Anda di halaman 1dari 10

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, 107 – 116

Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/

Determinan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Sukomulyo Martapura


Palembang

Fera Novitry1, Rizka Agustin2


Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma’arif Baturaja1,2
Jl. Dr Mohammad Hatta No. 687 B Baturaja
Email: bunda_fw85@yahoo.co.id1, rizkagust25@ymail.com2

ABSTRAK
Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan diantaranya penyediaan air bersih,
jamban keluarga, kondisi rumah dan kondisi lingkungan pemukiman. Desa dengan akses sanitasi layak (jamban
sehat) terendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kotabaru yaitu: Sukomulyo (56, 5%) Kotabaru Barat
(62,9%) Kotabaru Selatan (63, 9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepemilikan jamban
sehat di Desa Sukomulyo. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh kepala
keluarga yang mempunyai jamban di Desa Sukomulyo, yaitu sebanyak 472 kepala keluarga. Sampel penelitian
menggunakan teknik simple random sampling, berjumlah 213 sampel. Analisis data menggunakan uji chi square
untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban sehat dengan pendidikan (p value 0, 001), pengetahuan (p
value 0, 001), sikap (p value 0, 001) dan pendapatan keluarga (p value 0, 001). Kesimpulan penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap dan pendapatan keluarga dengan
kepemilikan jamban sehat di di Desa Sukomulyo Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Martapura Kabupaten OKU Timur.

Kata Kunci: Jamban Sehat, Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Pendapatan Keluarga

THE DETERMINANT OF THE OWNERSHIP OF HEALTHY LATRINES IN SUKOMULYO


VILLAGE MARTAPURA PALEMBANG

ABSTRACT
Environmental conditions that are very influential on health status include the provision of clean water, family
latrines, housing conditions and environmental conditions of the settlement. The villages with the lowest
sanitation access (low latrines) in the working area of UPTD Kotabaru Health Center were Sukomulyo (56.5%),
Kotabaru Barat (62. 9%), Kotabaru Selatan (63. 9%). The purpose of this research is to know the determinant of
the ownership of healthy latrine in Sukomulyo Village. The research used cross sectional approach. Population
is all head of household having latrines in Sukomulyo Village as many as 472 head of family. The sample of
research using simple random sampling technique amounted to 213 samples. Data analysis using chi square test
to know the relation of independent variable with dependent variable. The results showed there was a significant
correlation between the ownership of healthy latrine with education (p value 0, 001), knowledge (p value 0,001),
attitude (p value 0, 001) and family income (p value 0, 001). The conclusion of the research shows that there is a
correlation between education, knowledge, attitude and income of the family with the ownership of healthy
latrine in Sukomulyo Village Working Area of Kotabaru Health Center of Martapura Sub-district, OKU Timur
Regency.

Keyword: Healthy Latrine, Education, Knowledge, Attitude, Family Income

How to Cite: Novitry, Fera., Agustin, Rizka. (2017). Determinan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa
Sukomulyo Martapura Palembang. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (2), 107 – 116.

Copyright © 2017, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 108
Fera Novitry, Rizka Agustin

PENDAHULUAN tersebut adalah pada tahun 2030 masyarakat


telah mencapai akses terhadap sanitasi dan
Derajat kesehatan merupakan salah satu kebersihan yang memadai dan merata dan
faktor yang sangat berpengaruh pada menghentikan praktik buang air besar di
kualitas sumber daya manusia yang akan tempat terbuka. Di Sumatera Selatan, pada
lebih produktif dan meningkatkan daya tahun 2013 persentase rumah tangga yang
saing manusia. Masalah kondisi lingkungan memiliki akses terhadap sanitasi layak yaitu
tempat pembuangan kotoran manusia tidak 58,29%, namun mengalami penurunan pada
terlepas dari aspek kepemilikan terhadap tahun 2014 menjadi 59,79% dan pada tahun
sarana yang digunakan. Berdasarkan data 2015 meningkat menjadi 61,30%. Provinsi
dari World Health Organization (WHO) dengan persentase rumah tangga yang
pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 1,1 memiliki akses terhadap sanitasi layak
milyar orang atau 17% penduduk dunia tertinggi yaitu Daerah Khusus Ibukota
masih Buang Air Besar (BAB) di area (DKI) Jakarta dan akses terendah yaitu
terbuka, dari data tersebut sebesar 81% Papua di setiap tahunnya (Kemenkes RI,
penduduk yang Buang Air Besar 2016).
Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
dan Indonesia sebagai negara kedua
Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ogan
terbanyak ditemukan masyarakat buang air
Komering Ulu (OKU) Timur, pada tahun
besar di area terbuka, yaitu India (58%),
2014 persentase keluarga yang memiliki
Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia
jamban yaitu sebesar 62, 6% namun hanya
(4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%),
34,1% yang memenuhi syarat kesehatan.
Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%)
Pada tahun 2015 persentase keluarga yang
dan Nigeria (1,1%) (WHO, 2014).
mempunyai jamban sehat meningkat
Berdasarkan konsep dan definisi Milenium menjadi 78, 87% dan kembali mengalami
Development Goals (MDGs) yang pada peningkatan menjadi 85, 63% pada tahun
tahun 2016 dilanjutkan dengan Sustainable 2016 (Dinkes OKU Timur, 2016).
Development Goals (SDGs), rumah tangga
UPTD Puskesmas Kotabaru merupakan
dikatakan memiliki akses sanitasi layak
puskesmas percontohan di Kabupaten OKU
apabila fasilitas sanitasi yang digunakan
memenuhi syarat kesehatan antara lain Timur yang selalu menjadi tujuan bagi para
tamu dari Dinas Kesehatan Provinsi
dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik
Sumatera Selatan, namun persentase
(septic tank)/Sistem Pengolahan Air
jamban sehat yang dimiliki warga termasuk
Limbah (SPAL) yang digunakan sendiri
paling rendah dibandingkan dengan
atau bersama. Persentase rumah tangga di
puskesmas lainnya. Pada tahun 2016,
Indonesia yang memiliki akses terhadap
persentase kepemilikan jamban yang
sanitasi layak tahun 2013 yaitu 60, 05% dan
memenuhi syarat kesehatan terendah yaitu
meningkat pada tahun 2014 menjadi
UPTD Puskesmas Kotabaru sebesar 50%,
61,08% dan pada tahun 2015 meningkat
UPTD Puskesmas Gumawang 51, 90% dan
menjadi 62, 14% (Kemenkes RI, 2016).
UPTD Puskesmas Jayapura 60%.
Air bersih dan sanitasi layak adalah Persentase kepemilikan jamban yang
kebutuhan dasar manusia. Salah satu poin memenuhi syarat kesehatan di wilayah
dalam tujuan pembangunan berkelanjutan UPTD Puskesmas Kotabaru telah
Sustainable Development Goals (SDGs) mengalami peningkatan dibandingkan
pada sektor lingkungan hidup adalah tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2014
memastikan masyarakat mencapai akses hanya 3, 9% jamban yang memenuhi syarat
universal air bersih dan sanitasi dasar yaitu kesehatan dan pada tahun 2015 menjadi
jamban sehat. Sasaran global dari poin 27,0%. 3 Desa dengan akses sanitasi layak

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 109
Fera Novitry, Rizka Agustin

terendah di wilayah kerja UPTD Puskesmas responden mempunyai pendapat keluarga


Kotabaru tahun 2016, yaitu: Sukomulyo dengan kategori rendah yaitu 139
(56, 5%) Kotabaru Barat (62, 9%) Kotabaru responden (65, 3%).
Selatan (63, 9%) (Dinkes OKU Timur,
2016). Tabel 1. Distribusi Kepemilikan Jamban Sehat,
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dan
Tingginya angka pertumbuhan penduduk Pendapatan Keluarga.
dan rendahnya pendapatan masyarakat
dapat menyebabkan semakin rumitnya Variabel Penelitian Jumlah %
masalah jamban keluarga. Dari data di atas Kepemilikan Jamban Sehat
penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tidak Memenuhi Syarat 128 60,1
Memenuhi Syarat 85 39,9
tentang faktor-faktor yang berhubungan
Pendidikan
dengan kepemilikan jamban sehat.. Rendah 119 55,9
Tinggi 94 44,1
Pengetahuan
METODE PENELITIAN Kurang 134 62,9
Desain penelitian yang digunakan dalam Baik 79 37,1
penelitian ini adalah deskriptif analitik Sikap
Negatif 116 54,5
dengan rancangan Cross Sectional. Positif 97 45,5
Populasi penelitian adalah seluruh kepala Pendapatan Keluarga
keluarga yang mempunyai jamban di Desa Rendah 139 65,3
Sukomulyo yang berjumlah 472 kepala Tinggi 74 34,7
keluarga. Berdasarkan hasil perhitungan
sampel menurut Iwan Ariawan dalam Berdasarkan pada tabel. 2 dapat dilihat
Notoatmodjo (2007), diperoleh sampel bahwa pada variabel pendidikan diketahui
sebanyak 213 responden. Teknik proporsi responden yang memiliki jamban
pengambilan sampel dengan simple random tidak memenuhi syarat kesehatan dengan
sampling. Data yang digunakan data pendidikan rendah yaitu sebesar 79,8%,
sekunder dan data primer dengan alat lebih besar dibandingkan dengan proporsi
ukurnya berupa checklist untuk melihat responden yang memiliki jamban tidak
kepemilikan jamban sehat, dan kuisioner memenuhi syarat kesehatan dengan
untuk melihat tingkat pendidikan, kategori pendidikan tinggi yaitu 35,1%.
pengetahuan, sikap dan pendapatan Hasil uji statistik diperoleh p value sebesar
keluarga. Analisa berupa univariat dan 0,000 dimana p < α (0,05), berarti ada
bivariat dengan menggunakan uji chi- hubungan yang bermakna antara
square. pendidikan dengan kepemilikan jamban
sehat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel pengetahuan (tabel.2) diketahui
Tabel 1. menunjukkan persentase proporsi responden yang memiliki jamban
responden yang memiliki jamban sehat tidak memenuhi syarat kesehatan dengan
(39,9%) < dibandingkan dengan responden pengetahuan kurang yaitu sebesar 73,9%,
yang tidak memiliki jamban sehat (60,1%). lebih besar dibandingkan dengan proporsi
Sebagian besar pendidikan responden responden yang memiliki jamban tidak
termasuk dalam kategori rendah yaitu memenuhi syarat kesehatan dengan
sebanyak 119 responden (55,9%), kategori pengetahuan baik yaitu sebesar
responden dengan pengetahuan kurang 36,7%. Hasil uji statistik didapatkan p value
yaitu sebanyak 134 responden (62,9%), sebesar 0,000 dimana p < α (0,05), berarti
responden dengan sikap negatif sebanyak ada hubungan yang bermakna antara
116 responden (54,5%) dan senagian besar

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 110
Fera Novitry, Rizka Agustin

pengetahuan dengan kepemilikan jamban sehat.

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, dan Pendapatan Keluarga dengan
Kepemilikan Jamban Sehat.

Kepemilikan Jamban
Total
Variabel Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat p value
n % n % N %
Pengetahuan
Kurang 99 73,9 35 26,1 134 100
Baik 29 36,7 50 63,3 79 100 0,001
Jumlah 128 60,1 85 39,9 213 100
Pendidikan
Rendah 95 79,8 24 20,2 119 100
Tinggi 33 35,1 61 64,9 94 100 0,001
Jumlah 128 60,1 85 39,9 213 100
Sikap
Negatif 85 73,3 31 26,7 116 100
Positif 43 44,3 54 55,7 97 100 0,001
Jumlah 128 60,1 85 39,9 213 100
Pendapatan Keluarga
Rendah 95 68,3 44 31,7 139 100
Tinggi 33 44,6 41 55,4 74 100 0,001
Jumlah 128 60,1 85 39,9 213 100

Untuk variabel sikap, diketahui proporsi bermakna antara pendapatan keluarga


responden yang memiliki jamban tidak dengan kepemilikan jamban sehat.
memenuhi syarat kesehatan dengan sikap Hubungan Pendidikan Dengan
negatif yaitu sebesar 73, 3%, lebih besar Kepemilikan Jamban Sehat
dibandingkan dengan proporsi responden
yang memiliki jamban tidak memenuhi Hasil penelitian menunjukkan ada
syarat kesehatan dengan sikap positif yaitu hubungan yang bermakna antara
sebesar 44, 3%. Hasil uji statistik pendidikan dengan kepemilikan jamban
didapatkan Hasil uji statistik didapatkan p sehat di Desa Sukomulyo (p 0.000). Hasil
value sebesar 0, 001 dimana p < α (0, 05), penelitian ini sejalan dengan penelitian
berarti ada hubungan yang bermakna antara yang dilakukan Azwinsyah (2014),
sikap dengan kepemilikan jamban sehat. diperoleh hasil bahwa dari 87 responden
yang pendidikan tidak sekolah (100%) tidak
Untuk variabel pendapatan keluarga, memiliki jamban. Responden dengan
diketahui proporsi responden yang pendidikan SD yang memiliki jamban
memiliki jamban tidak memenuhi syarat (37,7%) dan yang tidak memiliki jamban
kesehatan dengan pendapatan keluarga (62, 3%). Responden dengan pendidikan
yang rendah yaitu sebesar 68,3%, lebih SMP yang memiliki jamban (56%) dan
besar dibandingkan dengan proporsi yang tidak memiliki jamban (44, 0%).
responden yang memiliki jamban tidak Responden dengan pendidikan SMA yang
memenuhi syarat kesehatan dengan memiliki jamban (66, 6%) dan yang tidak
pendapatan keluarga dengan kategori tinggi memiliki jamban (33, 4%) sedangkan
yaitu sebesar 44, 6%. Hasil uji sttaistik responden dengan pendidikan Akademi/PT
didapatkan p value sebesar 0,001 dimana p yang memiliki jamban (100%). Dari hasil
< α (0,05) berarti ada hubungan yang analisis statistik dengan menggunakan

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 111
Fera Novitry, Rizka Agustin

Fisher’s Exact test diperoleh p 0,0049, dimiliki sehingga berdampak pada


artinya ada hubungan yang bermakna antara kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
pendidikan engan kepemilikan jamban kesehatan lingkungannya. Sebagian besar
keluarga. responden tidak mengetahui tentang
persyaratan jamban yang sesuai dengan
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa
standar kesehatan, sehingga mereka hanya
menurut teori Green, salah satu faktor yang
mengutamakan kepemilikan jamban tetapi
mempengaruhi perilaku kesehatan
tidak memikirkan apakah jamban yang
seseorang yaitu faktor predesposisi yang
dimilikinya tersebut sudah sehat atau
meliputi pengetahuan, kepercayaan,
belum. Namun diantara responden yang
keyakinan, nilai-nilai dan persepsi
mempunyai jamban tidak memenuhi syarat
seseorang terhadap perilaku kesehatan.
kesehatan terdapat 35,1% responden yang
Pendidikan merupakan faktor yang
termasuk dalam kategori pendidikan yang
berpengaruh dalam membentuk
tinggi. Hal ini dapat terjadi karena
pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan
meskipun jenjang pendidikan formal yang
dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.
dilalui responden sudah tergolong tinggi,
Oleh karena itu lingkungan sekolah,
namun informasi kesehatan yang
lingkungan fisik atau lingkungan sosial,
diperolehnya masih kurang. Selain itu,
akan sangat mempengaruhi terhadap
sebagian responden terkendala dengan dana
perilaku sehat seseorang. Makin tinggi
yang dimiliki untuk mebangun jamban baru
pendidikan seseorang makin mudah
yang sesuai dengan syarat kesehatan,
menerima informasi sehingga makin
sehingga responden tetap bertahan dengan
banyak juga pengetahuan yang dimiliki
jamban yang dimilikinya sekarang
yang yang menyebabkan individu menjadi
meskipun tidak memuhi syarat kesehatan.
semakin sadar dan peduli terhadap
Dari hasil penelitian, terdapat 20,2%
kebersihan diri dan lingkungannya.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan responden yang mempunyai jamban
memenuhi syarat kesehatan namun
menghambat perkembangan sikap
mempunyai pendidikan dengan kategori
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
rendah. Hal ini dapat terjadi karena
diperkenalkan sehingga berdampak pada
meskipun responden hanya mengenyam
perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2010).
pendidikan SD atau sampai SMP yang
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa tergolong kategori rendah, akan tetapi
terdapat hubungan yang bermakna antara responden tersebut mempunyai kesadaran
pendidikan responden terhadap kepemilikan untuk membangun jamban sehat sehingga
jamban sehat, dimana responden yang mendorongnya untuk berperilaku positif
memiliki jamban namun dalam kategori dengan membangun jamban sehat.
tidak sehat sebagian besar (79,8%) adalah
responden yang termasuk dalam kategori Hubungan Pengetahuan dengan
pendidikan rendah. Kenyataan di Kepemilikan Jamban Sehat
masyarakat menunjukkan bahwa responden Hasil penelitian di Desa Sukomulyo
dengan tingkat pendidikan yang rendah diketahui proporsi responden yang
akan sulit memahami pesan atau informasi memiliki jamban tidak memenuhi syarat
yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat kesehatan dengan pengetahuan kurang lebih
pendidikan seseorang semakin mudah besar dibandingkan dengan proporsi
menerima informasi sehingga banyak pula responden yang memiliki jamban tidak
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan memenuhi syarat kesehatan dengan
rendah yang dimiliki oleh responden kategori pengetahuan baik. Hasil uji
menyebabkan kurangnya wawasan yang statistik didapatkan ada hubungan yang

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 112
Fera Novitry, Rizka Agustin

bermakna antara pengetahuan dengan oleh sarana jamban keluarga tersebut. Hal
kepemilikan jamban sehat di Desa ini menyebabkan responden hanya
Sukomulyo Puskesmas Kotabaru membangun sarana tanpa memikirkan
Kecamatan Martapura. Hasil penelitian ini aspek-aspek persyaratan kesehatan. Namun
sejalan dengan penelitian yang dilakukan diantara responden yang mempunyai
Dharma (2014) di Desa Sei Musam Kendit. jamban tidak memenuhi syarat kesehatan
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat 36, 7% responden yang
bahwa dari 87 responden yang mempunyai pengetahuan baik. Hal ini dapat
berpengetahuan baik dan memiliki jamban terjadi karena meskipun responden tersebut
(66, 7%) dan yang tidak memiliki jamban mempunyai pengetahuan yang baik,
(33, 3%). Sedangkan responden dengan pengetahuan tersebut tidak diaplikasikan
pengetahuan yang kurang baik, yang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
memiliki jamban (33, 4%) dan yang tidak berhubungan dengan masalah finansial dari
memiliki jamban (66, 6%). Dari hasil keluarga.
analisa statistik dengan menggunakan uji Dari hasil penelitian, terdapat 26, 1%
chi square diperoleh (p < 0,05), artinya ada responden yang mempunyai jamban
hubungan yang bermakna antara memenuhi syarat kesehatan namun
pengetahuan dengan kepemilikan jamban mempunyai pengetahuan yang kurang. Hal
keluarga. ini dapat terjadi karena adanya bias
Pengetahuan merupakan domain yang informasi penelitian karena pada sebagian
sangat penting dalam membentuk tindakan rumah terdiri dari 2 (dua) kepala keluarga
seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil atau lebih. Sehingga pada saat penelitian
penelitian, ternyata perilaku yang didasari ada responden yang pengetahuan dengan
oleh pengetahuan akan lebih langgeng cara wawancara dilakukan pada orang yang
daripada perilaku yang tidak didasari oleh berbeda dengan yang membangun jamban.
pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki
oleh individu merupakan salah satu faktor Hubungan Sikap dengan Kepemilikan
yang menentukan untuk mencari dan Jamban Sehat
meminta upaya pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi
Semakin tinggi pengetahuan individu responden yang memiliki jamban tidak
tentang akibat yang ditimbulkan oleh suatu memenuhi syarat kesehatan dengan sikap
penyakit, maka makin tinggi upaya negatif yaitu sebesar 73, 3%, lebih besar
pencegahan yang dilakukan (Gerungan dibandingkan dengan proporsi responden
dalam Darmawan, 2013). yang memiliki jamban tidak memenuhi
Hubungan yang bermakna antara syarat kesehatan dengan sikap positif yaitu
pengetahuan terhadap kepemilikan jambah sebesar 44, 3%. Hasil uji statistik diperoleh
sehat, dimana responden yang memiliki ada hubungan yang bermakna antara sikap
jamban namun tidak memenuhi syarat dengan kepemilikan jamban sehat di Desa
kesehatan sebagian besar (73, 9%) Sukomulyo Puskesmas Kotabaru
termasuk dalam kategori pengetahuan Martapura.
kurang. Kurangnya pengetahuan yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
dimiliki responden disebabkan karena penelitian yang dilakukan Dharma (2014)
minimnya informasi yang mereka dapat di Desa Sei Musam Kendit. Dari penelitian
tentang sanitasi lingkungan terutama tersebut diperoleh hasil bahwa dari 87
tentang jamban sehat. Yang mereka pahami responden, responden yang berpengetahuan
hanyalah tidak diperbolehkan BAB di baik dan memiliki jamban (66, 7%) dan
sembarang tempat, tanpa memikirkan yang tidak memiliki jamban (33, 3%).
persyaratan kesehatan yang harus dipenuhi Sedangkan responden dengan pengetahuan

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 113
Fera Novitry, Rizka Agustin

yang kurang baik, yang memiliki jamban Sifat negatif yang dimiliki sebagian besar
(33, 4%) dan yang tidak memiliki jamban responden yang tidak memiliki jamban
(66, 6%). Dari hasil analisa statistik dengan sehat tersebut disebabkan karena kurangnya
menggunakan uji chi square diperoleh (p < informasi kesehatan mengenai jamban sehat
0,05), artinya ada hubungan yang bermakna yang sebenarnya tidaklah mahal. Namun
antara pengetahuan dengan kepemilikan diantara responden yang mempunyai
jamban keluarga. jamban tidak memenuhi syarat kesehatan
terdapat 44,3% responden yang mempunyai
Sikap didefinisikan sebagai reaksi atau
sikap positif. Hal ini dapat terjadi karena
respon yang masih tertutup dari seseorang
meskipun responden tersebut mempunyai
terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini
sikap positif, namun sebagian responden
dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
mempunyai kendala pada lahan yang
itu tidak dapat ditafsirkan terlebih dahulu
mereka punya. Umumnya, responden
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
tersebut tidak memiliki lahan yang luas
nyata menunjukkan konotasi adanya
untuk membangun septic tank dengan jarak
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
10-15 m dari sumber air minum.
yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional Sebagian lainnya mengungkapkan bahwa
terhadap stimulus sosial. meskipun lahan yang dimiliki cukup untuk
membangun septic tank yang letaknya lebih
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
dari 10 m, namun mereka sudah terlanjur
aktifitas, akan tetapi merupakan
membangun sarana air minum dan septic
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
tank tersebut dan tidak bisa diubah sesuai
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
syarat kesehatan karena biaya yang harus
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
dikeluarkan lagi untuk biaya perbaikan.
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
Dari hasil penelitian, terdapat 26,7%
untuk bereaksi terhadap objek di
responden yang mempunyai jamban
lingkungan tertentu sebagai suatu
memenuhi syarat kesehatan namun
penghayatan terhadap objek. Terjadinya
mempunyai sikap negatif. Hal ini dapat
perilaku yang kurang baik dari individu
terjadi di lokasi penelitian terdapat bebrapa
karena kurangnya pengetahuan dan sikap.
rumah yang baru dibangun. Hampir seluruh
Dalam hal ini bagaimana seharusnya
rumah yang baru dibangun tersebut
keluarga mengetahui secara jelas dan benar
otomatis membangun jamban permanen
tentang jamban yang mememuhi syarat
yang sehat meskipun responden yang
kesehatan dan berbagai penyakit serta
mempunyai rumah tersebut tidak
dampak kesehatan yang dapat disebabkan
mempunyai sikap positif.
oleh tinja (Heny, 2013).
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Hubungan Pendapatan Keluarga dengan
responden yang tidak memiliki jamban Kepemilikan Jamban Sehat
sehat mempunyai sikap negatif tentang Hasil penelitian diketahui proporsi
jamban sehat. Mereka menganggap biaya responden yang memiliki jamban tidak
pembangunan jamban sehat pasti memenuhi syarat kesehatan dengan
membutuhkan dana yang lebih besar pendapatan keluarga yang rendah yaitu
sedangkan manfaat dan kegunaan antara sebesar 68, 3%, lebih besar dibandingkan
jamban biasa dan jamban yang memenuhi dengan proporsi responden yang memiliki
syarat adalah sama, yaitu menampung jamban tidak memenuhi syarat kesehatan
kotoran manusia agar tidak mencemari dengan pendapatan keluarga dengan
lingkungan sekitar dan menyebabkan kategori tinggi yaitu sebesar 44, 6%. Hasil
penyakit. uji sttaistik didapatkan ada hubungan yang

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 114
Fera Novitry, Rizka Agustin

bermakna antara pendapatan keluarga untuk membangun jamban yang sesuai


dengan kepemilikan jamban sehat di Desa dengan kriteria jamban sehat.
Sukomulyo Puskesmas Kotabaru Keluarga yang pendapatannya rendah
Martapura. kurang partisipasinya dalam kesehatan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil lingkungan, karena bagi mereka
penelitian yang dilakukan Widowati (2015) kelangsungan hidup lebih penting daripada
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan melakukan langkah-langkah terobosan baru
karakteristik pemilik rumah dengan yang belum jelas hasilnya. Namun diantara
perilaku Buang Air Besar Sembarangan responden yang memiliki jamban tidak
(BABS) di wilayah kerja Puskesmas memenuhi syarat kesehatan terdapat 44,6%
Sambungmacan II, diperoleh hasil babhwa responden yang termasuk dalam
ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga yang tinggi. Hal ini
pendapatan dengan kepemilikan jamban dapat terjadi karena meskipun responden
dan perilaku BABS di wilayah kerja tersebut memiliki pendapatan yang
Puskesmas Sambungmacan II (p 0,001) tergolong tinggi, namun kurangnya
(Widowati, 2015). kesadaran tentang pentingnya sarana
sanitasi dasar membuatnya enggan untuk
Tingkat pendapatan seseorang untuk
memperbaiki status kesehatan keluarganya.
memenuhi kebutuhan hidup atau status
ekonomi yang baik akan berpengaruh pada Sebagian besar responden dengan
fasilitas yang diperoleh atau berusaha pendapatan keluarga tinggi tersebut sudah
dipenuhi. Apabila tingkat pendapatan baik, mempunyai jamban permanen hanya saja
maka fasilitas kesehatan mereka khususnya terdapat beberapa kriteria yang tidak
di dalam rumahnya akan terjamin, misalnya terpenuhi untuk menjadikan jamban di
dalam penyediaan jamban keluarga. rumahnya menjadi jamban memenuhi
Rendahnya pendapatan merupakan syarat, salah satunya dan yang paling sering
rintangan bagi kalangan tidak mampu untuk dijumpai di tempat penelitian adalah
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai saluran pembuangan dari jamban keluarga
kebutuhan. Dengan demikian, dapat yang letaknya berdekatan dengan sumber
disimpulkan bahwa pendapatan keluarga air. Dari hasil penelitian, terdapat 31,7%
menentukan ketersediaan dan responden yang mempunyai jamban
keterjangkauan fasilitas kesehatan. Semakin memenuhi syarat kesehatan meskipun
tinggi pendapatan keluarga, semakin baik mempunyai pendapatan yang rendah. Hal
fasilitas dan cara hidup anggota keluarga. ini dapat terjadi karena pada beberapa
Pendapatan merupakan faktor yang responden penelitian, terdapat responden
menentukan kualitas dan kuantitas fasilitas yang mempunyai rumah yang
kesehatan di suatu keluarga (Hermin, pembangunannya mendapat bantuan dari
2013). orangtua atau keluarganya, sehingga
meskipun secara ekonomi termasuk dalam
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
kategori pendapatan kurang namun
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
responden tersebut dapat membangun dan
antara pendapatan keluarga terhadap
memiliki jamban sehat.
kepemilikan jamban sehat, dimana
responden yang memiliki jamban namun
SIMPULAN DAN SARAN
tidak memenuhi syarat kesehatan sebagian
besar (68,3%) memiliki pendapatan Berdasarkan hasil penelitian yang
keluarga yang termasuk dalam kategori dilakukan, distribusi responden yang
rendah. Faktor ekonomi yang masih rendah memiliki jamban tidak memenuhi syarat
menyebabkan responden tidak sanggup yaitu sebanyak 60,1%, distribusi
pendidikan responden termasuk dalam

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 115
Fera Novitry, Rizka Agustin

kategori rendah yaitu sebanyak 55,9%, melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan


distribusi responden dengan pengetahuan jamban sehat. Hal ini sebagai salah satu
kurang yaitu 62,9%), distribusi responden kegiatan yang dapat dilakukan dalam
dengan sikap negatif sebanyak 54,5% dan program “kader pintar” di wilayah UPTD
distribusi responden yang mempunyai Puskesmas Kotabaru, sehingga para kader
pendapat keluarga dengan kategori rendah tidak hanya berperan dalam kegiatan
yaitu 65,3%. Ada hubungan antara pemantauan tumbuh kembang balita saja
kepemilikan jamban sehat dengan tetapi berperan aktif dalam kegiatan
pendidikan (p value 0,001), pengetahuan (p kesehatan lingkungan.
value 0,001), sikap (p value 0,001), dan Penelitian selanjutnya dapat menyertakan
pendapatan keluarga (p value 0,001) di variabel yang lain seperti peran serta tokoh
Desa Sukomulyo. masyarakat dalam kepemilikan dan
Beberapa saran yang dapat diberikan pemanfaatan jamban sehat.
diantaranya kepada petugas kesehatan agar
dapat lebih kreatif dalam memberikan
edukasi kesehatan mengenai jamban sehat,
misalnya menggunakan metode pemicuan
dengan menggunakan alat bantu berupa
poster alur penularan penyakit yang
disebabkan oleh tinja manusia serta
melakukan observasi langsung ke tempat-
tempat yang biasanya digunakan
masyarakat untuk BAB sembarangan.
Dengan kegiatan tersebut diharapkan
kesadaran masyarakat dapat tergugah dan
mereka dengan sendirinya dapat menyadari
masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan
dari jamban yang tidak sehat. Selain itu,
petugas kesehatan juga diharapkan bekerja
sama dengan lintas sektor seperti dengan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
sedang aktif menjalankan program
jambanisasi untuk membangun jamban di
desa-desa.
Bagi sanitarian dan petugas kesehatan
lingkungan dapat lebih berperan serta
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
jamban keluarga yang memenuhi syarat
kesehatan.
Kader kesehatan dan tokoh masyarakat
dapat menjadi teladan yang baik dalam
pemanfaatan jamban sehat sehingga
masyarakat dapat mengadaptasi perilaku
positif tersebut. Selain itu, para kader
kesehatan dapat lebih aktif lagi mengikuti
kegiatan perkumpulan warga desa untuk

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (2) 2017, – 116
Fera Novitry, Rizka Agustin

DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.
Azwinsyah, dkk. (2014). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan ______. (2014). Profil Kesehatan Indonesia
Rendahnya Kepemilikan Jamban Tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Keluarga dan Personal Hygiene Kesehatan Republik Indonesia.
dengan Kejadian Diare di Desa Sei
Musam Kendit Kecamatan Bahorok ______. (2014). Peraturan Menteri
Kabupaten Langkat Tahun 2014. Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014
http://download.portalgaruda.org/ Tentang Sanitasi Total Berbasis
(diakses 8 April 2017). Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Darsana. (2012). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepemilikan ______. (2014). Informasi Pilihan Jamban
Jamban Keluarga di Desa Jehem Sehat. Water and Sanitation
Kecamatan Tembuku Kabupaten Program East Asia and the Pacific
Bangli Tahun 2012. Jurnal (WSP-EAP). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Lingkungan Vol 4 No 2, Kesehatan Republik Indonesia.
November 2014 http://poltekkes-
denpasar.ac.id/ (diakses 8 April ______. (2015). Profil Kesehatan Indonesia
2017). Tahun 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur. (2016). Profil Kusnoputranto, H. (2013). Kesehatan
Kesehatan Kabupaten OKU Tahun Lingkungan: Jamban di Indonesia.
2015. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol.
5, No.4, November 2013.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera http://etd.repository.ui.ac.id/
Selatan. (2014). Profil Kesehatan (diakses 7April 2017).
Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2013. Palembang: Dinas Kesehatan Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan. Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
______. (2015). Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan Tahun 2014. WHO. (2014). Progres Sanitasi dan Air
Palembang: Dinas Kesehatan Minum – Progress on Sanitation
Provinsi Sumatera Selatan. and Drinking-Water: Update.
Geneva: WHO 2010.
Dharma. (2014). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Rendahnya
Kepemilikan Jamban Keluarga dan
Personal Hygiene dengan Kejadian
Diare di Desa Sei Musam Kendit
Kecamatan Bahorok Kabupaten
Langkat Tahun 2014.

Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. (2013). Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2012. Jakarta:

Copyright © 2017, Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Anda mungkin juga menyukai