PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
tubuh (seperti bakteri, virus, jamur dan parasit), yang saat dalam keadaan
virus, jamur dan parasit memiliki berbagai cara untuk masuk kedalam
bersin sedangkan kontak tidak langsung seperti gigitan serangga yang hanya
jamur dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila ketahanan tubuh
(Imunologi) menurun pada anak dibawah umur dua tahun dan balita
merupakan salah satu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih
satu masalah kesehatan utama di dunia, hal ini dibuktikan dengan masih
tingginya angka kesakitan dan kematian karena ISPA terutama pada bayi
manusia (Maryunani, 2010). Dampak ISPA jika tidak ditangani dengan baik
Menurut data dari WHO tahun 2012 setiap tahunnya hampit 4 juta
orang meninggal dan 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan.
Penyebab kematian ini tingkat mortalitasnya sangat tinggi pada bayi, balita,
menengah dan rendah. Kematian yang terbanyak dari tahun ketahun adalah
penyakit infeksi saluran pernapasan akut dan diare pada balita ataupun anak.
Data WHO tahun 2015 tercatat 5,9 juta kematian balita atau 15 % dalam
Kematian Menurut WHO tahun 2011 di New York jumlah penderita ISPA
jam karena pneumonia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kematian
prevalensi penyakit menular seperti ISPA, Diare dan Malaria pada balita
Prevalensi ISPA turun dari 13,8 % pada tahun 2013 menjadi 4,4 % pada
tahun 2017 yaitu sebesar 705,659 ( 39.2 %) dari jumlah kasus. minggu ke-
849 kasus(2,63 %) dari jumlah balita. Sedangkan jumlah kasus yang ditemui
dan ditangani sebanyak 182 kasus (21%). (Profil Dinkes Kab. Dharmasraya,
terdapat 1245 kasus ISPA dari jumlah balita 2321 orang (Laporan
Puskesmas Sitiung II , 2018). Nagari Pulau Mainan merupakan satu dari 5
nagari yang berada dalam wilayah kerja puskesmas Sitiung II. Menurut data
yang diperoleh dari puskesmas Sitiung II jumlah kasus ISPA dinagari Pulau
Nopember dan 51 kasus pada bulan Desember. Jumlah kasus kasus tiga
bulan terakhir 2018 sebanyak 122 kasus (Laporan Puskesmas Sitiung II,
2018 ).
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah
batuk, pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian ats lainnya, virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. ISPA
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang
yang kurang baik, maka masyarakat akan mudah terjangkit penyakit ISPA,
salah satunya adalah faktor lingkungan dan faktor perilaku keluarga. Faktor
lingkungan dilihat dari pencemaran udara di dalam rumah, ventilasi rumah,
yaitu perilau dalam mencegah dan penanganan ISPA di keluarga baik yang
dilakukan oleh ibu, bapak atau anggota keluarga lainya. Peran aktif keluarga
sehingga temperatur dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan
pemanfaatan yang paling baik atau dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan
aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan oksigen (O 2),
sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti ISPA, ini dapat
kebersihan rumah dan keadaan ventilasi rumah dengan kejadian ISPA pada
Nagari Pulau Mainan yang dilakukan kepada 9 rumah yang memiliki balita
hubungan kondisi sanitasi fisik rumah dengan penyakit ISPA pada balita di
Tahun 2019.
1.2 Rumusan Masalah
ISPA pada balita di Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten
Tahun 2019
2019
a. Bagi Puskesmas
Sebagai suatu informasi dan masukan bagi Program Studi Ilmu Kesehatan
c. Peneliti Selanjutnya
berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain case control. Penelitian ini
kejadian penyakit ISPA pada balita di Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto
serta data sekunder mengenai kasus ISPA yang diperoleh dari Puskesmas