Aku Dalam Kehidupan 24 09 14
Aku Dalam Kehidupan 24 09 14
A.Well Service
merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan
dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap berproduksi (initial
completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat kerusakan saat berproduksi (Work
Over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini bertujuan untuk
mempertahankan serta meningkatkan laju produksi sumur.
1. Tool House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara
segala peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta
memperbaiki kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service
dengan selalu menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan yang
dibutuhkan saat melakukan service terhadapsumur.
Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat kelompok kerja yaitu :
initial completion, sevice, work over dan equipment maintanance.
a. Initial Completion
Initial Completion merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan
setelah pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan
sehingga sumur dapat mulai berproduksi.
Tujuannya untuk mengetahui kualitas penyemenan agar dapat diketahui daerah yang
belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi dengan baik dapat
mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona produktif dengan zona air. Bila ini
terjadi maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeese Cementing
3. Perforating
Perforating adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk melubangi casing agar
terjadi hubungan antara well bore dengan reservoir. Untuk melakukan hal ini
dibutuhkan suatu alat yang disebut GUN.
4. Swabbing
Swabbing yaitu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur dengan
menggunakan alat penghisap (swab Tool) melalui tubing, drill pipe.
Well Service Job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan untuk merawat suatu
sumur supaya dapat terus berproduksi sesuai dengan yang diinginkan. Untuk merawat
sumur ini diperlukan alat yang dapat membantu untuk mempermudah setiap
pekerjaan yang dilakukan.
1. Surface Equipment
Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
a. Rig
Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur
minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke
dalam sumur. Rig yang digunakan di PT CPI Minas adalah Hydraulic Powered, Self
Propelled, Self Guyed, back in Type dan Double Mast.
b. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya
dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes BOPE dan kill well.
1. Pompa Duplex
Pompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating Pump yang
dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap (suction valve)
dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut Double Acting Pump.
2. Pompa Triplex
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume pemompaan
yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang bekerja
sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi dibandingkan
pompa Duplex.
Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat tekanan
reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow Out Preventer Equipment (BOPE) dipasang
di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh beberapa baut yang
dikunci kuat untuk keselamatn jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Subsurface Equipment
a. Packer
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman
tertentu dari lubang sumur.
b. Tubular Product
Tubular product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing dan tubing.
Drillpipe adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi sebagai penyalur
lumpur pemboran dan mentransmisikan putaran rotary table sehingga dapat memutar
bit.
Drillpipe merupakan tubing tanpa las, panjang setiap bagiannya sekitar 30 ft.
Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah lumpur dibuang dari dalam
sumur, mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak mudah runtuh dan
menghindari terjepitnya pipa akibat mud cake atau lempung ketika produksi sedang
berlangsung.
c. Sand Pump
Pompa pasir (sand pump, bailer) berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang
sumur pada kedalaman yang sudah ditentukan. Cara kerjanya adalah dengan
menghisap pasir kotoran-kotoran tersebut sehingga dinamakan suction bailer.
c. Work Over
Work over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan
sumur agar produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat
dipertahankan termasuk diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan work
over adalah :
d. Equipment Maintenance
Perawatan dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan dapat dipakai
berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment maintenance. Pekerjaan ini
sangat penting sekali mengingat peralatan yang dipakai dalam produksi minyak bumi
sangat mahal sehingga perlu untuk menghematnya. Disamping itu tempat ini juga
digunkan untuk memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer, swivel dan reda
pump.
e. Subproduce Equipment
Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak
dari perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai
subproduce equipment yaitu sebagai berikut :
Tugas Produce Suibsurface Team adalah menangani sumur-sumur minyak yang ada
pada suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi dengan laju produksi
yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu proses produksi sampai ke
Gathering Station.
1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist
a. Production Engineer
Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi tetap
optimal. Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan
dilapangan khususnya yang berkaitan dengan operasi Well Service maupun
Workover. Tugas dari Production Engineer antara lain :
a. Gain Job
Berkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan kegiatannya antara
lain :
1. Perforasi
a. Add Perforation
Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur dari jumlah
perforasi yang telah ada.
b. Re-Perforation
Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan efektifitas dari
lubang yang telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze Cementing
2. Zone Isolation
Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona yang sudah
tidak produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui suatu zona harus
diisolasi atau tidak, dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi. Tujuannya untuk
mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi. Pada individual Zone Test
ini, digunakan REDA Pump. Dari individual zone test, selanjutnya dilakukan Micro
Motion Test dan dua data penting yang dapat diambil adalah Water Cut dan
Productioan Rate secara lebih teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari
swab test, dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi sumur, dan
water cutnya tetapi data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.
2. Stimulation
b. Maintenance
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur produksi.
Pola inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan hasil
injeksinya kurang optimal.
3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu sumur,
biasanya paling efektif pada zona yang banyak patahannya.
d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor
sehingga dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah :
1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan
antara casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu
dilakukan sequeze cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang
dinilai produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes
kemampuan zona mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang
perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk
kemudian dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki
potensi untuk penambahan produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa
hasil logging pada sumur baru untuk menganalisa formasi mana yang akan
diproduksi.
c. Reservoir Engineer
Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya
sebagai acuan production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir
engineer bertugas menghitung reserve dari suatu lapangan.
d. SPS Spesialist
Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai
pompa REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih
produksi minyak di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan
seratus sampai seratus ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan
Diffuser yang statis. Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat
dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam
motor dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi sebagai tenaga
pengerak pompa.
Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator.
Di atas pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna uintuk
mencegah agar fluida dalam tubbing tidak turun kebawah saat ESP mati. Turunnya
fluida akan memutar balik pompa dan merusak motor pompa. Selain check valve,
biasanya dipasang juga bleeder valve yang berguna untuk membuang fluida yang
terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda
yang digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole
Pressure. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali
untuk setiap sumur. Metode pengujian itu adalah :
Bertujuan untuk mengetahui laju produksi fluida, laju produksi minyak serta
menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan
densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi yang mengalir.
Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi adanya gas,
sehingga hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat
Micro Motion ini hanya dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari
130 psi, sehingga pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur.
Komponen Micro Motion antara lain :
1. Sensor Unit
Sensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan cepat
aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.
2. Remote Flow Transmitter.
Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan konfigurasi yang
telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.
Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara digital.
b. Sonolog Test
Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL) untuk sumur
mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih berproduksi. Prinsip
kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari gas N2.
Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan
pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola
grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi ke permukaan
fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level dapat dilihat dari
jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan kedalaman.
1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada kepala
sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari dalam
sumur.
Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang. Sebelum sumur
diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk menentukan ukuran
pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan ukuran kemampuan
siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid level, makin bagus
produksinya karena tekanannya masih besar.
Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau
tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa pompa
yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya.
Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up.
Pada umumnya pompa yang dipakai dilapangan Minas adalah Electric Submersible
Pump (ESP). Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena itu
perubahan yang terlalu besar akan merusak pompa itu sendiri. Merek pompa ESP
yang banyk dipakai adalah jenis REDA dan Centrilift yang memiliki prinsip kerja
yang hampir sama.
Bab ini akan menjelaskan proses secara analitis untuk engineer dilapangan dalam
memahami problem sehingga dilakukan operasi Work Over (WO) yang mahal
harganya dan berlawanan dengan operasi rutin sumur yang disebut “Servicing”.
Penekanan pada bab ini pada pembelajaran perilaku sumur-sumur yang stabil dan
sumur baru, penekannya pada bagian “inflow” disekitar komplesi sumur, sebagai
contoh penentuan permeabilitas disekitar sumur dan kinerja aliran disekitar
perforasi, atau kinerja aliran pada sumur yang dikomplesi secara open hole disekitar
lubang bor.
Sebagian besar penjelasan disekitar :
- Penyebab produksi tidak normal suatu sumur dengan decline curve yang establish.
- Bagaimana menguji perilaku sumur baru untuk mengevaluasi komplesi sumurnya.
- Kapan sumur akan deplesi (menyimpang kinerjanya).
- Apa penyebab utama masalah mekanik yang dapat dianalisa dilapangan.
Sehingga jelas operasi work over dapat mempengaruhi sifat fisik formasi disekitar
sumur terutama permeabilitas formasi atau berubahnya konfigurasi peralatan
menjadi permanen. Dengan demikian pengoperasian work over harus berhati-hati
termasuk perencanaannya dan supervisinya, pada dasarnya memerlukan
pengetahuan keteknikan , diskusi berikut akan mengemukakan penyebab-penyebab
untuk dilakukannya work over , dan indentifikasinya berdasarkan metoda analitis.
Perencanaan work over.
Work over harus direncanakan karena akan dapat menyebabkan masalah yang terjadi
selama pengoperasiannya, problem dapat terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan
perhatian secepatnya, alternative sebagai perkiraan yaitu berdasarkan terjadinya
kehilangan produksi sehingga dilakukan program work over dan rekomplesi dan
dimasukkan dalam rencana anggaran.
Indikasi problem.
Pada sumur pengangkatan buatan , kegagalan yang terjadi pada system
pengangkatan pada umumnya disebabkan karena adanya kehilangan produksi,
seperti adanya kegagalan dan tidak diperlukannya work over, sebagai contoh bagian
tertentu dari sucker rod mengalami korosi dapat diselesaikan dengan merubah
matrialnya, namun bagian luar dari pumpa menunjukkan masalah yang lebih serius
karena adanya pasir yang ikut terproduksi.
Dengan anggapan kapasitas pengangkatan buatan bukan merupakan masalah,
engineer produksi dapat memperhatikan satu atau beberapa dari indikasi yang
menyatakan problem sehingga perlu dilakukan work over.
- Terjadi penurunan produksi dengan cepat pada sumur-sumur yang establish.
- Komplesi yang tidak sesuai dengan kondisi sumur (tidak sesuai dengan
performance sumur).
- Depletion (penurunan rate).
- kegagalan mekanik.
Gambar 10.1A
Kurva perilaku suatu lapangan
Gambar 10.1B.
Kurva decline sumur tunggal
Pada lapangan yang telah establish, bentuk kurvanya menggambarkan kondisi sumur
yang sebenarnya sebagai respon sumur terhadap mekanisme reservoir untuk
diproduksi. Suatu reservoir yang kecil dengan tenaga pendorong gas drive akan
menunjukkan kurva dengan langkah produksi patah secara bertingkat-tingkat
sedangkan untuk tenaga pendorong reservoir yang besar dengan tenaga pendorong
air (water drive) akan menghasilkan kurva dengan penurunan secara perlahan-lahan.
Trend kurva tiba-tiba cenderung berubah menunjukkan adanya problema, kurva laju
minyak jatuh berhubungan dengan naiknya rate air yang berarti air telah menembus
perforasi secara total. Adanya fluida yang hilang (karena rate minyak yang menurun)
dan bersama-sama data tes menunjukkan adanya penurunan produksi ini
mengindikasikan adanya pengecilan permeabilitas atau pengisian pasir. Setelah
dilakukannya stimulasi, ulah sumur dapat diperkirakan dari bentuk kurva dan sangat
berguna, juga dalam perkiraan pengembalian investasi dapat lebih cepat karenanya
tambahan stimulasi dapat diputuskan. Beberapa contoh treatmen oleh stimulasi
dinyatakan pada Gambar 10.2.
Gambar 10.2
Contoh respon hasil stimulasi
Gambar 10.3
Permaebilitas disekitar lubang bor (Kerusakan Vs produktivity)
Beberapa inci dari lubang bor mudah terjadi kerusakan karena aliran radial sehingga
menghasilkan pengecilan permeabilitas yang dapat terjadi selama produksi, sebagai
contoh, dengan bergeraknya fluida menuju lubang sumur kehilangan tekanan terjadi
semakin besar pada kondisi terjadinya pengecilan permeabilitas.
Gambar 10.4
Perubahan porositas dan permeabilitas akibat kompaksi.
Gambar 10.5
Kerusakan akibat kompaksi pada slotted liner
Gambar 10.6
Lepas dan bergeraknya fines dari formasi karena bertambahnya air
Bergeraknya fine akan mengikuti alur ruang pori yang berlekuk-lekuk (tortoisity)
dan menuju satu titik yaitu lubang sumur, sehingga mengurangi luas aliran fluida
didalam ruang pori (konsentrasi partikel bertambah) akibatnya partikel fines ini
membentuk susunan seperti jaringan disekitar perforasi yang biasa disebut
“Bridging” akibat yang fatal dapat menyumbat aliran menyebabkan efek “chek
valve”, aliran dapat balik (dapat balik keformasi). Beberapa operator menggunakan
fluida yang bersih dengan menggunakan rate dan volume yang besar menginjeksi
formasi pada komplesi yang baru agar fines ini masuk
jauh keformasi karena dengan jauh dari lubang sumur kecepatan fluida yang
mengalir kecil sekali dan fines tersebut tidak bergerak lagi.
Pengendapan Scale.
Pada sumur-sumur tua, water cut akan semakin bertambah besar, kehilangan tekanan
akan menjadi tidak setabil, fluida yang masuk kesekitar lubang sumur, akan terjadi
pendinginan menyebabkan terjadinya pengendapan, mula-mula terjadi beberapa in
dari perforasi, menyebabkan kehilangan tekanan yang besar (pengaruh skin),
biasanya pada slotted liner, dapat mencapai perforasi juga pengendapan dapat terjadi
bersama-sama pergerakan fines juga parafinis atau asphaltens.
Gambar 10.7
Kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air
Wettability (kebasahan):
Seperti bagian yang diberi tanda pada batas di Gambar 10.7 pengaruh kebasahan
terhadap permeabilitas efektif, telah didiskusikan pada terjadinya penyumbatan oleh
fines, bila permukaan batuan dibasahi oleh fluida, terjadi gaya tarikan antar batuan
dengan fluida tersebut sehingga fluida yang membasahi tersebut pada kondisi aliran
akan bertahan karena adanya tarikan antar batuan dengan fluida yang membasahi
didalam ruang pori, biasanya fluida yang membasahi adalah air, sedangkan minyak
dan gas akan bergerak lebih bebas dibandingkan air (bila lapisan film tipis ini
merupakan conate water/irreducible water), lihat Gambar 10.8.
Gambar 10.8
Pemblokan minyak pada formasi gas
Pemakaian fluida komplesi dengan menggunakan minyak (oil base) pada formasi
zone gas harus dihindari tujuannya agar ruang pori tidak tersaturasi/terjenuhi oleh
minyak sehingga pergerakan gas tidak mengalami hambatan oleh minyak, minyak
cenderung mengisi ruang pori yang besar yang diperlukan juga untuk mengalirkan
gas, sebaliknya air akan mengisi ruang pori yang kecil (batuan basah air).
Kebasahan suatu fluida terhadap suatu batuan dapat diubah dengan merendam ruang
pori menggunakan zat kimia (polimer) seperti mutual solven yang dapat merubah
kebasahan sehingga fasa mula-mula yang basah oleh minyak dapat diubah menjadi
basah air (polimer dapat mengikat batuan dan polimer dapat mengikat air sehingga
air lebih kuat menempel dengan batuan).
Pengisian Pasir.
Bila pasir masuk kelubang bor, dapat terbawa oleh aliran fluida yang tinggi dan
terbawa kepermukaan, namun pada diameter casing yang besar atau komplesi
terbuka aliran akan laminer, pasir akan terendapkan pada dasar lubang bor dan
menumpuk didalam sumur seperti pada Gambar 10.9.
Gambar 10.9
Pengisian pasir dari formasi yang tidak kompak.
Pada formasi yang packing antar butirnya ketat memiliki permeabilitas yang kecil
sehingga aliran yang terjadi linier (kearah vertikal), maka sejumlah pasir akan
mengisi diameter lubang yang besar yang berarti menambah hambatan aliran.
Pada perhitungan kehilangan tekanan melalui sand packing, terjadi kegagalan
dengan menggunakan diameter casing 6 in (ID), laju aliran minyak 30 BOPD
dengan viskositas 0,6 cp dan SG : 0,65, setinggi 5 ft yang terisi oleh pasir,
permeabilitas pasir 500 md terjadi kehilangan tekanan sebesar 840 psi.
Pasir yang terendapkan didasar sumur dapat diambil dengan cara penimbaan atau
dengan sirkulasi menggunakan pipa berdiameter yang kecil (makaroni) dimasukan
kedalam tubing sebagai wash pipa, dilakukan sirkulasi dengan menggunakan fluida
yang bersih atau nitrogen, sehingga pasirnya melalui anulus tubing-wash pipe.
Gambar 10.10
Saringan wire wraped yang tererosi oleh aliran pasir.
Gambar 10.11
Lubang perforasi (tinnel) yang tersumbat oleh pasir dari formasi.
Suatu studi mempelajari pengisian pasir pada tunel (diameter 0 ,5 in dan panjang
tunel 2 in), matrial formasi dapat mengisi total tunel (memblok) seluruh isi tunel.
Kehilangan tekanan melalui tunel (untuk cairan) dinyatakan :
Keterangan :
Gambar 10.12
Faktor inertial (beta) untu batu pasir
sebagai contoh kejadian, minyak dengan viskositas 0,8 cp, Sg : 1, mengalir melalui
diameter lubang perforasi (tunnel ) 0,5 in, yang memiliki permeabilitas 500 md pada
laju aliran minyak 10 BPD (per lubang perforasi), mengalami kehilangan tekanan
3640 psi, pada tunel yang sama diisi gravel dengan permeabilitas 125 darcy
mengalami kehilangan tekanan sebesar 18 psi.
Gambar 10.13
Konsep ilustrasi gas/water coning
Pada lapisan gas bagian atas (gas cap) gas dapat masuk membentuk cone turun
kebawah kepuncak perforasi pada zone minyak, sehingga akan mengakibatkan
naiknya GOR, terproduksinya gas dari gas cap harus dihindari, karena sejumlah
volume gas yang diproduksi dapat dikonversi menjadi volume yang sama dengan
minyak dengan mengkuti manejemen reservoir yang benar, gas yang juga ikut
terproduksi dari gas cap, juga merupakan problema tersendiri pada sumur pompa.
Gas dan atau water coning terjadi pada reservoir yang sensitif rate artinya tidak
terjadi pada rate yang kecil, perolehan volume minyak yang maksimal didapat pada
rate produksi yang kecil pada waktu produksi yang cukup lama.
Untuk menyiasati rate, dilakukan produksi pada rate yang rendah komplesinya harus
dimodifikasi dengan dilakukannya work over seperti membuat barier kearah
horizontal agar air dan atau gas tidak menembus batas air-minyak dan atau batasgas-
minyak dengan jalan merekahkan formasi kearah horizontal pada sekitar batas
tersebut kemudian menginjeksikan semen sehingga permebilitas kearah vertikal
dapat menjadi kecil sekali.
Metoda pengontrol lainnya dapat dilakukan seperti squeeze cementing, plug backs,
spesial treatmen ke formasi (mengubah kebasahan) atau kemungkinan pemasangan
liner.
Gambar 10.14
Koneksitas antar zone karena kualitas semen primary yang buruk.
Gambar 10.15
Chanelling lumpur pada proses primary sementing.
Gambar 10.16.
Hasil kenampakan CBL
Gas yang terdapat didalam semen akan membuat masalah tertentu, biasanya terjadi
pada saat komplesi yang kemudian hari menyebabkan kebocoran pada puncak liner,
dengan menggunakan teknik terbaru dari penggunaan casing-packer khusus dapat
memperkecil masalah gas dalam semen selama penyemenan tahap awal (primary).
Gambar 10.17a.
Proyek EOR
Pada proyek penginjeksian steam, uap panas (steam) dan air panas cenderung
mengalir pada bagian atas zone produksi batu pasir dan dapat menembus lebih dulu
sebelum front oil mencapai sumur produksi, Gambar 10.17b menyatakan kejadian
diatas.
Gambar 10.17b.
Penembusan awal dari steam pada thermal stimulasi
Engineer harus dapat menentukan problem potensial yang akan terjadi pada proyek
EOR, dan kemungkinan penembusan lebih awal paling sering terjadi, koreksi
problem yang demikian sering dilakukan work over pada sumur injeksi dan sumur
produksi meliputi koreksi pola pendesakan dengan mengatur sumur injeksi dan
produksi dan strategi perforasinya (untuk lapisan yang besar permeabilitasnya
jumlah lubang perforasi lebih sedikit dibandingkan permeabilitas lapisan yang kecil).
Sumur produksi (atau injeksi) umumnya memiliki problem :
- Emulsi di formasi.
- Gas atau uap air panas mengunci pompa.
- Pasir akan larut dalam air panas (pada masalah gravel pack).
- Pengendapan karena masalah scale.
- Bakteri akan aktif dari fluida injeksi.
Untuk gas :
keterangan :
Qo = laju produksi minyak, bpd.
Qg = laju produksi gas, Mscfd.
Bo = Faktor volume formasi minyak.
P1 = tekanan statik reservoir, psia.
P2 = tekanan aliran dasar sumur, psia.
T = suhu di reservoir, oR.
Z = faktor kompresibilitas.
PI test :
Dengan diketahuinya tekanan statik reservoir (P1), PI dapat juga diukur dengan jalan
melakukan tes produksi, pada laju aliran yang tetap, rate stabil, bersamaan dengan
pengujian ini tekanan aliran dasar sumur (P2) di rekam dengan “bomp pressure”. PI
dihitung berdasarkan hubungan :
PI = Qo/g (P1-P2).
Contoh, suatu sumur mengalir dengan laju aliran 1200 bpd dengan draw down 600
psi, memiliki PI = 1200/600 = 2.0 bpd/psi.
bila PI tes sesuai dengan PI perkiraan, engginer akan memiliki tingkat percaya diri
tinggi dalam hal hasil pengukuran dan data asumsi, ini merupakan salah satu faktor
bahwa komplesi berhasil.
Test PBU :
Salah satu masalah adalah tidak diketahuinya permeabilitas (efektif) lapisan,
permeabilitas efektif merupakan hasil gabungan permeabilitas didalam reservoir
selama sumur diproduksi.
Karena disekitar lubang sumur terdapat zone permeabiliti yang kecil (tidak dapat di
perbaiki) akan menghambat aliran dan sering disebut sebagai “skin damage”.
Skin ini tidak dapat dideteksi oleh porosity log dan tidak terdapat pada sampel core,
selanjutnya dapat diketahui dengan pengujian tekanan dengan menurunkan “bom
pressure” untuk mengalisa aliran antara formasi hingga lubang sumur, dengan
mengukur pada kondisi sumur ditutup setelah diproduksi dengan rate yang konstan,
diperoleh tekanan statik reservoir (jika sumur baru).
Selama penutupan dipermukaan terjadi aliran menuju lubang sumur (alat didepan
perforasi sehingga pengaruh wellbore storage dapat diabaikan) aliran akan dihambat
oleh adanya skin (ini menunjukkan pengaruh langsung dari formasi ) karena
alirannya masih cepat sampai aliran semakin lambat skin tidak mempengaruhi dan
akhirnya rate di formasi tidak ada aliran sama sekali
Plot kenaikan tekana pada saat sumur ditutup terhadap waktu, seperti yang
dinyatakan pada Gambar 10.18, pengaruh skin dinyatakan sebagai slope (semakin
besar slope garis akan semakin besar pengaruh skin).
Gambar 10.18
Kurva PBU dengan pengaruh awal dari lubang bor.
Gambar 10.19 menyatakan luas sayatan bagian terjadinya skin dan distribusi
tekanan.
Gambar 10.19
Pengaruh skin terhadap distribusi tekanan
Tes PBU memerlukan :
- Laju aliran yang tetap stabil (demikian juga pada sumur pumping, rate pemompaan
diperlukan tetap sebelum sumur ditutup dan dicatat tekanan penutupannya terhadap
waktu penutupan), dengan produksi yang akurat dan waktu penutupan yang cukup
sehingga pulsa tekanan yang dianalisa berada pada formasi yang dimaksud (zone
skin dan zone bebas skin).
- Pressure bomb harus benar-benar ditempatkan didepan perforasi, pada saat
pencatatan tekanan vs waktu.
- Metoda penutupan sumur didasar lubang dari rangkaian pipa (diatas pressure
bomb).
Secara praktis kondisi ideal jarang tercapai, karena sumur ditutup dipermukaan, akan
ada pengaruh sesuadah penutupan dipermukaan yaitu mengalirnya fluida disekitar
dasar sumur menuju sumur, fasa gas akan terjadi “hump” dan akan terlihat pada
kurva, beberapa pengaruh akan nampak pada Gambar 10.20.
Gambar 10.20
Jenis kenampakan kurva PBU
Tidak dapat diperbaiki karena pengaruh pemboran atau pengaruh komplesi.
Pengaruh skin akan menghambat kemampuan formasi mengalirkan fluida karena
pengaruh aktifitas pemboran ataupun komplesi sumur, work over biasanya
diperlukan untuk mengurang pengaruh tersebut (mengilangkan damage), masalah ini
sering berhubungan dengan problem :
- Penyumbatan partikel.
- Pengembangan clay dan migrasi clay.
- Terjadinya penyumbatan pada perforasi.
Penyumbatan partikel.
Setelah formasi dibor hingga sumur akan diproduksikan, bagian didepan perforasi
mengalami kontak dengan fluida dari permukaan, biasanya susunan kimianya
berbeda dengan yang diformasi dan mengandung partikel padatan
Filter cake :
Bila berat kolom fluida (lumpur) lebih besar dari tekanan formasi, fluida (filtrat dan
partikel) masuk ke formasi dan padatannya akan memblok permukaan formasi
didalam lubang bor membentuk filter “cake”, hal demikian dibentuk lumpur
pemboran, akan menjadi penting terhadap kemampuan menahan fluida yang masuk
keformasi. Sebelum terbentuk cake terdapat sejumlah volume fluida masuk formasi
yang sebut spurt loss (cairan dan partikel kecil) yang masuk keformasi (biasanya
media pori). Partikel-partikel yang tinggal diruang pori akan mengalir kembali
kelubang sumur dan membentuk partikel bridge karena mengumpulnya di depan
perforasi.
Konsep Bridging :
Berdasarkan rumus sehari-hari (rule of thumb), partikel dengan 1/3 dari diameter
pore throat dapat membentuk bridge dan menyumbat, diameter pore throat dalam
mikron, kira-kira sama dengan akar permeabilitas (md), jika permeabilitas 100 md
dari batuan pasir, memiliki diameter pore throat 10 mikron meter, dengan demikian
diamater partikel kira-kira dengan ukuran 3 mikron dapat membentuk bridge dan
menyumbat.
Penekanan selanjutnya memerlukan pembersihan adanya bridge dan plug, suatu
penelitian pada 1 in sq permukaan batuan (batu pasir) dari core memiliki 3000
saluran ruang pori yang terbuka (saling berhubungan).
Gambar 10.21
Penyumbatan pada perforasi oleh runtuhan gun dan pengompakan formasi.
Selama komplesi ada beberapa cara untuk menghindari terbentuknya debris sehingga
akhirnya menyumbat aliran atau menyumbat lubang perforasi saat terjadi
pembersihan lubang yaitu :
- Perforasi pada kondisi under balance.
- Perforasi menggunakan asam.
- Back surge pada saat clean out (membuat aliaran balik ke sumur secara
mengkejut).
- Melakukan sirkulasi dengan menggunakan fluida pencuci (wash fluid).
Bila terjadi penyumbatan, tidak dapat dilakukan pemasangan gravel didalam casing
dan perforasi terbuka akan menyebabkan kecepatan fluida yang melaluinya
(perforasi) akan berlebihan.
Beberapa penyumbatan yang terjadi didalam perforasi dinyatakan sebagai damage
pada tes PBU. Susahnya melakukan pemasangan blast joint dapat memperkirakan
kemungkinanan adanya penyumbatan di lubang perforasi, usaha perbaikannya
menggunakan fluida pembersih dicampuri asam, fracturing (perkahan) dan perforasi
ulang.
Batas keekonomian.
Zone yang telah diproduksikan dan menurun ratenya tidak selamanya ekonomis,
namun kondisi ekonomi bervariasi sangat besar, sumur dangkal mungkin batas
ekonomisnya kurang dari satu barel sehingga produser mendapat tambahan insentif
yang cukup besar, agar mendapatkan keuntungan yang besar beberapa operator
memasang pompa walaupun mengangkat beberapa ribu bbl air untuk mendapatkan
satu bbl minyak dan membayar well servicing dan menyewa tenaga pemeliharaan.
Dilapangan biaya pengangkatan dihitung pada basis perbarrel minyak, dengan
demikian biaya percepatan segera dapat dilakukan bila sumur memiliki kapasitas
besar, menggunakan pompa memerlukan biaya tenaga. Biaya pengangkatan yang
berlebihan dapat berakibat suatu sumur mencapai batas keekonomiannya.
Gambar 10.22
Kurva rate Vs kumulatif produksi untuk mengevaluasi produksi (depletion).
Sumur yang dangkal atau reservoir dengan tenaga pendorong solution gas drive
merupakan energi reservoir yang cepat hilang, sebagai contoh tidak mengalirnya
fluida menuju reservoir.
Penurunan tekanan akan memerlukan work over untuk melakukan penambahan
energi dengan penginjeksian fluida dari sumur-sumur yang tidak aktif.
Sumur dengan tenaga pendorong water drive, dapat mencapai batas
keekonomiannya karena biaya pompa cukup mahal. Air yang diproduksikan dari
suatu zone mendekati abandon (mendekati) akhir. front oil dapat dibuat dengan
menggunakan metoda pendesakan lainnya seperti injeksi larutan kimia. Metoda
termal berusaha meperkecil viskositas minyak dengan pemanasan langsung didalam
reservoir, hal ini membuat aliran secara gravitasi atau didorong oleh tekanan lebih
memungkinkan mengalir kelubang sumur (produksi).
Problem mekanikal.
Kegagalan fisik didasar lubang sumur memerlukan operasi work over setelah itu
dilakukan pengujian sumur untuk melihat keberhasil operasi work over, sedikit
pengawas produksi mendeteksi beberapa masalah di dalam sumur seperti :
- Kenaikan tekanan didalam anulus.
1. monitoring penunjuk tekanan.
2. Pecahnya rupture disk.
3. Kandungan gas pada separator bertambah.
- Kemungkinan terjadi kegagalan .
1. Kebocoran tubing, casing dan packer.
2. Valve pengontrol sirkulasi dan sleeve mengalami kebocoran.
3. Penyekat pada well head bocor.