net/publication/324217625
CITATIONS READS
0 1,312
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analysis of the effect of the layout of reinforcement in reinforced concrete beams with different diameters View project
All content following this page was uploaded by Yohanes Laka Suku on 05 April 2018.
ABSTRAK
Penelitian tentang resiko gempa di Kota Ende bertujuan untuk mengetahui angka rata-rata
kejadian gempa tahunan terlewati (annual rate of exeedance) dan membuat kurva resiko gempa (seismic
hazard curve) sehingga dapat dilakukan proyeksi kemungkinan kejadian gempa untuk periode ulang tertentu.
Penelitian ini menggunakan kombinasi metode statistik total dan metode Probabilistic Seismic Hazard
Analysis (PSHA) berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore (1997) dan Youngs et al (1997). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data kejadian gempa
dari beberapa katalog sumber seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), NEIC-USGS, ANSS
dan International Seismological Centre (ISC). Parameter data kejadian gempa dibatasi selama 50 tahun terakhir
dengan besar magnitude M 4, kedalaman fokus 0 - 200 km dan radius 200 km dari site Kota Ende.
Hasil analisis diperoleh bahwa resiko gempa yang terbesar terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g
oleh gempa dengan magnitude lebih besar sama dengan empat (M ≥ 4,0) total angka rata-rata
kejadian gempa terlewati (Mean Annual Rate of Exeedance) menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore
sebesar 1,16 dan menurut fungsi atenuasi Youngs sebesar 1,14. Dalam hubungan dengan periode
ulang gempa, percepatan horizontal maksimum (Peak Horizontal Acceleration-PHA) untuk
kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (atau gempa 475 tahun) berdasarkan atenuasi Joyner-
Boore sebesar 0,5983g, sedangkan berdasarkan fungsi atenuasi Youngs sebesar 0,5970g.
Kata Kunci: Probabilistic Seismic Hazard , Annual rate of exeedance dan Resiko Gempa
1. PENDAHULUAN
Resiko gempa menggambarkan kemungkinan terjadinya suatu gempa dengan
intensitas (percepatan, kecepatan, lama guncangan dan sebagainya) serta periode rata-rata
tertentu, selama masa guna bangunan di suatu tempat. Untuk mengurangi resiko gempa
yang terjadi di kemudian hari perlu diketahui besarnya percepatan gempa pada periode
ulang tertentu. Untuk menentukan besarnya percepatan gempa periode ulang yang terjadi
maka perlu mengetahui besarnya angka kejadian gempa rata-rata pertahun berdasarkan
data-data kejadian gempa pada waktu yang lampau. Data-data tersebut dianalisis secara
statistik untuk menentukan angka kejadian gempa tahunan rata-rata, sedangkan untuk
mengetahui besar percepatan gempa maksimum menggunakan metode Probabilistic
Seismic Hazard Analysis (PSHA) dan teorema probabilitas total serta persamaan atenuasi.
Persamaan atenuasi yang dikembangkan antara lain yang diusulkan oleh Joyner-
Boore (1997) yakni dan Youngs, et al (1997). Persamaan atenuasi yang dikembangkan oleh
Joyner-Boore adalah fungsi atenuasi percepatan horizontal maksimum, kecepatan horizontal
maksimum dan pseudo spectral relative velocity sedangkan Persamaan atenuasi yang
dikembangkan oleh Youngs, at.all. untuk mekanisme gempa subduksi. Kedua fungsi
atenuasi ini telah digunakan oleh para ahli sebagai dasar penentuan percepatan maksimum
batuan untuk membuat Peta Zonasi Gempa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui resiko gempa Kota Ende
berdasarkan fungsi atenuasi Joyner-Boore dan Youngs, yakni dengan mengetahui angka rata-
rata kejadian gempa tahunan terlewati (annual rate of exeedance) dan kurva resiko gempa (seismic hazard
curve) sehingga dapat dilakukan proyeksi kemungkinan kejadian gempa untuk periode ulang tertentu.
2. LANDASAN TEORI
Peristiwa gempa merupakan gejala alam yang bersifat acak yang tidak dapat
ditentukan dengan pasti, baik besar, tempat maupun waktu kejadiannya. Dengan konsep
probabilitas, terjadinya gempa dengan intensitas dan perioda ulang tertentu dapat
diperkirakan. Angka kemungkinan (probability) inilah yang mencerminkan resiko gempa
dimana metode analisa yang dapat digunakan adalah dengan konsep probabilitas, yaitu
Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Dengan metode ini ketidakpastian dari besar,
lokasi dan kecepatan perulangan (rate of recurrence) dari gempa maupun variasi dari
karakteristik gerakan tanah dan lokasi gempa secara eksplisit ikut diperhitungkan dalam
evaluasi resiko gempa.
Metodologi PSHA ini serupa dengan metode yang dikembangkan oleh Cornell (1968)
dan Algermissen et al. (1982). Tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi probabilitas
terlampauinya berbagai tingkat percepatan tanah akibat setiap gempa bumi yang mungkin
terjadi di suatu lokasi. Analisis probabilitis resiko gempa dapat digambarkan sebagai
prosedur 4 langkah (four steps process) (Reither, 1990) dapat dilihat pada gambar 1.
sebagai berikut:
Gambar 1. Empat Langkah Analisis Probabilistik Resiko Gempa (Kramer SL, 1996)
2.2 Teorema Probabilitas Total
Dalam melakukan analisis resiko gempa, dapat juga menggunakan teorema
probabilitas total yang berkaitan dengan nilai ekstrim. Metode statistik ini lebih dikenal
dengan Distribusi Gumbel. Dengan distribusi tersebut, dapat ditentukan peak baserock
acceleration (PBA) untuk berbagai perioda ulang. Pengaruh dari setiap kejadian gempa pada
titik yang ditinjau ditentukan dalam bentuk percepatan dengan menggunakan fungsi-fungsi
atenuasi, dengan asumsi masing-masing kejadian gempa independen terhadap titik tersebut.
Distribusi gempa menurut Gumbel:
G(M) = e(-α exp (-βM)) ; M ≥ 0 ..................................................................................... (1)
dimana : α = jumlah gempa rata-rata per tahun, β = parameter yang menyatakan hubungan
antara distribusi gempa dengan magnitude, dan M =Magnitude gempa
Konsep dasar perhitungan yang dikembangkan untuk mengembangkan kurva resiko
gempa cukup sederhana. Kemungkinan terlewati nilai tertentu a* pada parameter gerakan
tanah a dihitung untuk satu kemungkinan gempa pada satu kemungkinan lokasi sumber dan
kemudian dikalikan dengan mempertimbangkan bahwa magnitude gempa tertentu akan
terjadi pada lokasi tertentu itu. Proses kemudian diulangi dengan kemungkinan untuk
masing-masing zona sumber dan dijumlahkan. Probabilitas sebuah parameter gerakan
tanah a akan melampaui nilai tertentu a* dapat dihitung dengan menggunakan teorema
probabilitas total yaitu:
𝑃[𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑋] 𝑃(𝑋) = ∫ 𝑃 (𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑋) 𝑓𝑥 (𝑋) 𝑑𝑥 ................................................ (2)
dimana: P [a > a*] = probabilitas parameter gerakan tanah a melewati a* (gal), X= variabel
acak dari pengaruh a.
Kuantitas x dibatasi terhadap magnitude m dan jarak r. Angapan bahwa m dan r adalah
bebas maka probabilitas terlewati dapat ditulis:
𝑃 [𝑎 > 𝑎 ∗ ] = ∬ 𝑃 [𝑎 > 𝑎∗ ∣ 𝑚, 𝑟] 𝑓𝑀 (𝑚) 𝑓𝑅 (𝑟) 𝑑𝑚 𝑑𝑟 ............................ (3)
dimana: P [a > a*] = probabilitas parameter gerakan tanah a melewati a* (gal), P [a > a*| m, r]
diperoleh dari fungsi atenuasi, fM (m) = fungsi kepekatan dari magnitude, fR (r) = fungsi
kepekatan probabilitas dari jarak fokus ke site
Dengan mengasumsikan bahwa tiap zona sumber mampu menghasilkan magnitude
gempa yang berbeda pada magnitude mj dan jarak sumber ke site rk maka angka rata-rata
terlewati dapat diperkirakan dengan persamaan:
𝑁𝑠
𝝀𝑦 = ∑𝑖=1 ∑𝑁 𝑁𝑟 ∗
𝑗=1 ∑𝑘=1 𝑣𝑖 𝑃[𝑎 > 𝑎 ∣ 𝑚𝑗 , 𝑟𝑘 ] 𝑃 [𝑀 = 𝑚𝑗 ] 𝑃 [𝑅 = 𝑟𝑘 ] ............................. (4)
𝑚
dimana: λy = annual rate of exceedance, mj = variasi magnitude gempa, rk = variasi jarak site
ke sumber gempa, P [M = mj] = probabilitas dari variasi magnitude (M = m), P [R = rk] =
probabilitas dari variasi jarak site ke sumber, dan vi = besarnya angka kejadian gempa
pertahun.
Fungsi atenuasi yang diperoleh Joyner dan Boore adalah fungsi atenuasi untuk
percepatan horisontal maksimum dan kecepatan horisontal maksimum. Khusus untuk
percepatan horizontal maksimum, persamaan yang diusulkan oleh Joyner dan Boore adalah:
Vs
ln (PHA) b1 0,527 (Mw 6,0) 0,778 ln R 0,371 ln ............................ (5)
1396
Dimana:
Mw = Moment Magnitude
R = Jarak terdekat dari proyeksi surface rupture (Km)
b1 = (b1SS, b1RS, b1All)
b1SS = -0,313 untuk gempa mekanisme strike slip
b1RS = -0,117 untuk gempa mekanisme reverse-slip
b1All = -0,242 untuk gempa tidak teratur
Hubungan antara atenuasi Boore (1993) dinyatakan dalam hubungan logaritma biasa
(basis 10). Pembagian lokasi berdasarkan kecepatan rata-rata gelombang geser di atas 30
m (100 ft). Koefisien hubungan atenuasi dikembangkan untuk dua ukuran percepatan
maksimum yaitu komponen orientasi acak dan komponen horisontal terbesar.
Pada tahun 1997, R. R. Youngs, dkk mengusulkan suatu fungsi atenuasi yang
dikembangkan berdasarkan data gempa dengan mekanisme subduksi. Model atenuasi
gempa untuk zona subduksi pada umumnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu gempa
interface dan gempa interslab. Bentuk dari fungsi atenuasi tersebut adalah sebagai berikut:
Untuk bebatuan (rock):
ln (PHA) = 0,2418 + 1,414 MW – 2,552 ln[rrup + 1,7818 e0,554Mw] + 0,00607H +
0,3846 Zt.................................................................................................. (6)
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari literatur berupa katalog gempa dan data-data kejadian gempa yang tercatat
baik secara nasional maupun internasional, seperti katalog gempa dari Badan meteorologi
dan Geofisika (BMG) Indonesia, National Earthquake Information Center-United States
Geological Survey (NEIC-USGS), International Seismological Centre (ISC) dan Advanced
National Seismic System (ANSS). Data yang diperoleh meliputi nama stasiun pencatat,
waktu terjadinya gempa, magnitude, depth (jarak episentrum, Km), koordinat gempa serta
kedalaman focus.
4. PEMBAHASAN
4.1 Data Kejadian Gempa
Data kejadian gempa yang diperoleh dari beberapa katalog online antara lain USGS,
ISC dan ANSS terekam sejak tahun 1962 hingga tahun 2012. Komposisi jumlah data
kejadian gempa menurut sumber katalog dapat dilihat pada tabel berikut:
Dilihat dari hasil di atas, diperoleh angka rata-rata tahunan terlewati oleh gempa
dengan magnitude lebih besar atau sama dengan empat (M≥4) menurut fungsi atenuasi
Joyner-Boore, maksimum terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g yaitu sebesar 1,163537.
Selanjutnya berdasarkan nilai pada masing-masing tingkat akselerasi tersebut dapat dibuat
kurva resiko gempa untuk tiap zona seperti pada gambar berikut:
Berdasarkan grafik di atas, terlihat kurva hubungan antara mean annual rate of exeedance of
PHA dan tingkat akselerasi tertinggi adalah Zona III. Hal ini berarti resiko gempa terbesar
menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore terjadi pada radius 100-200 km dari site Kota Ende.
PHA (g)
a*
Zona I Zona II Zona III Total
0,010 0,00181369 0,22890409 0,91364039 1,14435817
0,025 0,00003205 0,03486773 0,19962809 0,23452787
0,050 0,00000067 0,00604198 0,04900810 0,05505075
0,075 0,00000005 0,00189450 0,01942555 0,02132010
0,100 0,00000001 0,00078288 0,00961139 0,01039427
0,250 0,00000000 0,00003339 0,00078546 0,00081885
0,500 0,00000000 0,00000217 0,00009026 0,00009243
0,750 0,00000000 0,00000038 0,00002285 0,00002323
1,000 0,00000000 0,00000010 0,00000821 0,00000831
Sumber : Analisa Data, 2012 1,46659398
Dilihat dari tabel di atas, diperoleh angka rata-rata tahunan terlewati oleh gempa
dengan magnitude lebih besar atau sama dengan empat (M≥4) menurut fungsi atenuasi
Youngs, maksimum terjadi pada tingkat akselerasi 0,01g yaitu sebesar 1,144358. Hasil ini
merupakan jumlah total dari kontribusi ketiga zona pada tingkat akselerasi tersebut.
Selanjutnya berdasarkan nilai pada masing-masing tingkat akselerasi tersebut dapat dibuat
kurva resiko gempa untuk tiap zona seperti pada gambar berikut:
Berdasarkan grafik di atas, terlihat kurva hubungan antara mean annual rate of exeedance of
PHA dan tingkat akselerasi tertinggi adalah Zona III. Hal ini berarti bahwa resiko gempa
terbesar menurut fungsi atenuasi Youngs terjadi pada radius 100-200 km dari Kota Ende.
𝑅𝑛 = 1 − 𝑒 −𝑅𝑎 .𝑛
= 1 − 𝑒 −1,16353715∗(5)
= 1 − 𝑒 −5,81768575
= 1 − 0,00297448
= 0,99702552
Percepatan horizontal maksimum pada periode ulang tertentu merupakan rata-rata
dari mean annual rate of exeedance (). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
5. KESIMPULAN
Resiko gempa menggambarkan kemungkinan terjadinya suatu gempa dengan
intensitas serta periode rata-rata tertentu, selama masa guna bangunan di suatu tempat.
Analisa resiko gempa Kota Ende dilakukan dengan menggunakan metode Probabilistic
Seismic Hazard Analysis (PSHA) dengan kombinasi teorema probabilitas total. Data
kejadian gempa yang dianalisa terekam sejak tahun 1961 hingga 2011 berjumlah 827
kejadian pada radius 200 km dan kedalaman 200 km dari site Kota Ende.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko gempa yang terbesar terjadi pada tingkat
akselerasi 0,01g oleh gempa dengan magnitude lebih besar sama dengan empat (M ≥ 4,0)
dimana total Mean Annual Rate of Exeedance menurut fungsi atenuasi Joyner-Boore
sebesar 1,163537 dan menurut fungsi atenuasi Youngs sebesar 1,144358.
Dalam hubungan dengan periode ulang gempa, percepatan horizontal maksimum
(Peak Horizontal Acceleration) untuk kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (atau
gempa 475 tahun) berdasarkan atenuasi Joyner-Boore sebesar 0,5983g, sedangkan
berdasarkan fungsi atenuasi Youngs sebesar 0,5970g.
PUSTAKA
1. Advanced National Seismic System (ANSS). Earthquake Catalog. Online,
(http://www.ncedc.org/cgi-bin/catalog-search.html, diakses tanggal 23 November 2011)
2. Evaristus, E. 2010. Analisis Resiko Gempa Kota Larantuka dengan Menggunakan
Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Skripsi Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Flores: Ende
3. International Seismological Centre : Online Bulletin. Earthquake Database Search.
Online, (http://www.isc.ac.uk/doc/cite/cite.html, diakses tanggal 23 November 2011)
4. Irsyam, M., et al. 2007, Usulan Revisi Peta Hazard Kegempaan Wilayah Indonesia,
Paper Seminar HAKI, Konstruksi Tahan Gempa Di Indonesia, Jakarta, 21-22 Agustus
2007
5. Kertapati. E. K, 1999, Probabilistic Estimate Of Seismic Ground Hazard in Indonesia,
Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, November 4-5, tahun 1999, ITB, Bandung.
6. Kramer, S.L., 1996, Geotechnical Earthquake Engineering, Upper Saddle River, New
Jersey 07458: Prentice Hall, Inc.
7. Najoan, Th.F., 2004, Frekuensi Kejadian Gempa di Indonesia Sebagai Acuan Untuk
Analisis Risiko Gempa, Seminar Nasional Hari Air Sedunia, Jakarta Maret 2004.
8. Natawidjaja, D.H., 2005, Evaluasi Bahaya Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan
Gempa, Jurnal LARIBA (Laboratorium Riset Bencana Alam) Geoteknologi – LIPI
9. Standar Nasional Indonesia, 2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Badan Standardisasi Nasional.
10. Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa
Indonesia 2010, Bandung
11. United State Geological Survey (USGS). NEIC Earthquake Search Result. Online,
(http://neic.usgs.gov/cgi-bin/epic/epic.cgi?search, diakses tanggal 23 November 2011)
12. Youngs, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., and Humphrey, J.R. 1997. Strong Ground Motion
Attenuation Relationships for Subduction Zone Earthquakes. Seismological Research
Letters, Vol. 68, No. 1, pp. 58-73.