Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN

HIV & AIDS


DI SEKTOR KONSTRUKSI
DISEMINASI PEDOMAN PMTS PARIPURNA,
JAKARTA, 25 Juni 2014

Terkait Kebijakan MP3I (Master Plan Percepatan & Perluasan


Pembanguanan Ekonomi Indonesia 2011- 2025) dalam konteks
Penanggulangan HIV & AIDS - Kemitraan Pemerintah Swasta
Komunitas Dalam Rangka Pencegahan & Penanggulangan HIV & AIDS
HIV/AIDS pada sektor Konstruksi
A. Karakteristik Sektor Konstruksi
B. Besaran Masalah Penanggulangan HIV &
AIDS di Sektor Konstruksi
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV &
AIDS Sektor Konstruksi
D. Rencana Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
A. Karakteristik Sektor Konstruksi
 Merupakan unsur penting dalam pembangunan di
Indonesia;
 Belanja infrastruktur sebesar 7% dari GDP
diperkirakan akan mendorong laju pertumbuhan GDP
sebesar 8% (Bappenas, 2011);
 Pemerintah memproyeksikan besarnya nilai
investasi dalam infrastruktur selama kurun 2010 –
2014 sebesar Rp1.923,7 triliun. (Bappenas 2011) .
 Kementerian PU thn 2012: Rp. 62,5 triliun (2 x lipat
dari thn 2010).
A. Karakteristik Sektor
Konstruksi (1)

Sektor Konstruksi...
• Dapat menyebabkan perubahan besar pada lingkungan
setempat (pekerjaan baru, pekerja pendatang, tempat
hiburan baru, dan perubahan norma budaya dan sosial);
• Melibatkan banyak tenaga kerja kasar dan berpendidikan
relatif rendah. Terdapat 5,4 juta pekerja konstruksi (atau
5,3% dari total pekerja di Indonesia);
• Mempekerjakan pekerja muda pada tingkatan buruh dan
sebagian besar (96%) laki-laki;
• Intensitas kerja yang tinggi;
A. Karakteristik Sektor
Konstruksi (2)

 Sebagian besar merupakan pekerja pendatang


(bukan dari daerah sekitar proyek, dimana
mereka dapat pulang ke rumah setiap malam);
 Dapat mempekerjakan pekerja asing;
 Mempunyai gaji yang relatif tinggi;
 Menerima gaji dalam bentuk tunai tanpa ada
fasilitas untuk penyimpanan;
 Mempunyai standar K3 dan akomodasi yang
berbeda-beda.
MAN

PEKERJA
MOBILE KONSTRUKSI MACHO
BERISIKO

MONEY
Sektor Konstruksi

70-80%
5,4 Juta Orang 96% Laki-laki 20-
Domestic
Pekerja 40 thn
Migrant Workers
Hasil Survey BPKonstruksi
• Membeli seks merupakan hal biasa terjadi
saat melakukan pekerjaan konstruksi
• 18% pernah membeli seks
• 3% membayar untuk hubungan seks di proyek
tersebut
• 7% pernah berhubungan seks dalam
pengaruh alkohol
Rapid Assesment oleh LSM Peduli AIDS di 7
lokasi, sumber dana EINRIP (2011)
INDIKATOR STAF PEKERJA
Pernah mendengan 71,40% – 100 % 39,1 %– 86,2%
tentang HIV & AIDS
antibiotik dapat 30,4 - 63% 41,7 - 63,5%
mencegah penularan
HIV
berhubungan seks 10,7 - 25,9% 12,5 - 18,5%
bukan dengan istri.
berhubungan seks tanpa 33,3– l00% 35 – 82 %
menggunakan kondom.

Pernah mengkonsumsi 0 – 11,1% 0 – 7,4%


narkoba suntik.
Assesment oleh LSM Peduli AIDS di 1
Proyek , sumber dana JICA
INDIKATOR Hasil Survey
responden adalah pekerja migran 40 – 42%
berhubungan seks dengan Pekerja Seks. 11 – 25%

Yang berhubungan seks dengan Pekerja 5 – 23%


Seks, tidak menggunakan kondom.
paham tentang HIV dan AIDS 1–3%

pernah terinfeksi IMS 4 – 7%


B. Besaran Masalah Penanggulangan HIV &
AIDS di Sektor Konstruksi
B. Besaran Masalah Penanggulangan HIV & AIDS di
Sektor Konstruksi (1)
Sifat pekerjaan pada lingkungan pekerjaan konstruksi membuat para
personil dan lingkungan sekitar rentan terinfeksi oleh HIV/AIDS, antara
lain karena:

1. Pengetahuan yang rendah mengenai HIV/AIDS;


2. Pengertian yang salah mengenai cara penularan HIV/AIDS;
3. Adanya perilaku berisiko;
4. Pekerja dipisahkan dari norma-norma tradisional, agama, dan
budaya;
5. Tidak adanya ketentuan untuk pendidikan pencegahan HIV/AIDS
dalam kebijakan manajemen Occupation Safety and Health (OSH);
6. Tidak ada kebijakan untuk menyediakan lingkungan yang
memungkinkan pendekatan proaktif dan berkelanjutan dalam
pelaksanaan program pencegahan HIV/AIDS di sektor konstruksi.

(sumber: Field Assesment Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)


B. Besaran Masalah Penanggulangan HIV & AIDS di
Sektor Konstruksi (2)
Faktor yang memberi andil terhadap kerentanan sektor
konstruksi terhadap resiko penularan HIV/AIDS:

1) Mayoritas Pria;
2) Tinggal jauh dari pasangan mereka untuk jangka waktu
lama di satu lokasi dan kemudian pindah ke lokasi lain;
3) Terlibat dalam kondisi yang terisolasi dan pekerjaan yang
sulit dengan jadwal yang ketat;
4) Kemudahan akses dan tersedianya pekerja seks dekat
dengan lokasi konstruksi;
5) Budaya macho: berdasarkan norma sosial masih
menerima pria untuk memiliki banyak pasangan seks;
6) Tekanan dari rekan kerja: Ajakan untuk mengunjungi
pekerja seks yang tinggi dalam beberapa kelompok pria.
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV & AIDS
Sektor Konstruksi
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di
Sektor Konstruksi (1)
1) Visi, Misi & Tujuan:
 Visi: Sektor konstruksi yang responsif terhadap kebutuhan
dan keselamatan personil konstruksi dan mendukung
pencapaian tujuan nasional untuk mencegah HIV dan AIDS.
 Misi: Menjalin kemitraan dalam sektor kontruksi,
kementerian terkait lainnya dan lembaga nasional,
pemerintah daerah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan
pemangku kepentingan terkait lainnya yang terlibat dalam
pencegahan HIV dan AIDS.
 Tujuan: Meminimalkan resiko infeksi HIV bagi para pekerja
konstruksi dan karyawan untuk mencegah terjadinya
dampak sosial dan ekonomi yang merugikan bagi sektor
konstruksi dan masyarakat akibat epidemi HIV dan AIDS.
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di
Sektor Konstruksi (2)
2) 4 Pilar Program Pencegahan HIV & AIDS di Sektor
Konstruksi:
a. Peningkatan pengetahuan & kesepahaman pada semua
level (di sektor konstruksi).
b. Ketentuan pada dokumen Procurement & Contract dan
Project Design Phase.
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja
(K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi
pekerja yang beresiko.
C. Rencana Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di
Sektor Konstruksi (3)
3) Untuk mewujudkan 4 pilar tersebut diperlukan:
a. Kebijakan kementerian PU (National, Industry, & Project
Level)
b. Peningkatan kapasitas SDM Kementerian Pekerjaan
Umum untuk setiap tingkatan manajemen (Top, Middle
dan Lower Management))
c. Integrasi pada sistem Kesehatan & Keselamatan Kerja
(K3).
d. Intervensi program untuk perubahan perilaku bagi
pekerja yang beresiko.
D. Rencana Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
1. Milestones &Jadwal Pelaksanaan 2010 - 2014

NO MILESTONE 2010 2011 2012 2013 2014

TINGKAT NASIONAL

1 Formulasi Kebijakan HIV/AIDS

2 Penerbitan Peraturan Menteri tentang


Penerapan HIV/AIDS yang diinternalisasikan
dalam Dokumen Pengadaan Barang/Jasa
3 Pelaksanaan Training for Trainer HIV/AIDS

4 Peningkatan Kapasitas untuk Ahli dan Petugas


K3 Konstruksi
TINGKAT PROYEK

1 Adovakasi Penerapan Kebijakan Pencegahan


HIV/AIDS
2 Penerapan Kebijakan Pencegahan HIV/AIDS
pada Proyek Konstruksi di Lingkungan Kem PU
SURAT EDARAN MENTERI PU
NOMOR 13/SE/M/2012 perihal
Program Penanggulangan HIV dan
AIDS Pada Sektor Konstruksi di
Lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum tanggal 28 Desember 2012
Maksud dan Tujuan SE 13/2012
• Maksud: untuk menjadi acuan teknis bagi
pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS pada
sektor kontruksi di Iingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum yaitu pada proyek-proyek
konstruksi bersumber dana APBN.
• Tujuan: agar program penanggulangan HIV dan AIDS
pada sektor konstruksi di lingkungan Kementerian
Pekerjaan umum dilaksanakan mengikuti langkah-
langkah dan upaya yang standar sesuai dengan Surat
Edaran ini.
Ruang Lingkup:
Program penanggulangan HIV dan AIDS dilaksanakan secara
terintegrasi dengan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), meliputi upaya sbb:
a. Executiue Brief untuk Tim Pengelola Proyek (Satker, PPK
Konsultan, dan/atau Kontraktor.
b. Pertemuan Koordinasi Pra-Implementasi Program yang
dilaksanakan di lokasi proyek, dengan
menyertakan/mengundang Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA), Dinas Kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) setempat.
c. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi staf K3
dan staf proyek lainnya yang dilaksanakan oleh ahli K3 atau
jika tidak tersedia maka dapat memanfaatkan/melibatkan
KPA, Dinas Kesehatan atau LSM setempat.
Ruang Lingkup (lanjutan):
d. Orientasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS bagi mandor
atau selected peer di lokasi proyek yang dilaksanakan oleh
ahli K3 atau jika tidak tersedia maka dapat
memanfaatkan/melibatkan KPA, Dinas Kesehatan atau LSM
setempat.
e. Safety talk/diskusi edukasi HIV dan AIDS oleh staf K3 dan
mandor /peer educator kepada pekerja di lokasi proyek.
f. Pemasangan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
berupa spanduk, poster dan pembagian leafletkepada pekerja
dan staf di lokasi proyek.
g. Monitoring, Evaluasi serta Pelaporan pelaksanaan
programpenanggulangan HIV dan AIDS di lokasi proyek oleh
PPK.
Ketentuan lainnya
• Segala pembiayaan terkait dengan pelaksanaan surat
edaran ini dibiayai oleh DIPA Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.
• Teknis Pelaksanaan diatur dan dimuat dalam
lampiran SE 13/2012
• Program Penanggulangan HIV dan AIDS yang sedang
berjalan diselesaikan berdasarkan ketentuan dan
pedoman yang sudah ada.
• Surat Edaran ini agar dilaksanakan pada semua
proyek yang berkenaan (eligible), paling lambat
enam bulan sejak ditetapkan.
TERIMA KASIH

Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum


Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12210
Telp. 021-72786108 Fax. 021.7266637
http://bpksdm.pu.go.id/pppk
balai.pusbinpk@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai