Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324217625

ANALISIS PROBABILITAS RESIKO GEMPA (PROBABILISTIC SEISMIC HAZARD


ANALYSIS) KOTA ENDE BERDASARKAN FUNGSI

Article · September 2014

CITATIONS READS

0 1,312

2 authors, including:

Yohanes Laka Suku


Flores University, Ende Flores, NTT, Indonesia
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analysis of the effect of the layout of reinforcement in reinforced concrete beams with different diameters View project

All content following this page was uploaded by Yohanes Laka Suku on 05 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PROBABILITAS RESIKO GEMPA (PROBABILISTIC SEISMIC
HAZARD ANALYSIS) KOTA ENDE BERDASARKAN FUNGSI
ATENUASI JOYNER-BOORE DAN YOUNGS
Yohanes Laka Suku
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Flores Ende
mayokonco@yahoo.co.id

Reinardus Santosi Angkasa


Alumni Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Flores Ende
E-mail: reinsantosi.fcjuve@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian tentang resiko gempa di Kota Ende bertujuan untuk mengetahui angka rata-rata
kejadian gempa tahunan terlewati (annual rate of exeedance) dan membuat kurva resiko gempa (seismic
hazard curve) sehingga dapat dilakukan proyeksi kemungkinan kejadian gempa untuk periode ulang tertentu.
Penelitian ini menggunakan kombinasi metode statistik total dan metode Probabilistic Seismic Hazard
Analysis (PSHA) berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore (1997) dan Youngs et al (1997). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data kejadian gempa
dari beberapa katalog sumber seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), NEIC-USGS, ANSS
dan International Seismological Centre (ISC). Parameter data kejadian gempa dibatasi selama 50 tahun terakhir
dengan besar magnitude M  4, kedalaman fokus 0 - 200 km dan radius 200 km dari site Kota Ende.

Hasil analisis diperoleh bahwa resiko gempa yang terbesar terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g
oleh gempa dengan magnitude lebih besar sama dengan empat (M ≥ 4,0) total angka rata-rata
kejadian gempa terlewati (Mean Annual Rate of Exeedance) menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore
sebesar 1,16 dan menurut fungsi atenuasi Youngs sebesar 1,14. Dalam hubungan dengan periode
ulang gempa, percepatan horizontal maksimum (Peak Horizontal Acceleration-PHA) untuk
kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (atau gempa 475 tahun) berdasarkan atenuasi Joyner-
Boore sebesar 0,5983g, sedangkan berdasarkan fungsi atenuasi Youngs sebesar 0,5970g.

Kata Kunci: Probabilistic Seismic Hazard , Annual rate of exeedance dan Resiko Gempa

1. PENDAHULUAN
Resiko gempa menggambarkan kemungkinan terjadinya suatu gempa dengan
intensitas (percepatan, kecepatan, lama guncangan dan sebagainya) serta periode rata-rata
tertentu, selama masa guna bangunan di suatu tempat. Untuk mengurangi resiko gempa
yang terjadi di kemudian hari perlu diketahui besarnya percepatan gempa pada periode
ulang tertentu. Untuk menentukan besarnya percepatan gempa periode ulang yang terjadi
maka perlu mengetahui besarnya angka kejadian gempa rata-rata pertahun berdasarkan
data-data kejadian gempa pada waktu yang lampau. Data-data tersebut dianalisis secara
statistik untuk menentukan angka kejadian gempa tahunan rata-rata, sedangkan untuk
mengetahui besar percepatan gempa maksimum menggunakan metode Probabilistic
Seismic Hazard Analysis (PSHA) dan teorema probabilitas total serta persamaan atenuasi.
Persamaan atenuasi yang dikembangkan antara lain yang diusulkan oleh Joyner-
Boore (1997) yakni dan Youngs, et al (1997). Persamaan atenuasi yang dikembangkan oleh
Joyner-Boore adalah fungsi atenuasi percepatan horizontal maksimum, kecepatan horizontal
maksimum dan pseudo spectral relative velocity sedangkan Persamaan atenuasi yang
dikembangkan oleh Youngs, at.all. untuk mekanisme gempa subduksi. Kedua fungsi
atenuasi ini telah digunakan oleh para ahli sebagai dasar penentuan percepatan maksimum
batuan untuk membuat Peta Zonasi Gempa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui resiko gempa Kota Ende
berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore dan Youngs, yakni dengan mengetahui angka rata-
rata kejadian gempa tahunan terlewati (annual rate of exeedance) dan kurva resiko gempa (seismic hazard
curve) sehingga dapat dilakukan proyeksi kemungkinan kejadian gempa untuk periode ulang tertentu.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Resiko Gempa

Peristiwa gempa merupakan gejala alam yang bersifat acak yang tidak dapat
ditentukan dengan pasti, baik besar, tempat maupun waktu kejadiannya. Dengan konsep
probabilitas, terjadinya gempa dengan intensitas dan perioda ulang tertentu dapat
diperkirakan. Angka kemungkinan (probability) inilah yang mencerminkan resiko gempa
dimana metode analisa yang dapat digunakan adalah dengan konsep probabilitas, yaitu
Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Dengan metode ini ketidakpastian dari besar,
lokasi dan kecepatan perulangan (rate of recurrence) dari gempa maupun variasi dari
karakteristik gerakan tanah dan lokasi gempa secara eksplisit ikut diperhitungkan dalam
evaluasi resiko gempa.

Metodologi PSHA ini serupa dengan metode yang dikembangkan oleh Cornell (1968)
dan Algermissen et al. (1982). Tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi probabilitas
terlampauinya berbagai tingkat percepatan tanah akibat setiap gempa bumi yang mungkin
terjadi di suatu lokasi. Analisis probabilitis resiko gempa dapat digambarkan sebagai
prosedur 4 langkah (four steps process) (Reither, 1990) dapat dilihat pada gambar 1.
sebagai berikut:

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4

Gambar 1. Empat Langkah Analisis Probabilistik Resiko Gempa (Kramer SL, 1996)
2.2 Teorema Probabilitas Total
Dalam melakukan analisis resiko gempa, dapat juga menggunakan teorema
probabilitas total yang berkaitan dengan nilai ekstrim. Metode statistik ini lebih dikenal
dengan Distribusi Gumbel. Dengan distribusi tersebut, dapat ditentukan peak baserock
acceleration (PBA) untuk berbagai perioda ulang. Pengaruh dari setiap kejadian gempa pada
titik yang ditinjau ditentukan dalam bentuk percepatan dengan menggunakan fungsi-fungsi
atenuasi, dengan asumsi masing-masing kejadian gempa independen terhadap titik tersebut.
Distribusi gempa menurut Gumbel:
G(M) = e(-α exp (-βM)) ; M ≥ 0 ..................................................................................... (1)
dimana : α = jumlah gempa rata-rata per tahun, β = parameter yang menyatakan hubungan
antara distribusi gempa dengan magnitude, dan M =Magnitude gempa
Konsep dasar perhitungan yang dikembangkan untuk mengembangkan kurva resiko
gempa cukup sederhana. Kemungkinan terlewati nilai tertentu a* pada parameter gerakan
tanah a dihitung untuk satu kemungkinan gempa pada satu kemungkinan lokasi sumber dan
kemudian dikalikan dengan mempertimbangkan bahwa magnitude gempa tertentu akan
terjadi pada lokasi tertentu itu. Proses kemudian diulangi dengan kemungkinan untuk
masing-masing zona sumber dan dijumlahkan. Probabilitas sebuah parameter gerakan
tanah a akan melampaui nilai tertentu a* dapat dihitung dengan menggunakan teorema
probabilitas total yaitu:
𝑃[𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑋] 𝑃(𝑋) = ∫ 𝑃 (𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑋) 𝑓𝑥 (𝑋) 𝑑𝑥 ................................................ (2)
dimana: P [a > a*] = probabilitas parameter gerakan tanah a melewati a* (gal), X= variabel
acak dari pengaruh a.
Kuantitas x dibatasi terhadap magnitude m dan jarak r. Angapan bahwa m dan r adalah
bebas maka probabilitas terlewati dapat ditulis:
𝑃 [𝑎 > 𝑎 ∗ ] = ∬ 𝑃 [𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑚, 𝑟] 𝑓𝑀 (𝑚) 𝑓𝑅 (𝑟) 𝑑𝑚 𝑑𝑟 ............................ (3)
dimana: P [a > a*] = probabilitas parameter gerakan tanah a melewati a* (gal), P [a > a*| m, r]
diperoleh dari fungsi atenuasi, fM (m) = fungsi kepekatan dari magnitude, fR (r) = fungsi
kepekatan probabilitas dari jarak fokus ke site
Dengan mengasumsikan bahwa tiap zona sumber mampu menghasilkan magnitude
gempa yang berbeda pada magnitude mj dan jarak sumber ke site rk maka angka rata-rata
terlewati dapat diperkirakan dengan persamaan:
𝑁𝑠
𝝀𝑦 = ∑𝑖=1 ∑𝑁 𝑁𝑟 ∗
𝑗=1 ∑𝑘=1 𝑣𝑖 𝑃[𝑎 > 𝑎 ∣ 𝑚𝑗 , 𝑟𝑘 ] 𝑃 [𝑀 = 𝑚𝑗 ] 𝑃 [𝑅 = 𝑟𝑘 ] ............................. (4)
𝑚

dimana: λy = annual rate of exceedance, mj = variasi magnitude gempa, rk = variasi jarak site
ke sumber gempa, P [M = mj] = probabilitas dari variasi magnitude (M = m), P [R = rk] =
probabilitas dari variasi jarak site ke sumber, dan vi = besarnya angka kejadian gempa
pertahun.

2.3 Fungsi Atenuasi


Fungsi atenuasi merupakan prediksi hubungan empiris untuk parameter gempa yang
melemah sejalan dengan bertambahnya jarak, seperti percepatan puncak, yang
mendeskripsikan parameter gerakan tanah. Fungsi atenuasi adalah suatu fungsi yang
menggambarkan korelasi antara intensitas gerak tanah setempat (I), magnitude (M) dan
jarak (R) dari suatu titik ke daerah sumber.

Fungsi atenuasi yang diperoleh Joyner dan Boore adalah fungsi atenuasi untuk
percepatan horisontal maksimum dan kecepatan horisontal maksimum. Khusus untuk
percepatan horizontal maksimum, persamaan yang diusulkan oleh Joyner dan Boore adalah:
 Vs 
ln (PHA)  b1  0,527 (Mw  6,0)  0,778 ln R  0,371 ln  ............................ (5)
 1396 
Dimana:
Mw = Moment Magnitude
R = Jarak terdekat dari proyeksi surface rupture (Km)
b1 = (b1SS, b1RS, b1All)
b1SS = -0,313 untuk gempa mekanisme strike slip
b1RS = -0,117 untuk gempa mekanisme reverse-slip
b1All = -0,242 untuk gempa tidak teratur

Hubungan antara atenuasi Boore (1993) dinyatakan dalam hubungan logaritma biasa
(basis 10). Pembagian lokasi berdasarkan kecepatan rata-rata gelombang geser di atas 30
m (100 ft). Koefisien hubungan atenuasi dikembangkan untuk dua ukuran percepatan
maksimum yaitu komponen orientasi acak dan komponen horisontal terbesar.

Tabel 1. Pembagian Site oleh Boore


Site Class di atas 30 m (100 ft)
A > 750 m/detik (2500 ft/detik)
B 360 – 750 m/detik (1200 – 2500 ft/detik)
C 180 – 360 m/detik (600 – 1200 ft/detik)
Sumber : Kramer SL, 1996

Tabel 2. Koefisien Hubungan Atenuasi (Boore, 1993)


Component
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 H  logPHA
Random -0,105 0,229 0 0 -0,778 0,162 0,251 5,57 0,230
Larger -0,038 0,216 0 0 -0,777 0,158 0,254 5,48 0,205
Sumber : Kramer SL, 1996

Pada tahun 1997, R. R. Youngs, dkk mengusulkan suatu fungsi atenuasi yang
dikembangkan berdasarkan data gempa dengan mekanisme subduksi. Model atenuasi
gempa untuk zona subduksi pada umumnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu gempa
interface dan gempa interslab. Bentuk dari fungsi atenuasi tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk bebatuan (rock):
ln (PHA) = 0,2418 + 1,414 MW – 2,552 ln[rrup + 1,7818 e0,554Mw] + 0,00607H +
0,3846 Zt.................................................................................................. (6)

Untuk tanah (soil):


ln (PHA) = 0,6687 + 1,438 MW – 2,329 ln [R + 1,097 e0,617Mw] + 0,00648 H +
0,3643 Zt ............................................................................................ (7)
dimana :
rrup = jarak terdekat ke rupture (km)
H = kedalaman (km)
Zt = tipe sumber gempa (0 untuk interface, dan 1 untuk interslab)
σ = standar deviasi, sebesar 1,54 – 0.1 Mw

Tabel 3. Koefisien Fungsi Atenuasi Youngs et al (1997) untuk Bebatuan


Period (s) C1 C2 C3 C4 C5
PGA 0,000 0,0000 -2,552 1,45 -0,1
0,1 1,188 -0,0011 -2,655 1,45 -0,1
0,2 0,722 -0,0027 -2,528 1,45 -0,1
0,3 0,246 -0,0036 -2,454 1,45 -0,1
0,4 -0,115 -0,0043 -2,401 1,45 -0,1
0,5 -0,400 -0,0048 -2,360 1,45 -0,1
1,0 -1,736 -0,0064 -2,234 1,45 -0,1
1,5 -2,634 -0,0073 -2,160 1,50 -0,1
2,0 -3,328 -0,0080 -2,107 1,55 -0,1
Sumber : Seismological Research Letters, Vol. 68 (1997)

Tabel 4. Koefisien Fungsi Atenuasi Youngs et al (1997) untuk Tanah


Period (s) C1 C2 C3 C4 C5
PGA 0,000 0,0000 -2,329 1,45 -0,1
0,1 2,516 -0,0019 -2,697 1,45 -0,1
0,2 1,549 -0,0019 -2,464 1,45 -0,1
0,3 0,793 -0,0020 -2,327 1,45 -0,1
0,4 0,144 -0,0020 -2,230 1,45 -0,1
0,5 -0,438 -0,0035 -2,140 1,45 -0,1
1,0 -2,870 -0,0066 -1,785 1,45 -0,1
1,5 -5,101 -0,0114 -1,470 1,50 -0,1
2,0 -6,433 -0,0164 -1,290 1,55 -0,1
Sumber : Seismological Research Letters, Vol. 68 (1997)
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, dan variable bebas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya percepatan gempa yang akan terjadi
pada kota Ende pada berbagai periode ulang dan variabel terikat adalah magnitude gempa,
jarak dari lokasi ke site dan kedalaman focus dari riwayat gempa yang terjadi pada kota
Larantuka.

3.2 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari literatur berupa katalog gempa dan data-data kejadian gempa yang tercatat
baik secara nasional maupun internasional, seperti katalog gempa dari Badan meteorologi
dan Geofisika (BMG) Indonesia, National Earthquake Information Center-United States
Geological Survey (NEIC-USGS), International Seismological Centre (ISC) dan Advanced
National Seismic System (ANSS). Data yang diperoleh meliputi nama stasiun pencatat,
waktu terjadinya gempa, magnitude, depth (jarak episentrum, Km), koordinat gempa serta
kedalaman focus.

3.2 Pengolahan dan Analisis Data


Langkah-langkah untuk mengolah data adalah sebagai berikut: 1) Menentukan jarak
epicenter untuk pembagian zona kejadian gempa yaitu : Zona I radius 0-50 km, Zona II
radius 50-100 km dan zona III radius 100-200 km, 2) Analisa Data Frekwensi Gempa, 3)
Menghitung Probabilitas Jarak Episentrum, 4) Menghitung Probabilitas Magnitude, 5)
Menghitung angka rata-rata tahunan terlewati dengan magnitude kejadian lebih besar atau
sama dengan 4 (M > 4) dari tiap zona 5) Menghitung Perkiraan Peak Horizontal Acceleration
(PHA), Berdasarkan fungsi attenuasi Joyner-Boore dan Youngs 6) Menghitung probabilitas
percepatan horisontal maksimum dengan menggunakan teorema probabilitas total.
Setelah melakukan pengolahan data, langkah berikutnya adalah menganalisa data
sebagai berikut: 1) Menghitung Annual Rate of Exeedance dari PHA untuk nilai PHA tertentu
berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore dan Youngs pada masing-masing zona, 2)
Membuat Kurva resiko gempa (seismic hazard curve) dengan mengkorelasikan nilai
percepatan horisontal maksimum dengan angka tahunan terlewati (annual rate of
excedance) dari PHA, 3) Berdasarkan kurva seismic hazard dapat ditentukan besarnya
percepatan horisontal maksimum (peak horizontal acceleration) untuk periode ulang tertentu

4. PEMBAHASAN
4.1 Data Kejadian Gempa
Data kejadian gempa yang diperoleh dari beberapa katalog online antara lain USGS,
ISC dan ANSS terekam sejak tahun 1962 hingga tahun 2012. Komposisi jumlah data
kejadian gempa menurut sumber katalog dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Komposisi data kejadian gempa menurut sumber katalog


No Sumber Katalog Rentang Waktu Jumlah Data
1. ANSS 1963 - 1972 30
2. ISC 1961 - 2011 105
3. USGS 1973 - 2011 692
Total 827
Sumber: Analisa Data, 2012

4.2 Pembagian Data Kejadian Gempa Berdasarkan Jarak Episenter


Data sumber gempa yang terkumpul masih dalam koordinat polar sehingga harus
dikonversi ke dalam koordinat ruang. Dengan mengetahui koordinat site dan koordinat fokus
gempa dalam x, y, z, dapat ditentukan jarak hipocenter. Hubungan antara jarak hipocenter
dan kedalaman fokus dengan Hukum Phytagoras dapat ditentukan jarak epicenter.
Berdasarkan hasil perhitungan jarak episenter, selanjutnya dikelompokkan dalam
zona lalu disortir berdasarkan jarak episenter. Hasil penyortiran data tersebut
kemudian digolongkan dalam tiga zona sumber yaitu: 1) Zona I (0-50 Km): sebanyak
84 data, 2) Zona II (50-100 Km): sebanyak 218 data dan 3) Zona III (100-200 Km):
sebanyak 525 data.

4.3 Analisa Frekuensi Gempa


Data-data gempa dikelompokkan menurut tahun kejadian (tahun 1961-2011) dalam
range magnitude lebih besar atau sama dengan 4, kemudian masing-masing range
magnitude berdasarkan tahun kejadian dijumlahkan untuk memperoleh N(m). Kemudian
diperoleh pasangan koordinat M dan log N1(m) untuk membuat persamaan regresi.
Konstanta persamaan tersebut adalah a1 dan b1, persamaan yang diperoleh adalah: y = b1x +
a1 seperti contoh pada Zona I berikut:

Tabel 7. Analisa Frekuensi Gempa Zona I (0-50 km)


Frekuensi Kumulatif Lebih Besar Sama Dengan ( ≥ ) Frekuensi Kumulatif Lebih Besar Sama Dengan ( ≥ )
Tahun Tahun
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5
1961 0 0 0 0 0 0 0 0 1988 0 0 0 0 0 0 0 0
1962 0 0 0 0 0 0 0 0 1989 1 1 0 0 0 0 0 0
1963 0 0 0 0 0 0 0 0 1990 1 1 0 0 0 0 0 0
1964 2 2 2 1 0 0 0 0 1991 0 0 0 0 0 0 0 0
1965 2 2 2 0 0 0 0 0 1992 10 9 4 3 2 1 1 1
1966 0 0 0 0 0 0 0 0 1993 4 4 4 0 0 0 0 0
1967 0 0 0 0 0 0 0 0 1994 1 1 0 0 0 0 0 0
1968 0 0 0 0 0 0 0 0 1995 9 2 1 0 0 0 0 0
1969 1 1 1 0 0 0 0 0 1996 3 0 0 0 0 0 0 0
1970 0 0 0 0 0 0 0 0 1997 3 0 0 0 0 0 0 0
1971 0 0 0 0 0 0 0 0 1998 5 2 1 1 1 0 0 0
1972 0 0 0 0 0 0 0 0 1999 4 3 1 0 0 0 0 0
1973 0 0 0 0 0 0 0 0 2000 1 1 1 0 0 0 0 0
1974 1 1 1 0 0 0 0 0 2001 5 2 1 0 0 0 0 0
1975 1 1 1 0 0 0 0 0 2002 0 0 0 0 0 0 0 0
1976 0 0 0 0 0 0 0 0 2003 2 2 0 0 0 0 0 0
1977 2 2 2 0 0 0 0 0 2004 0 0 0 0 0 0 0 0
1978 0 0 0 0 0 0 0 0 2005 2 0 0 0 0 0 0 0
1979 1 0 0 0 0 0 0 0 2006 1 1 1 0 0 0 0 0
1980 0 0 0 0 0 0 0 0 2007 4 0 0 0 0 0 0 0
1981 1 1 0 0 0 0 0 0 2008 4 2 1 0 0 0 0 0
1982 1 1 0 0 0 0 0 0 2009 2 0 0 0 0 0 0 0
1983 0 0 0 0 0 0 0 0 2010 2 2 1 0 0 0 0 0
1984 2 2 0 0 0 0 0 0 2011 2 1 0 0 0 0 0 0
1985 0 0 0 0 0 0 0 0 N= 84 50 27 5 3 1 1 1
1986 2 1 1 0 0 0 0 0 N1 = 1,7500 1,0417 0,5625 0,1042 0,0625 0,0208 0,0208 0,0208
1987 2 2 1 0 0 0 0 0 Log N1 = 0,2430 0,0177 -0,2499 -0,9823 -1,2041 -1,6812 -1,6812 -1,6812
Berdasarkan tabel di atas, selanjutnya dibuat grafik hubungan logN1(m) dan magnitude
Zona I dan diperoleh kurva regresi sebagai berikut:

Gambar 3. Kurva Hubungan Log N1(m) dan Magnitude untuk Zona I


Sumber: Analisa Data, 2012
Berdasarkan kurva hubungan log N1(m) dan magnitude diperoleh persamaan regresi untuk
Zona I yaitu y = -0,6305x + 2,7229. Langkah selanjutnya adalah menghitung standar deviasi
(σ) untuk Zona I.
Tabel 8. Perhitungan standar deviasi untuk Zona I

Magnitude N1(M) Log N1(M) Standar Deviasi


4,0 1,7500 0,2430 1,312036
4,5 1,0417 0,0177 0,846643
5,0 0,5625 -0,2499 0,425790
5,5 0,1042 -0,9823 0,006379
6,0 0,0625 -1,2041 0,091033
6,5 0,0208 -1,6812 0,606589
7,0 0,0208 -1,6812 0,606589
7,5 0,0208 -1,6812 0,606589
-7,2192 4,501646
Sumber: Analisa Data, 2012

4.4 Menentukan Angka Kejadian Gempa per Tahun


Dengan mengasumsikan bahwa gempa bumi dengan magnitude gempa kurang dari
4,00 tidak memberikan pengaruh terhadap resiko gempa, angka kejadian gempa pertahun
untuk magnitude M ≥ 4 (annual rate of exeedance of magnitude 4,00 events) dari masing-
masing zona sumber dapat dihitung sebagai berikut:
Zona I = 𝜈1 = 10𝑎−𝑏𝑚 = 102,7229−0,6305m = 102,7229−0,6305(4)
= 1,5882
Zona II = 𝜈2 = 10𝑎−𝑏𝑚 = 104,4440−0,8926m = 104,4440−0,8926(4)
= 7,4748
Zona III = 𝜈3 = 10𝑎−𝑏𝑚 = 105,3885−1,0232m = 105,3885−1,0232(4)
= 19,7560
4.5 Analisa Probabilitas Jarak Epicenter
Untuk mengetahui probabilitas jarak epicenter pada tiap zona maka perlu diketahui
selang interval yang diperoleh dari selisih antara jarak maximum dan jarak minimum yang
diperoleh dari masing-masing zona sumber. Kemudian selang interval tersebut dibagi dalam
10 kelas interval diperoleh range interval. Masing-masing kelas interval kemudian ditentukan
frekuensi gempanya. Probabilitas dari masing-masing kelas interval diperoleh dengan
membagi frekuensi gempa pada interval kelas tersebut dengan total frekuensi gempa pada
zona yang ditinjau. Hasil analisa probabilitas jarak epicenter untuk Zona I, II dan III
selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Grafik distribusi probabilitas jarak epicenter


Sumber: Analisa Data, 2012

4.6 Analisa Probabilitas Magnitude


Untuk menentukan probabilitas magnitude gempa perlu diketahui magnitude gempa
maksimum dan minimum. Selang interval diperoleh dari selisih antara nilai maksimum dan
minimum tersebut. Selang interval kemudian dibagi dalam 10 kelas interval untuk
memperoleh range interval. Masing-masing interval dicari titik tengah selanjutnya dapat
ditentukan probabilitas dari tiap kelas interval.
Perhitungan probabilitas magnitude untuk ketiga zona pada masing-masing kelas
interval dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Analisa Probabiltas Magnitude pada Zona I

Range Interval Nilai Tengah Probabilitas


4,0150 - 4,3935 4,2043 0,5638
4,3935 - 4,7720 4,5828 0,2358
4,7720 - 5,1505 4,9613 0,0986
5,1505 - 5,5290 5,3398 0,0413
5,5290 - 5,9075 5,7183 0,0173
5,9075 - 6,2860 6,0968 0,0072
6,2860 - 6,6645 6,4753 0,0030
6,6645 - 7,0430 6,8538 0,0013
7,0430 - 7,4215 7,2323 0,0005
7,4215 - 7,8000 7,6108 0,0002
Sumber: Analisa Data, 2012
Tabel 10. Analisa Probabiltas Magnitude pada Zona II
Range Interval Nilai Tengah Probabilitas
4,0150 - 4,2526 4,1338 0,4180
4,2526 - 4,4902 4,3714 0,2418
4,4902 - 4,7278 4,6090 0,1399
4,7278 - 4,9654 4,8466 0,0810
4,9654 - 5,2030 5,0842 0,0468
5,2030 - 5,4406 5,3218 0,0271
5,4406 - 5,6782 5,5594 0,0157
5,6782 - 5,9158 5,7970 0,0091
5,9158 - 6,1534 6,0346 0,0052
6,1534 - 6,3910 6,2722 0,0030
Sumber: Analisa Data, 2012
Tabel 11. Analisa Probabiltas Magnitude pada Zona III
Range Interval Nilai Tengah Probabilitas
4,0150 - 4,2835 4,1493 0,4548
4,2835 - 4,5520 4,4178 0,2451
4,5520 - 4,8205 4,6863 0,1321
4,8205 - 5,0890 4,9548 0,0712
5,0890 - 5,3575 5,2233 0,0383
5,3575 - 5,6260 5,4918 0,0207
5,6260 - 5,8945 5,7603 0,0111
5,8945 - 6,1630 6,0288 0,0060
6,1630 - 6,4315 6,2973 0,0032
6,4315 - 6,7000 6,5658 0,0017
Sumber: Analisa Data, 2012

4.7 Analisa Resiko Gempa Berdasarkan Fungsi Atenuasi Joyner-Boore


Percepatan horizontal maksimum (PHA) menurut persamaan atenuasi Joyner-Boore
dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan (5). Untuk menetukan percepatan
maksimum digunakan komponen orientasi acak berdasarkan Tabel 2.4, dimana b1 = 0,105,
b2 = 0,229, b3 = b4 = 0, b5 = 0,778, b6 = 0,162, b7= 0,251. Sedangkan berdasarkan kecepatan
rata-rata gelombang geser di atas 30 m Tabel 2.3, maka Kota Ende digolongkan pada site
kelas C. Dengan demikian diperoleh koefisien GB = 0 dan koefisien GC = 1, sehingga
persamaan atenuasi Joyner dan Boore (1997) untuk menentukan percepatan gempa
maksimum pada Kota Ende dapat ditulis sebagai berikut:
 Vs 
ln (PHA)  b1  0,527 (Mw  6,0)  0,778 ln R  0,371 ln 
 1396 
Hasil perhitungan angka kejadian gempa pada tingkat percepatan horizontal tertentu
pada ketiga zona berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Mean Annual Rate of Exeedance menurut Joyner-Boore


Mean Annual Rate of Exeedance (g)
a*
Zona I Zona II Zona III Total
0,010 g 0,00160749 0,23346434 0,92846531 1,16353715
0,025 g 0,00002690 0,03577112 0,20379085 0,23958887
0,050 g 0,00000054 0,00622684 0,05020814 0,05643552
0,075 g 0,00000004 0,00195775 0,01994331 0,02190110
0,100 g 0,00000001 0,00081058 0,00988250 0,01069308
0,250 g 0,00000000 0,00003478 0,00081156 0,00084635
0,500 g 0,00000000 0,00000227 0,00009361 0,00009588
0,750 g 0,00000000 0,00000040 0,00002375 0,00002415
1,000 g 0,00000000 0,00000011 0,00000855 0,00000866
Sumber : Hasil Analisa Data, 2012

Dilihat dari hasil di atas, diperoleh angka rata-rata tahunan terlewati oleh gempa
dengan magnitude lebih besar atau sama dengan empat (M≥4) menurut fungsi atenuasi
Joyner-Boore, maksimum terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g yaitu sebesar 1,163537.
Selanjutnya berdasarkan nilai pada masing-masing tingkat akselerasi tersebut dapat dibuat
kurva resiko gempa untuk tiap zona seperti pada gambar berikut:

Gambar 5. Kurva Resiko Gempa menurutJoyner-Boore

Berdasarkan grafik di atas, terlihat kurva hubungan antara mean annual rate of exeedance of
PHA dan tingkat akselerasi tertinggi adalah Zona III. Hal ini berarti resiko gempa terbesar
menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore terjadi pada radius 100-200 km dari site Kota Ende.

4.8 Analisa Resiko Gempa Berdasarkan Fungsi Atenuasi Youngs


Percepatan horizontal maksimum menurut persamaan atenuasi Youngs dapat
ditentukan dengan menggunakan Persamaan (6) yaitu sebagai berikut:

ln (PHA) = 0,2418 + 1,414 MW – 2,552 ln [rrup + 1,7818 e0,554Mw] + 0,00607 H + 0,3846 Zt

Tabel 13 Mean Annual Rate of Exeedance menurut Youngs

PHA (g)
a*
Zona I Zona II Zona III Total
0,010 0,00181369 0,22890409 0,91364039 1,14435817
0,025 0,00003205 0,03486773 0,19962809 0,23452787
0,050 0,00000067 0,00604198 0,04900810 0,05505075
0,075 0,00000005 0,00189450 0,01942555 0,02132010
0,100 0,00000001 0,00078288 0,00961139 0,01039427
0,250 0,00000000 0,00003339 0,00078546 0,00081885
0,500 0,00000000 0,00000217 0,00009026 0,00009243
0,750 0,00000000 0,00000038 0,00002285 0,00002323
1,000 0,00000000 0,00000010 0,00000821 0,00000831
Sumber : Analisa Data, 2012 1,46659398

Dilihat dari tabel di atas, diperoleh angka rata-rata tahunan terlewati oleh gempa
dengan magnitude lebih besar atau sama dengan empat (M≥4) menurut fungsi atenuasi
Youngs, maksimum terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g yaitu sebesar 1,144358. Hasil ini
merupakan jumlah total dari kontribusi ketiga zona pada tingkat akselerasi tersebut.
Selanjutnya berdasarkan nilai pada masing-masing tingkat akselerasi tersebut dapat dibuat
kurva resiko gempa untuk tiap zona seperti pada gambar berikut:

Gambar 6. Kurva Resiko Gempa menurut Youngs

Berdasarkan grafik di atas, terlihat kurva hubungan antara mean annual rate of exeedance of
PHA dan tingkat akselerasi tertinggi adalah Zona III. Hal ini berarti bahwa resiko gempa
terbesar menurut fungsi atenuasi Youngs terjadi pada radius 100-200 km dari Kota Ende.

4.9 Hubungan antara Peak Horizontal Acceleration dan Periode Ulang


Perhitungan percepatan horizontal maksimum (Peak Horizontal Acceleration)
didasarkan pada hubungan antara Mean Annual Rate of Exeedance of PHA dan periode
ulang gempa tertentu.
Sebagai contoh perhitungan percepatan maksimum dilakukan pada tingkat akselerasi
0,01g menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore dengan periode ulang gempa 5 tahun. Pada
perhitungan mean annual rate of exeedance dalam Tabel 12 di atas, diperoleh angka rata-
rata tahunan terlewati oleh gempa dengan M ≥ 4 dalam radius 200 km yaitu 0,01g =
1,16353715. Sehingga probabilitas percepatan pada periode ulang 5 tahun dapat dihitung
sebagai berikut:

𝑃[𝑃𝐻𝐴 > 0,01𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛] = 1 − 𝑒 −𝑅𝑎 .𝑛

𝑅𝑛 = 1 − 𝑒 −𝑅𝑎 .𝑛

= 1 − 𝑒 −1,16353715∗(5)

= 1 − 𝑒 −5,81768575

= 1 − 0,00297448

= 0,99702552
Percepatan horizontal maksimum pada periode ulang tertentu merupakan rata-rata
dari mean annual rate of exeedance (). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Percepatan puncak (Joyner-Boore)


Periode Ulang (Tahun)

5 10 50 100 475 500
1,16353715 0,997026 0,999991 1,000000 1,000000 1,000000 1,000000
0,23958887 0,698186 0,908908 0,999994 1,000000 1,000000 1,000000
0,05643552 0,245860 0,431273 0,940500 0,996460 1,000000 1,000000
0,02190110 0,103723 0,196687 0,665479 0,888096 0,999970 0,999982
0,01069308 0,052061 0,101412 0,414128 0,656754 0,993775 0,995235
0,00084635 0,004223 0,008428 0,041434 0,081152 0,331029 0,345035
0,00009588 0,000479 0,000958 0,004783 0,009543 0,044523 0,046811
0,00002415 0,000121 0,000241 0,001207 0,002412 0,011404 0,012001
0,00000866 0,000043 0,000087 0,000433 0,000865 0,004103 0,004318
PHA (g) 0,233525 0,294221 0,451995 0,515031 0,598312 0,600376

Tabel 15. Percepatan puncak (Youngs)


Periode Ulang (Tahun)

5 10 50 100 475 500
1,14435817 0,996726 0,999989 1,000000 1,000000 1,000000 1,000000
0,23452787 0,690451 0,904180 0,999992 1,000000 1,000000 1,000000
0,05505075 0,240621 0,423343 0,936234 0,995934 1,000000 1,000000
0,02132010 0,101115 0,192006 0,655618 0,881401 0,999960 0,999977
0,01039427 0,050644 0,098723 0,405309 0,646343 0,992826 0,994468
0,00081885 0,004086 0,008155 0,040116 0,078622 0,322234 0,335968
0,00009243 0,000462 0,000924 0,004611 0,009201 0,042956 0,045165
0,00002323 0,000116 0,000232 0,001161 0,002320 0,010973 0,011547
0,00000831 0,000042 0,000083 0,000416 0,000831 0,003941 0,004148
PHA (g) 0,231585 0,291959 0,449273 0,512739 0,596988 0,599030

Berdasarkan hasil perhitungan pada kedua tabel di atas, percepatan horizontal


maksimum (Peak Horizontal Acceleration) untuk kemungkinan terlampaui 10% dalam 50
tahun (atau gempa 475 tahun) berdasarkan atenuasi Joyner dan Boore sebesar 0,5983g,
sedangkan berdasarkan fungsi atenuasi Youngs sebesar 0,5970g.
Gambar 7. Grafik Hubungan antara Percepatan Maksimum dan Periode Ulang

5. KESIMPULAN
Resiko gempa menggambarkan kemungkinan terjadinya suatu gempa dengan
intensitas serta periode rata-rata tertentu, selama masa guna bangunan di suatu tempat.
Analisa resiko gempa Kota Ende dilakukan dengan menggunakan metode Probabilistic
Seismic Hazard Analysis (PSHA) dengan kombinasi teorema probabilitas total. Data
kejadian gempa yang dianalisa terekam sejak tahun 1961 hingga 2011 berjumlah 827
kejadian pada radius 200 km dan kedalaman 200 km dari site Kota Ende.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko gempa yang terbesar terjadi pada tingkat
akselerasi 0,01g oleh gempa dengan magnitude lebih besar sama dengan empat (M ≥ 4,0)
dimana total Mean Annual Rate of Exeedance menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore
sebesar 1,163537 dan menurut fungsi atenuasi Youngs sebesar 1,144358.
Dalam hubungan dengan periode ulang gempa, percepatan horizontal maksimum
(Peak Horizontal Acceleration) untuk kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (atau
gempa 475 tahun) berdasarkan atenuasi Joyner-Boore sebesar 0,5983g, sedangkan
berdasarkan fungsi atenuasi Youngs sebesar 0,5970g.

PUSTAKA
1. Advanced National Seismic System (ANSS). Earthquake Catalog. Online,
(http://www.ncedc.org/cgi-bin/catalog-search.html, diakses tanggal 23 November 2011)
2. Evaristus, E. 2010. Analisis Resiko Gempa Kota Larantuka dengan Menggunakan
Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Skripsi Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Flores: Ende
3. International Seismological Centre : Online Bulletin. Earthquake Database Search.
Online, (http://www.isc.ac.uk/doc/cite/cite.html, diakses tanggal 23 November 2011)
4. Irsyam, M., et al. 2007, Usulan Revisi Peta Hazard Kegempaan Wilayah Indonesia,
Paper Seminar HAKI, Konstruksi Tahan Gempa Di Indonesia, Jakarta, 21-22 Agustus
2007
5. Kertapati. E. K, 1999, Probabilistic Estimate Of Seismic Ground Hazard in Indonesia,
Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, November 4-5, tahun 1999, ITB, Bandung.
6. Kramer, S.L., 1996, Geotechnical Earthquake Engineering, Upper Saddle River, New
Jersey 07458: Prentice Hall, Inc.
7. Najoan, Th.F., 2004, Frekuensi Kejadian Gempa di Indonesia Sebagai Acuan Untuk
Analisis Risiko Gempa, Seminar Nasional Hari Air Sedunia, Jakarta Maret 2004.
8. Natawidjaja, D.H., 2005, Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan
Gempa, Jurnal LARIBA (Laboratorium Riset Bencana Alam) Geoteknologi – LIPI
9. Standar Nasional Indonesia, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Badan Standardisasi Nasional.
10. Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa
Indonesia 2010, Bandung
11. United State Geological Survey (USGS). NEIC Earthquake Search Result. Online,
(http://neic.usgs.gov/cgi-bin/epic/epic.cgi?search, diakses tanggal 23 November 2011)
12. Youngs, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., and Humphrey, J.R. 1997. Strong Ground Motion
Attenuation Relationships for Subduction Zone Earthquakes. Seismological Research
Letters, Vol. 68, No. 1, pp. 58-73.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai