oleh
Bogor
2018
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
Kota Bogor
Laporan Praktik Kerja Industri sebagai Syarat Mengikuti Ujian Lisan Tahun
Ajaran 2017/2018
oleh
Rizka Febria Kuntari
14.60.07908
Bogor
2018
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Disahkan oleh,
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
D. Ketenagakerjaan .................................................................... 7
a. Prasedimentasi ................................................... 8
b. Koagulasi ............................................................ 9
c. Flokulasi .............................................................. 9
d. Sedimentasi ........................................................ 10
e. Aerasi .................................................................. 10
f. Filtrasi ................................................................. 11
g. Desinfeksi ........................................................... 11
h. Resevoir .............................................................. 12
4. Mata Air............................................................... 17
5. Air Laut................................................................ 18
a. Suhu.................................................................... 21
b. Kekeruhan ........................................................... 21
c. Warna ................................................................. 21
d. Bau...................................................................... 22
e. Rasa.................................................................... 22
h. Nitrat (NO3-)......................................................... 25
1. pH Meter .......................................................... 48
2. Spektrofotometer ............................................. 48
3. Turbidimeter ..................................................... 49
B. Pembahasan ......................................................................... 53
B. Saran .................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
A. Latar Belakang
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor adalah
perusahaan milik pemerintah daerah Kota Bogor yang bergerak di bidang
pengolahan air minum. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan
Kota Bogor berkantor pusat di Jalan Siliwangi No.121 Bogor 16142.
Sedangkan untuk pengolahan airnya ada 4, yaitu:
1. Jalan Dekeng Desa Genteng
2. Jalan Raya Cipaku No.8
3. Jalan Palasari
4. Jalan Rancamaya
Cikal bakal PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah perusahaan daerah air
minum Gemeeente Waterleiding Buitenzorg yang dibangun oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1918. Pada waktu itu hanya ada satu sumber mata air
yaitu mata air Kota Batu dengan kapasitas produksi 70 liter per detik.
Pada tahun 1967 PDAM Kota Bogor menambah kapasitas produksi dari
Mata Air Bantar Kambing dengan debit air sebesar 170 liter per detik dan
sumber Mata Air Tangkil pada tahun 1973 dengan debit air sebesar 170 liter
per detik. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor sebagai Badan
Usaha Milik Daerah secara resmi berdiri tanggal 31 Maret 1977 berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bogor No. 5 dan disahkan oleh Gubernur Daerah
Tingkat I Jawa Barat. Pada tahun 1983 PDAM Kota Bogor merintis kerja
sama dengan perusahaan air minum Belanda yaitu NV PWN (Provinciaal
Waterleiding Bedriff Van Noord Holland) dan atas undangan IWACO terjalin
kerja sama twinning untuk kurun waktu 10 tahun (1987-1997) yang dibagi
dalam 4 tahun. Dengan semakin bertambahnya penduduk Kota Bogor, maka
dibangun instalasi pengolahan baru di Dekeng (Bogor Selatan) yang uji
cobanya dilakukan pada bulan Agustus dan September 1997 dengan
rencana kapasitas produksi 400 liter per detik dan terealisasikan menjadi
1.000 liter per detik pada tahun 2005 dengan melakukan up-rating.
Pada tahun 2002, PDAM Kota Bogor mengalami pergantian nama dan
logo baru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bogor No. 001.45-47 tahun
2002 tanggal 29 April 2002, tentang penetapan logo baru PDAM Kota Bogor
dan penambahan nama Tirta Pakuan. Nama perusahaan kemudian menjadi
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.
Dewasa ini PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah berpedoman pada ISO
9001 mengenai semua sistem yang tercakup di dalamnya. Sedangkan
khusus untuk bagian laboratorium berpedoman kepada ISO 17025:2005.
Pelayanan air bersih yang dilakukan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor terus
ditingkatkan, hal ini diwujudkan melalui kerja sama yang dilakukan oleh
Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia (PERPAMSI) dengan USAID
melalui Certification and Training for Network Improvement Project (CATNIP)
untuk memfasilitasi terwujudnya Zona Air Minum Prima (ZAMP).
PDAM Kota Bogor memiliki sistem Jaringan Air Minum dan Kran Air Siap
Minum (KASM), berdasarkan peraturan pemerintah No. 16 tahun 2005.
Produksi total PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor pada bulan Februari 2018
adalah sebesar 2.026 liter per detik yang 20% nya berasal dari empat mata
air yaitu, Tangkil, Kota Batu, Palasari, dan Bantar Kambing serta 80% dari air
permukaan yaitu hasil pengolahan air Sungai Cisadane, Sungai Cikondang,
dan Sungai Cikereteg. Jumlah produksi air yang dilakukan oleh PDAM Tirta
Pakuan Kota Bogor melalui kalkulasi sesuai kebutuhan pelanggan, hal ini
ditujukan agar tidak terjadi kekurangan pasokan air bersih atau kemubadziran
air.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor telah meresmikan Mata Air Palasari pada
tahun 2009. Kapasitas yang dimanfaatkan sebesar 30 liter per detik yang
sekarang menjadi 18 liter per detik dan instalasi Water Treatment Plant
(WTP) yang berkapasitas 20 liter per detik.
Visi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah PDAM sehat melalui tata
kelola yang baik (Good Corporate Governance) dalam mewujudkan
pelayanan prima kepada pelanggan. Misi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
yaitu pertama meningkatkan cakupan pelayanan dengan terpenuhinya
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas untuk mencapai masyarakat sehat. Kedua
ialah meningkatkan kinerja melalui pengelolaan yang efektif, efisien, dan
berwawasan lingkungan dengan SDM yang berkualitas.
E. Kegiatan Perusahaan
Untuk mencapai tujuan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor tersebut, telah
dilaksanakan segala usaha yang berhubungan langsung dengan penyediaan
dan distribusi air minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua
warga. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor melaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Mengusahakan mengenai penyediaan air minum sesuai dengan
program pemerintah daerah.
2. Membangun, mengelola, serta memelihara instalasi sumber mata air
dan penyimpanannya.
3. Memasang dan memelihara pipa induk dan distribusi serta fasilitas
lainnya.
F. Sistem Produksi
Proses produksi air yang dilakukan di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem pengolahan parsial/sebagian dan
sistem produksi pengolahan total. Untuk sumber mata air, proses pengolahan
air yang digunakan hanya sistem pengolahan sebagian, yaitu hanya melalui
proses desinfeksi dengan suatu zat desinfektan. Desinfeksi adalah suatu
proses pemusnahan mikroorganisme patogen yang membahayakan
kesehatan. Proses desinfeksi dilakukan dengan menambahkan zat kimia
yang disebut desinfektan seperti gas klor, kaporit, ozon, dan sodium
hipoklorit. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menggunakan gas klor sebagai
desinfektan. Proses desinfeksi, yaitu penambahan gas klor dengan cara
menyuntikkan klor yang berwujud gas ke dalam air dengan dosis tertentu.
Proses pengolahan yang dilakukan terhadap air permukaan yaitu Sungai
Cisadane adalah proses pengolahan air secara lengkap menggunakan
bantuan WTP (Water Treatment Plant).
Urutan proses pengolahan total yang dilakukan dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Prasedimentasi
Gambar 2. Prasedimentasi
Gambar 3. Koagulasi
c. Flokulasi
Pada bak flokulasi terjadi pengadukan dengan kecepatan
pengadukan yang relatif rendah dan masa waktu putar yang relatif lebih
lama dari proses koagulasi.
Gambar 4. Flokulasi
Pada proses ini akan terjadi pembentukan dan penggabungan flok-
flok sehingga terbentuk flok yang lebih besar dan akan mudah mengendap
oleh gaya gravitasi.
d. Sedimentasi
Gambar 5. Sedimentasi
e. Aerasi
\
Gambar 6. Aerasi
Gambar 7. Filtrasi
g. Desinfeksi
Gambar 8. Desinfeksi
Gambar 9. Reservoir
1. Mata air
a. Mata air Kota Batu dengan kapasitas terpasang 69 L/detik.
b. Mata air Bantar Kambing dengan kapasitas terpasang 135 L/detik.
c. Mata air Tangkil dengan kapasitas terpasang 92 L/detik.
d. Mata air Palasari dengan kapasitas terpasang 12 L/detik.
2. Air Permukaan
a. IPA Cipaku dengan kapasitas terpasang 280 L/detik.
b. IPA Dekeng I dengan kapasitas terpasang 1000 L/detik.
c. IPA Dekeng II dengan kapasitas terpasang 800 L/detik.
d. IPA Palasari dengan kapasitas terpasang 20 L/detik.
e. IPA Cikereteg dengan kapasitas terpasang 40 L/detik.
(Laporan Produksi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor bulan Februari 2018)
b. Kapasitas Produksi
Total produksi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor per Februari 2018
sebanyak 2.026,39 liter/detik.
Berikut ini adalah produksi air PDAM Tirta Pakuan Bogor per Februari
2018 :
1. Produksi air dari Mata Air Tangkil mencapai 91,63 liter/detik.
2. Produksi air dari Mata Air Bantar Kambing mencapai 135 liter/detik.
3. Produksi WTP Cipaku mencapai 287,30 liter/detik.
4. Produksi WTP Dekeng mencapai 639,41 liter/detik.
5. Produksi air dari Mata Air Palasari dan WTP Palasari mencapai 12,39
liter/detik.
6. Produksi air dari Mata Air Kota Batu mencapai 68,54 liter/detik.
7. Produksi air dari WTP Cikereteg mencapai 20,00 liter/detik.
(Laporan Produksi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor bulan Februari 2018)
PROGRAM
ANALISIS
PENGAWASAN
A. Defnisi Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun kepentingan generasi masa
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air. (Effendi, 2003)
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1368
juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk. Misalnya uap air, es, cairan,
dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, dan
gunung es. Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan
atmosfir melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara terus-menerus.
B. Sumber Air
Sumber air merupakan bagian dari suatu daur hidrologi. Siklus air atau
siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer,
ke bumi, dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi. Proses siklus hidrologi berlangsung terus-menerus dan
membuat air menjadi sumber daya alam yang terbaharui. Secara umum
sumber air dikategorikan sebagai berikut :
1. Air hujan
Hujan terjadi karena penguapan terutama air permukaan laut yang
naik ke atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian jatuh
kepermukaan bumi. Proses penguapan tersebut terus berlangsung,
misalnya pada saat butiran hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian
akan menguap sebelum mencapai permukaan bumi. Sebagian akan
tertahan tanaman dan oleh matahari diuapkan kembali ke atmosfer. Air
hujan yang sampai ke permukaan bumi, akan mengisi cekungan,
kubangan di permukaan bumi dan sebagian akan mengalir pada
permukaan bumi.
2. Air Permukaan
Pada dasarnya air permukaan terbagi menjadi :
a. Air sungai
Air sungai adalah air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan
mengalir melewati daerah aliran sungai (DAS). Mempunyai
kandungan mineral yang kecil, tetapi mempunyai kandungan zat
padat terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kualitas
perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan sebagai air minum.
b. Air danau/rawa
Air danau adalah air permukaan yang berasal dari air hujan atau
air tanah yang keluar ke permukaan tanah, terkumpul pada suatu
tempat yang relatif rendah/cekung.
3. Air tanah
Air tanah dan air permukaan sebetulnya saling berkaitan satu dengan
lainnya, karena banyak sungai atau danau menerima sebagian besar
alirannya (airnya) dari air tanah. Air tanah terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
a. Air tanah dangkal
Bila air hujan/air permukaan hanya meresap sampai muka air
tanah yang berada di atas lapisan rapat/kedap air, maka disebut air
tanah dangkal. Air tanah dangkal ini umumnya mempunyai
kedalaman kurang dari 50 m, dan lokasinya seringkali ditemui
berdekatan dengan sumber air permukaan.
Secara garis besar mata air ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Mata air gravitasi
Mata air gravitasi terjadi dalam aquifer air tanah dangkal dimana
permukaan air tanah lebih tinggi dari permukaan tanah. Berdasarkan
keadaan ini mata air gravitasi dibagi menjadi :
1. Mata air gravitasi depresi yaitu air yang muncul ke
permukaan akibat naik atau turunnya lapisan permukaan
tanah.
2. Mata air gravitasi peluapan yaitu air yang muncul ke
permukaan akibat aliran air terhalang lapisan kedap air.
5. Air laut
Air laut adalah salah satu sumber air (ada yang menggolongkannya
sebagai salah satu jenis air permukaan), walaupun tidak termasuk
kategori yang biasa dipilih sebagai sumber air baku untuk air bersih/air
minum, karena kualitasnya yang tidak memadai (tidak efisien) untuk
diolah.(Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009).
C. Kegunaan Air
Sebagai salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia, air memiliki kegunaan yang beragam, misalnya keperluan rumah
tangga, keperluan umum, industri, perdagangan, pertanian, dan pelayaran.
Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu
melestarikan dan manjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga
kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti
penghematan, tidak membuang sampah dan limbah.
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C – 100°C,
air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku dan suhu 100°C
merupakan titik didih. Tanpa sifat tersebut air yang terdapat di dalam
jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat di laut,
sungai, danau, dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk
gas atau padatan. Sehingga tidak akan terdapat kehidupan di bumi
ini. Karena sekitar 60-90% bagian sel makhluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki fungsi
sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan
air tidak menjadi panas ataupun dingin dalam seketika. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai mesin pendingin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya,
proses perubahan uap air menjadi cairan melepaskan energi panas
yang besar. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang
menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai
jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam
jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung
senyawa kimia hingga 35000 mg/L.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan
memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul
cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi
menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik
(higher wetting ability). Tegangan permukaan yang tinggi juga
memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk
bergerak dalam pipa kapiler. (Effendi, 2003)
b. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh
bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan
organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. (APHA,
1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003)
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan
tetapi tingginya padatan terlalut tidak selalu diikuti dengan tingginya
kekeruhan. Tingginya kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan
dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
c. Warna
Warna dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion logam (besi dan
mangan), humus, plankton, dan buangan industri. Warna air
biasanya dihilangkan terutama untuk penggunaan air industri dan air
minum.
d. Bau
Bau merupakan faktor estetika suatu air dapat diterima oleh
masyarakat. Bau yang dihasilkan oleh air dapat disebabkan oleh
membusuknya organisme atau bahan organik serta beberapa bahan
anorganik yang dapat menghasilkan bau.
e. Rasa
Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa
yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan
rasa yang menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan
baunya karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang
mempunyai bau tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang
tidak normal. (Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009)
f. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dan Daya Hantar Listrik (DHL)
Menurut Fardiaz (1992) TDS ini merupakan partikel-partikel yang
terlarut di dalam sampel air yang terdiri dari garam-garam anorganik dan
sedikit bahan organik yang larut dalam air, mineral dan garamnya. Ion-ion
pembentuk TDS adalah karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, natrium,
kalium, nitrat, dan magnesium. TDS sangat berpengaruh pada kualitas
air, seperti rasa, kesadahan, korosif, dan tendensi pembentuk kerak.
Kelebihan TDS di atas batas maksimum dapat menyebabkan rasa tidak
enak di lidah dan rasa mual.
Konduktifitas (daya hantar listrik) adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu semakin
banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula
nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik yang
baik, sedangkan bahan organik, misalnya sukrosa dan benzene tidak
dapat mengalami disosiasi, merupakan penghantar listrik yang jelek.
F. Sifat Kimia Air
a. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan
paling sering digunakan pada kimia air. Perubahan pH dapat menyebabkan
perubahan bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti
koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai
rentang dimana organisme partikulat terlibat. Skala pH berkisar antara 0-14,
klasifikasi nilai pH adalah pH = 7 menunjukan netral, pH < 7 menunjukan
asam dan pH > 7 menunjukan basa. Air minum seharusnya memiliki pH
netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terlarutnya logam berat dan korosi
jaringan distribusi air. Potensiometri dipakai untuk mengukur potensial dan
pH suatu larutan. Prinsip metode potensiometri yaitu suatu cara analisis
yang berdasarkan pengukuran beda potensial dari suatu sel elektrokimia.
e. Sisa Klorin
Gas klor yang ditambahkan kedalam air akan bereaksi dengan amoniak
dan sebagian lainnya akan mengoksidasi logam-logam yang terdapat dalam
air. Sisa klor yang tidak bereaksi berfungsi sebagai desinfektan yang akan
membunuh bakteri. Oleh karena itu, sisa klor harus ada dalam air sebagai
jaminan bahwa air tersebut telah terdesinfeksi. (Materi Pelatihan dan
Pengawasan Kualitas Air, 2009)
g. Aluminium (Al3+)
Di dalam airnminum, kandungan aluminium akan menimbulkan
kekeruhan atau berubahnya warna air dalam sistem distribusi. Oleh karena
itu, nilai panduan (standar) aluminium sebesar 0,2 mg/L merupakan batasan
berdasarkan kondisi estetika. (Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air,
2009).
h. Nitrat (NO3-)
Nitrat terbentuk oleh oksidasi Nitrogen organik oleh bakteri yang terdapat
dalam tanah. Ion Nitrat dan Nitrit dalam air disebabkan oleh penggunaan
pupuk, pembusukkan sayuran dan binatang, limbah domestik, lumpur kotor
yang dibuang ke dalam tanah, limbah industri dan dari udara.
i. Nitrit (NO2-)
Nitrit dapat mengoksidasi hemoglobin menjadi metahemoglobin. Di
bawah kondisi tertentu, nitrit bereaksi dengan amina (sekunder dan tersier)
dan amida membentuk nitrosamine, yaitu suatu senyawa yang bersifat
karsinogenik. Metahemoglobin adalah penyebab penyakit biru bayi (blue
babies). (Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009)
j. Sulfat (SO42-)
Kadar sulfat dalam kedua sampel juga memenuhi standar air minum.
Kandungan sulfat yang melebihi ambang batas dapat menimbulkan rasa
tidak enak pada air. Selain itu, dosis sulfat >1000 mg/L akan memberikan
efek kartatik terhadap manusia, yaitu bereaksi sebagai obat pencahar.
(Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009)
k. Besi (Fe3+)
Tidak ada pengaruh besi terhadap kesehatan, hanya saja berpengaruh
terhadap estetika (warna, endapan, dan rasa). Keberadaan besi dalam
jumlah yang melebihi batas akan memberikan kenampakan keruh dan
berwarna pada air, meninggalkan noda berwarna kuning pada pakaian
(akibat teroksidasi menjadi Fe3+), menyebabkan bau serta rasa tidak enak
pada air, dan dapat terjadi pengendapan besi pada dinding pipa-pipa jaringan
air. (Materi Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009)
l. Mangan (Mn2+)
Kandungan mangan yang tinggi akan menimbulkan rasa pahit pada
air minum dan meninggalkan noda kecoklatan pada pakaian. Pemberian
desinfektan gas klor dapat mengoksidasi sisa mangan dalam air. (Materi
Pelatihan dan Pengawasan Kualitas Air, 2009).
G. Mikroorganisme Dalam Air
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memanfaatkan mata air Tangkil dan
Water Treatment Plant (WTP) Cikereteg sebagai sumber air untuk diolah
menjadi air minum. Namun, karena mata air Tangkil sudah memenuhi
standar atau persyaratan sebagai air bersih, maka hanya dilakukan proses
desinfeksi untuk menghilangkan bakteri. Untuk WTP Cikereteg dilakukan
pengolahan secara lengkap sesuai dengan prinsip pengolahan air di PDAM
Tirta Pakuan Kota Bogor yaitu, prasedimentasi, koagulasi, sedimentasi,
filtrasi, dan desinfeksi.
Desinfeksi adalah langkah terakhir pengolahan sebelum air
didistribusikan. Desinfeksi adalah suatu proses pemusnahan mikroorganisme
patogen dalam air yang akan digunakan oleh manusia/hewan. Proses
desinfeksi dilakukan dengan menambahkan desinfektan tertentu, seperti gas
klor, kaporit, ozon, dan sodium hipoklorit. Gas klor adalah desinfektan yang
digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, sehingga prosesnya disebut
klorinasi yang pendosisannya berdasarkan BPC (Break Point Chlorination).
Klorinasi adalah pembubuhan klor/senyawa klor dalam air. Klor/senyawa klor
merupakan zat yang sudah dikenal baik sebagai desinfektan maupun
sebagai oksidator. Ada beberapa tambahan keuntungan dalam penggunaan
klor/senyawa klor selain sebagai desinfektan, juga digunakan pada bagian
lain dari proses pengolahan air, seperti untuk proses oksidasi zat-zat seperti
pereduksi/reduktor, seperti besi dan mangan terlarut, nitrit, serta zat organik.
Disamping itu klor/senyawa klor bermanfaat untuk mendesinfeksi tangki
penampung (reservoir air bersih), mengontrol pertumbuhan algae pada bak-
bak sedimentasi, filtrasi, dan menghambat pertumbuhan lendir didalam pipa.
Saat gas klor (Cl2) ditambahkan pada air akan terjadi dua reaksi, yaitu
hidrolisis dan ionisasi.
Reaksi gas klor dengan air akan mengakibatkan pH air turun karena
dihasilkan ion H+. Pada suhu air normal, reaksi tersebut telah selesai
lengkap hanya dalam beberapa detik saja. Pada larutan encer dimana pH
sedikit lebih besar dari 4 keseimbangan akan berjalan ke kanan, karena
itu hanya sedikit sekali Cl2 yang berada dalam larutan. Dalam praktek
penambahan klor, pH itu jarang sekali dicapai.
2. Ionisasi
HOCl OCl- + H+
Asam hipoklorit ion hipoklorit
1. Cara Pemanasan
2. Cara Radiasi
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,
kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum. Dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan dan pengawasan kualitas air yang digunakan masyarakat serta
agar terhindar dari gangguan kesehatan yang tidak diinginkan maka standar
kualitas air bersih di Indonesia telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017 tentang standar baku
mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan
higiene sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum.
Air yang didistribusikan ke pelanggan terlebih dulu diperiksa di
laboratorium dengan mengacu pada standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum
yang diperiksa setiap hari.
Tabel 2. Baku Standar Mutu Kualitas Air
Fisika
0C
1 Suhu suhu udara ± 30C suhu udara ± 3
2 Warna Pt-Co 50 15
3 Bau tidak berbau
4 Rasa tidak berasa
5 Kekeruhan NTU 25 5
6 DHL µS/cm
7 TDS mg/L 1500 500
Kimia
8 pH 6.5 - 98.5 6.5 - 8.5
Bikarbonat
9 mg/L
(HCO3-)
10 Kalsium (Ca2+) mg/L
Karbondioksida
11 mg/L
(CO2)
12 Klorida (Cl-) mg/L 600 250
Kesadahan
13 mg/L 500 500
(CaCO3)
Besi
14 mg/L 1 0,3
(Fe terlarut)
Mangan
15 mg/L 0,5 0,4
(Mn terlarut)
16 Nitrat (NO3-) mg/L 10 50
-)
17 Nitrit (NO2 mg/L 1 3
2-)
18 Sulfat (SO4 mg/L 400 250
19 Sisa Klor (Cl2) mg/L
Aluminium
20 mg/L 0,2
(Al3+)
Zat Organik
21 mg/L 10 10
(KMnO4)
Mikrobiologi
22 Coliform /100 mL 50 0
23 E. Coli /100 mL 0 0
BAB IV KEGIATAN DI LABORATORIUM
A. Metode Analisis
Cara Kerja :
1) Dimasukkan contoh ke dalam piala gelas 100 ml.
2) Diseka ujung termometer dengan tissue.
3) Dicelupkan ujung termometer ke dalam contoh (usahakan tidak
menempel dinding wadah).
4) Ditunggu sekitar 2-5 menit.
5) Dicatat angka yang tertera pada termometer.
Cara Kerja:
Dilakukan secara organoleptik.
c. Kekeruhan
Metode : Nephelometer.
Dasar : Perbandingan intensitas cahaya yang diserap dari suatu
larutan contoh air dengan intensitas cahaya yang diserap
oleh suatu larutan standar pada kondisi yang sama.
Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap, maka
makin tinggi pula nilai kekeruhannya.
Cara Kerja:
1) Dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian Turbidimeter
dikalibrasi dengan larutan standar dengan nilai kekeruhan tertentu
(<0,1; 20; 200; dan 1000 NTU) .
2) Dimasukkan contoh ke dalam tabung turbidimeter, kemudian
diseka dengan tissue.
3) Diperiksa dan baca skala yang ditunjukkan oleh alat.
d. TDS
Metode :Konduktometri
Dasar :Hantaran yang terjadi dalam larutan dapat menghantarkan
arus listrik. Arus ini mula-mula dibawa oleh ion-ion
anorganik seperti kalsium, natrium, dll. Jumlah dari semua
zat-zat padat tersebut dihitung sebagai total padatan
terlarut.
Cara kerja :
1) Dibilas elektroda pada alat konduktometer dengan air suling, lalu
diseka dengan tissue.
2) Dimasukkan sampel ke dalam piala gelas 100 ml.
3) Dicelupkan elektroda ke dalam sampel.
4) Ditekan tombol TDS pada alat konduktometer.
5) Dicatat hasil yang tertera pada konduktometer.
e. DHL
Metode : Konduktometri
Dasar : Prinsip kerja dari konduktometri ini adalah sel hantaran
dicelupkan kedalam larutan ion positif dan negative yang
ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan
sinyal listrik berupa hambatan listrik larutan. Hambatan
listrik dikonversikan oleh alat menjadi hantaran listrik
larutan.
Cara Kerja:
1) Dibilas elektroda pada alat konduktometer dengan air suling, lalu
diseka dengan tissue.
2) Dimasukkan sampel ke dalam piala gelas 100 ml.
3) Dicelupkan elektroda ke dalam sampel.
4) Ditekan tombol DHL pada alat konduktometer.
5) Dicatat hasil yang tertera pada konduktometer.
Cara Kerja:
1) pH meter dikalibrasi dahulu dengan larutan buffer pH 4 dan 7. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan nilai slope.
2) Dimasukkan contoh ke dalam piala gelas 100 ml, kemudian
dipasang stirrer.
3) Dicelupkan elektroda dan dicatat hasil yang tertera.
b. Kadar CO2
Metode : Netralisasi
Dasar : Karbon dioksida (CO2) bersifat asam dan larut dalam air
dengan natrium hidroksida terjadi reaksi netralisasi
melalui penitaran hingga titik akhir berwarna merah muda
seulas dengan indikator PP(SNI 06-6989.11-2004).
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 100 ml contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Ditambahkan beberapa tetes indikator PP(Tidak terbentuk warna).
3) Dititar dengan NaOH 0,01 N sampai larutan berubah menjadi
merah muda seulas.
c. Kadar Bikarbonat
Metode : Netralisasi
Dasar : Bikarbonat (CO3) bersifat basa dan larut dalam air
dengan asam sulfat terjadi reaksi netralisasi melalui
penitaran hingga titik akhir berwarna sindur dengan
indikator SM (SNI 06-6989.11-2004).
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 50 ml contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Ditambahkan beberapa tetes indikator SM (Kuning).
3) Dititar dengan H2SO4 0,05 N sampai larutan berubah menjadi
sindur.
Reaksi :
Hg2+ + 2Cl- → HgCl2
Cara Kerja:
1. Dimasukkan 50 ml contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2. Ditambahkan beberapa tetes indikator diphenil carbazone
(larutan biru).
3. Ditambahkan beberapa tetes HNO3 2.1 % hingga larutan hijau.
4. Dititar dengan Hg(NO3)2 0,01 N sampai larutan berubah dari
hijau ke biru.
Perhitungan:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟 𝑥 𝑁 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟 𝑥 35,5 𝑥 1000
Kadar Cl- =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Reaksi :
Ca2+ + EBT Ca EBT
(dalam air) (biru) (merah anggur)
Ca EBT + EDTA Ca EDTA + EBT
(biru)
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 25 ml contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Ditambahkan beberapa 2 ml buffer pH 10.
3) Ditambahkan beberapa tetes indikator EBT larutan merah anggur.
4) Dititar dengan EDTA 0,01 N sampai larutan berwarna biru.
Perhitungan:
Kadar CaCO3 = volume penitar x N penitar x 100 x 1000
Volume contoh
f. Kadar Ca2+
Metode : Kompleksometri
Dasar : Ion Ca2+ akan bereaksi dengan EDTA membentuk
senyawa rangkai EDTA kemudian bereaksi lagi dengan
indikator murexid sehingga warna larutan titik akhir
berwarna biru
Reaksi:
Ca2+ + murexid Ca murexid
(dalam air) (ungu) (merah)
Ca murexid + EDTA Ca EDTA + murexid
(merah anggur)
Cara Kerja:
1) Dimasukkan 25 ml contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2) Ditambahkan 1 ml NaOH 1%.
3) Ditambahkan beberapa tetes indikator murexid larutan merah.
4) Dititar dengan EDTA 0,01 N sampai larutan berwarna merah
anggur.
Reaksi :
Cara kerja:
1) Dipipet 1 mL larutan standar induk Fe 1000 ppm ke dalam labu
ukur 100 mL (10 ppm).
2) Dibuat deret standar 0,10 - 1,00 ppm (0,00 0,10 0,20 0,40 0,60
0,80 1,00 ppm) dari larutan standar 10 ppm ke dalam labu ukur
100 mL.
3) Dipipet 50 mL sampel kedalam piala gelas 100 mL.
4) Sampel dan deret standar diukur dengan AAS.
Perhitungan:
Absorbansi−intersep
Kadar Besi =
Slope
Reaksi :
Cara kerja:
1) Dipipet 1 mL larutan standar induk Mn 1000 ppm ke dalam labu
ukur 100 mL (10 ppm).
2) Dibuat deret standar 0,10 - 1,00 ppm (0,00 0,10 0,20 0,40 0,60
0,80 1,00 ppm) dari larutan standar 10 ppm ke dalam labu ukur
100 mL.
3) Dipipet 50 mL sampel kedalam piala gelas 100 mL.
4) Sampel dan deret standar diukur dengan AAS.
Perhitungan:
Absorbansi − intersep
Kadar Mangan =
Slope
Reaksi :
Cara Kerja:
1) Contoh air dengan kekeruhan tinggi disaring dengan membran
0,45 µm.
2) Dimasukkan contoh ke dalam piala gelas 100 ml, ditambahkan 1
ml sulfanilamid dan 1 ml NED.
3) Didiamkan selama 5 menit.
4) Diperiksa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543
nm.
Perhitungan:
Absorbansi
Kadar Nitrit =
Slope
j. Kadar Sulfat (SO42-)
Metode : Spektrofotometri UV-VIS
Dasar : Ion sulfat dalam medium asam asetat diendapkan
memakai barium chloride (BaCl2) menjadi kristal barium
sulfat (BaSO4) warna putih, penyerapan cahaya oleh
suspensi barium sulfat kemudian diukur dengan alat
spektrofotometer dan konsentrasi sulfat ditentukan oleh
perbandingan pembacaan suatu kurva standar pada
panjang gelombang 420 nm (SNI 06-6989.20-2009).
Reaksi :
BaCl2 + SO42- BaSO4 + 2Cl-
Cara kerja:
1) Dibuat deret standar 0-5 ppm ke dalam labu ukur 100 ml.
2) Dimasukkan 50 ml sampel dan blanko ke dalam piala gelas 100
ml.
3) Masing-masing ditambahkan 10 ml buffer sulfat dan 1 cup BaCl2.
4) Diamkan 1-2 menit.
5) Diperiksa dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm, catat dan hitung kadar sulfat.
Perhitungan:
Absorbansi
Kadar Sulfat =
Slope
Perhitungan:
Absorbansi
Kadar Nitrat =
Slope
Reaksi :
Al3+ + 3 CH3COO- + 2 H2O Al(OH)2CH3COO + 2CH3COOH
Cara Kerja:
1) Dibuat deret standar 0 ppm - 0,25 ppm ke dalam labu ukur 100 ml.
2) Diambil sempel air 25 ml ke dalam piala gelas, lalu dititar dengan
H2SO4 0,02 N.
3) Dipipet 25 ml contoh air dalam labu ukur 50 ml dan tambahkan
H2SO4 0,02 N sesuai dengan hasil penitaran diatas, kemudian
ditambahkan 1 ml berlebihan dan diaduk perlahan.
4) Ditambahkan 1 ml Asam askorbat dan diaduk.
5) Ditambahkan 10 ml buffer asetat dan diaduk.
6) Ditambahkan 5 ml indikator eriochrom cyanine R, diaduk dan
dihimpitkan.
7) Dibiarkan 5–10 menit dan diperiksa pada panjang gelombang 535
nm.
Catatan : apabila terjadi gangguan karena kekeruhan pada
contoh masa harus dilakukan dengan menambahkan
1 ml EDTA 0,01 N.
Perhitungan:
Absorbansi
Kadar Aluminium =
Slope
m. Sisa klor
Metode : Komparator.
Dasar : Penetapan ini dilakukan untuk mengetahui berapa sisa
klor yang ada dalam air, dengan menggunakan DPD no. 1
(N,N-diethil-1,4-Phenilenediamine). Warna yang
dihasilkan dibandingkan dengan standar pada alat
kolorimetri klor. (komparator)
Cara Kerja:
1) Diambil contoh air dalam tabung kolorimeter klor sampai tanda
garis, kemudian dibubuhi tablet DPD No. 1 dan dibiarkan melarut
semua (sambil dikocok).
2) Apabila ada sisa klor berwarna merah.
3) Diperiksa dengan alat komparator dengan cara menyamakan
warna yang ada pada komparator dengan warna pada contoh.
Cara Kerja:
Kenormalan KMnO4
1) Diukur 100 ml air suling dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
asah.
2) Ditambahkan 10 ml larutan H2SO4 4 N.
3) Ditambahkan 10 ml KMnO4 0,01 N (dari buret).
4) Dipanaskan, dihitung 5 menit dari mendidih (selalu gunakan
refluks atau pendingin tegak).
5) Ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat dari buret.
6) Dititrasi kelebihan asam oksalat dengan KMnO4 0,01 N sampai
terbentuk warna merah muda seulas
Pengerjaan sampel
1) Diukur 100 ml air suling.
2) Ditambahkan 10 ml larutan H2SO4 4 N.
3) Ditambahkan 5 ml KMnO4 0,01 N (dari buret).
4) Dipanaskan, dihitung 5 menit dari mendidih (selalu gunakan
refluks atau pendingin tegak).
5) Ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat dari buret.
6) Dititrasi kelebihan asam oksalat dengan KMnO4 0,01 N sampai
terbentuk warna merah muda seulas
Perhitungan:
10 × 0.01
Kenormalan KMnO4 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
Cara Kerja:
1) Dinyalakan alat kolorimeter DR 890.
2) Ditekan tombol program, lalu ditekan angka 64 (nomor metode
untuk ammonia).
3) Diisi tabung contoh I dengan air suling.
4) Diisi tabung contoh II dengan contoh.
5) Ditambah pereaksi salisilat ke dua tabung secara bersamaan,
lalu dikocok untuk melarutkan dan menghomogenkan.
6) Lalu ditekan timer pada alat, dan disetel untuk 3 menit.
7) Setelah alat berbunyi, pada kedua tabung ditambahkan pereaksi
sianurat, lalu dikocok.
8) Timer ditekan kembali, dan disetel untuk 15 menit.
9) Setelah alat berbunyi, dimasukkan tabung contoh I dan ditutup,
kemudian ditekan tombol zero.
10) Tabung contoh II dimasukkan dan ditutup, kemudian ditekan
tombol read. Lihat dan catat hasil pembacaan.
p. Sianida (CN-)
Metode : DR 890
Dasar : Metode piridine-pyrazolone memberikan warna biru
dengan sianida bebas.
Cara Kerja:
1) Dinyalakan alat kolorimeter DR 890.
2) Ditekan tombol program, lalu ditekan angka 23 (nomor metode
untuk sianida).
3) Diisi tabung contoh I dengan contoh.
4) Diisi tabung contoh II dengan contoh.
5) Ditambah pereaksi CyaniVer 3 ke tabung I, lalu dikocok untuk
melarutkan dan menghomogenkan.
6) Lalu ditekan timer pada alat, dan disetel untuk 30 detik.
7) Setelah alat berbunyi, tabung I ditambahkan pereaksi CyaniVer
4, lalu dikocok.
8) Ditambahkan pereaksi CyaniVer 5 untuk tabung I, dikocok.
9) Timer ditekan kembali, dan disetel untuk 30 menit.
10) Setelah alat berbunyi, dimasukkan tabung II dan ditutup,
kemudian ditekan tombol zero.
11) Tabung contoh I dimasukkan dan ditutup, kemudian ditekan
tombol read. Lihat dan catat hasil pembacaan.
Perhitungan:
Jumlah koloni/100 ml =
b. E. Coli
Metode : APHA 22nd Edition Th. 2012.
Dasar : Penetapan dilakukan dengan cara menyaring contoh
menggunakan membrane filter ukuran 0.45 µm. Hasil
saringan dimasukkan ke dalam petri yang di dalamnya
terdapat media campuran Rosalic acid dengan MFC Broth
Base. Setelah inkubasi 24 jam dengan suhu 44°C akan
terlihat koloni yang biru metalik.
Cara Kerja:
1) Disimpan media campuran Rosalic acid dengan MFC Broth Base
dalam cawan Petri dengan ketebalan 3 mm.
2) Dimasukkan contoh sebanyak 100 ml dengan membrane filter
yang telah disediakan.
3) Disimpan membrane filter di atas media yang sudah disiapkan.
4) Diinkubasi pada suhu 44°C ± 0,5 selama 24 jam.
5) Dihitung jumlah bakteri yang tumbuh berwarna biru dengan colony
counter.
B. Peralatan yang Digunakan
Peralatan instrumen yang digunakan pada analisis air minum yang
bersumber dari mata air di laboratorium PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
adalah sebagai berikut :
1. pH meter
pH didefinisikan sebagai logaritma dari kebalikan konsentrasi dari ion
hidrogen. Prinsip metode potensiometri yaitu suatu cara analisis yang
berdasarkan pengukuran beda potensial dari suatu sel elektrokimia.
Potensiometer dipakai untuk mengukur potensial dan pH suatu larutan.
2. Spektrofotometer
Prinsip spektrofotometer yaitu pengabsorbsian cahaya pada panjang
gelombang tertentu. Absorbansi tersebut sebanding dengan konsentrasi zat
(ion) yang bersifat warna komplementer. Faktor ketajaman mata pada
kolorimeter dapat di gantikan dengan suatu sel fotolistrik yang secara
langsung mengukur intensitas dari cahaya yang dipancarkan (It) dan secara
tidak langsung cahaya yang di absorbsi (Ia), jadi tergantung pada warna dari
benda. Hukum dasar spektrofotometer adalah hukum Lambert- Beer dengan
persamaannya: A = ε . t . c
Dimana:
A = absorban
ε = epsilon (molar absorbancy index)
t = tebal media
c = konsentrasi
Abs
ppm
3. Turbidimeter
Prinsip dari turbidimeter yaitu perbandingan sifat optis antara contoh
dengan standar. Sifat optisnya antara lain hamburan dan absorbsi cahaya
yang melaluinya. Turbiditas merupakan sifat optis akibat dispersi sinar dan
dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi
adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Metode turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas cahaya yang datang, pengukuran perbandingan cahaya yang
diteruskan terhadap cahaya yang datang, dan pengukuran efek ekstingsi
yaitu, kedalaman saat cahaya mulai tidak tampak di dalam medium yang
keruh. Pengukuran turbiditas dengan metode Nefelometri, yaitu intensitas
cahaya diukur dengan larutan standar dan berbanding lurus terhadap
konsentrasi dan ketebalan, tetapi juga tergantung pada warna. Satuan yang
digunakan yaitu NTU (Nefelometri Turbidity Unit).
4. Conductivity – Meter
Conductivity meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur
konduktansi daya hantar larutan elektrolit. Pada umumnya larutan KCl
digunakan sebagai larutan pembanding. Alat ini juga dapat mengukur TDS.
Prinsipnya adalah pengukuran kapasitas ion total terutama zat anorganik
dalam larutan sampel yang konsentrasi pengukurannya dinyatakan dalam g/L
atau mg/L dari ion- ionnya. Alat ini dilengkapi dengan termometer untuk
mengukur suhu.
A. Hasil Analisis
Hasil Analisis Kualitas mata air Distribusi Zona 1 dengan parameter uji
fisika, kimia dan mikrobiologi dibandingkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang air
minum.
2 Warna Pt-Co 15 0
8 pH - 6,5-8,5 6,83
Karbon Dioksida
11 7,27
(CO2)
Zat Organik
20 mg/lt 10 0,65
(KMnO4)
MIKROBIOLOGI
22 Coliform /100ml 0 0
23 E. Coli /100ml 0 0
B. Pembahasan
Dari analisis air Distribusi Zona 1 diperoleh hasil untuk parameter suhu
yaitu 24,6 °C. Hasil ini memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 untuk standar air minum,
yaitu sesuai dengan suhu udara atau dengan deviasi maksimum 3 °C.
Berdasarkan analisa warna dengan metode Pt-Co, diperoleh hasil bahwa
air konsumen zona 1 tidak berwarna, yaitu 0 TCU. Hasil ini sesuai dengan
standar.
Untuk analisa bau pada air konsumen zona 1 tidak memiliki bau. Hasil ini
sesuai dengan standar.
Untuk analisa rasa pada air konsumen zona 1 tidak memiliki rasa. Hasil
ini sesuai dengan standar.
Daya Hantar Listrik dari air Distribusi Zona 1 didapatkan hasil sebesar
159,1 µS/cm.
Kekeruhan air dari air Distribusi Zona 1 sebesar 1,30 NTU. Hasil ini telah
sesuai dengan standar Peraturan Mentreri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/Per/IV/2010 untuk standar air minum, dengan batas maksimum 5
NTU.
Untuk air konsumen zona 1 diperoleh hasil zat padat terlarut sebesar
80,2 mg/L. Hasil ini juga telah memenuhi standar Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu zat padat terlarut maksimal
dalam air minum sebesar 500 mg/L.
pH air konsumen zona 1 sebesar 6,83. Hasil ini juga telah memenuhi
standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu
pH air berkisar antara 6,5-8,5.
Kadar klorida yang diperoleh dalam air konsumen zona 1 sebesar 7,23
mg/L. Hasil ini juga memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar klorida maksimal dalam air minum
sebesar 250 mg/L.
Parameter kesadahan dihitung sebagai CaCO3. Kadar CaCO3 dalam air
konsumen zona 1 adalah 56,45 mg/L. Hasil ini juga memenuhi standar
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar
CaCO3 maksimum dalam air minum sebesar 500 mg/L.
Parameter karbondioksida dihitung sebagai CO2. Kadar CO2 dalam air
konsumen zona 1 adalah 7,27 mg/L. Hasil ini juga memenuhi standar
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Parameter kalsium dihitung sebagai Ca. Kadar Ca dalam air konsumen
zona 1 adalah 8,23 mg/L. Hasil ini juga memenuhi standar Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Parameter bikarbonat dihitung sebagai HCO3. Kadar HCO3 dalam air
konsumen zona 1 adalah 96,01 mg/L. Hasil ini juga memenuhi standar
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
Kadar besi terlarut dalam air konsumen zona 1 adalah < 0,05 mg/L. Hasil
ini telah memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 untuk standar air minum, yaitu batas maksimum
0,3 mg/L.
Kadar Mangan terlarut dalam air konsumen zona 1 adalah < 0,02 mg/L
atau lebih kecil dari limit deteksinya. Hasil ini sesuai dengan standar Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 untuk
standar air minum, yaitu batas maksimum 0,4 mg/L.
Kadar Nitrit dalam air konsumen zona 1 adalah 0,04 mg/L. Hasil ini sesuai
dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, dengan kadar nitrit maksimum dalam air minum
sebesar 3 mg/L.
Kadar Nitrat dalam air konsumen zona 1 adalah 6,57 mg/L. Hasil ini
sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar nitrat maksimum dalam air minum
sebesar 50 mg/L.
Kadar Sulfat dalam air konsumen zona 1 adalah 5,90 mg/L. Hasil ini
sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar sulfat maksimum dalam air minum
sebesar 250 mg/L.
Kadar zat organik dalam air konsumen zona 1 adalah 0,65 mg/L. Hasil ini
sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar zat organik maksimum dalam air minum
sebesar 10 mg/L.
Pada parameter sisa klor, hasil yang didapatkan adalah sebesar 0,3 hasil
ini sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010. Karena sumber Mata Air Tangkil telah memenuhi
standar air bersih, maka dari mata air hanya melalui proses desinfeksi untuk
sampai ke konsumen zona 1. Desinfeksi ini bertujuan untuk membunuh
bakteri-bakteri patogen yang berada dalam air dengan penambahan gas klor.
Dan desinfeksi untuk WTP Cikereteg bukan menggunakan gas klor, tetapi
ditembakkan larutan NaOCl yang hanya sebagai pembantu proses
desinfeksi.
Pada parameter bakteriologi, hasil analisis yang didapatkan adalah 0
untuk parameter Coli Group dan bakteri E. Coli air konsumen zona 1. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam sampel air konsumen zona 1 tidak mengandung
bakteri E. Coli ataupun bakteri golongan koliform. Hasil ini sesuai dengan
standar Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap beberapa parameter
analisis fisika, kimia, dan mikrobiologi dapat disimpulkan bahwa air Distribusi
Zona 1 yang berasal dari Mata Air Tangkil dan WTP Cikereteg telah
memenuhi standar air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
B. Saran
Dalam kesempatan kali ini, penyusun hendak menyampaikan beberapa
saran, yaitu:
1. Melakukan analisis yang lebih teliti agar diperoleh hasil yang lebih
akurat.
2. Jika mendapatkan hasil analisa yang tidak sesuai dengan standar,
segera ditelusuri segala kemungkinan yang terjadi dan dilakukan
analisa ulang.
3. Tetap menjaga rasa kekeluargaan antar staf dan karyawan demi
terciptanya lingkungan kerja yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2009. Materi pelatihan pengawasan air. Bekasi : Balai Diklat Air
Bersih dan PLP.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 6989.5:2009. Air dan Limbah – Cara Uji
Mangan (Mn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan Sumber Daya dan
Ligkungan Perairan. Yogyakarta: Kasinius.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kasinius.
Ismail, H. E. Krisnandi, Drs.,B.Sc.,2013. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor:
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. 2014. Panduan Praktik Kerja Industri.
Bogor: Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT
Kalman Media Pusaka. Jakarta. Edisi Kelima.
Winarno, F.G. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PR Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
Keterangan :
MATA AIR
DEBIT AIR
DESINFEKSI
RESERVOIR
Lampiran 3. Diagram Alir Pengolahan Air Total
PRASEDIMENTASI
KOAGULASI
FLOKULASI
SEDIMENTASI
AERASI
FILTRASI
DESINFEKSI
RESERVOIR
Lampiran 4. Diagram Sistem Penyediaan Air Minum
79 l/dt
Intake Ciherang Pondok Instalasi WTP Dekeng
Reservoir IV
Air Baku 600 l/dt 541 l/dt 12.000 M3
571 l/dt
Distribusi 547 l/dt Zone 4
S. Cisadane
= METER ELECTRONIC
= POMPA
= KATUP TERTUTUP
= SUMBER MATA AIR
Lampiran 5. Pembuatan Pereaksi
Kimia
1. Derajat 6,5 8,5 - Menyebabkan korosifitas.
Keasaman (pH) - Pembentukan H2S bila pH<7 dan terbentuk Trikloroamin
bila pH >7 yangbersifat racun.
- Menimbulkan rasa pahit jika pH > 7.
15. As (Arsen) mg/lt - 0.01 - Senyawa beracun dan berakumulasi dalam tubuh.
- Menyebabkan gangguan sistim pencernaan dan dapat
menyebabkan kanker kulit, hati dan saluran empedu.
- Mempengaruhi sistim syaraf sentral yang menyebabkan koma.
- Dosis Arsen 70-80 mg dapat meyebabkan kematian
16. Se (Selenium) mg/lt - 0,01 - Berupa racun yang diperkirakan menyebabkan kerusakan
hati, ginjal dan limpa.
- Menyebabkan gangguan pencernaan, kulit memucat, dan
kerusakan gigi
- Kadar Selenium 2 mg/l menimbulkan kematian pada tikus
waktu< 2 bulan.
17. Cr (Chromium) mg/lt - 0,05 - Menyebabkan kanker kulit, alat pencernaan dan paru-paru.
- Cr6+ bersifat racun dan kadar 5% menyakibatkan keracunan.
- Dosis rendah iritasi selaput lendir pencernaan makanan.
- Kadar 10 mg/kg berat badan mengakibatkan gangguan hati dan
dapat mengakibatkan kematian.
18. Cd (Cadnium) mg/lt - 0.003 - Terakumulasi dalam jaringan tubuh sehingga menyebabkan
batu ginjal, angguan lambung, kerapuhan tulang, mengurangi
hemoglobin darah dan pigmentasi gigi.
- Akumulasi pada hati & ginjal dan akan dikeluarkan melalui urin.
26. Cu (Tembaga) mg/lt - 1,0 - Menimbulkan rasa tidak enak dan dapat menyebabkan kerusakan
pada hati.
- Mempertinggi korosi dan meninggalkan noda jika kandungan Cu>1,0
mg/l
27. Zat Organik mg/lt - 10 - Menimbulkan bau tidak sedap dan menyebabkan sakit perut.
Ket:
- DikutIp dari " Pengaruh Penyimpangan Standar Kualitas Air Minum Terhadap Kesehatan " oleh Dra. Tri Tugaswati.
- Telah dimuat dalam majalah Kesehatan Masyarakat (Journal of Healt) No. 20 th VIII/79, hal 26, 27,28.
- Dikutip dari Modul " Gambaran umum penyediaan & Pengolahan Air Minum " bab 7.1 Pengaruh parameter
yang menyimpang terhadap kesehatan, pada Pelatihan Water Quality Edisi Maret 2003.
Lampiran 7. Perhitungan
= 56,45 mg/L
= 7,27 mg/L
4,72 × 0,00109 × 40
= x 1000
25,00
= 8,23 𝑚𝑔/𝐿
5. Penetapan Kadar Bicarbonat (HCO3-)
Absorbansi
Kadar Nitrat =
slope
1,8202
=
0,27705
= 6,57 mg/L
Absorbansi
Kadar Nitrit =
slope
0,0422
=
1,05612
= 0,04 mg/L
Absorbansi
Kadar Sulfat =
slope
0,0653
=
0,01107
= 5,90 𝑚𝑔/𝐿
Keterangan:
a = Volume KMnO4 0,01N ( mL)
b= Normalitas KMnO4
c = Normalitas asam oksalat
31,6 = bst KMnO4
0 ×100
=
100
= 0 koloni/100 mL
0 ×100
=
100
= 0 koloni/100 mL
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Deret Standar