KARDIOTOKOGRAFI (CTG)
Oleh:
Preseptor:
dr. H. Defrin, Sp.OG (K)
Bradikardia yang tidak disertai perubahan gambaran DJJ lainnya bukan petunjuk
bahwa janin mengalami hipoksia. Bradikardia dapat juga disebabkan oleh keadaan lain yang
bukan hipoksia berat, seperti:4,5,6
Kehamilan posterm
Hipotermia
Janin dalam posisi oksiput posterior atau oksiput melintang
Obat (propanolol, analgetika golongan –kain)
Bradiaritmia janin.
Pada hipoksia serebral, variabilitas DJJ akan menghilang apabila janin tidak mampu
mengadakan mekanisme kompensasi hemodinamik untuk mempertahankan oksigenasi
serebral. Dapat disimpulkan bahwa variabilitas DJJ yang normal menunjukkan sistem
persarafan janin mulai dari korteks serebri – batang otak – nervus vagus – dan sistem
konduksi jantung dalam keadaan baik. Variabilitas DJJ akan menghilang pada janin yang
mengalami asidosis metabolik.6
Beberapa keadaan bukan hipoksia yang dapat menyebabkan variabilitas DJJ
berkurang:9,10
Janin tidur (suatu keadaan fisiologis dimana aktivitas otak berkurang)
Janin anensefalus (korteks serebri tidak terbentuk)
Janin preterm (sistem persarafan belum sempurna)
Obat (narkotik, diazepam, MgSO4, betametason)
Blokade vagal
Defek jantung bawaan.
Gambaran akselerasi yang terlihat pada kontraksi uterus dan deselerasi variabel
menunjukkan adanya kompresi parsial pada tali pusat. Gambaran akselerasi yang menghilang
dapat menjadi pertanda adanyahipoksia janin, apalagi bila disertai dengan tanda-tanda
lainnya, seperti variabilitas djj yang berkurang, takikardia, atau bradikardia. Penting untuk
membedakan antara akselerasi oleh karena kontraksi dan gerakan janin.6,9
b. Deselerasi dini (early decelerations)
Deselerasi dini adalah penurunan DJJ sesaat yang terjadi bersamaan dengan timbulnya
kontraksi. Gambaran penurunan DJJ pada deselerasi dini menyerupai bayangan cermin dari
kontraksi, yaitu timbul dan berakhirnya deselerasi sesuai dengan saat timbul dan berakhirnya
kontraksi. Nadir (bagian terendah) deselerasi terjadi pada saat puncak kontraksi.6,10
Gambaran deselerasi lambat yang “halus” (penurunan DJJ sangat sedikit) mungkin
sulit dideteksi pada KTG, akan tetapi tetap mempunyai arti patologis (abnormal). Penurunan
aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin mengalami hipoksia. Apabila janin
masih mempunyai cadangan O2 yang mencukupi dan masih mampu mengadakan kompensasi
keadaan tersebut, maka tidak tampak adanya gangguan pada gambaran KTG selama tidak ada
stress yang lain. Bila terjadi kontraksi uterus, maka aliran darah ke plasenta akan semakin
berkurang dan akan memperberat keadaan hipoksia janin. Keadaan terakhir ini akan
menyebabkan rangsangan pada kemoreseptor dan n.vagus dan terjadilah deselerasi lambat
tersebut.
Jarak waktu antara timbulnya kontraksi dan terjadinya deselerasi sesuai dengan waktu
yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n.vagus. pada fase awal, dimana tingkat
hipoksia belum sampai menyebabkan hipoksia otak dan tubuh masih mampu mengadakan
kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi otak, variabilitas DJJ biasanya normal. Akan
tetapi bila keadaan hipoksia semakin berat dan berlangsung lebih lama maka jaringan otak
akan mengalami hipoksia. Sebagai akibatnya adalah variabilitas DJJ yang menurun dan
akhirnya menghilang sebelum janin akhirnya mati dalam rahim.6,9,10
Penanganan apabila ditemukan deselerasi lambat adalah memberikan infus, ibu tidur
miring, berikan oksigen, menghentikan kontraksi uterus dengan memberikan obat-obatan
toksolitik, dan segera direncanakan terminasi kehamilan dengan seksio sesarea.9
Berbeda dengan deselerasi dini dan deselerasi lambat, gambaran deselerasi variabel
berbentuk runcing oleh karena timbul dan menghilangnya deselerasi berlangsung cepat.
Deselerasi variabel digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:8,9
Deselerasi variabel ringan, apabila penurunan DJJ tidak mencapai 80 dpm dan
lamanya kurang dari 30 detik.
Deselerasi variabel sedang (moderat), apabila penurunan DJJ mencapai 60-80 dpm
dan lamanya antara 30-60 detik.
Deselerasi variabel berat, apabila DJJ menurun sampai di bawah 60 dpm dan lamanya
lebih dari 60 detik.
Katagori satu adalah kondisi normal dari pemantauan DJJ dan menggambarkan status
asam basa janin saat pemantauan dalam keadaan normal.Katagori I dapat dipantau pada
pemeriksaan rutin asuhan antenatal dan tidak memerlukan tatalaksana khusus.
Katagori II
Katagori II tidak memprediksi adanya abnormalitas status asam basa janin, saat ini
belum ditemukan bukti yang adekuat untuk mengkasifikasikan katagori ini menjadi Katagori
I atau Katagori III.Katagori II memerlukan evaluasi dan pemantauan lanjut serta reevaluasi
dan mencari factor-faktor yang berkaitan dengan keadaan klinis.Pada beberapa keadaan
diperlukan uji diagnostic untuk memastikan status kesejahteraan janin atau melakukan
resusitasi intrauterine pada hasil Katagori II ini.
Katagori III
Katagori III berkaitan dengan abnormalitas status asam basa pada saat pemantauan janin
tersebut dilakukan.Katagori III memerlukan evaluasi yang baik (akurat). Pada kondisi ini,
tindakan yang dilakukan tidak terbatas hanya untuk memberikan oksigenasi bagi ibu,
merubah posisi ibu, menghentikan stimulasi persalinan, atasi hipotensi maternal, dan
penatalaksanaan takhisistol, tetapi juga dilihat situasi klinis yang terjadi pada waktu itu. Bila
Katagori III tidak dapat diatasi, pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan (persalinan).11,12
Penilaiaan Kategori
Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai hilangnya
variabilitas (absent variability)
Bradikardia
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. LA
Usia : 26 tahun
Alamat : Pilubang, Sungai Limau, Padang Pariaman
No. RM : 00.95.62.22
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 4 Juli 2019
2. ANAMNESIS PASIEN
Seorang pasien wanita berusia 26 tahun masuk ke KB IGD RSUP DR. M. Djamil
Padang pada tanggal 4 Juli 2019, pasien dirujuk dari RSUD Pariaman dengan diagnosis nyeri
akut abdomen ec ruptur uteri pada G2P1A0H1 gravid preterm 34-35 minggu + bekas SC 1x +
letak sungsang
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut ada sejak 12 jam sebelum masuk RS
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada
Keluar air-air dari kemaluan tidak ada
Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada
Tidak haid sejak 8,5 bulan yang lalu
HPHT : lupa
Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, siklus haid teratur, lama 5-7 hari,
banyak 2-3x ganti pembalut/hari, nyeri haid (-)
Riwayat hamil/abortus/persalinan : 2/0/1
1. 2016/ laki-laki/ 3900 gr/ SC a.i. kondiloma/ hidup
2. sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit hati, ginjal, DM dan alergi obat sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit keturunan, penyakit
menular, dan kejiwaan.
Riwayat Sosial Ekonomi dan lain-lain
Riwayat Pendidikan : SMA
Riwayat pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Riwayat kebiasaan : merokok (-), minum alkohol (-),
penyalahgunaan obat (-)
Riwayat Perkawinan : Ini merupakan perkawinan yang pertama
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 17x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Gigi dan mulut : Caries tidak ada
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, tidak teraba pembesaran KGB
dan kelenjar tiroid
Thorak
Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
o Perkusi : Batas atas (RIC II), kanan (LSD), kiri (1 jari
lateral LMCS RIC V)
o Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
o Inspeksi : simetris kiri dan kanan
o Palpasi : fremitus kiri dan kanan
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : Suara napas vesikular, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Status obstetrik
Punggung : Tidak ada kelainan
Genitalia : Status obstetrik
Anus : Tidak dilakukakan pemeriksaan
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik
Status Obstetrikus
Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan 8,5 bulan,
linea mediana hiperpigmentasi (+), striae gravidarum (+),
sikatrik (+)
o Palpasi :
LI : FUT teraba 4 jari di bawah proc. Xyphoideus, teraba massa
bulat keras.
L II : Teraba bagian terbesar janin disebelah kiri dan teraba bagian
terkecil janin disebelah kanan
L III : Teraba massa bulat, lunak, noduler
L IV : (-)
TFU = 25 cm, TBA 2100 gram
His : (-)
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) normal, DJJ 140-150 x/menit
Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (4/7/2019)
Hb : 10,6 gr/dL
Leukosit : 11.460 /mm3
Ht : 32%
Trombosit : 251.000/mm3
Kesan : anemia ringan, leukositosis
USG 4/7/2019
Biometri
BPD : 8,37 cm
AC : 27,67 cm
FL : 6,59 cm
EFW : 2059 gr
Kardiotokografi (CTG)
INTERPRETASI CTG
DENYUT JANIN BASAL
Baseline : 130-140 dpm
Variabilitas : 5-25 dpm
PERUBAHAN PERIODIK
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : (-)
Kesan: Normal/Reaktif
5. DIAGNOSIS
Observasi nyeri akut abdomen ec ruptur uteri imminens pada G2P1A0H1 gravid
preterm 34-35 minggu + bekas SC 1x + letak sungsang
6. PENATALAKSANAAN
Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital pasien, DJJ, His
Pro SCTPP
BAB 4
DISKUSI
Berdasarkan hasil rekaman CTG pasien observasi nyeri akut abdomen ec ruptur uteri
imminens pada G2P1A0H1 gravid preterm 34-35 minggu + bekas SC 1x + letak sungsang
pada tanggal 4 Juli 2019 disimpulkan CTG normal/reaktif. Hal ini dikarenakan baseline
denyut jantung janin sebanyak 130-140 dpm, yaitu masih dalam batas 120-160 (normal),
variabilitas denyut jantung janin masih dalam batas normal yaitu sebanyak 5-25 dpm, tidak
ada deselerasi dini, dan ditemukan adanya akselerasi variabel. Pada rekaman CTG tidak
ditemukan adanya deselerasi variable maupun deselerasi lambat.
DAFTAR PUSTAKA