Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KULUARGA BINAAN

Ny.D DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA DURIN TONGGAL


DUSUN I KECAMATAN PANCUR BATU

BERNATH REZEKI TELAUMBANUA


190202044

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TA : 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Askep Diabetes
Melitus Pada Ny.D ”.Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas keparawatan keluarga dan komunitas.Makalah ini dapat
diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara
moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Rumondang Gultom, S. Kep, MKM, Selaku Dosen pengajar
Keperawatan keluarga dan Komunitas Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dengan


demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak, akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih.

Medan
Penulis

Bernath Rezeki Telaumbanua


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren
glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan
makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus
pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan
individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan pentalogi terapi DM
meliputi terapi primer, yang terdiri dari penyuluhan kesehatan, diet diabetes,
latihan fisik dan terapi sekunder, yang terdiri dari obat hipoglikemi

Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah


dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola
dengan baik (Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena
ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut
: pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995).
Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap
perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).

Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat,


jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang
lebih 150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun
2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau
kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang
lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta.

Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan


yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan
harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup
melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit
DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya
penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala
/ yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia
bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat
berkurang. Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat,
Taylor (1991). La Greca & Stone (1985) menyatakan bahwa mentaati
rekomendasi pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang
sangat penting. Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam
populasi medis yang kronis.

Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak


pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM,
tidak menjalankan diet dengan baik dan tidak melakukan latihan fisik secara
teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).

Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan


suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip
penatalaksanaan DM. Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi

Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J :


jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping
itu materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan
penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga hal ini merupakan
kunci pokok keberhasilan program terapi DM.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus (DM)?
2. Bagaimanakah klasifikasi penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
3. Apa saja etiologi dari penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
5. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
6. Apa saja pemeriksaan laboratorium dari penyakit Diabetes Mellitus
(DM)?
7. Apa saja test diagnosa dari penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
8. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan dari penyakit Diabetes
Mellitus (DM)?
9. Bagaimanakah proses keperawatan dari kelompok DM ditinjau dari
kasus semu?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas pada
Penderita Diabetes Mellitus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM.
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan
komunitas pada pasien DM.
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita
DM.
4. Mengidentifikasi pengaruh tingkat pendidikan terhadap
kepatuhan pasien DM dalam menjalankan program terapi.
1.4 Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta
wawasan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan komunitas pada
penderita DM, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar
mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari
tiap anggota keluarga.Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai
peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. Bailon dan Maglaya ( 1978 ).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen
Kesehatan RI ( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga

1) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah


dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
2) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu
3) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
4) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami
5) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara


anggota keluarga
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga


1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti) :
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family :
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila :
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
d. The childless family :
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) :
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua
(kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) :
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family :
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(week-end)
h. Multigenerational family :
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family :
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll
j. Blended family :
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family :
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
2. Non-Tradisional

a. The unmarried teenage mother :


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family:
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family:
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family:
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families:
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple :
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family :
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family :
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya
i. Foster family :
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
j. Homeless family :
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang :
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama
(Rodgers cit Friedman, 199:
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
BAB III
KONSEP PENYAKIT

2.1 Pengertian penyakit DM


Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebanyakan herediter
dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak
adanya gejala klinik acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan
primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme protein dan lemak.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai


oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Arjatmo, 2002).

2.2 Klasifikasi penyakit DM


Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut
WHO 1985 :
1) Clinical Classes
a. DM
 IDDM ( DM Type 1 ).
 NIDDM ( DM Type 2 ).
 Questionable DM , bila meragukan type 1 atau type 2.
 MRDM
(a) Fibrocalcolous Pancreatic DM ( FDPD ).
(b) Proten Deficient Pancreatic DM ( PDPD ).
(c) DM type lain dengan keadaan dan gejala yang tertentu.
 Impaired Glucosa Tolerance ( GTG )
 Gestasional Diabetes Mielitus.
2) Statistical Risk Classes.
a. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
b. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.

2.3 Etiologi penyakit DM


DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

2.4 Patofisiologi penyakit DM


Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

2.5 Tanda dan gejala


1. Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :
a. Poliuria (banyak dan sering kencing)
b. Polipagia (banyak makan)
c. Polidipsi (banyak minum)
2. Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan :
a. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga.
b. Berat badan menurun
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut
saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh
2.6 Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar gula darah meningkat
b. Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida
c. Glukosuria

2.7 Test diagnosa


a. Test Glukosa darah
b. Gula dalam urine
c. Glukosa toleran test
d. Plasma proinsulin

2.8 Pengobatan
a. Diet rendah kalori
b. Exercise untuk meningkatkan jumlah dan fungsi reseptor site
c. Insulin diberikan bila dengan oral tidak efektif
d. Khusus untuk ganggren :
e. Ringan atau lokasi bukan daerah ekstremitas dilakukan nekrotomi luas
di OK
f. Berat dan lokasinya pada ektremitas pertimbangan amputasi
BAB IV
TINJAUAN KASUS

3.1 Skenario Kasus


Ny.D (26 thn) istri dari Tn.W (28 thn) mempunyai 1 orang anak An.L (3
thn) laki-laki,. Dalam keluarga Ny.D salah satu anggota keluarga, yaitu
Ny.D menderita penyakit hipotensi pasien nampak lemas dan mengeluh
pusing.Ny.D juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Untuk
mengatasi masalah tersebut, keluarga Ny.D hanya membiarkan saja di
rumah karena menurutnya masih bisa di tangani dirumah, keluarga Ny.D
termasuk keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan, meskipun
mereka mengaku pernah ke dokter tapi jika hanya ada keadaan yang sangat
berbahaya dan keluarga Ny.Djuga jarang memeriksakan kadar gula darah
Ny.D meskipun pernah ada riwayat MRS karena DM sebelumnya.

Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan proses keperawatan yang


meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa
keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah
tersebut.
3.2 Format pengkajian keperawatan keluarga
A. Data umum
1. Nama kepala keluarga : Ny.D
2. Alamat : perumahan davarel NO.25
3. Pekerjaan kepala keluarga : Petani
4. Pendidikan kepala keluarga : SLTA
5. Komposisi keluarga : Ayah, ibu, dan 1 orang anak

No Nama Jenis kelamin Hubungan Umur Pendidikan


dengan KK
1. Tn.W Laki-laki Suami 28 SMA

2. Ny.D Perempuan Istri 25 SMA

3. An.L Laki-laki Anak 23 -

B. Genogram

Keterangan Tn.W :

Laki-laki : Ny.D :

Perempuan : An.L :

6. Tipe keluarga : Keluarga terdiri dari Tn.W dan Ny.D dan satu anak kandung.
7. Suku bangsa : Karo-Indonesia
8. Agama : Kristen
9. Status ekonomi : lebih dari 1 juta

3.3 Riwayat tahapan perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti :
Ny.D mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu DM.
sedangkan .Tn. W dan anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang
parah. (sembuh dengan obat yang dibeli di toko).
4) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga:

Imunisasi
Tindakan
BB Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur Yang telah
Kg Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak

1. Tn. W 28 th 60 Baik Lengkap Membantu


2. Ny. D 25 th 78 Sakit Lengkap - DM memberikan
intervensi dengan
3. An.L 3 th 18 Baik Lengkap sampai mengajarkan
sekarang senam kaki
diabetes.

5) Riwayat keluarga sebelumnya :


Ny.D adalah anak ke tujuh dari sembilan bersaudara, semua
saudara Ny.D masih hidup dan dalam keadaan sehat. Tn.W adalah anak ke
lima dari lima bersaudara

1) Keadaan Lingkungan
Karakteristik rumah :
Luas rumah 55 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari 6 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 kamar mandi, 1
dapur dan dan warung makan merupakan rumah permanent dan milik
sendiri. Setiap ruangan memiliki cendela kecuali kamar mandi sehingga
sirkulasi udaranya cukup baik.Kamar mandi terpisah dengan WC lantai
rumah terbuat dari keramik sehingga tampak bersih, sumber air adalah air
tanah atau sumur.Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan pipa
menuju belakang rumah yang berdekatan dengan septitank kira-kira 10 m
dari jarak belakang rumah.
Kamar Depan Kamar

Dapur

Kamar

Kamar

Kamar

Kamar mandi
Kamar

a. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga Ny.D bertetangga dengan beberapa keluarga
petani,satu pegawai negeri sipil. Semua tetangga Ny.S beragama islam dan
besuku jawa meskipun berasal dari berbagai daerah kebetulan tempat tinggal
mereka dekat dengan mushola sehingga mereka biasanya sholat bersama ke
musahola sehingga tampak ramai dan komunikasi mereka cukup baik.
b. Mobilitas geografis keluarga :
Semenjak menikah sampai sekarang Ny.D dan Tn.W tidak pernah bepindah-
pindah tempat, saat Ny.S dan mempunyai warung nasi.
c. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga Ny.D tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di masyarakat. Serta dapat
berinteraksi dengan baik. Keluarga Ny.D aktif dengan kegiatan keagamaan
di lingkungan rumahnya. Ny.D aktif dengan Pengajian rutin yang
dilaksanakan di masjid tiap seminggu sekali.Sedangkan kedua anknya bekerja
sampai sore.
d. Sistem pendukung keluarga :
Selama Ny.D sakit .Tn.Wdan anak-anaknya yang merawat, meskipun
kadang-kadang Tn.W harus meninggalkan pekerjaanya
Ny.D dan Tn.W mempunyai tabungan yang digunakan untuk keperluan
mendadak dan untuk Terdapat bidan desa yag letaknya sekitar 50 m dari
rumah Ny.D dan puskesmas yang letaknya cukup jauh yaiti 100 m dari rumah
sehingga keluarga lebih memilih ke bidan desa.

2) Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluaga Ny.D dan Tn.W melakukan komunikasi secara terbuka, sehingga
ank-anaknya dapat memberi masukan tentang suatu hal kepada mereka tanpa
mengurangi rasa hormat terhadap orang tua, Tn.W adalah ibu yang santai
yang jarang memarahi anak-anknya tapi Ny.D sangat tegas tehadap anak-
anaknya dan tak segan memaraahi ana-anaknya ketika mereka salah.
b. Struktur Peran Keluarga :
Ny.D adalah ayah dan mencari penghasilan utama bagi keluarga , dan Tn.W
menjadi seorang ibu dan membantu suami untuk mencari penghasilan bagi
keluarga Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
 Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangga
 Ny. W sebagai istri yang bekerja sebagai penjual makanan/mempunai
warung nasi.
 An. Hbekerja di PLN.
 An. Abekerja sebagai satpam.
c. Nilai dan Norma Keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
penyakit menurut mereka. Ny.D sakit memang karena disebabkan oleh suatu
penyakit bukan karena hal-hal tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk
memeriksakan kesehatannya ke bidan desa atau dengan obat-obat tradisional.

3) Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif :
Keluaga Ny.D dan Tn.W menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-
anak yang baik dan saling menghormati dalam keluarga,meskipun kadang-
kadang ada pertengkaran kecil antara anak-anak mereka dikarenakan hal yang
sepele tapi dengan cepat mereka juga berbaikan lagi.
2. Fungsi Sosial :
Keluarga mereka semua muslim sehingga mereka aktif dengan kegiatan
keagamaan meskipun tidak mengikuti organisasi.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluarga dapat mengidentifiksi penyakit Ny.D meskipun secara awam,
saat Ny.Dkelelahan atau sedang memikirkan sesuatu tentang anakny.sehingga
keluarga dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny.D sakit tetapi
masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.
4. Fungsi Reproduksi :
Ny.D dan Tn.W mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai dua orang anak yang baik-baik, Ny.S masih mengikuti
program KB dikarenakan masih haid dan melakukan hubungan suami
istri.Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya dengan baik dan memberi
pendidikan yang baik.
5. Fungsi Ekonomi :
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil
meskipun Ny.D sakit dan Tn.W tetap berjualan

4) Stres dan Koping Keluarga

1. Stresor Jangka Pendek dan panjang :


Sejak 3 minggu yang lalu Ny.D sakit dia semakin cemas karena memikirkan
keadaanya dan ank-anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk masa
depan, sedangkan Ny.A hanya bisa bersabar dan berusaha semaksimal
mungkin untuk kesembuhan suaminya.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Keluarga berharap anak-anaknya dapat menjalani sekolahnya dengan baik
dan kelak menjadi anak yang berguna.
3. Strategi Koping Yang Digunakan :
Keluarga Ny.D dan suami selalu membicarakan masalah keluarga
bersama dan sesekali bersama anak-anaknya jika membicarakan tentang
harapan-harapan mereka terhadap anaknya.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam
mengambil suatu keputusan.

5) Pemeriksaan Fisik

Keluhan utama Ny.D : agak kurus, mengeluh pusing

No Pemeriksaan Tn. S Tn.W An. H An. A


Fisik

1 Kepala Simetris, rambut Simetris,tidak ada Simetris, rambut Simetris, rambut


berwarna hitam, tidak ketombe,Rambut berwarna hitam, berwarna
ada ketombe. sedikit kusut tidak ada ketombe. hitam, tidak ada
ketombe.
2. Leher lehertidak nampak adanya leher tidak nampak
leher tidak nampak adanya leher tidak
peningkatan tekanan adanya peningkatan tekanan nampak adanya
vena jugularis dan peningkatan vena jugularis dan peningkatan
arteri carotis, tidak tekanan vena arteri carotis, tidak tekanan vena
teraba adanya jugularis dan arteri teraba adanya jugularis dan
pembesaran kelenjar carotis, tidak pembesaran kelenjar arteri carotis,
tiroid (struma). teraba adanya tiroid (struma). tidak teraba
pembesaran adanya
kelenjar tiroid pembesaran
(struma). kelenjar tiroid
(struma).
3. Mata Visus 5/5, tidak ada Visus 5/5, tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva
kelainan, sclera putih ada kelainan, terlihat anemis, tidak terlihat
sclera putih. tidak ada katarak, anemis, tidak
penglihatan jelas ada katarak,
penglihatan jelas
4. Telinga Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris,
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi keadaan
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik bersih,Fungsi
pendengaran
baik
5. Hidung Simetris,keadaan keadaanbersih,pen Simetris,keadaan Simetris,keadaan
bersih,Tidak ciuman masih bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
ada kelainan kelainan yang kelainan yang
normal.
yang ditemukan ditemukan ditemukan

6. Mulut Mukosa mulut Mulut bersih, gigi Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab,keadaan ada beberapa yang lembab,keadaan lemb,keadaan
bersih,Tidak ada tanggal. bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan kelainan kelainan
7. simetris, HHJsimetris, tidak ada
Dada simetris, tidak ada Pergerakan dada Pergerakan dada
retraksi, tidak ada retraksi, tidak ada terlihat simetris, terlihat simetris,
suara jantung S1 suara jantung S1
luka, tidak ada nyeri lukatidak ada nyeri
dan S2 dan S2
tekan, suara sonor, tekan, suara sonor, tunggal,tidak tunggal,tidak
suara paru vesikuler suara paru vesikuler terdapat palpitasi, terdapat
suara mur-mur (-), palpitasi, suara
dan dan
ronchi (-), mur-mur (-),
bronchovesikuler. bronchovesikuler. wheezing (-) ronchi (-),
tidakterdengar suara tidak terdengar wheezing (-)
wheezing suara

8. Jantung denyut jantung denyut jantung denyut jantung denyut jantung


normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak
dorongan, tidak ada dorongan, tidak dorongan, tidak ada ada dorongan,
pulsasi, ukuran dan ada pulsasi, ukuran pulsasi, ukuran dan tidak ada
bentuk jantung dalam dan bentuk jantung bentuk jantung pulsasi, ukuran
batas normal, dalam batas dalam batas normal, dan bentuk
terdengar suara lup normal, terdengar terdengar suara lup jantung dalam
dan dup, suara suara lup dan dup, dan dup, suara batas normal,
jantung tunggal. suara jantung jantung tunggal. terdengar suara
tunggal. lup dan dup,
suara jantung
tunggal.
9. TTV dan TD:120/80 mmHg, TD: 90/70 mmHg TD: 110/80 mmHg TD: 105/63
ekstre N : 74x/m, N : 88 x/menitS S R: 18 x/mnt mmHg
mitas S : 360C : 36 o C N: 84 x/mnt R: 18 x/mnt
R: 20x/m S: 37,2OC N: 72 x/mnt
KGD : 274 R : 18x/m S: 370C

6) Harapan Keluarga
Keluarga berharap Ny.D dapat sembuh dan petugas kesehatan dapat memberi
pelayanan kesehatan dengan baik.

 Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengkajian
1. Mengnal Masalah Keluarga mengatakan Tn. S sering mengeluh kebas-
kebas di bagian kaki, sering buang air kecil tengah
malam, luka susah sembuh.
2. Mengambil keputusan yang Bila Tn. S sakit langsung di berikan obat herbal ang
tepat di racik ang terdiri daun sirih 7 lembar, serai 7
lembar, pinang muda 7 biji, kulit jengkol 7 biji di
rebus.
3. Merawat anggota keluarga Dalam merawat Ny. S, masih memberikan makanan
yang sakit yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya,
pola tidur tidak teratur dan waktunya kurang lama,
namun selalu melakukan kontrol secara teratur ke
pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari,
mengepel 1 minggu sekali dan lantai kamar
mandinya tidak licin, bersih dan terawat.
5. Memanfaatkan sarana Keluarga selalu memeriksakan diri ke Puskesmas
kesehatan atau petugas kesehatan bila sakit dan Ny. S
melakukan periksa sejak menderiat Hipertensi.

a. Analisa Data

No Pengelompokan Data Etiologi Masalah


1 Ds : Pengetahuan Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara di dapat yang kurang terhadap diit Di RT
tingkat pendidikan ada 50% 3 RW 5 kelurahan
warga yang tidak patuh Margo Rukun
menjalankan diit
Do :
- Data menyebutkan bahwa
tingkat pendidikan SD
sebanyak 135 orang (45%)
- Penyuluhan kader dari
masyarakat dan petugas
kesehatan dari puskesmas
jarang ada
- Kebiasaan masyarakat makan
makanan yang manis sebanyak
210 orang (70%)
2 Ds: Faktor Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara didapat penghasilan masyarakat /
ketidak patuhan masyarakat yang rendah penderita DM
untuk melaksanakan check up melaksanakan check
kesehatan sebanyak 219 orang up kesehatan Di RT
(70%) 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
Do:

- Sebanyak 210 orang jarang


check up/bulan
- Lulusan SD sebanyak 135
orang
- Lulusan SLTP sebanyak 90
orang
- Penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
- Penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- Penghasilan > UMR 60 orang

3 Ds: Kurangnya Resiko peningkatan


Dari hasil wawancara didapat pengetahuan penderita ganggren
jumlah penderita DM 300 orang penderita DM Di RT 3 RW 5
tentang kelurahan Margo
Do: pencegahan Rukun
terjadinya luka
- Jumlah penderita DM dengan ganggren
ganggren sebanyak 30% (90
orang)
- Distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat
pendidikan formal,
SD : 45% (135 orang)
SLTP : 30% (90 orang)
SLTA : 20% (60 orang)
PT : 5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%)
penderita DM tidak check up
secara rutin
- Kebiasaan sehari hari
penderita DM yang setiap saat
memakai alas kaki sebanyak
45 orang (15%),saat dilauar
rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang
(60%)

b. Prioritas Masalah

Diagnosa Keperawatan Pentingnya Perubahan Penyelesaian Score


penyelesaian positif untuk untuk
masalah penyelesaian peningkatan
di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Ketidakpatuhan terhadap 3 3 3 9
diit di RT 5 RW 3
kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan
Pengetahuan yang
kurang
Ketidakpatuhan 3 2 1 6
masyarakat/penderita
DM melaksanakan check
up kesehatan di RT 5
RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan faktor
penghasilan yang rendah
Resiko peningkatan 3 2 2 7
penderita ganggren di RT
5 RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan Kurangnya
pengetahuan penderita
DM tenytang pencegahan
terjadinya luka ganggren

c. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakpatuhan terhadap diit di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun
berhubungan dengan Pengetahuan yang kurang ditandai dengan :
Ds :
Dari hasil wawancara di dapat tingkat pendidikan ada 50% warga
yang tidak patuh menjalankan diit
Do :
- Data menyebutkan bahwa tingkat pendidikan SD sebanyak 135
orang (45%)
- Penyuluhan kader dari masyarakat dan petugas kesehatan dari
puskesmas jarang ada
- Kebiasaan masyarakat makan makanan yang manis sebanyak 210
orang (70%)
2. Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check up
kesehatan di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun berhubungan
dengan faktor penghasilan yang rendah ditandai dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat ketidak patuhan masyarakat untuk
melaksanakan check up kesehatan sebanyak 219 orang (70%)
Do:
- Sebanyak 210 orang jarang check up/bulan
- Lulusan SD sebanyak 135 orang
- Lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- Penghasilan < UMR sebanyak 150 orang
- Penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang
- Penghasilan > UMR 60 orang
3. Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan
penderita DM tentang pencegahan terjadinya luka ganggren di tandai
dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah penderita DM 300 orang
Do:
- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)
- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal :
SD :45% (135 orang)
SLTP :30% (90 orang)
SLTA :20% (60 orang)
Perguruan tinggi :5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara
rutin
- Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang (15%),saat dilauar rumah 75 orang (25%)
dan jarang memakai 180 orang (60%)

Anda mungkin juga menyukai