500
A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
- Undang – undang Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut;
- Undang – undang Nomor 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Udara;
- Undang - Undang Nomor. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular.
- Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 Tentang Penyelanggaraan
Dekonsentrasi
- International Health Regulation (IHR) Tahun 2005.
- Peraturan Menteri Kesehatan No.424 Tahun 2007 Tentang Pedoman Upaya
Kesehatan Pelabuhan Dalam Rangka Karantina Kesehatan
- Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan No. 2348 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.
2060.500
2. Gambaran Umum
Arus globalisasi yang terjadi saat ini selain mempermudah manusia bermobilisasi juga
memberikan dampak yang negative, salah satunya adalah adanya perkembangan dan
penyebaran penyakit yang makin beragam dan cepat penularannya.
Pelabuhan dan Bandara Merupakan Entry point ke suatu daerah atau Negara
semangkin meningkatnya aktifitas orang di pintu masuk Negara tentulah berdampak
pada meningkatnya permasalahan - permasalahan yang akan terjadi mulai dari
permasalahan sosial, keamanan sampai kepada permasalahan kesehatan. Kantor
Kesehatan Pelabuhan yang merupakan unit pelaksana tekhnis dari Kementerian
Kesehatan yang memiliki peran strategis di dalam penanggulangan permasalahan –
permasalahan kesehatan.
Untuk menunjang pencapaian hasil maka perlu dilakukan beberapa kegiatan
antara lain :
055. Surveilans epidemiologi dan sistem informasi program pengendalian HIV AIDS
A. Mobile VCT untuk penemuan kasus baru HIV terhadap populasi berisiko di
wilayah kerja KKP
Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang timbul sebagai dampak
berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh
manusia. Virus HIV menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga
mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Hilangnya
atau berkurangnya daya tahan tubuh atau sistem imun tubuh membuat si
penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit
ringan sekalipun atau dikenal dengan infeksi oportunistik. virus ini juga merusak
otak dan sistem saraf pusat.
Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015,
terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan
konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (38.464
kasus), diikuti Jawa Timur (24.104kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat
(17.075 kasus) dan Jawa Tengah (12.267 kasus).
Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko
penularan HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual
2060.500
(46,2 persen) penggunaan jarum suntik tidak steril pada Penasun (3,4 persen),
dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen).
Sementara, kasus AIDS sampai September 2015 sejumlah 68.917 kasus.
Berdasarkan kelompok umur, persentase kasus AIDS tahun 2015 didapatkan
tertinggi pada usia 20-29 tahun(32,0 persen), 30-39 tahun (29,4 persen), 40-49
tahun (11,8 persen), 50-59 tahun (3,9 persen) kemudian 15-19 tahun (3 persen).
Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987. Sampai
September 2015, kasus AIDS tersebar di 381 (77 persen) dari 498
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Dengan semakin meningkatnya kasus HIV AIDS maka strategi
pengendalian HIV saat ini dilaksanakan dengan memadukan pencegahan,
perawatan, dukungan serta pengobatan.
Tes dan konseling adalah pintu gerbang utama menuju pengobatan
dengan ARV yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna bagi
ODHA dengan pendekatan holistik. Layanan konseling dan testing HIV AIDS
sukarela dapat dilakukan secara mobile baik di berbagai layanan kesehatan
yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Layanan
konseling dan testing secara mobile (mobile VCT) HIV AIDS sukarela agar mutu
layanan dapat di pertanggungjawabkan.
Kegiatan ini adalah pemeriksaan secara mobile disekitar bandara dan
pelabuhan terhadap ABK kapal, TKBM dan masyarakat di sekitar pelabuhan
secara sukarela oleh petugas dari KKP Kelas I Medan. Mobile VCT ini
dilaksanakan oleh petugas dari kantor Induk sebanyak 3 orang dan 1 orang dari
puskesmas belawandilaksanakan tiap dua bulan sekali. Untuk wilker Kuala
Namu, Pangkalan Susu, Kuala Tanjung, Tanjung Balai dan Sibolga kegiatan ini
dilaksanakan oleh 2 orang petugas KKP dan1 orang dari puskesmas di wilayah
kerja KKP masing-masing dilaksanakan setiap dua bulan sekali sedangkan
untuk wilker Gunung Sitoli sebanyak 1 orang petugas dan 1 orang dari
puskesmas di wilayah kerja KKP tersebut dilaksanakan tiap dua bulan sekali.
Kegiatan ini juga berbarengan dengan mobile IMS.
B. Penerima Manfaat
1. Stakeholder di sekitar Bandara/Pelabuhan
2. Pengguna Jasa Bandara/Pelabuhan
3. Masyarakat di sekitar Bandara/Pelabuhan
2060.500
2060.500