Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Teknik Penentuan Sampel


Menurut Sinambela (2014:99) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel
yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana menata berbagai teknik dalam
penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara
pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif. Dengan tidak melupakan
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh sampel yang representatif,
peneliti memulai mengenal keseragaman dan ciri-ciri khusus populasi. Pekerjaan ini menuntut
ketelitian. Dari ketelitian ini kemudian peneliti menentukan rancangan yang dipakai dalam
mengambil sampel. Dalam penelitian sosial, paling tidak ada dua rancangan sampel penelitian,
yaitu sampling probabilitas yang mengacu kepada teknik pengambilan sampel berdasarkan
peluang atau kesempatan dan Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel penelitian.

1. Probability Sampling (Sampling Probabilitas)


Sampling probabilitas mengacu kepada teknik pengambilan sampel berdasarkan peluang
atau kesempatan. Untuk semua sampling probabiltas, proses pengambilan sampel penelitian
dilakukan secara acak (random), di mana semua objek atau elemen populasi memiliki
késempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian, dalam
rancangan ini tidak terdapat diskriminasi unit populasi yang satu dengan yang lainnya. Karena
semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel,
unit-unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan ini juga disebut sebagai
sampling acakan karena cara kerjanya yang acakan itu. Kendatipun secara acakan, karena sifat
populasi yang begitu homogen, maka sampel yang dihasilkan dari rancangan ini tetap
merupakan sampel yang dihasilkan dari rancangan itu tetap merupakan sampel yang
representatif. Probabilitas sampling dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:
1. Random Sampling
Menurut Ariffin (2011), random sampling adalah cara pengambilan sampel secara acak
(random), di mana semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Asumsinya adalah populasi mempunyai karakteristik yang
sama (homogen). Jika karakteristik populasinya berbeda-beda, maka tidak dapat diambil
sampel secara random. Begitu juga dengan jumlah populasinya harus terhingga.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk random sampling yaitu
a. Cara undian, dengan langkah-langkah yaitu (a) membuat daftar yang berisi seluruh objek
penelitian, (b) guntinglah kertas kecil-kecil, kemudian tiap lembar kertas itu ditulis
nomor 1, 2, 3 … dan seterusnya sampai dengan banyaknya anggota populasi, (c)
tulislah lembaran kertas tersebut dengan nomor, kemudian digulung, dan dimasukkan ke
dalam gelas atau kelereng untuk dikocok, (d) ambil kertas gulungan itu sebanyak yang
diperlukan, dan (e) nomor yang keluar dari undian itu dijadikan sampel random.
b. Cara ordinal, yaitu cara mengambil anggota populasi dari atas ke bawah. Hal ini
dilakukan dengan cara mengambil anggota yang bernomor ganjil, genap, nomor kelipatan
angka 5, 10, dan sebagainya. Adapun langkah-langkahnya adalah (a) membuat daftar
yang berisi seluruh anggota populasi. Daftar ini dapat disusun menurut alphabet, tempat
tinggal, dan sebagainya, (b) mengambil anggota populasi berdasarkan ketentuan yang
sudah ditetapkan, misalnya, menurut nomor ganjil menurut nomor genap, menurut nomor
kelipatan angka 15, 10, dan seterusnya.
c. Menggunakan tabel bilangan random (table of random numbers). Cara ini banyak
digunakan oleh para peneliti karena dianggap lebih mudah, praktis dan sederhana
dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya. Selain itu, kemungkinan penyimpangan atau
penyelewengan dapat dihindari sejauh mungkin.
Pelaksanaan rancangan ini pada permulaannya tidak berbeda dengan rancangan
pcngundian tabel bilangan random, yaitu sebelumnya telah mempersiapkan daftar rekapitulasi
unit-unit populasi. Setelah itu dilakukan penentuan angka kelipatan . Awal, yaitu mengacak
bilangan 2 sampai 5. Apabila temyata angka 4 yang terpilih sebagai angka kelipatan. maka
terpilih angka 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, dan seterusnya. Hal ini berarti unit populasi
yang kebetulan benomor tersebut di atas dan seterusnya adalah unit populasi yang dijadikan
sampel penelitian.
Sebenamya penggunaan rancangan ini dapat digunakan secara lebih lunak, yaitu hanya
dengan kesepakatan-kesepakatan. Misalnya, apabila peneliti bersepakat menjadikan angka
ganjil sebagai nomor-nomor yang dijadikan sampel penelitian, maka rancangan tersebut dapat
dilakukan. Dapat juga dengan kesepakatan setiap angka lima, maka dialah sampel penelitian
dan sebagainya. Pokoknya tidak ada kesengajaan peneliti untuk memilih unit-unit populasi
sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini menggunakan 64 siswa sebagai kelompok kelas eksperimen dan 65 siswa
sebagai kelompok kelas kontrol. Kedua kelompok kelas diberikan materi yang sama tentang
indikator asam basa, titrasi asam basa, larutan penyangga dan hidrolisis garam, sebanyak 10
kali pertemuan. Perbedaannya terletak pada setting pembelajaran. Kelompok kelas
eksperimen diberikan model pembelajaran berbasis proyek dan kelompok kelas kontrol
diberikan model pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling pada kelas XI IPA SMA Negeri 2 Negara tahun pelajaran 2012/2013
(Sastrika, 2013).
Menurut Arieska (2018) jika anggota populasi terdaftar lengkap, maka teknik ini sangat
mudah digunakan. Terdapat prosedur yang sudah biasa digunakan dalam teknik Simple Random
Sampling, yaitu dengan menggunakan random numbers table. Pengacakan juga dapat dilakukan
dengan cara mengundi. Pengambilan sampel secara acak diharapkan mampu menjadi
representasi dari populasi yang diestimasi. Sekalipun dilakukan pengambilan sampel secara acak,
pada kenyataannya terkadang masih dijumpai hasil pengambilan sampel yang nilainya unik dan
terkesan sistematis. Sehingga makna pegambilan sampel secara acak adalah ketika pengambilan
sampel itu dilakukan berulang-ulang, estimasi parameter yang dihasilkan akan akurat dan
memiliki presisi tinggi. Selain itu tingkat variabilitas atau kesalahan dalam melakukan estimasi
dapat dilakukan pengujian secara statistik. Kekeliruan dalam pengambilan sampel dapat
dinyatakan dalam suatu probabilitas tertentu.

b. Stratified Random Sampling


Jika peneliti akan menggunakan dan menerapkan sampel random sampling maka dalam
pemikiran peneliti, objek yang diteliti merupakan satu kesatuan menyeluruh yang homogen.
Akan tetapi, didalam suatu kondisi populasi sering dijumpai hal yang tidak demikian atau
mungkin peneliti menginginkan suatu ketepatan terhadap masalah yang akan diamati, sehigga
populasi dipilah-pilah menjadi subpopulasi secara homogen dari sifat yang heterogen.
Dengan pembagian populasi atas subpopulasi maka penelitian yang dirancang akan
memberikan keuntungan antara lain:
1. Homogenitas yang lebih nyata di dalam masing-masing kelas
2. Memberikan keterorganisasian yang nyata antar subpopulasi
3. Meningkatkan presisi dari sampel terhadap populasi dan dalam pelaksanaannya mudah
4. Sangat berguna untuk mengkaji (komparasi) perbedaan karakteristik antarsubjek
Bagaimana cara menarik sampel dengan cara atau teknik ini menurut Yatim Riyanto
(1996:59) dalam Zuriah (2009:135) dapat digambar sebagai berikut

Selanjutnya tahap-tahap penyusunan rancanganrandom sampling meliputi:


1. Menentukan jenis populasi penelitian
2. Membagi kelompok menjadi beberapa stratifikasi, dan setiap stratum beranggotakan
subjek yang sama atau hampir sama karakteristiknya
3. Membuat daftar subjek dari tiap stratum (subpopulasi)
4. Memilih subjek sampel dari subpopulasi dengan teknik acak murni atau sistematik
Kelemahan dari cara ini jika tidak ada inventarisasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat
membuat stratum.
b. Cluster Random Sampling
Menurut Yatim Riyanto (1996:60) dalam Zuriah (2009:136) teknik cluster random
sampling digunakan jika dijumpai populasi yang heterogen, dimana subpopulasi merupakan
suatu kelompok (cluster) yang mempunyai sifat heterogen. Sedangkan dalam stratifikasi
sampel tiap subpopulasinya homogen.
Selain itu, teknik ini digunakan apabila daftar dari seluruh unit populasi tidak diperoleh
sehingga cukup daftar cluster saja. Dalam mengoperasionalisasikan teknik ini, peneliti
mengelompokan terlebih dahulu berdasarkan kelas-kelas atau berdasarkan asrama tempat
tinggal mereka (jika yang diteliti tinggal di asrama) atau berdasarkan daerah
(RT/RW/kelurahan/kecematan) tempat tinggal mereka.
Sebagaimana dalam teknik pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel
dengan stratifikasi yakni masing-masing stratanya ditarik sampel, maka dengan teknik cluster
sampling ini penarikan sampel pada setiap kelompoknya (cluster). Gambaran tentang
penarikan sampel dengan teknik cluster teknik random sampling yaitu

Contoh, di Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10


propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Contoh lainnya adalah bila penelitian dilakukan
terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada
semua pelajarpelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.
Contoh, Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK SAKTI Gemolong
tahun pelajaran 2013/2014.Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
cluster random sampling. Di SMK Sakti Gemolong terdapat 4 program keahlian, yaitu Teknik
Kontruksi Batu dan Beton (TKB), Teknik Mesin Otomotif (TMO), Teknik Mesin Perkakas
(TMP), dan Teknik Informatika (TI). Dari program keahlian yang terpilih, yaitu program
keahlian TI dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random
sampling sebanyak dua kelas yaitu kelas eksperimen I dengan metode TAI dilengkapi media
animasi dan kelas eksperimen II dengan metode STAD dilengkapi media animasi (Lestari,
2014:47).
Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error sampling, lebih banyak
dibandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit untuk
memperoleh cluster yang benar-benar sama heterogenitasnya dengan cluster yang lain dalam
populasi.
2. Non-Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
pengambilan sampel penelitian yang termasuk dalam kelompok Non-probability sampling
antara lain :
a. Purposive Sampling
Menurut Werang (2015:106) purposive sampling merujuk kepada teknik pengambilan
sampel penelitian berdasarkan tujuan tertentu yang hendak dicapai oleh peneliti, bukan
berdasarkan strata ataupun wilayah. Dengan perkataan lain, pengambilan sampel dalam teknik
ini disesuaikan dengan tujuan penelitian. Walaupun teknik ini diperbolehkan, namun beberapa
persyaratan berikut ini harus dipenuhi peneliti apabila berhendak menggunakan teknik ini
yaitu:
1. Pengambilan sampel tetap harus didasarkan pada ciri-ciri tertentu yang menjadi ciri-ciri
pokok dari sebuah populasi
2. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang memiliki paling
banyak ciri-ciri yang terdapat pada populasi
3. Penetuan ciri-ciri populasi harus dilakukan secara cermat dalam studi pendahuluan
Contoh :
Kasus bumbu masak yang pernah dinyatakan haram oleh sekelompok masyarakat.
Peneliti hendak mengetahui penyebabnya dengan cara mencari sampel ahli dibidang
peracitan bumbu masak dan sampel dari kalangan para ulama yang ahli dalam memberikan
fatwa terkait permasalahan haram tersebut.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Xia SMAN 2 Unggul Ali Hasjmy
tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari X.ia 1 dan X.ia yang berjumlah 57 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dalam penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan setelah dilakukan diskusi dengan guru di sekolah tersebut.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X.ia 1 dan X.ia 2

Tabel.3.2 Sampel Peneliti


Model Kelas Jumlah siswa
MAM X. IA 1 28
NHT X. IA 2 28
(Rizki, 2017:40).
Gambaran tentang pengambilan sampel dengan teknik purposive ini menurut Yatim
Riyanto (1996:65) dalam Zuriah (2009:142) dapat digambarkan seperti dibawah ini

b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Dalam teknik ini jumlah populasi
tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil
dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data
dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data
dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan
penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan jumlah
anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara
bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
Siapa yang akan diambil menjadi sampel diserahkan sepenuhnya kepada pengambilan
data atau peneliti. Kelemahan teknik sampling ini terletak pada kenyataan bahwa para peneliti
cendrung selalu mencari kemudahan dan menghindari kesulitan yang mungkin terjadi
sehingga peneliti akan lebih cendrung memilih orang –orang yang mudah dihubungi sebagai
sampel penelitian dan akan menghindari orang-orang yang sangat sulit ditemui.
c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Dalam teknik ini
pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari
unit sampling yang ditemui.
Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan
setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data
langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan
terpenuhi.
c. Snowball Sampling (Sampling Bola Salju)
Dalam teknik snowball sampling, orang pertama yang dijadikan sebagai anggota sampel
ditentukan terlebih dahulu. Peneliti kemudian meminta kepada orang pertama tersebut untuk
merekomendasikan atau menunjuk dua orang untuk menjadi anggota sampel kedua dan
anggota sampel ketiga. Selanjutnya, kepada orang yang menjadi anggota sampel kedua
diminta untuk merekomendasikan dua orang lain yang menjadi anggota sampel keempat dan
anggota sampel kelima. Begitu seterusnya sampai jumlah sampel yang diinginkan peneliti
terpenuhi.
f. Convenience Sampling
Teknik ini mengarahkan kepada penarikan sampel sebenarnya atau seadanya. Individu-
individu yang ada dalam suatu kelompok yang diambil sekenanya tersebut memang ada dan
bersedia untuk menjadi subjek penelitian. Kadang-kadang dilakukan oleh seorang peneliti
yang suka iseng atau karena kesenangan saja.
Atau teknik ini tidak dapat dipertimbangkan dalam hubungannya dengan representativitas
sampel. Untuk memudahkan pemahaman menurut Yatim Riyanto (1996: 65) dapat
digambarkan sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai