Case Report
GASTROPATI EROSIF EC NSAID
Oleh:
Dwitya Rilyanti
Fitrianisa Burmana
Melly Anida
Tegar Dwi Prakoso
Preceptor:
dr. Ronald David Martua, Sp. PD
STATUS PASIEN
A. IDENTIFIKASI PASIEN
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : Siswi
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
MRS : 2-9-2015
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluhan Tambahan :
Os juga mengeluhkan BAB berwarna hitam sejak 1 hari SMRS. BAB berwarna
hitam dengan konsistensi cair dan dengan frekuensi dua kali dalam satu hari. 2
setelah MRS os mengeluh BAB cair berwarna merah dengan frekuensi 1x dalam
satu hari. Pada hari ke-5 BAB os normal, BAK normal.
Riwayat Keluarga
C. ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain
Kepala
(-) Trauma (√) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri (√) Pucat/anemis
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan
Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis
5
Mulut
(-) Bibir (√) Lidah
(-) Gusi (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher
Jantung / Paru-Paru
(-) Nyeri dada (-) Sesak nafas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (√) Batuk
Haid
(-) Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-) Menarche
(√) Teratur (-) Nyeri (-) Gejala klimakterium
(-) Gangguan haid (-) Pasca menopause
6
Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianosis
Berat Badan
Berat badan rata-rata (kg) : 40 kg
Berat badan sekarang (kg) : 40 kg
Riwayat Hidup
Tempat lahir : (√) Di rumah ( ) Rumah Bersalin ( ) RS Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter ( ) Bidan (√) Dukun
( ) Lain-lain
Riwayat Makanan
Frekwensi /hari : ± 2-3 x sehari
Jumlah /hari : ± 2-3 piring sehari
Variasi /hari : Tidak bervariasi
Nafsu makan : Kurang
7
Pendidikan
( ) SD (√) SLTP ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan ( ) Akademi
( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
8
Kesulitan
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain : -
D. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
Kulit
Kepala
- Ekspresi wajah : Tampak sakit sedang
- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
- Simetris muka : Simetris
Mata
- Exopthalmus : -
- Kelopak : Normal
- Konjungtiva : Anemis (+/+)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Lapang penglihatan : Dalam batas normal
- Deviatio konjungtiva : -
- Enopthalmus : -
- Lensa : Jernih
- Visus : 6/6
- Gerak mata : Normal segala arah
- Tekanan bola mata : N/ palpasi
- Nistagmus : -
10
Leher
Dada
- Bentuk : Normochest
- Pembuluh darah : Normal
- Buah dada : Normal, simetris
Paru-Paru
Depan Belakang
Inspeksi Simetris simetris
Palpasi Kiri Fremitus vokal teraba Fremitus vokal teraba getaran
getaran suara. Fremitus suara. Fremitus taktil terasa
taktil terasa pergerakan pergerakan dinding thorax.
dinding thorax.
Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang paru
paru
Auskultasi Kiri Vesikuler (+), Ronkhi (-), Wheezing (-), Ronkhi (-).
Wheezing (-)
Jantung
Pembuluh Darah
Arteri temporalis, karotis, brakhialis,radialis, femoralis poplitea, tibialis posterior
teraba.
Abdomen
Anggota Gerak
Lengan
Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
12
- Luka : Tidak
- Varises : Tidak
- Otot (tonus, massa) : Normotonus,eutrofi
- Sendi : Normal
- Gerakan : Aktif
- Kekuatan : 5
- Edema : -/-
Refleks
Kanan Kiri
Bisep N (Refleks lengan bawah) N (Refleks lengan bawah)
Trisep N (Kontraksi trisep) N (Kontraksi trisep)
Patela N N
Achiles N (Plantar fleksi ) N (Plantar fleksi)
Kremester - -
Refleks kulit N N
Refleks patologis Tidak ada Tidak ada
E. LABORATORIUM
2 september 2015
Leukosit : 2.800/ul
Eritrosit : 2.620.000/ul
Hb : 5,0 g/dl
Trombosit : 116.000/ul
GDS: 114
Ureum: 52
3 september 2015
Leukosit : 2,73
Eritrosit : 2,64
Hb : 5,5
Ht : 16,1
13
MCV : 62,3
MCH : 20,8
MCHC : 34,2
Trombosit : 75.000
Anti dengue IgM : positif
Anti dengue Ig G : negatif
10 september 2015
Leukosit : 6.300
Eritrosit : 3.230.000
Hb : 7,7
Ht : 22,7
MCV : 70,3
MCH : 23,8
MCHC : 33,9
Trombosit : 141.000
14 september 2015
Leukosit : 5.200
Eritrosit : 3.620.000
Hb : 8,7
Ht : 25,9
MCV : 71,5
MCH : 24
MCHC : 33,6
Trombosit : 276.000
Rontgen:
4 september 2015
1. Pulmo dalam batas normal
2. Besar cor normal
14
1. Diagnosis
15
2. Dasar Diagnosa
- Nyeri perut berawal dari epigastrium
- Adanya mual
- BAB berwarna hitam dengan konsistensi keras dan kecil
- Riwayat minum obat penghilang rasa nyeri 2 butir setiap hari selama 5
bulan terkhir
- Nyeri tekan regio epigastrium (+)
- Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan:
H. DIAGNOSA DIFFERENTIAL
- Ulkus Peptikum
K. RENCANA PENGELOLAAN
1. Tirah baring
3. Medikamentosa
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Diit lunak TKTP
- Ranitidine 2 ampul/ 24 jam
- Sucralfat syr 3 x 1 C
- Ondansentron 2 ampul/ 24 jam
- Sohobion 1 x 1 gr di drip
L. PENCEGAHAN
Primer :
- Hindari penggunaan obat yang berlebihan tanpa instruksi dokter
- Pola makan teratur
Sekunder
- Minum obat sesuai aturan
- Kontrol rutin ke dokter
Tersier
- Menjaga imunitas tubuh
17
M. PROGNOSIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
18
2.1 Pendahuluan
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti
kantung, dapat berdilatasi dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh asam
klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin dan lipase. Lambung
memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik. Sebagai
fungsi pencernaan dan sekresi yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl,
sintesis dan pelepasan gastrin yang dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
sekresi mukus yang membentuk selubung dan melindungi lambung serta sebagai
pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut, sekresi bikarbonat bersama
dengan sekresi gel mukus yang berperan sebagai barier dari asam lumen dan
pepsin. Fungsi motorik lambung terdiri atas penyimpanan makanan sampai
makanan dapat diproses dalam duodenum, pencampuran makanan dengan asam
lambung hingga membentuk suatu kimus, dan pengosongan makanan dari
lambung ke dalam usus untuk pencernaan dan absorbsi dalam usus halus.
belum masuk lambung akibat memikirkan atau merasakan makanan. Kedua, fase
gastrik, ketika makanan masuk lambung akan merangsang mekanisme sekresi
asam lambung yang berlansung selama beberapa jam, selama makanan masih
berada didalam lambung. Ketiga, fase intestinal, proses sekresi asam lambung
terjadi ketika makanan mengenai mukosa usus. Produksi asam lambung akan
tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur.
Kerusakan yang lebih berat tidak dapat diperbaiki secara efektif oleh restitusi
sehingga membutuhkan proliferasi sel. Regenerasi sel epitel diatur oleh PG dan
growth factors seperti EGF dan TGF-a. Bersamaan dengan pembentukan sel
epitel baru, terjadi angiogenesis dalam jaringan mikrovaskular yang rusak. Baik
FGF dan vascular endothelial growth factor (VEGF) penting dalam mengatur
angiogenesis pada mukosa gaster. Prostaglandin memegang peranan utama dalam
mekanisme pertahanan epitel gaster. Mukosa gaster mengandung PG berlimpah
yang mengatur pelepasan bikarbonat mukosa dan mukus, menghambat sekresi sel
parietal, dan berperan penting dalam mempertahankan aliran darah mukosa serta
restitusi sel epitel. Sistem mikrovaskular dalam lapisan submukosa merupakan
komponen utama sistem pertahanan subepitelial yang menyediakan bikarbonat
(HCO3-) untuk menetralkan asam yang dihasilkan oleh sel parietal. Sistem
mikrovaskular juga menyediakan mikronutrien, oksigen, dilusi, dan netralisasi
dari difusi kembali asam lambung, serta mengeliminasi metabolik toksik. Selain
itu sebagai penghasil nitrit oksida. Nitrit oksida (NO) merupakan zat yang
diproduksi oleh endotel kapiler melalui aktivitas endothelium derived vascular
relaxation factor. Enzim NO sintetase yang terekspresi pada mukosa berperan
sebagai sitoproteksi melalui stimulasimukus gaster, meningkatkan aliran darah
mukosa, dan mempertahankan fungsi ketahanan sel epitelial.
pompa asam H+, K+-ATPase. Enzim H+, K+- ATPase bertanggung jawab
membentuk konsentrasi H+ yang tinggi dengan menggunakan ATP sebagai
sumber energi untuk mentransfer ion H+ dari sitoplasma sel parietal ke secretory
canaliculi disertai pertukaran ion K+. Sel parietal juga memiliki reseptor yang
dapat menghambat produksi asam, seperti PG, somatostatin, dan EGF.
Somatostatin dilepaskan oleh sel D pada mukosa gaster sebagai respon terhadap
HCl. Molekul tersebut mampu menghambat produksi asam secara langsung pada
sel parietal maupun tidak langsung dengan menurunkan pelepasan histamin dari
enterochromaffin-like (ECF) cell dan gastrin dari sel G.
Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum adalah kerusakan pada lapisan mukosa, submukosa sampai
22
lapisan otot saluran cerna yang disebabkan oleh aktifitas pepsin dan asam
lambung. Ulkus peptikum dapat mengenai esofagus sampai usus halus tetapi
kebanyakan terjadi pada bulbus duodenum (90%) dan kurvatura minor. Bila
terjadi di antara kardia dan pilorus disebut dengan ulkus lambung dan bila terjadi
pada daerah setelah pilorus disebut dengan ulkus duodenum.
Etiologi yang pasti belum diketahui. Ada dua pendapat yang ekstrim, apakah
penyakit ini adalah suatu kelainan setempat atau merupakan bagian dari suatu
kelainan sistemik dimana tukak hanya merupakan tanda/ gejala. Tukak peptik
terjadi karena pengeluaran asam-pepsin oleh H. Pylory, NSAID atau faktor- faktor
lain yang menyebabkan ketidakseimbangan pertahanan mukosal lambung. Lokasi
tukak menghubungkan dengan jumlah faktor- faktor etiologi. Tukak dapat terjadi
di perut bagian manapun seperti bagian distal, antrum dan duodenum.
Klasifikasi ulkus peptikum yang sering digunakan dibuat oleh Schuster dan Gross
(1963) yaitu ulkus peptikum primer dan sekunder. Ulkus peptikum primer adalah
ulkus yang terjadinya terutama dipengaruhi langsung oleh sekresi asam lambung
dan pepsin yang berlebihan. Ulkus peptikum primer dapat bersifat akut dan
kronis, dibedakan berdasarkan pemeriksaan histologi. Ulkus peptikum primer akut
menunjukkan gambaran proses erosi dengan tepi tajam, tidak ada kongesti, hanya
dijumpai tanda inflamasi minimal di sekitar ulkus dan dalam penyembuhannya
tidak disertai fibrosis. Pada ulkus peptikum primer kronis ditemukan jaringan
nekrotik dengan dasar eksudat fibropurulen dan jaringan granulasi vaskular
23
Gambaran klinis utama tukak peptik adalah kronik dan nyeri epigastrium. Nyeri
biasanya timbul 2 sampai 3 jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu
lambung kosong. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai teriris, terbakar atau
rasa tidak enak. Remisi dan eksaserbasi merupakan ciri yang begitu khas sehingga
nyeri di abdomen atas yang persisten. Pola nyeri-makan-hilang ini dapat saja tidak
khas pada tukak lambung. Bahkan pada beberapa penderita tukak lambung
makanan dapat memperberat nyeri. Biasanya penderita tukak lambung akan
mengalami penurunan berat badan. Sedangkan penderita tukak duodenum
biasanya memiliki berat badan yang tetap.
Penderita tukak peptik sering mengeluh mual, muntah dan regurgitasi. Timbulnya
muntah terutama pada tukak yang masih aktif, sering dijumpai pada penderita
tukak lambung daripada tukak duodenum, terutama yang letaknya di antrum atau
pilorus. Rasa mual disertai di pilorus atau duodenum. Keluhan lain yaitu nafsu
makan menurun, perut kembung, perut merasa selalu penuh atau lekas kenyang,
timbulnya konstipasi sebagai akibat instabilitas neromuskuler dari kolon.
Penderita tukak peptik terutama pada tukak duodenum mungkin dalam mulutnya
merasa dengan cepat terisi oleh cairan terutama cairan saliva tanpa ada rasa.
Keluhan ini diketahui sebagai water brash. Sedang pada lain pihak kemungkinan
juga terjadi regurgitasi pada cairan lambung dengan rasa yang pahit. Secara umum
pasien tukak gaster mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah suatu sindrom atau
kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah,
kembung, nyeri ulu hati, sendawa atau terapan, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati
dan cepat merasa kenyang.
24
Kriteria terpenting pada diagnosis tukak duodenum adalah nyeri khas yang hilang
oleh makanan. Anamnesis tidak begitu informatif seperti pada penderita tukak
lambung, sebab gejala tidak enak pada epigastrum lebih sering timbul. Biasanya
tidak mungkin untuk membedakan antara tukak lambung dan duodenum hanya
dari anamnesis saja.
Pengobatan ulkus peptikum primer dengan pemberian susu atau antasida dengan
interval pendek dapat menghilangkan gejala ulkus duodenum bila diminum secara
teratur dalam waktu 1-2 bulan pengobatan, namun hal ini selalu disertai dengan
timbulnya efek samping. Simetidin atau ranitidin memiliki potensi untuk menekan
sekresi asam hidroklorida pada kasus ulkus duodenum, menghilangkan gejala
selama episode akut dan mempercepat penyembuhan ulkus dengan toksisitas
relatif ringan. Obat sitoprotektif bismut koloidal banyak digunakan pada kasus
ulkus peptikum kronik dengan infeksi Helicobacter pylori, dikombinasi dengan
gabungan tetrasiklin dan metronidazol atau amoksisilin dan klaritromisin. Selain
sebagai pelindung selektif di atas dasar ulkus pada pH asam dan sebagai sawar
terhadap difusi asam lambung, pepsin dan asam empedu, bismut koloidal juga
26
Manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi
tersering dispepsia, heartburn, abdominal discomfort, dan nausea; hingga gejala
berat seperti tukak peptik, perdarahan, perforasi. Tidak ada korelasi antara
kerusakan mukosa dengan gejala abdominal bagian atas pada penderita pengguna
NSAID. Selain itu, tidak ada dosis NSAID yang benar-benar aman sehingga
identifikasi faktor risiko penting pada penggunaan NSAID. Faktor risiko
gastropati NSAID adalah usia lebih tua dari 60 tahun, beratnya kerusakan,
pengobatan lebih dari satu macam NSAID atau penggunaan bersama dengan
kortikosteroid, NSAID dosis tinggi, riwayat tukak peptik, penggunaan bersama
dengan antikoagulan, infeksi Helicobacter pylori sebelum terapi, dan mengidap
penyakit sistemik yang berat.
serabut otot polos ke arah mukosa. Ekspansi dianggap abnormal bila sudah
mencapai kira-kira sepertiga atas. Jika tidak tertangani dengan baik, komplikasi
gastropati NSAID dapat muncul pada penderita. Komplikasi tersebut meliputi
perdarahan gastrointestinal (hematemesis, melena), perforasi, striktura, syok
hipovolemik, dan kematian.
Tanda khas gastropati erosif adalah lesi mukosa yang tidak menembus lapisan
muskularis mukosa. Erosi ada sebagai laserasi tapi terkadang di tutupi hematin
pada bagian mukosa.
Patofisiologi
Patofisiologi utama kerusakan gastroduodenal akibat NSAID adalah disrupsi
fisiokimia pertahanan mukosa gaster dan inhibisi sistemik terhadap pelindung
mukosa gaster melalui inhibisi aktivitas COX mukosa gaster. Kerusakan
pertahanan mukosa terjadi akibat efek NSAID secara lokal. Beberapa NSAID
bersifat asam lemah sehingga bila berada dalam lambung yang lumennya bersifat
asam (pH kurang dari 3) akan berbentuk partikel yang tidak terionisasi. Dalam
kondisi tersebut, partikel obat akan mudah berdifusi melalui membran lipid ke
dalam sel epitel mukosa lambung bersama dengan ion H+. Dalam epitel lambung,
suasana menjadi netral sehingga bagian obat yang berdifusi terperangkap dalam
sel epitel dan terjadi penumpukan obat pada epitel mukosa. Akibatnya, epitel
menjadi sembab, pembentukan PG terhambat, dan terjadi proses inflamasi. Selain
itu, adanya uncoupling of mitochondrial oxidative phosphorylation yang
menyebabkan penurunan produksi adenosine triphosphate (ATP), peningkatan
29
Sementara itu, COX-2 yang diinduksi oleh rangsangan inflamasi terekspresi pada
makrofag, leukosit, fibroblas, dan sel sinovial.
ulkus aktif dan pencegahan primer terhadap perlukaan di kemudian hari. Idealnya,
NSAID dihentikan sebagai langkah pertama terapi ulkus. Selanjutnya, pada
penderita diberikan obat penghambat sekresi asam (penghambat H2, PPIs). Akan
tetapi, penghentian NSAID tidak selalu memungkinkan karena beratnya penyakit
yang mendasari. Penggunaan protein pump inhibitor (PPI) berhubungan dengan
penyembuhan ulkus dan mencegah relaps pada penderita yang menggunakan
NSAID jangka panjang.
Obat Gastroprotektif
a. Antagonis Reseptor H2
c. Analog Prostaglandin
Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 yang digunakan secara lokal
untuk mengganti PG yang dihambat oleh NSAID. Analog PG
meningkatkan sekresi mukus bikarbonat, stimulasi aliran darah mukosa
dan menurunkan pergantian sel mukosa. Namun demikian, misoprostol
tidak mengurangi keluhan dispepsia. Toksisitas paling sering adalah diare
(angka kejadian 10-30%). Toksisitas lainnya dapat berupa kontraksi dan
perdarahan uterus. Dosis terapi standar dengan misoprostol adalah 200 ìg
empat kali sehari.
BAB III
ANALISIS KASUS
35
Seorang wanita berumur 54 tahun datang dengan keluhan nyeri perut di rasakan
sejak 1 minggu SMRS dan memberat sejak 1 hari SMRS. Nyeri perut awalnya di
rasakan pada bagian epigastrium kemudian menjalar keseluruh lapang perut.
Nyeri perut terasa awalnya seperti ditusuk lalu setelah nyeri menjalar terasa
seperti melilit. Nyeri perut bersifat hilang timbul. Tetapi nyeri tidak membaik
dengan istirahat dan nyeri kembali muncul tiba-tiba dengan perubahan posisi.
Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya mual.
Keluhan tersebut dapat disebabkan oleh organ yang terletak di sekitar regio
epigastrium yaitu gaster dan duodenum. Penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan rangsangan nyeri pada perut bagian epigastrium antara lain adalah
ulkus peptikum dan gastropati erosif. Os mengaku BAB berwarna hitam sejak 1
hari SMRS setelah sebelumnya 1 minggu tidak BAB. BAB berwarna hitam
dengan konsistensi padat dan ukuran yang kecil sebesar jempol tangan dan BAB
hanya 2 potong feses saja dengan frekuensi satu kali dalam satu hari. Hal ini
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan dari saluran cerna bagian atas.
Ada beberapa penyebab terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas, salah
satu nya akibat penggunaan obat NSAID jangka panjang. Pada kasus ini pasien
mengaku minum obat penghilang rasa sakit di akui pasien untuk menghilangkan
rasa sakit pada kedua kaki nya jika beraktivitas. Pasien telah mengkonsumsi obat
penghilang rasa sakit tersebut sejak ± 5 bulan dengan frekuensi satu kali perhari
dengan jumlah 2 butir obat.
bersama dengan ion H+. Dalam epitel lambung, suasana menjadi netral sehingga
bagian obat yang berdifusi terperangkap dalam sel epitel dan terjadi penumpukan
obat pada epitel mukosa. Akibatnya, epitel menjadi sembab, pembentukan PG
terhambat, dan terjadi proses inflamasi. Perubahan itu diikuti oleh kerusakan
mitokondria, peningkatan pembentukan radikal oksigen, dan perubahan
keseimbangan Na+/K+ sehingga menurunkan ketahanan mukosa lambung. Lebih
lanjut lagi, kondisi itu memungkinkan penetrasi asam, pepsin, empedu, dan enzim
proteolitik dari lumen lambungke mukosa dan menyebabkan nekrosis sel.
patogenesis kerusakan mukosa gaster melalui dua mekanisme utama: yaitu oklusi
mikrovaskular gaster oleh mikrotrombus menyebabkan penurunan aliran darah
gaster dan iskemik sel serta peningkatan pelepasan oksigen radikal. Radikal bebas
tersebut bereaksi dengan asam lemak tak jenuh mukosa dan menyebabkan
peroksidasi lemak serta kerusakan jaringan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis ulkus peptikum belum dapat
disingkirkan karena pada pasien ini gejala nya sama dengan gejala pada gastropati
erosif ec NSAID hanya saja pada gastropati erosif ec NSAID nyeri perut tidak
terpengaruh pada saat pengisian lambung oleh makanan, dimana untuk
membedakan kedua penyakit tersebut harus dilihat dari pemeriksaan penunjang
berupa endoskopi untuk melihat letak lesi, ukuran lesi dan ada atau tidaknya
perdarahan.
Faktor risiko gastropati NSAID adalah usia lebih tua dari 60 tahun, beratnya
kerusakan, pengobatan lebih dari satu macam NSAID atau penggunaan bersama
dengan kortikosteroid, NSAID dosis tinggi, riwayat tukak peptik, penggunaan
bersama dengan antikoagulan, infeksi Helicobacter pylori sebelum terapi, dan
mengidap penyakit sistemik yang berat. Pada orang yang sudah lanjut usia
pembentukan musin berkurang sehingga rentan terkena gastritis dan perdarahan
saluran cerna. NSAID dan obat antiplatelet dapat mempengaruhi proteksi sel
(sitoproteksi) yang umumnya dibentuk oleh prostaglandin atau mengurangi
sekresi bikarbonat yang menyebabkan meningkatnya perlukaan mukosa gaster.
38
Prognosis quo ad vitam, quo ad functionam dan quo ad sanationam adalah bonam.
Karena dengan diagnosis yang akurat dan penatalaksanaan yang tepat, tingkat
morbiditas dan mortalitas penyakit ini menurun.
39
DAFTAR PUSTAKA
Castellsague J, Holick CN, Hoffman CC, Gimeno V, Stang MR and Gutthann SP.
Risk of upper gastrointestinal complications associated with
cyclooxygenase-2 selective and nonselective nonstreroidal anti-
inflammatory drugs. Pharmacotherapy. 29(12):1397-407. 2009.
Putri dpw. Evaluasi penggunaan obat tukak peptik Pada pasien tukak peptik
(peptic ulcer disease) Di instalasi rawat inap rsud dr. Moewardi Surakarta
tahun 2008. [skripsi]. 2008.