Anda di halaman 1dari 2

MAKNA IBADAH HAJI

Ada beberapa makna filosofis dalam pengamalan ibadah haji bila kita mencermatinya
secara mendalam. Antara lain, Pertama: Ibadah haji dimulai dengan niat sambil
meninggalkan pakaian biasa dan mengenaklan pakaian ihram (putih). Dalam pakaian
ihram itulah dapat kita artikan bahwa semua kita adalah sama, tadak ada perbedaan
diantara kita, apakah status sosisl, ekonomi, profesi, politik dan sebagainya, sehingga
kita semua tidak ada yang paling mulia dan terhormat kecuali kemampuan taqwa kita
kepada Allah (Inna akromakum 'indallahi atqokum).

Dengan pakaian putih juga seseorang akan merasakan kelemahan dan


keterbatasannya serta pertenggungjawaban kelak di hadapannya, karena pakaian
putih juga menggambarkan "latihan meninggal dunia", kenapa latihan? Karena
memang tidak mati betul. Dengan latihanlah kehidupan akan menjadi matang dan
sistematis.

Kedua: Dengan pakaian ihram , maka semua larangan harus di indahkan oleh pelaku
ibadah haji. Janganlah sakiti binatang, janganlah membunuh, jangan mencbit
pepohinan. mengapa demikian? Karna manusia berfungsi memelihara mahluq tuhan,
sesama mahluq harus salimg mengasihi, saling toleransi, meniadakan bentuk - bentuk
terorisme dan yang paling penting umat islam adalah rahmah bagi seluruh alam.

Ketiga: Ka'bah yang dikunjungi merupakan simbol atas nilai -nilai kemanusiaan .
Disana misalnya ada hijr Ismail (pangkuan Ismail), saat Ismail dipangku oleh Hajar,
seorang wanita hitam, miskin bahkan budak, yang bahkan kuburannyapun berada di
situ. Namun demikian wanita itu peninggalannya diabadikan Tuhan untuk memberi
pelajaran bahwa Allah memberi status seseorang bukan karena keturunan atau status
sosial, tetapi karna kede katannya kepada Allah dan usahanya untuk Hajr (hijrah) dari
kejahatan menuju kebaikan, dari keterbelakangan menuju peradaban. Disini bisa kita
ambil pelajaran, walaupun bangsa ini sedang terpuruk baik segi ekonomi, politik,
kebudayaan dan sebegainya, tetapi kita tidak boleh pesimis, berkecil hati, dan merasa
tidak mampu berbuat apa-apa, karna apabila kita berusaha sungguh-sungguh untuk
membangun bangsa ini dengan meminta pertolongan Allah untuk kemajuan dan
keberadaban bangsa. Insya Allah, krisis yang terjadi akan segera selesai.
Keempat: Kita semua menjalani ibadah Thawaf dan Sa'i. Thawaf dalam arti
menggam barkan larut dan dan meleburnya manusia dalam hadirat ilahi sehingga
manusia betul-betul mampu menjadikan hatinya bersama dengan Allah, kehusukan
hatinya tidak diragukan lagi dan terbentuklah pribadi yang mencintai sesama bukan
menteror sesama. Sedangkan sa'i menggambarkan bahwa tugas manusia adalah
berusaha semaksimal mungkin dalam kehidupan seperti yang dialami hajar dan
putranya Ismail dengan ditemukannya sumur zamzam.
Sa'i merupakan perjalanan Hajar ketika mancari air untuk putranya, dia memulai
usahanya dari bukit shafa yang berarti kesucian, sebagai lambang bahwa untuk mulai
hidup harus dengan kesucian dan ketegaaran dan diakhiri di marwa yang berarti
jadilah manusia yang ideal, bermurah hati, dan memaafkan orang lain sehingga
kehidupan penuh dengan kedamaian dan ketentraman.

Kelima: Di 'Arafah seluruh jamaah berhenti sampai terbenamnya matahari. Disanalah


mereka seharusnya menemukan ma'rifat pengetahuan tentang dirinya dan perjalanan
kehidupannya. Disini pula kita bisa menarik benang merah agar supaya pemimpin
bangsa ini memiliki pengetahuan tinggi, dalam arti pemimpin haruslah berjiwa
bijaksana, merasakan penderitaan rakyatnya (seperti ketika merasakan panasnya di
Arafah) tidak malah menekan rakyat dengan beban berat padahal mereka hidup
dalam kemewahan.

Gerakan moral dan sosial mesti teraplikasi secara baik ketika jemaah kembali ke
Tanah Air. Karena hakikat kemabruran haji selain ditentukan oleh pelaksanaan
ibadah hajinya sendiri sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw, juga sangat ditentukan
oleh perilakunya. Imam Hasan Al-Bashri menyatakan, yang dimaksud haji mabrur
adalah perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan ia menjadi panutan bagi
masyarakat sekitarnya. Pendapat lain mengungkapkan, haji mabrur ialah kesediaan
memberikan harta kepada yang membutuhkan. Dan, ia memiliki kemampuan untuk
mengendalikan segala ucapan dan tindakannya.

Hal ini seperti ungkapan Ibnu Sina bahwa "Apabila ke'arifan telah menghiasi diri
seseorang, maka orang itu akan melihat yang satu saja, melihat yang maha suci.
Semua makhluk dipandangnya sama, ia tidak akan melihat kesalahan-kesalahan
orang lain tetapi akan selalu peka apabila melihat kemungkaran, karena jiwanya
diliputi oleh rahmat dan kasih sayang".

Demikianlah, ibadah haji merupakan kumpulan simbol-simbol yang mempunyai nilai


dan makna filosofis yang tinggi. Apabila dihayati dan diimplementasikan dalam
realitas kehidupan oleh masyarakat khususnya para pelaku ibadah haji, maka akan
mengantarkan kita pada lingkungan ilahi dan kemanusiaan, sehingga krisis multi
dimensional yang melanda bangsa ini (setidaknya) berangsur-angsur pulih dengan
ridha Allah SWT. Wallahu a'lam bi al-shawab.

Anda mungkin juga menyukai