Chapter II PDF
Chapter II PDF
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Kesehatan
berbagai kondisi ataupun situasi (Azjen, 2005). Perilaku juga diartikan sebagai
segala sesuatu aktivitas seseorang yang tampak dan dapat diobservasi oleh orang
tubuh, jiwa dan raga (KBBI, 2014). Kesehatan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 36 tahun 2009 didefenisikan sebagai keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable)
Kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit serta
12
besar yaitu :
perilaku yang tampak maupun tidak (overt and covert behavior) dalam
Perilaku orang yang sakit terjadi pada orang yang sudah mengalami
Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang, dan yang dapat
maupun mental.
Inti dari perilaku ini adalah tindakan atau perilaku seseorang agar
dan untuk mengatasi masalah kesehatannya. Pada saat seseorang sakit, ada
a. No action
Pengobatan ini terdiri dari dua bentuk yakni dengan cara tradisional
Menurut Becker, hak dan kewajiban orang sakit merupakan perilaku peran
penyembuhannya.
rangka pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau kondisi cacat.
kesehatan secara langsung seperti merokok dan konsumsi alkohol. Kesehatan juga
Orang-orang di daerah China dan juga orang-orang pada masa Yunani kuno
memandang kesehatan tidak hanya sebatas ketiadaan dari negative state tapi juga
kehadiran positive state. Keseimbangan antara self dan nature dan peran individu
budaya di Asia. Keseimbangan ini dapat menghasilkan positive state yang disebut
dengan positive state dan negative state dinilai penting pada banyak budaya pada
kepercayaan dan filosofi yang berfokus pada yin dan yang yang
yang baik dan seimbang namun ketidakseimbangan antara yin dan yang akan
China, konsep kesehatan tidak hanya dibatasi pada kondisi individu semata
Matsumoto, 2004)
adanya kondisi positif dari kesehatan.Konsep dari kesehatan berbeda tidak hanya
antar budaya namun juga antar suku atau pluralistic culture contohnya masyarakat
sehat adalah kondisi harmonis antara diri sendiri dengan lingkungan. Apabila
kondisinya tidak harmonis maka akan mengarah kepada perilaku negatif, perilaku
negatif akan mengarah kepada emosi yang tidak terkontrol yang akan
mengatasinya. Begitu pula dengan masyarakat Karo yang memiliki filosofi “lit
bisa lit tawar” yang bermakna bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, akan
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu
atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar
Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No
magnetis yaitu orang itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia
tradisional.
kelamin anggota masyarakat dan juga tingkatan usia. Menurut Tarigan (1988),
a. Tambar danak-danak
ini juga dapat digunakan untuk orang dewasa. Adapun jenis obat anak-anak
ini adalah seperti tambar laya-laya untuk mengatasi kolera, tambar kudil
untuk mengatasi kudis, penguras reme untuk obat cacar, tambar tambun
dan sebagainya.
b. Tambar Pernanden.
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pernanden atau kaum
ibu. Adapun obat tradisional Karo untuk kaum ibu adalah seperti tambar la
sang ibu, tambar enggo mupur untuk memperkuat tubuh wanita yang baru
c. Tambar Perbapan
Obat tradisional Karo ini dikhususkan untuk kaum pria karena ada beberapa
penyakit yang hanya terdapat pada kaum pria. Adapun jenis obat tradisional
Karo untuk kaum pria adalah seperti tambar karang sebagai obat gonorhae,
tambar jalang jahe sebagai obat sifilis, tambar karing sebagai obat kencing
d. Tambar Sinterem
umum. Dalam Bahasa Karo, obat umum ini disebut tambar sinterem atau
obat untuk orang banyak. Adapun obat tradisional Karo yang berlaku umum
sebagai obat sakit perut, tambar urim sebagai obat sakit gigi, tambar sila
sikabut sebagai obat disengat lele, tambar mata sebagai obat mata, tambar
tahun 685 M yang berpusat disekitar Teluk Haru, Langkat. Menurut Babat Sunda
pada abad 1 Masehi, sudah terdapat kerajaan dengan raja yang bernama Pa Lagan
dimulai dari Aceh besar sampai ke Sungai Siak di Riau (Darwan, 2012). Etnis
Karo termasuk kedalam ras Proto Melayu (Palaelo Mongoloid) yang bercampur
dengan Ras Negro (Negroito). Adapun marga/merga pada masyarakat Karo ada 5
submerga. Hal ini juga sesuai dengan kongres kebudayaan Karo yang diadakan
Sistem kekeluargaan yang dikenal dengan istilah sangkep nggeluh yang secara
garis besar terdiri dari senina, anak beru dan kalimbubu (Tribal Collibium)
(Darwan, 2012).
Perilaku Kesehatan pada dasarnya terbagi dua yakni, perilaku sehat (healthy
behavior) dan juga perilaku sakit atau juga sering disebut sebagai perilaku
kesehatan baik fasilitas atau pelayanan kesehatan modern seperti rumah sakit,
mereka. Oleh karena itu peneliti ingin melihat gambaran perilaku kesehatan
tradisional Karo: