pribadi/Egois Demokratis dan Musyawarah

2. Cara Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


Masyarkat Desa dan Masyarakat Kota
Pada umumnya masyarakat kota dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan lebih terjamin daripada masyarakat desa. Sebagian besar
masyarakat telah berpikir secara rasional atau yang masuk akal. Mereka
lebih senang pergi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap. Mereka
jarang ke puskesmas karena umumnya di puskesmas pelayanan kesehatan
masih kurang baik. Kelengkapan fasilitas pun memicu mereka untuk lebih
memilih rumah sakit. Pelayanan di puskesmas dinilai kurang memuaskan
karena terbentur dengan masalah dana yang didapatkan dari pemerintah.
Sehingga mereka tidak dapat memberikan pelayanan secara maksimal.
Masyarakat kota juga lebih cenderung untuk mengkonsumsi obat
ketika mereka sakit. Karena pada dasarnya masyarakat kota lebih
menyukai hal yang instan, praktis dan efektif meskipun mereka harus
mengeluarkan banyak uang. Mereka juga lebih sering mendatangkan
dokter pribadi ke rumahnya. Karena mereka beranggapan bahwa dokter
pribadi lebih baik pelayanannya daripada di rumah sakit.
Di rumah sakit, masyarakat kota akan lebih dimudahkan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Biasanya pihak rumah sakit akan
meminta uang operasional dahulu sebelum mereka mengizinkan pasien
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut dan bagi mereka yang
mampu pasti dapat menyanggupi hal itu. Serta karena layanan kesehatan
mudah dijangkau oleh mereka, transportasi lancar.
Sedangkan bagi masyarakat desa, mereka akan lebih sering
mengunjungi bidan desa atau dukun dalam menyembuhkan penyakit
mereka. Karena pada dasarnya mereka masih percaya dengan adanya hal
mistik, seperti batu yang dapat menyembuhkan penyakit, takhayul dan hal-
hal mistik lainnya. Harga yang lebih murah dan secara transportasi lebih
dapat dijangkau bagi mereka, membuat mereka lebih menyukai untuk
datang ke bidan atau dukun. Pelayanan yang ramah dan nyaman juga
memicu mereka lebih senang datang kepada bidan dan dukun.
Puskesmas di pedesaan juga menjadi alternatif bagi masyarakat
pedesaan. Jika penyakit mereka tak kunjung sembuh dan semakin parah,
mereka akan pergi ke puskesmas. Dengan Jamkesmas dan Jampersal
mereka mendapatkan keringanan dalam berobat. Tetapi hal itu tidak
berlaku jika mereka berobat di rumah sakit. Karena kebanyakan rumah
sakit menolak mereka jika mereka tidak dapat melunasi uang operasional
meskipun mereka mempunyai kartu Jamkesmas dan Jampersal. Oleh
karena itu mereka condong ke puskesmas meskipun fasilitas tidak
selengkap rumah sakit.
Masyarakat pedesaan juga lebih memilih meminum jamu
ketimbang meminum obat. Sugesti mereka terhadap jamu lebih besar,
sehingga terkadang jamu bisa menyembuhkan mereka yang sedang sakit.
Harga yang lebih murah dan tersedia banyak di pedesaan, serta bahan
alami yang digunakan merupakan pemicu mereka untuk mengkonsumsi
jamu.
Jadi, di sini terjadi ketidakadlian bagi masyarakat kota dan
masyarakat desa dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini karena
manajemen rumah sakit dan puskesmas yang masih kurang baik. Serta,
pemberian dana dari pemerintah juga memicu pelayanan kesehatan yang
buruk. Pemikiran masyarakat yang masih kolot pun juga ikut
mempengaruhi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Masyarakat DESA Masyarakat KOTA


1 masih percaya dengan adanya hal sebagian besar berpikir secara
mistik, seperti batu yang dapat rasional atau yang masuk akal.
menyembuhkan penyakit, takhayul mereka lebih suka ke dokter untuk
dan hal-hal mistik lainnya menyembuhkan penyakit
 Pergi ke bidan/Dukun  Sebagian besar memilih pergi
dalam setiap persalinan ke dokter untuk persalinan
 Puskesmas menjadi sarana  Rumah sakit
penting untuk pengobatan
 Masih mengandalkan jamu  Menggunakan Obat

3. Pola Makan Masyarakat

Pola pengeluaran konsumsi masyrakat pedesaan dan perkotaan cenderung


berbeda, karena keterbatasan sarana dan prasarana membuat pola konsumsi di
daerah pedesaan lebih rensah dari daerah perkotaan.
Berdasarkan data BPS tahun 2007 pola konsumsi masyarakat di perkotaan
dan pedesaan memiliki perbedaan yang cukup berarti dan signifikan. Untuk
daerah pedesaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan kelompok
makanan tertinggi adalah makanan makanan bukan jadi, sedangkan untuk
masyarakat daerah perkotaan presentase rata-rata pengeluaran perkapita sebulan
kelompok makanan tertinggi adalah makanan jadi.
Pada daerah perkotaan dan pedesaan memiliki perbedaan tingkat konsumsi
komoditi khususnya makanan seperti konsumsi ikan, daging, dan telur
(Ariningsih, 2004). Di sisi lain hal konsumsi padi-padian daerah perkotaan dan
pedesaan cenderung tidak berbeda, karena beras merupakan bahan pokok utama.
Gaya hidup masyarakat kota yang gemar menyantap makanan siap saji
telah meningkatkan faktor risiko seseorang terkena serangan stroke atau jantung
hal ini berbeda dengan masyarakat desa yang cenderung pola makan yang alami
bebas pencemaran .
Hal itu terjadi lantaran LDL (Low Density Lipoprotein), yang ada di
dalam makanan siap saji, mengendap di dalam pembuluh darah.
Selain kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, kesibukan
masyarakat perkotaan juga membuat orang kota tidak lagi sempat untuk
berolahraga. Situasi itu diperparah dengan semakin buruknya kondisi lingkungan
saat ini.Berbeda dengan faktor kebiasaan makan, yang semestinya bisa
dikendalikan, resiko serangan stroke dan jantung menjadi pilihan bagi masing-
masing orang.
Akibatnya ialah tubuh pun kekurangan oksigen. Salah satu cirinya adalah
mudah lelah. Situasi tersebut direspon oleh Jantung dengan mempercepat aliran
darah ke seluruh tubuh. Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi, jika pembuluh
darah tersumbat. Penyumbatan pembuluh darah tidak terjadi seketika, melainkan
penumpukan dari beragam faktor resiko. Tetapi pada situasi tertentu, saat jantung
dipicu untuk bekerja lebih keras, penyumbatan pembuluh darah bisa berakibat
fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Ariningsih, E. 2004. Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumner Protein Hewani


dan Nabati pada masa krisis ekonomi di Jawa. Icaserd Paper No 56.

Badan Pusat Statistik. 2007. Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. 2007. BPS.

Maharashtra, Muhardi. 2010. Analisis Pola Konsumsi Daerah Perkotaan dan


Pedesaan dengan Karakteristik Sosial Ekonomi di Provinsi Banten. IPB.

Maryati, Kun. 2001. Sosiologi Untuk SMAdan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2. Jakarta: Quadra.

Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta:


Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai