Tax Learning (Hubungan Istimewa)
Tax Learning (Hubungan Istimewa)
136
29 Apr 2016
Tim Redaksi Ortax, Ortax.org
II. Pembahasan
Berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh dan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang PPN, Hubungan
istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu dengan yang
lain. Adapun dijelaskan pada Pasal 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010
tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan,
ketergantungan atau keterikatan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung berkenaan dengan
usaha, pekerjaan, atau kepemilikan atau penguasaan, yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Penjelasan terkait Hubungan di antara pihak-pihak yang bersangkutan adalah sebagai berikut:
Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan saham oleh PT A
merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50% (lima puluh persen)
saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada
PT C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal demikian, antara PT A, PT B, dan PT C
dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen)
saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan
kepemilikan seperti di atas dapat juga terjadi antara orang pribadi dan badan.
b) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen
atau penggunaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan kepemilikan. Hubungan istimewa
dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian
juga hubungan di antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.
c) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke
samping satu derajat. Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah
ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu
derajat adalah saudara. Kemudian, yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis
keturunan ke samping satu derajat adalah ipar. Apabila antara suami istri mempunyai perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan, maka hubungan antara suami istri tersebut termasuk dalam
pengertian hubungan istimewa
Terkait dengan penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa dapat disimak pada Peraturan : PER - 32/PJ/2011
III. Penutup
Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat terjadi karena ketergantungan atau keterikatan satu
dengan yang lain baik dilakukan secara langsung atau tidak langsung berkenaan dengan usaha, pekerjaan;
atau kepemilikan atau penguasaan. Terkait dengan kepemilikan atau penguasaan terdiri dari 3 (tiga) hal
yaitu (1) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak
atau lebih yang disebut terakhir; (2) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau (3) terdapat
hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu
derajat.
IV Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan
Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
136
29 Apr 2016
Tim Redaksi Ortax, Ortax.org