Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGEN-

AGEN INFEKSIUS

Disusun oleh :
Kelompok 4

Asrid Patrisia ( 04021281924044 )


Fitra Aliya Rahma ( 04021281924045 )
Alifa Miftahul Jannah ( 04021281924046 )
Almuslimiati R ( 04021281924047 )
Gita Aprilia ( 04021281924048 )
Yurisa Fitri ( 04021281924049 )
Dinda Fita Rosa ( 04021281924050 )
Dinda Putri Karina ( 04021281924051 )
Shefa Mursalinda ( 04021281924052 )
Wiwin Marlenia ( 04021281924053 )
Shahnaya Nabilla Fahrelya ( 04021281924054 )
Munirah ( 04021281924055 )
Rina Widayani ( 04021281924056 )
Alfrisca Nindia Valenta ( 04021281924057 )

Dosen Pembimbing:Herliawati, S.Kep, M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019/2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bias
selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bias menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Indralaya, 17 oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.……..………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI........................………………………………………………………………...iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Agen Agen Infeksius…..............................................................................……………...3

2.1.1 Virus......................................................................................................................3

2.1.2 Bakteri...................................................................................................................3

2.1.3 Jamur.....................................................................................................................4

2.1.4 Parasit....................................................................................................................4

2.1.5 Riketsia..................................................................................................................4

2.1.6 Claumidia..............................................................................................................4

2.2 Karakteristik Agen Infeksius..................................................... ………………………...5

2.3 Faktor factor yang mempengaruhi agen infeksius….…………………………………...5

2.3.1 Faktor faktor yang mempengaruhi infeksi bakteri pada manusia.........................5

2.3.1.1 Adhesi....................................................................................................5

2.3.1.2 Daya Serang...........................................................................................6

2.3.1.3 Jenis Toksin...........................................................................................6

2.3.1.4 Faktor lain..............................................................................................6

2.3.2 Faktor faktor yang mempengaruhi infeksi............................................................7

2.3.2.1 Infaction Agent.......................................................................................7

iii
2.3.2.2 Sifat Sifat Intrinsik kuman penyakit.......................................................7

2.3.2.3 Interaksi antara host dan agent...............................................................7

2.4 Rantai Infeksi…....................…………………………………………………………....8

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..11

3.2 Saran…………………………………………………………………………………....11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroorganisme dijumpai dimana-mana, hingga pada kulit manusia. Oleh karena itu
mikroba memiliki korelasi yang erat dan peranan yang penting dengan seumur hidup
manusia, yang bisa memberikan pengaruh positif juga negatif. Diantara peran mikroba yang
bersifat negative antara berbaring : penyebab penyakit, penyebab kebusukan makanan, dan
penyebab keracunan makanan.Mikroba sebagai pemegang peran penting di dalam penyebab
luka menular disebut juga sebagai agen infeksi. Agen infeksi terdiri dari : virus, ricketsia,
bakteri, jamur, protozoa, dancacing. Mikroba tadi memiliki kemampuan menimbulkan
penyakit yang masuk melalui saluran pernafasan, pencernaan, ginjal, kulit, dan gigitan
serangga.
Infeksi ditimbulkan karena adanya agen infeksius yang menyerang tubuh manusia,
baik secara langsung maupun melalui perantara. Agen infeksius dapat berupa bakteri, virus,
jamur, dan parasit. Agen infeksius yang menyerang manusia mempunyai tingkatan tertentu
dalam patogenitasnya, yaitu dapat menimbulkan penyakit ringan sampai penyakit
mematikan. Penyakit yang ringan apabila tidak ditangani secara serius bias menyebabkan
akibat yang lebih fatal (Arias, 2003).

Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhinya, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, lingkungan,
portal of entry dan daya tahan hospes. Masuknya agen infeksi dapat menyebabkan penyakit
dikarenakan melemahnya system imun. Dalam tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
penyakit (Susanti, 2010). Agen infeksius yang menyerang tubuh manusia mempunyai
tingkatan tertentu mulai dari agen yang dapat menimbulkan penyakit mematikan sampai pada
agen yang menimbulkan penyakit-penyakit ringan. Di dalam tubuh manusia dilengkapi
dengan sederetan mechanisme pertahanan, bekerja sebagai alat proteksi untuk mencegah
masuk dan menyebarnya agen infeksi. Mekanisme system pertahanan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu system imunadaptif (spesifik) dan system imunalami (nonspesifik). Sistem
imunadaptif (spesifik) adalah pertahanan tubuh yang membutuhkan waktu lama untuk
mengenal antigen sebelum memberikan responssnya sedangkan system imun alami
(nonspesifik) merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respons langsung terhadap antigen
(Baratawidjaja,1991).

1
1.2. RumusanMasalah
1. Apa definisi dan macam-macam agen infeksius?
2. Bagaimana karakteristik agen infeksius?
3. Apa faktor faktor yang mempengaruhi agen infeksius?
4. Bagaimana rantai infeksi?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan macam-macam agen infeksius
2. Untuk mengetahui agen infeksius
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi agen infeksius
4. Mengetahui rantai infeksi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Agen-agen infeksius
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat
menimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.

2.1.1. Virus
Virus adalah organisme patogen terkecil (20-300 nm) yang mengandung RNA
atau DNA serta memiliki kapsid. Virus tidak mampu bermetabolisme/bereplikasi mandiri
sehingga memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang biak. Virus merupakan
penyebab tersering timbulnya penyakit pada manusia sering tanpa gejala dan
berkembang tanpa diketahui. Hal demikian menyebabkan perbedaan antara infeksi virus
(replikasi di tubuh penjamu) dan penyakit virus (replikasi disertai kerusakan jaringan)
sangat kritis. Banyak infeksi tanpa disertai eliminasi virus dari tubuh tetapi menetap
bertahun-tahun atau seumur hidup, multiplikasi berlanjut dan dapat diperlihatkan sebagai
infeksi menahun atau hidup di dalam bentuk laten non-infektif dengan potensi
direktifkan kemudian, misalnyau virus herpes zoster penyebab cacar air (varicella) dapat
menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dan secara periodik diaktifkan timbul
sebagai vesikel dikulit yang dapat menyebabkan rasa sakit.

Infeksi berbagai jenis virus yang menyebabkan penyakit sering digolongkan ke


dalam sistem organ yang terkena seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik
yang ditimbulkan seperti virus yang menyebabkan eksantema, dan sifat infeksi laten
virus.

2.1.2. Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, berukuran antara 0,5-10 µm.
Bakteri juga merupakan organisme hidup dan dapat ditemukan di mana-mana. Ada
waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri.
Infeksi bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri atau borok pada
bagian tubuh. Bakteri memiliki flagel atau bulu cambuk, pili atau fimbriae, kapsula atau
lapisan lendir, dinding sel dimana ada yang struktur dinding sel bakteri Gram negatif
yaitu merupakan struktur yang berlapis, sedangkan bakteri Gram positif mempunyai satu
lapis yang tebal.

2.1.3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur tidak hanya terjadi di luar baguan tubuh
(kulit), tetapi terjadi juga di dalam tubuh. Misalnya Candida Albicans. Candida Albicans
adalah jenis fungi yang seperti ragi, umumnya ditemukan di dalam mulut, kerongkongan,
usus, dan saluran genital. Normalnya, bakteri baik dalam usus akan berkompetisi dengan
candida dan menjaganya agar tetap terkendali tanpa menyebabkan masalah kesehatan

3
apapun. Namun ketika keseimbangan antara bakteri baik dan candida terganggu, maka
infeksi candidas tidak dapat dihindari. Contohlain adalah infeksi jamur yang terjadi di
susunan saraf pusat, seperti meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis,
dan abses otak.

2.1.4. Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan
yang berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.

3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host
atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik.

4. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing


parasit.

2.1.5.Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang
sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang
penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat
serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai
bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel.
Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat
tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam
telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat
pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.

2.1.6. Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
daripeptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan
Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron,
berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia
berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius,
berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah
ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan
intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia
mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di
dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup

4
telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-
bedakan atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya.
Dua spesies yangterpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus
dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psittacosis pada manusia,
ornitosis pada burung, dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan inklusi intrasitoplasma yang padat dan
mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis padatikus.Pada manusia
dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas inklusi, uretritis, non-spesifik,
salpingitis, servisitis, dan pneumonitis.

2.2. Karakteristik Agen Infeksius


Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba pathogen memiliki sifat-sifat khususyang
sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya. 8 Sebagai makhlukhidup, mikroba
pathogen memiliki cirri-ciri kehidupan, yaitu :
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak.
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.
c. Bergerak dan berpindah tempat.

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi agen infeksius

2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi bakteri pada manusia:

2.3.1.1. Adhesi

Fimbriae (pili) adalah struktur yang menyerupai rambut yang terdapat pada tubuh
bakteri. Pili berfungsi membantu bakteri menempelkan tubuhnya pada lokasi infeksi.
Kondisi penempelan ini disebut sebagai adhesi. Hal ini tidak terjadi secara kebetulan,
reaksi tertentu membantu terjadinya adhesi.

Reseptor permukaan pada sel-sel epitel dan struktur perekat (adhesin) pada
permukaan bakteri terlibat dalam reaksi adhesi ini. Struktur perekat (adhesin) terdapat
pada fimbriae/fibrillae/pili. Adhesin mengandung factor virulensi yang membuat rantai
virulen bakteri. Bila adhesin hilang, bakteri menjadi avirulen.

Jadi, orang yang diimunisasi dengan adhesin tertentu akan membuat tubuh
membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri tertentu.

5
2.3.1.2. Daya Serang

Bakteri yang menyerang jaringan tubuh bisa menimbulkan infeksi pada skala luas
atau hanya infeksi lokal. Misalnya, infeksi luka dapat menyebabkan septicemia
streptokokus yang merupakan jenis infeksi luas.Sedangkan infeksi abses Staphylococcus
lebih bersifat lokal.

2.3.1.3. Jenis Toksin

Bakteri mampu menghasilkan toksin yang menyebabkan infeksi pada tubuh. Ada
dua jenis toksin yang dihasilkan oleh bakteri, yaitu eksotoksin dan endotoksin.
Eksotoksin dapat berdifusi pada media di sekitarnya dan sangat berbahaya meskipun
dalam jumlah yang sangat sedikit. Sedangkan endotoksin mudah hancur karena panas.

Terdapat beberapa eksotoksin yang terkenal sebagai zat paling beracun di dunia.
Misalnya, toksin botullinum. Satu juta marmot dapat dibunuh dengan hanya 1 mg toksin
botullinum. Eksotoksin umumnya dihasilkan oleh bakteri gram positif dan beberapa
bakteri gram negative seperti E.coli, Cholera vibrio, dan lainnya. Eksotoksin
menunjukkan afinitas spesifik terhadap jaringan tertentu dan setiap eksotoksin memiliki
efek yang berbeda pada masing-masing inang.

Endotoksin merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri gram negatif.
Endotoksin terbuat dari kompleks polisakarida-protein-lipid yang sangat stabil terhadap
panas. Lipid A merupakan komponen yang mempengaruhi toksisitas endotoksin.
Komponen ini akan dilepaskan ke media sekitarnya hanya ketika dinding sel bakteri
hancur. Endotoksin akan berbahaya hanya ketika terdapat dalam jumlah banyak.
Endotoksin tidak memiliki aktivitas farmakologis tertentu dan memiliki efek yang sama
pada setiap inang.

2.3.1.4. Faktor Lain

a. Bakteriofag

Beberapa bakteri mengandung bakteriofag yang memberikan sifat virulensi


pada bakteri tersebut. Misalnya, bakteri difteri mengandung bakteriofag yang
memiliki gen untuk memproduksi toksin.

b. Plasmid

Terdapat bakteri yang mengandung plasmid. Plasmid ini memberikan


kekebalan ganda terhadap pengobatan pada bakteri sehingga infeksi menjadi sulit
diobati.

c. Bakteri berkapsul

6
Klebsiella pneumoniae dan Haemophilus influenzae adalah jenis bakteri yang
berkapsul.Sel-sel bakteri dilindungi oleh sebuah kapsul yang membantu mereka
menghindari fagositosis. Bakteri tersebut membawa antigen pada kapsul untuk
melanjutkan aktivitaslisis (proses penghancuran) di dalam sel-sel tubuh.

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi

2.3.2.1. Infaction Agent (kuman penyakit).

a. Sangat banyak jenisnya, dari bentuk yang paling sederhana yaitu virus sampai dengan
bakteri yang bersifat kompleks & multicellular dibicarakan di mikrobiologi.

b. Relatif sedikit yang dapat menginfeksi manusia.

c. Virulensinya berbeda untuk masing-masing species hewan dan manusia.


Ex: Cholera, AIDS, Sifilis, dll, tidak virulen terhadap hewan.

d. Merupakan komponen penting dalam rantai penularan penyakit.

2.3.2.2. Sifat-sifat Intrinstik dari Kuman Penyakit.

a. Ditentukan oleh kuman sendiri dan tidak bergantung pada interaksi dengan tuan
rumah (host)

b. Sifat tersebut antara lain:

1) Bentuk : Spiral, batang, coccus.

2) Besar.

3) Sifat-sifat Kimia : Basopilik : Asinopilik.

2.3.2.3.Interaksi antara Host dan Agent


a. Infectivity
Kemampuan dari agent untuk masuk dan berkembang biak dalam tubuh Host
(kemampuan untuk menimbulkan infeksi). Secara eksperimen: jumlah minimum dari
partikel/agent yang dibutuhkan untuk dapat menimbulkan infeksi pada 50% dari
kelompok Host dengan spesies yang sama (= ID 50).

Jumlah tersebut berbeda dan bergantung pada: Kuman (agent), Cara


pemberian darah; mulut; feces dll, Sumber dari kuman darah; sputum; feces dll,
Factor host: Umur; Sex; Ethink. Berdasarkan sifat infectivity ada yang infectivitasnya
tinggi: Misal: Influensa. Infectivitasnya rendah: Misal : Lepra/Kusta Infectivity pada
manusia hanya dapat diperkirakan tidak diizinkan untuk dilakukan eksperimen (Etik
Kedokteran).

Cara untuk menilai infectivity pada manusia dengan: Kecepatan / kemudahan


dari agent untuk menyebar dalam suatu populasi. Jumlah/proposi dari orang sehat
yang kontak dengan penderita yang mengalami infeksi (rumah tangga; asrama).

7
Scondery Attack Rate: Jumlah kasus baru, kasus mula-mula dalam suatu populasi,
Jumlah dari orang yang rentan dalam populasi tersebut,dan kasus mula-mula Survei
serum: setelah terjadinya KLB/Epidemi

b. Pathogenecity

Kemampuan dari kuman untuk menimbulkan reaksi sehingga timbul gejala-


gejala klinik (gejalapathologis).Dapat ditentukan proposinya dengan memeriksa Lab.
Serum/Darah/Urine/ setelah KLB sesuatu penyakit. Ex: Staphylococci tidak pathogen
bila berada rectum. Sangat pathogen bila berada di peritoneum atau selaput otak.
Pathogenecity = Jumlah orang yang terinfeksi dengan gejala klinik Jumlah orang yang
terinfeksi x K

c. Virulensi

Proporsi dari penderita suatu penyakit dengan gejala-gejala klinik yang


berakhir dengan gejala klinik berat/kecacatan/kematian.Dapat ditentukan dengan
menghitung CFR (Case Fatality Rate). Dipengaruhi oleh: Dosis. Cara infeksi. Host
Umur: RAS. Ex: Pest lebih pathogen bila masuk melalui jalan nafas dibanding dengan
gigitan kutu. Polio lebih parah pada dewasa disbanding dengan pada anak-anak.

d. Immuno genecity

Kemampuan dari suatu infeksi kuan untuk menghasilkan kekebalan yang


spesifik. Humoral Imunity Bergantung pada Tipedari Agent Cellular immunity
Campuran, dipengaruhi oleh: Faktor Host umur; gizi; dosisi; virulensi. Tempat
infeksisal.Nafas/alatkelamin/usus bersifat lokal.Sifat instrinsik dari kuman. Ex.
Campak: Immunitas dapat bertahan lama. GO: Tidak menghasilkan immunitas dapat
terjadi serangan berulang.

2.4. Rantai Infeksi

8
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of
entry dan host atau penjamu yang rentan.

a. Agen Infeksi Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun
resident. Mikroorganisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini
bisa hidup dan berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan
kecuali dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan
melalui cuci tangan dengan sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan
dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan penyakit), kemampuan untuk
masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan dalam host/pejamu.
b. Reservoir (sumber mikroorganisme) Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen
dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai reservoir
adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain. Kebanyakan reservoir
adalah tubuh manusia, terutama dikulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya
mikroorganisme pathogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya.
Sehingga reservoir yang didalamnya terdapat mikroorganisme pathogen bisa
menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang
biak dalam reservoir jika karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik
tersebut adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan. Reservoir tertentu berhubungan erat
dengan siklus hidup dari agent secara alamiah. Terdiri dari :

I. Secara sederhana : Reservoir dapat manusianya sendiri: Human. Misal: Virus dan
bakteri URI (Upper Respiratory Tract Infaction) Staphylococcus, Dhiphtheria,
Venereal disease, Mumps, Typhoid, Amoebiasis.
II. Penularan berasal dari sumber binatang (zoonosis) Animal animal animal Human
Misal: TBC Bovinus (lembu), Pest, Anthrax (Biribiri) Rabies (anjing, kelelawar)
Manusia bukan merupakan bagian penting dari siklus.
III. Penularan dengan siklus yang kompleks melalui reservoir yang banyak dengan
stadium perkembangan yang berbeda. Mis: Schistosoma. Manusia siput tumbuhan air,
manusia Malaria. Manusia nyamuk manusia, manusia sebagai Reservoir/Carrier Masa
inkubasi Inapparent Masa penyembuhan Chronic cancer Kasus : Colonization Misal:
staphylococcus di hidung, Inapparent infection (Infection Covert), Infectious disease
(Overt) Mild/Moderate Severe

c. Portal masuk Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya
kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam
tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya
tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk kedalam tubuh.

9
d. Cara penularan Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya. Kontak
tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita, peralatan yang
terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau lalat.
e. Portal of exit Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan
keluar untuk masuk ke dalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan
infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya
manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan,
genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta darah.
f. Daya tahan hospes (manusia) Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan
terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu
terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme
dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap
kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kerentanan tubuh terhadap

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen. Mikroorganisme dijumpai dimana-mana, hingga pada kulit manusia. Oleh karena
itu mikroba memiliki korelasi yang erat dan peranan yang penting dengan seumur hidup
manusia, yang bias memberikan pengaruh positif juga negative. Salah satu pengaruhnya yaitu
terjadinya penyebab luka yang mana dapat menyebabkan infeksi. Infeksi sendiri disebabkan
dari agen-agen infeksi seperi virus, bakteri, rickettsia, jamur, protozoa, dan cacing yang
menyerang tubuh manusia baik secara langsung maupun melalui perantara. Agen infeksius
yang menyerang tubuh manusia mempunyai tingakatan tertentu mulai dari agen yang dapat
menimbulkan penyakit mematikan sampai dengan agen yang menimbulkan penyakit-
penyakit ringan. Di dalam tubuh manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme
pertahanan, bekerja sebagai alat proteksi untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen
infeksi.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

11
Daftar pustaka

Saputra,Rizkia,Igor. 2014. Agen Infeksius. Eprints Universitas Diponegoro


DN Putri. 2014.Faktor dan agen yang mempengaruhi penyakit. UIN Malang

Iskandar, farida. 2017.Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinyapenyakit


infeksi.http://docplayer.info/42261354-Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terjadinya-
penyakit-infeksi.htm ( diakses, 15 oktober 2019)

http://docplayer.info/42261354-Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terjadinya-penyakit-
infeksi.html. (diakses, 15 oktober 2019)

Staf Pengajar FK UI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara


Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. 2002. Buku AjarPatologi I (Umum).
Jakarta: Sagung Seto.

Zimmerman, H.L. 2009. “Virus vs Bakteri”.http://www.bayisehat.com/immunization


mainmenu-36/309-virus-vs-bakteri-apakah-antibiotik-diperlukan.html
(diakses, 15 oktober 2019)

Nur, W. (2011). “Respon imun terhadap infeksi parasit“.“. http://id.shvoong.com/medicine


and-health/imuunology/2105950-respon-imun-terhadap-infeksi-parasit/#ixzz1LLaYGg8E
(diakses, 15 oktober 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai