Anda di halaman 1dari 44

REGULASI PROGRAM P2 HIV-AIDS DAN P2

TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

DIREKTORAT BINA KELEMBAGAAN K3


DITJEN BINWASNAKER DAN K3
Jakarta, 2023
PENDAHULUAN

 Pekerja kelompok yang rentan tertular HIV dan TB


 Pekerja berhak mendapatkan perlindungan tenaga kerja untuk
mewujudkan kesejahteraan.
 K3 merupakan salah satu aspek penting dalam perlindungan tenaga
kerja
 Program P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis di tempat kerja bagian
dari program dan kegiatan K3
 Program P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis di tempat kerja
merupakan bagian penanggulangan Nasional

2
 Jumlah kasus terus meningkat dan sudah ada di seluruh
penjuru dunia
 HIV dapat menular kepada siapa saja (Tua, muda, anak2, bayi
& balita, Laki, perempuan)
 Berpotensi menimbulkan stigma dan diskriminasi
 Bukan masalah kesehatan saja, namun berimbas pada masalah
ketenagakerjaan dan sosial ekonomi lainnya.
Stigma : cap buruk (dianggap kutukan, Tindakan amoral, dll)
Diskrimiasi : membedakan perlakuan (pembedaan hak dan
kewajiban)
(Sikap dan Tindakan stigma dan diskriminasi tidak menguntungkan dalam upaya
penanggulangan HIV-AIDS sebaliknya akan merugikan secara keseluruhan)
FAKTA TENTANG TUBERKULOSIS
 Tahun 2022 Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat kedua
setelah India, yakni dengan jumlah kasus 969.000 dan kematian 93.000 ribu per tahun
atau setara dengan 11 kematian per jam.
 Di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada kelompok usia produktif terutama
pada usia 45 sampai 54 tahun
 TB BUKAN penyakit Kutukan/Keturunan, tetapi penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis .
 TB bisa diobati sampai sembuh, dengan cara menjalani pengobatan secara teratur
 Penderita TIDAK PERLU DIJAUHI tetapi sebaiknya dianjurkan untuk menerapkan
Etika Batuk yang benar.
 Kurangnya pemahaman ttg TB akan menyulitkan keberhasilan program
penanggulangan dan rawan diskriminasi
 Penanggulangan TB di tempat kerja berperan penting dalam penanggulangan TB
secara Nasional
Perlunya Program P2 HIV-AIDS di
tempat Kerja
 Bagian dari Program Penaggulangan AIDS Nasional
 Banyak pekerja berhadapan dengan situasi dan pola
kerja yang berisiko tinggi tertular HIV
 HIV-AIDS berdampak besar terhadap dunia kerja
(pengusaha, pekerja, produktivitas, investasi, HDI)
 Tempat kerja merupakan wilayah strategis
melakukan intervensi program untuk menjangkau
populasi usia kerja. 5
PERLU PROGRAM P2 TUBERKULOSIS
DI TEMPAT KERJA

Mendukung program penanggulangan TB nasional  eliminasi TB tahun 2030 dan


Indonesia bebas TB tahun 2050
Tempat kerja merupakan lingkungan spesifik, populasi terkonsentrasi tempat dan waktu
yang sama sehingga merupakan salah satu lingkungan potensial dalam penularan TB.
Sebagian manajemen masih diskriminatif terhadap pasien TB (PHK atau ditolak waktu
melamar pekerjaan)
Kondisi lingkungan kerja dan tingkat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di tempat kerja sangat mempengaruhi penularan TB diantara para pekerja.
Pengendalian TB di tempat kerja merupakan satu kesatuan pengendalian TB di
wilayah tempat kerja
6
TUJUAN PROGRAM P2 HIV-AIDS
DI TEMPAT KERJA
1. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi pelaku dunia usaha dalam
pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS.
2. Mencegah dampak negatif (ekonomi dan sosial) dari HIV dan AIDS pada
dunia kerja.
3. Menciptakan hubungan industrial yang kondusif dari masalah HIV dan
AIDS.
4. Memutus salah satu mata rantai penularan HIV melalui program di
tempat kerja.

7
TUJUAN PROGRAM P2 TUBERKULOSIS
DI TEMPAT KERJA

1. Meningkatkan pemahaman dan partisipasi pelaku dunia usaha


dalam pencegahan dan penanggulangan TB.
2. Mencegah dampak negatif (ekonomi dan sosial) dari TB pada
dunia kerja
3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit TB di
tempat kerja yang merupakan bagian dari upaya K3

8
MANFAAT PELAKSANAAN PROGRAM P2 HIV-AIDS
DI TEMPAT KERJA

1. Diperolehnya informasi yang benar terkait fakta HIV-AIDS


dan kaitannya dengan dunia kerja
2. Meningkatnya pemahaman pekerja untuk menghindari
perilaku berisiko tertular dan menularkan HIV
3. Memberikan konstribusi untuk mencegah penularan kepada
masyarakat yang lebih luas
4. Terciptanya hubungan industrial yang kondusif tanpa ada
stigma dan diskriminasi terkait HIV-AIDS
5. Mencegah kerugian pengusaha secara langsung/tidak
langsung, disadari/tidak disadari terkait HIV-AIDS
6. Terfasilitasinya pekerja untuk mendapatkan pelayanan lebih
9
komprehensif terkait HIV-AIDS
MANFAAT PROGRAM P2 TUBERKULOSIS
DI TEMPAT KERJA

1. Diperolehnya informasi yang benar terkait TB dan kaitannya


dengan dunia kerja
2. Meningkatnya pemahaman pekerja mengenai pencegahan
penularan TB, budayakan PHBS, perilaku etika batuk,
peningkatan daya tahan tubuh dan kebugaran
3. Memberikan konstribusi untuk mencegah penularan kepada
masyarakat yang lebih luas
4. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas tempat
kerja

10
LANDASAN HUKUM
Landasan Pelaksanaan K3
dan Program P2 HIV-AIDS, P2TB di Tempat Kerja
• Setiap pekerja membutuhkan perlindungan
LANDASAN dari risiko bahaya di tempat kerja
FILOSOFIS : • Pelaksanaan K3 mempunyai dimensi
perlindungan, dimensi produktivitas &
kesejahteraan

LANDASAN • UUD 1945 (psl 28, huruf D)


KONSTITUSIONIL • UU no. 13 tahun 2003 ttg ketenagakerjaan
• UU no. 1 tahun 1970 ttg keselamatan kerja

• Peraturan pelaksanaan K3
LANDASAN • Standar, pedoman, petunjuk pelaksanaan
OPERASIONIL : teknis K3 & P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis 12
di tempat kerja
PERATURAN TERKAIT
PROGRAM P2 HIV-AIDS
DI TEMPAT KERJA

• Kepmennakertrans no. 68/2004 Pencegahan Dan Pencegahan Dan


Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja.
• Kepdirjen PPK No.20 tahun 2005 tentang Petunjuk Tekhnis
Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS di tempat
kerja
• Kepdirjen PPK No. 44 tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian
Pemberian Penghargaan P2 HIV-AIDS di Tempat Kerja.
PERATURAN TERKAIT
PROGRAM P2 TUBERKULOSIS
DI TEMPAT KERJA

• Permenaker No. 13 Tahun 2022 tentang Penanggulangan


Tuberkulosis di Tempat Kerja
•…
KEPMENNAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004
DAN
KEPDIRJEN PPK NO. KEP. 20/DJPPK/VI/2005
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HIV-AIDS DI TEMPAT KERJA

Dilakukan Bersama-sama Oleh :


 Pemerintah
 Pengusaha
 Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
KEWAJIBAN PEMERINTAH
• Melakukan pembinaan thd program pencegahan dan
penanggulangan hiv/aids di tempat kerja
• Bersama-sama dengan pengusaha dan SP/SB atau sendiri2
melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja
• Dapat dilakukan dengan melibatkan fihak ketiga dan atau ahli
dibidang HIV/AIDS.
KEWAJIBAN PENGUSAHA
1. Menetapkan kebijakan pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja (dpt dituangkan dalam PP atau PKB)
2. Mengkomunikasikan kebijakan mell :
a. penyebarluasan informasi
b. penyelenggaraan pendidikan dan latihan
3. Memberikan perlindungan kpd pekerja/buruh dari tindakan dan
perlakuan diskriminatif.
4. Menerapan prosedur K3 khusus.
KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

• Bersama-sama pemerintah dan pengusaha atau sendiri-sendiri


melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja;
1. KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA

Bentuk Kebijakan :
i. diintegrasikan dalam kebijakan k3
ii. atau secara tersendiri
2. PENDIDIKAN PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA

Strategi Pendidikan :
i. menyusun program pendidikan
ii. melaksanakan pendidikan secara berkesinambungan
iii. memanfaatkan P2K3 dan/atau PKK
3. PERLINDUNGAN HAK PEKERJA/BURUH

Konseling dan testing sukarela :


a) Larangan tes untuk tujuan tertentu;
b) Tes dapat dilakukan :
 atas dasar kesukarelaan dengan persyaratan tertentu;
 bagi pekerja yg akan dipekerjakan pd lingkungan kerja yg mungkin
menimbulkan pajanan hiv;
 utk tujuan survei pemantauan epidemiologi dgn persyaratan anonim;
memenuhi prinsip etika riset, ilmiah serta profesi, melindungi kerahasiaan ;
3. PERLINDUNGAN HAK PEKERJA/BURUH
TES HIV :
Dilarang digunakan untuk :
 persyaratan dalam proses rekrutmen
 kelanjutan status pekerja/buruh
 kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.
Dapat dilakukan, atas dasar :
 kesukarelaan
 dengan persetujuan tertulis
 menyediakan konseling sebelum dan sesudah tes
 dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus.
 tidak digunakan untuk sebagaimana ad. dilarang diatas
3. PERLINDUNGAN HAK PEKERJA/BURUH

a. Diskriminasi dan stigmatisasi :


 Larangan tindak dan sikap diskriminasi;
 Upaya meniadakan stigma;
 Menghormati hak azasi dan menjaga martabat;
 Tindakan disiplin yang melakukan tindakan diskriminasi dan stigmatisasi;
b. Pekerja/buruh dengan HIV:
 berhak untuk terus bekerja selama mampu;
 bertindak secara bertanggungjawab untuk mencegah penularan;
 didorong menginfo jika pekerjaan yg akan dilakukan menimbulkan potensi risiko
penularan.
3.PERLINDUNGAN HAK PEKERJA/BURUH

PELAYANAN KESEHATAN KERJA :


a) Berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja;
b) Penetapan stadium HIV-AIDS dilakukan oleh dokter
yang mempunyai keahlian.
4. PROSEDUR K3 KHUSUS

1. langkah-langkah pencegahan dan pengendalian;


2. pengawasan terhadap infeksi di tempat kerja;
3. program gawat darurat dan pertolongan pertama.
KEPDIRJEN PPK NO. 44 tahun 2012 tentang Pedoman
Penilaian Pemberian Penghargaan P2 HIV-AIDS di
Tempat Kerja.
PENGHARGAAN P2 HIV-AIDS DI TEMPAT
KERJA
• Merupakan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pimpinan perusahaan,
kepala daerah dan pemeduli yang telah berhasil atau memberikan kontribusi
dalam pelaksanaan program P2HIV-AIDS di Tempat Kerja
• Penghargaan diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi indikator
penilaian yaitu memiliki komitmen dan kebijakan serta implementasi Program
P2HIV-AIDS di tempat kerja sekurang-kurangnya dalam periode 1 (satu) tahun.
PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2022 TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI TEMPAT
KERJA
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

Penanggulangan TB di Tempat Kerja dilakukan melalui :


a. Penyusunan kebijakan Penanggulangan TB di tempat Kerja
b. Sosialisasi, penyebaran informasi dan edukasi TB di tempat kerja
c. Penemuan kasus TB
d. Penanganan kasus TB
e. Pemulihan kesehatan
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

a. Penyusunan kebijakan Penanggulangan TB di tempat Kerja


Kebijakan Penanggulangan TB minimal memuat :
- Komitmen dan program kerja penanggulangan TB di tempa kerja
- Penghapusan stigma dan diskriminasi pada pekerja/buruh penderita TB
b. Sosialisasi, penyebaran informasi dan edukasi TB di tempat kerja
- Kebijakan Penanggulangan TB
- Membudayakan PHBS dan perilaku etika batuk
- Peningkatan daya tahan tubuh melalui perbaikan gizi kerja dan peningkatan kebugaran
- Edukasi dampak penyakit penyerta terhadap perburukan TB
- Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas tempat kerja
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

c. Penemuan Kasus TB
Dilakukan melalui upaya pelayanan kesehatan kerja yang meliputi :
- Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi pekerja/buruh
- Pemeriksaan kesehatan khusus, terutama dilakukan pada pekerja/buruh yang termasuk dl
kelompok berisiko (pekerja/buruh dengan penyakit penyerta, atau terpajan faktor bahaya
lingkungan kerja, dan/atau terpajan bakteri TB karena pekerjaannya)
- Investigasi dan pemeriksaan kasus kontak erat di tempat kerja
- Pekerja/buruh yang menderita TB atau mengetahui ada kemungkinan kasus TB di tempat kerja
wajib melaporkan kepada pengusaha atau pengurus perusahaan untuk ditindaklanjuti
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

d. Penanganan Kasus TB
- Berdasarkan hasil penemuan kasus, Pengusaha & Pengurus wajib memastikan Pekerja/Buruh mendapatkan
pengobatan sesuai dengan pedoman Penanggulngan TB Nasional

- Untuk pencegahan penularan, Pengusaha & Pengurus dapat memberi istirahat sakit kepada pekerja/buruh paling
sedikit 2 minggu pada tahap awal pengobatan dan/atau sesuai rekomendasi dokter perusahaan atau dokter yang
merawat

- Pengusaha & Pengurus melakukan pemantauan, kepatuhan minum obat, kemajuan pengobatan dan hasil pegobatan
- Pekerja/Buruh yeng menderita TB wajib mematuhi semua tahapan penanganan kasus TB
- Pengusaha & Pengurus melakukan pemantauan lingkungan kerja pada tempat kerja dengan temuan kasus TB,
kemudian melakukan upaya pengendalian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI TEMPAT KERJA

e. Pemulihan Kesehatan
- Pengusaha dan Pengurus harus memberi dukungan upaya rehabilitasi yang dibutuhkan
pekerja/buruh setelah penanganan penyakit TB
- Pekerja/Buruh yang menderita TB diupayakan kembali bekerja sesuai dengan penilaian kelaikan
kerja oleh dokter perusahaan atau dokter yang merawat
Pola Integrasi P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis
dengan Penerapan K3 di tempat kerja

Pengembangan program P2 HIV-AIDS


beserta P2 Tuberkulosis melalui
lembaga P2K3 dan Pelayanan
Kesehatan Kerja.

Kolaborasi Program P2 HIV-AIDS dan P2


Tuberkulosis ditempat kerja dengan
memberdayakan Fungsi SDM K3.

Penerapan Program P2 HIV-AIDSdan P2


Tuberkulosis diintegrasikan dalam
Program K3 secara Komprehensif.
Pola Integrasi P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis
dengan Penerapan K3 di tempat kerja

.
Membangun jejaring dengan melibatkan
peran aktif pihak terkait :

 Pemerintah khususnya Disnaker &


Dinkes
 Organisasi pengusaha (APINDO,
KADIN),
 Serikat pekerja/buruh (SP/SB)
 Pihak pemeduli lainnya (asosiasi
profesi K3, IDKI, PERDOKI, LSM,
akademisi, pakar kesehatan kerja dll.)
GERAKAN
P E K E R J A S E H AT
GPS merupakan kegiatan untuk membudayakan hidup
sehat di tempat kerja
GPS sebagai bagian dari implementasi budaya K3,
dengan tujuan :
meningkatkan derajat kesehatan pekerja, lingkungan kerja
yang aman dan sehat, produktivitas kerja optimal dan
pembiayaan kesehatan lebih efisien.

Meningkatkan Implementasi Program


Promotif dan Preventif Pelayanan Kesehatan
Kerja
GERAKAN
P E K E R J A S E H AT

Gerakan Pekerja Sehat merupakan pengembangan pelaksanaan kegiatan


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) bidang Ketenagakerjaan,
sebagaimana Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat..
GERAKAN
P E K E R J A S E H AT

GERMAS BIDANG GERAKAN INDONESIA


KETENAGAKERJAAN PEKERJA SEHAT MAJU

GERAKAN PEKERJA SEHAT bagian program K3 Unggul untuk mendukung


INDONESIA MAJU
Meningkatkan
Derajat
Kesehatan
Pekerja/Buruh
- Daya Tahan
Tubuh - Mencegah
Lingkungan Meningkat Penyakit Kesejahteraan
Kerja yang Pada Pekerja Pekerja
- Fungsi
Aman dan Meningkat
Gerakan Pembudayaan Sehat
Reproduksi - Melahirkan
Pekerja Hidup Sehat di Sehat SDM Unggul Mencegah
Sehat Tempat Kerja - Kesegaran - Produktivitas Stunting
Produktivitas Jasmani Meningkat
Kerja Optimal Meningkat

Pembiayaan
Kesehatan
Lebih Efisien
GERAKAN
P E K E R J A S E H AT

Sejalan dengan pasal 86 UU No. 13 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 1970
Pengurus perusahaan wajib melaksanakan syarat K3 secara komprehensif :
- peningkatan kesehatan (Promotif),
- pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (preventif),
- penanganan penyakit / pengobatan (Kuratif) dan
- pemulihan (rehabilitasi)
Mengedepankan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
GERAKAN PEKERJA SEHAT

Deteksi Dini Aktivitas Fisik


Penyediaan
Penyakit Pada Di Tempat
Ruang
Pekerja Kerja
menyusui/ASI

PHBS Tempat Kerja


Tanpa Asap Roko

Promosi
Gizi
Seimbang
Budaya Hidup
Sehat Di Tempat
Penggunaan
Kerja
Pelaksanaan
APD P3K

FOKUS KEGIATAN GERAKAN PEKERJA SEHAT


PENUTUP

 Pekerja merupakan kelompok yang rentan tertular HIV dan


Tuberkulosis.
 Adanya Kebijakan program P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis di
tempat kerja.
 Pekerja berhak mendapatkan perlindungan tenaga kerja
 K3 merupakan aspek penting perlindungan tenaga kerja
 Pelaksanaan program P2 HIV-AIDS dan P2 Tuberkulosis di tempat
kerja diintergrasikan dalam program dan kegiatan K3

43
ke r R I ker RI
Kemn a Kemn a
K3 – K 3 –
m b a ga an m b a ga an
e le n a Ke le
Bina K Bi

TERIMA KASIH Ke lem b a ga an K3 – Kemn a ke r R I

Bi n a

ke r R I I
a r R
K3 – Kemn Kemn a ke
a a n K3 –
e le m b a g le m b a g
a a n
Bina K Bina K
e

Anda mungkin juga menyukai