Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Penelanan berbagai hidrokarbon dalam bentuk distilata petroleum (termasuk


eterpetroleum, nafta, bensin, spritus mineral, minyak tanah, minyak diesel,
minyak tungku, minyak seal mineral, terpentin) merupakan masalah-masalah yang
umum. Minyak tanah yang banyak di gunakan sebagai bahan bakar baik di rumah
tangga maupun di pabrik, dapat menimbulkan keracunan apabila terminum oleh
manusia. Minyak tanah merupakan hasil sampingan penyulingan minyak bumi.
Secara kimiawi minyak tanah terdiri dari rangkaian hidrokarbon yang terletak
antara nonan dan heksadekan.1

Minyak tanah ( kerosene ) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak
berwarna, tidak larut dalam air, berbau dan mudah terbakar. Termasuk dalam
golongan petroleum perdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik
didih 163oC, titik beku 54oC.1

Lebih dari 90% penelan hidrokarbon ( sekitar 28.000 pertahun terjadi pada
anakanak di bawah 5 tahun, menyebabkan sekitar 100 kematian/ tahun, karena
anak-anak di usia inilah kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
Minyak tanah merupakan penyebab keracaunan terbesar pada anak menurut survei
keracunan yang dilakukan di Jakarta pada tahun 1971 dan 1972.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Keracunan yaitu suatu keadaan penyakit akut yang diakibatkan oleh


obat atau zat kimia lain yang masuk atau mengenai tubuh manusia secara
berlebihan (over dosis) baik dengan sengaja maupun tidak, yang dapat
membahayakan jiwa. Keracunan dapat ditimbulkan berbagai macam zat yang
terdapat dalam lingkungan sehari-hari, seperti: obat-obatan, makanan,
pestisida, minyak tanah, bahan kimia dan lain-lain. Keracunan minyak tanah
biasanya diakibatkan oleh aspirasi atau tertelannya minyak tanah sehingga
muncul gangguan pernafasan.3,4

B. ETIOLOGI
Minyak tanah merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak
berwarna, tidak larut dalam air, berbau dan mudah terbakar. Minyak tanah
(kerosene) adalah campuran cairan hidrokarbon (rantai panjang C9 - 16) yang
dihasilkan dari penyulingan minyak mentah.5 Minyak tanah termasuk
golongan senyawa hidrokarbon golongan alifatik. Minyak tanah (kerosene)
berasal dari campuran paraffin dan naphthenes. Kadar toksiknya tergantung
tingginya kadar hidrokarbon aromatik dan naphthenic.4,6
Beberapa kemungkinan latar belakang penyebab terjadinya keracunan
minyak tanah, antara lain, pada :2
1. Anak-anak adalah : Rasa ingin tahu (tidak tahu akan bahaya minyak
tanah)., Kekurang perhatian dari orang tua (ketidaksengajaan anak /
kelalaian orang tua).
2. Dewasa : Tentamen suicide

2
C. INSIDENSI
Angka insidensi keracunan minyak tanah adalah sebagai berikut :2,7
1. Anak-anak dibawah 6 tahun, lebih banyak dibandingkan pada dewasa.
Kejadian ini lebih banyak diakibatkan oleh kelalaian orang tua, mengingat
anak kecil umumnya tidak mengetahui akan bahaya minyak tanah.
Penelitian di Nepal menunjukkan insidensi keracunan minyak tanah
menempati urutan kedua terbanyak dari kejadian keracunan pada anak-
anak, setelah organofosfat, dengan usia kurang dari 6 tahun.
2. Kejadian di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan di Desa.
Hal ini dikarenakan jumlah pemakaian minyak tanah lebih banyak di Kota
dibandingkan Desa.
3. Negara Berkembang lebih banyak angka kejadiannya dibandingkan
dengan negara maju. Hal ini karena jumlah pengguna minyak tanah lebih
banyak di negara berkembang. Sedangkan di negara maju, sebagian besar
sudah menggunakan gas LPG.

D. TOKSIKOLOGI
Bahaya utama terkait dengan minyak tanah adalah pneumonitis bahan
kimia, akibat dari aspirasi muntah setelah meminum atau menghirup cairan
minyak tanah atau air yang terkontaminasi (dengan minyak tanah).
Komplikasi jarang dari keracunan minyak tanah mungkin aritmia jantung dan
fibrilasi ventrikel, yang dikaitkan dengan sensitivitas miokard yang
meningkat terhadap katekolamin endogen.5
1. Neurotoksik
Paparan akut dengan minyak tanah pada manusia telah dikaitkan
dengan berbagai efek SSP, termasuk iritabilitas, gelisah, ataksia,
mengantuk, kejang, koma dan kematian; hal ini umumnya dianggap
sebagai efek sekunder akibat hipoksia. Letargi dan "komplikasi SSP
lainnya" dilaporkan terjadi pada sekitar 5% dari sukarelawan yang
menelan 10 - 30 ml minyak tanah.5

3
2. Paparan Saluran Nafas (Inhalasi)
Uap minyak tanah mungkin sedikit mengiritasi sistem pernapasan,
paparan tidak berakibat fatal, karena volatilitasnya yang rendah. Namun,
paparan dalam ruang tertutup pada suhu tinggi dapat menyebabkan efek
narkotik, seperti narkolepsi, cataplexy dan kebingungan, serta terdapat satu
laporan dari paparan (uap) yang berakibat fatal pada anak. Aplikasi spray
dapat menyebabkan paparan konsentrasi tinggi aerosol minyak tanah yang
dapat menimbulkan tanda-tanda iritasi paru seperti batuk dan dyspnoea, di
samping depresi SSP ringan.5
Menghirup air yang terkontaminasi dengan minyak tanah dapat terjadi
ketika berenang atau sebagai akibat dari insiden hampir tenggelam dan
telah dikaitkan dengan "pneumonia lipoid eksogen". Aspirasi muntahan
yang terkontaminasi minyak tanah, merupakan sumber sekunder paparan
paru yang dapat menyebabkan pneumonitis kimiawi (lipoidal), suatu
kelainan paru-paru yang berpotensi fatal dan onset lambat, ditandai dengan
sianosis, sesak dan x-ray dada tampak opaque.5
Pada jangka panjang, ada beberapa bukti yang menunjukkan adanya
gejala sisa pada paru yang dapat terjadi setelah pneumonitis kimiawi. Efek
ini dianggap ringan dan tidak diketahui relevansi klinisnya.5
Tanda dan Gejala Akut:
- Efek samping utama yang timbul dari meminum minyak tanah adalah
pneumonitis kimiawi (aspirasi) sebagai akibat dari aspirasi muntahan.
Aspirasi terjadi akibat penderita batuk/muntah.3,5
- Dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mengantuk, inkoordinasi dan
euforia. Aspirasi ke paru-paru menyebabkan pneumonitis dengan
gejala rasa tercekik, batuk, mengi, sesak napas, sianosis, dan demam.3
- Penyebaran aspirat melalui penetrasi pada membran mukosa,
kemudian merusak epitel jalan napas, septa alveoli dan menurunkan
jumlah surfaktan. Hal ini selanjutnya memicu terjadinya pendarahan,
edema paru, ataupun kolaps pada paru. Kematian dapat terjadi →
akibat oedem dan konsolidasi paru.3

4
- Jumlah kurang dari 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan
kerusakan bermakna. Sedangkan kematian dapat diakibatkan aspirasi
2,5 ml pada paru, atau menelan 350 ml pada lambung. Jumlah 1 ml/kg
BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan-sedang,
karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal dan abnormalitas
eritrosit. Namun hal ini jarang terjadi karena minyak tanah tidak
diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan, dan
diekskresikan lewat urine.3
3. Paparan pada Kulit
Paparan kulit yang akut dapat menyebabkan iritasi lokal (eritema,
gatal-gatal) tetapi tidak dianggap sebagai penyebab alergi kulit. Sebagian
kecil individu (<5%) mungkin menunjukkan hipersensitivitas terhadap
minyak tanah dan kontak pada kulit dapat menyebabkan luka seperti
"terbakar".5
Tanda dan Gejala Akut :
Iritasi, kulit kering dan retak akibat defatting. Mungkin timbul nyeri
sementara disertai dengan timbulnya eritema, lepuh dan luka bakar
superfisial. Kulit yang terpapar minyak tanah dapat menyebabkan
dermatitis melalui mekanisme ekstraksi endogen lipid kulit.5
4. Paparan pada Mata
Minyak tanah (kerosene) merupakan bahan iritan ringan dan bersifat
sementara pada mata. Produk ini diperkirakan memiliki pH netral, tetapi
dapat mengiritasi mata yang segera menyebabkan rasa tersengat, sensasi
terbakar, konjungtivitis, hiperemi dan lakrimasi.5
5. Paparan Oral (Menelan)
Tanda-tanda keracunan minyak tanah (meminum), antara lain: diare, mual
dan muntah. Sekitar 30-50% dari anak-anak yang dicurigai meminum
minyak tanah tidak menunjukkan gejala. Anak-anak dapat survive ketika
menelan hingga 1,7 g/kg, namun telah dilaporkan terdapat kasus
keracunan yang fatal dikaitkan dengan dosis mulai 2 - 17 g/kg.
Bagaimanapun, kejadian kematian pada paparan oral biasanya dikaitkan

5
dengan aspirasi muntahan daripada akibat toksisitas sistemik, muntah
terjadi pada sekitar sepertiga hingga setengah dari pasien.5
Tanda dan Gejala Akut:
Menelan minyak tanah atau paparan akut terhadap uapnya dapat
menyebabkan tanda-tanda umum keracunan, seperti gejala SSP ringan
(pusing, sakit kepala, mual), muntah, dan kadang-kadang diare. Namun,
seringkali juga tidak ada gejala.5
6. Pengaruh Paparan yang Kronis/Berulang
Efek kesehatan yang paling umum terkait dengan paparan minyak
tanah kronis / berulang adalah dermatitis, yang mungkin berhubungan
dengan pemakaian peralatan pelindung pribadi (PPE) yang tidak memadai
atau tidak sesuai di lingkungan kerja. Efek pada paru (seperti sesak nafas)
pernah dilaporkan, namun cenderung dihubungkan dengan paparan
"tingkat tinggi". Dapat dibayangkan bahwa efek pada paru-paru dan kulit
juga dapat dijumpai pada individu yang menerima paparan tunggal dan
akut.5
- Inhalasi
Saat ini tidak ada penelitian yang tegas untuk menghubungkan
paparan minyak tanah kronis atau berulang jangka panjang terhadap
disfungsi paru (selain yang dikaitkan dengan aspirasi muntahan atau air
yang terkontaminasi). Ada bukti terbatas untuk menunjukkan bahwa
paparan kronis mungkin berhubungan dengan sesak dada dan kesulitan
bernapas, meskipun tinjauan dari durasi dan tingkat paparan dalam
studi tersebut tidak dilaporkan.5
- Meminum/menelan
Paparan oral kronis untuk minyak tanah tidak mungkin timbul
dalam keadaan normal dan saat ini tidak ada data mengenai efek kronis
pada manusia yang meminum minyak tanah.5
- Paparan kulit/mata
Paparan minyak tanah kronis pada kulit diketahui menyebabkan
dermatitis.5

6
- Neurotoksisitas
Paparan jangka panjang dari minyak tanah konsentrasi "rendah"
telah dilaporkan dapat menyebabkan efek SSP non-spesifik seperti
gelisah, kehilangan nafsu makan dan mual yang tidak terkait dengan
hipoksia.5
- Genotoksisitas
Peningkatan perubahan sitogenetik (pada limfosit perifer dan
micronuclei sumsum tulang) telah dilaporkan pada penelitian terbatas
terhadap pekerja yang terkena campuran minyak tanah, bahan bakar
bunker, semangat putih dan xilene.5
- Karsinogenisitas
Jumlah kanker paru-paru yang sangat meningkat pada sebuah
penelitian besar kohort terhadap para pekerja Jepang yang terpapar
minyak tanah, minyak diesel, minyak mentah dan minyak mineral.
Dalam penelitian lain di Jepang, jumlah kejadian kanker lambung yang
sangat tinggi di antara para pekerja yang mungkin terkena paparan
minyak tanah, minyak mesin atau lemak.5
- Reproduksi dan Perkembangan Toksisitas
Bukti saat ini menunjukkan minyak tanah yang tidak memiliki
efek yang dapat diukur pada reproduksi atau pengembangan manusia.5

E. KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesa :3,4
1. Riwayat menelan minyak tanah
2. Gejala inhalasi
3. Gejala akibat minyak tanah yang terminum:
a. Minyak tanah yang tertelan dapat menyebabkan gejala iritatif dan
perasaan terbakar pada tenggorok, esophagus, dan ulkus pada mukosa.
Hal ini dapat menimbulkan gejala : mual, muntah, diare, dan nyeri
perut

7
b. Gejala fibrilasi ventrikel, walaupun jarang terjadi. Fibrilasi ventrikel
ini disebabkan karena minyak tanah menyebabkan sensitisasi jantung
terhadap katekolamin eksogen dan endogen. (epinefrin dan
norepinefrin).
c. Gejala pada susunan saraf pusat berupa somnolen, sakit kepala,
kebingungan. Gejala yang berat dapat timbul koma dan kejang.
d. Gejala awal aspirasi ke paru : Batuk, rasa tercekik dikuti dengan
takikardia dan takipnea. Dalam waktu 6 jam timbul merintih,
pernafasan cuping hidung, retraksi dan mengi. Bronkopneumonia
dapat terjadi pada kondisi yang berat. Hal ini bukan disebabkan oleh
minyak yang diabsorbsi melalui oral atau ekskresi minyak tanah
melalui paru-paru, tetapi akibat aspirasi trakheobronkial.
e. Pada intoksikasi yang berat
f. Tanda-tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi
paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda
iritasi hingga kerusakan permanen pada mata.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4
1. Laboratorium: Darah rutin, urin rutin, tes fungsi renal, tes fungsi hepar,
dan analisa gas darah (BGA)
2. Radiologis : Foto thorak (pada aspirasi minyak tanah, dapat ditemukan
gambaran pneumonitis). Paling bagus 1-2 jam setelah kejadian. Namun
pneumonia dapat baru tampak pada foto rontgen setelah 6 – 18 jam.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari keracunan minyak tanah antara lain :3,4
1. Pneumonia aspirasi
2. Edema paru akut
3. Sindroma distres pernafasan akut
4. Gangguan keseimbangan asam basa

8
H. PENATALAKSANAAN
Gawat darurat:3,4
- Primary Survey :
1. Airway: jalan nafas dibuka, jaga agar tetap terbuka, posisi tubuh
dimiringkan dengan posisi stableside position, agar tidak terjadi
aspirasi jikalau penderita muntah. Pasang gudell (OPA) jika
diperlukan.
2. Breathing support: pemberian oksigen konsentrasi tinggi (bila perlu
bantuan nafas).
a. Atasi bronkospasme dengan bronkodilator (nebulizer)
b. Bila kelainan paru cukup berat, sebaiknya rawat di PICU. Bila
terjadi gagal nafas, dapat dilakukan ventilasi mekanik.
3. Circulation: pemberian cairan melalui jalur intra vena untuk
mempertahankan curah jantung dan kebutuhan cairan tubuh

Suportif:3,4
1. Tanpa kelainan klinis/radiologik → observasi minimal 4 jam
2. Bila foto toraks ulangan setelah 4 jam normal → boleh pulang
3. Antibiotik diberikan sebagai profilaksis terhadap infeksi sekunder
terutama jika didapatkan pneumonia berat dengan febris atau leukositosis,
gangguan gizi, dan penyakit paru sebelumnya atau defisiensi imun.
4. Kalau perlu bisa diberikan cairan infus.
5. Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk menurunkan kerusakan paru.
Penelitian pada binatang menunjukkan tidak ada perbedaan outcome
antara pemberian steroid dengan kontrol pada keracunan kerosene.
6. Antasida, untuk cegah iritasi mukosa lambung
7. Pemberian Norit sebagai absorbent.
8. Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9. Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi
(skin burn) sekunder

9
Dekontaminasi dan Pertolongan Pertama :5
1. Pada Paparan Inhalasi
- Jauhkan pasien dari paparan/zat kimia dan berikan oksigen.
- Pertahankan jalan napas yang bebas dan ventilasi yang adekuat.
2. Pada Paparan Kulit
- Jauhkan pasien dari paparan / zat kimia.
- Lepaskan semua pakaian yang kotor/tercemar.
- Cuci area yang terkontaminasi dengan sabun dan air.
- Terapi sesuai gejala.
3. Pada Paparan Mata
- Jauhkan pasien dari paparan / zat kimia.
- Lepaskan lensa kontak jika perlu, dan segera mengairi (irigasi) mata
yang terkena secara menyeluruh dengan air atau 0,9% salin selama
setidaknya 10-15 menit.
4. Pada Paparan oral
- Kumbah lambung (Gastric lavage) tidak boleh dilakukan.
Pertimbangkan aspirasi lambung dalam waktu 1 jam setelah
meminum. Namun, jika yang diminum dalam jumlah yang sangat
besar atau ada kekhawatiran adanya toksin lain, harus dipastikan
jalan napas terlindungi.
- Berikan oksigen jika diperlukan.
- Pasien yang telah menelan dalam jumlah kecil dan tidak ada gejala
kecurigaan aspirasi (rasa tercekik, batuk, muntah) atau keluhan lain
sejak paparan, dapat diobservasi di rumah di bawah pengawasan
selama 6 jam setelah paparan, dengan saran untuk mendatangi rumah
sakit jika keluhan berkembang.
- Pasien dengan gejala kecurigaan aspirasi harus dirujuk ke rumah
sakit.
- Pasien dengan gejala pernapasan persisten, mengantuk atau kejang
harus dirawat di rumah sakit.

10
I. PROGNOSIS3
Parameter Temuan Klinis Poin
Panas (-) 0
(+) 1
Malnutrisis berat (-) 0
(+) 1
Distres respirasi (-) 0
(+) tanpa sianosis 2
(+) dengan sianosis 4
Gejala neurologis (-) 0
(+) tanpa konvulsi 2
(+) dengan konvulsi 4

Prognostic score = (poin dari panas) + (poin dari malnutrisi) + (poin


dari distress pernapasan) + (poin dari gejala neurologis)

Interpretasi :
Skor minimum = 0
Skor maksimum = 10
Skor ≥ 4 berhubungan dengan lamanya MRS dan komplikasi
Skor ≥ 8 berhubungan dengan peningkatan resiko kematian
Skor ≤ 7 mengindikasikan anak akan selamat

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson : Richard E.Behrman, M.D . Victor C. Voughan, III, MD. Bagian 3.


Jakarta: FGE, 2004.
2. Buku Kuliah 3, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI. 1985.
3. Dwiaryaningrum dkk. Bagian Anestesi FK UNISSULA-RSI Sultan Agung
Semarang.
4. American Academy of Pediatrics. Americans College of Emergency
Physicians. Advanced Pediatrics Life Support. Elk Grove Village: American
Academiy of Pediatrics, 2007; 131–45.
5. Chilcott RP. Compendium of Chemical Hazards: Kerosene (Fuel Oil).
Chemical Hazards and Poisons Division of the UK Health Protection Agency
(HPA). 2006, hal 341-345
6. Nouri L dan Al-Rahim K. Kerosene Poisoning in Children. Postgraduate
Medical Journal (February 2005) 46, 71-75.
7. Malla T, Malla KK, Rao KS, Gauchan E, Basnet S, Koirala DP. A Scenario of
Poisoning in Children in Manipal Teaching Hospital. J Nep Paedtr Soc
2011;31(2):83-88.

12

Anda mungkin juga menyukai