Anda di halaman 1dari 8

1.

PENYEBARAN ORGANISASI KOPERASI MODERN


Pada mulanya koperasi tumbuh di negara industri di Eropa Barat, namun setelah
munculnya kolonialisme di beberapa negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, koperasi
juga tumbuh di negara-neraga berkembang. Setelah negara-negara jajahan mengalami
kemerdekaan, banyak negara yang memanfaatkan koperasi sebagai salah satu alat
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Koperasi modern didirikan pada akhir abad ke-18 terutama sebagai jawaban atas
masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal revolusi industri. Perubahan-
perubahan yang berlangsung saat itu, yang disebabkan oleh perkembangan ekonomi pasar dan
penciptaan berbagai persyaratan pokok untuk berlangsungnya proses industrialisasi serta
modernisasi perdagangan dan pertanian yang cepat, membawa dampak yang menguntungkan
dan merugikan bagi berbagai kalangan masyarakat.
Terdesak oleh keinginan untuk memperbaiki diri, orang-orang yang tersisih dari
derasnya arus modernisasi mencoba mencari alternatif usaha yang dapat membantu
meningkatkan pendapatan mereka. Orang-orang seperti ini dalam sejarah gerakan koperasi
sering disebut sebagai pionir atau pelopor-pelopor koperasi modern.
Pelopor-pelopor organisasi koperasi dari Rochdale (Inggris), telah memberikan andil yang
cukup besar dalam perkembangan koperasi hingga menjadi Prinsip-prinsip Koperasi
rochdale yang dijadikan dasar kegiatan oleh berbagai koperasi di dunia. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1) Keanggotaan yang bersifat terbuka (open memberships and voluntary)
2) Pengawasan secara demokratis (democratic control)
3) Bunga yang terbatas atas modal (limited interest of capital)
4) Pembagian SHU yang sesuai dengan ajsa anggota (proportional distribution of
surplus)
5) Penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara tunai (trading
in cash)
6) Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama dan politik (politica, rasial
relligious netrality)
7) Barang-barang yang dijual harus merupakan barang-barang yang asli, tidak rusak atau
palsu (adulted goods forbiden to sell), dan
8) Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan (promotion of education)
Di Jerman, Herman Schulze-Delitzsch (1808-1883) adalah orang pertama yang
berhasil mengembangkan sebuah organisasi koperasi kredit perkotaan. Terdapat tiga prinsip
yang dikembangkan oleh Herman Schulze-Delitzsch yang menjadi dasar koperasi yaitu:
1) Prinsip menolong diri sendiri (self-help)
2) Prinsip pengurus atau mengelola sendiri (self-management)
3) Mengawasi sendiri (self-control)

2. KOPERASI MODERN AKHIR ABAD KE-18


Disebabkan oleh:
a) Perkembangan ekonomi pasar dan berbagai persyaratan pokok untuk
berlangsungnya proses industrialisasi serta modernisasi perdagangan dan
pertanian yang cepat.
b) Industri mula-mula bercorak ppadat karya menjadi paat modal dan produksi.
c) Mula-mula berdasarkan pesanan menjadi industri memproduksi untuk
kebutuhan pasar (produksi masal).
d) Perubahan struktur ekonomi yang radikal berdampak pada buruh.
e) Para pekerja dan pengrajin kecil kalah bersaing dengan perusahaan industri
berskala besar dan petani penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan
karena proses pengintegrasian ke dalam ekonomi pasar yang sedang
berkembang. (Hanel, 1988)
Pelopor organisasi koperasi dan Rochdale (Inggris) koperasi konsumen. Prinsip
prinsip koperasi Rochdale dijadikan dasar kegiatan oleh berbagai koperasi di dunia.
a) Keanggotaan yang bersifat terbuka
b) Pengawasan secara demokratis
c) Bunga yang terbatas atas modal
d) Pembagian SHU yang sesuai dengan jasa anggota
e) Penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar yang ebrlaku dan secara tunai
f) Tidak ada diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama, dan politik
g) Barang-barang yang dijual harus merupakan barang-barang yang asli, tidak rusak atau
palsu
h) Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan

3. SEJARAH AWAL KOPERASI DI INDONESIA

Koperasi pertama kali diperkenalkan oleh seorang berkebangsaan Skotlandia, yang bernama
Robert Owen (1771-1858). Setelah koperasi berkembang dan diterapkan di beberapa Negara-negara
eropa. Koperasi pun mulai masuk dan berkembang di Indonesia.
Abad 20: Asal-usul sejarah koperasi di Indonesia ini diawali dengan dimulainya dari hasil
usaha kecil yang secara spontan yang dilakukan oleh rakyat kecil biasa. Karena adanya pengetahuan
dan wawasan mengenai ekonomi yang rendah saat itu, sehingga membuat para pengusaha rakyat
kecil terdorong untuk lepas dari penderitaan. Sederhananya, mereka ingin mengubah kehidupan
mereka yang terpuruk ke kehidupan yang tinggi.

3.1. Sejarah Koperasi di Indonesia Pada Tahun 1896-1908


Sejarah koperasi di Indonesia pada tahun 1896 sampai dengan 1908 merupakan titik awal
dikenalnya koperasi di Indonesia. Pada tahun 1896, R Aria Atmadja seorang Patih Pamong Praja
mendirikan suatu Bank Simpanan untuk menolong para pegawai negeri (kaum priyai) yang terjerat
tindakan dalam soal riba dari kaum lintah darat. Cita-cita dan ide beliau ini mendapat rintangan
atau hambatan sebagai kegiatan politik pemerintah penjajah waktu itu. Adapun karya dari beliau
yang telah ia lakukan adalah:

a. Mendirikan bank simpanan yang dia anjurkan untuk kemudian diubah menjadi
koperasi.

b. Dihidupkannya sistem Lumbung Desa untuk usaha penyimpanan padi rakyat pada
musim panen, yaitu dikelola untuk menolong rakyat dengan cara memberikan
pinjaman pada musim paceklik. Lumbung Desa ini nantinya akan ditingkatkan
menjadi KKP (Koperasi Kredit Padi).

3.2. Sejarah Koperasi di Indonesia Pada Tahun 1908-1927

Sejarah Koperasi di Indonesia, pada tahun 1908 Boedi Oetomo mencoba memajukan
koperasi-koperasi rumah tangga, koperasi toko, yang selanjutnya menjadi koperasi konsumsi yang
di dalam perkembangannya kemudian menjadi koperasi batik. Gerakan Boedi Utomo pada tahun
1908 dengan dibantu oleh Serikat Islam inilah yang melahirkan koperasi pertama kali di Indonesia,
koperasi ini bersamaan dengan lahirnya Gerakan Kebangkitan Nasional. Namun perkembangan
koperasi pada waktu itu kurang memuaskan, karena adanya hambatan yang datang dari pemerintah
Belanda. Meskipun perkemabangan koperasi kurang lancar, pemerintah belanda tetap khawatir
jika koperasi makin tumbuh dan berkembang di kalangan Bumi Poetra. Saat itupun undang-
undang yang diatur pemerintahan Belanda pada tahun 1915 agar perkembangan koperasi tidak
meluas.

a. Tahun 1908
Dimana Dr. Sutomo ikut mengembangkan perkoperasian di Indonesia dengan mendirikan
Budi Utomo. Sehingga dapat dikatakan bahwa Dr. Sutomo memiliki peranan yang sangat
penting pada gerakan koperasi.

b. Tahun 1915

Adanya beberapa peraturan sebagai kebijakan perkoperasian di Indonesia dinamakan


“Verordening op de Cooperative Vereeenging”.

c. Tahun 1927

Peraturan “Verordening op de Cooperative Vereeenging” dikembangkan dan diganti oleh


peraturan “Regeling Inlandsche Cooperatiev” pada tahun yang sama pun dibentuk
Serikat Dagang Islam.

3.3 Sejarah Koperasi di Indonesia Pada Tahun 1927-1942

Dengan keluarnya UU koperasi tahun 1927,maka koperasi di Indonesia mulai berkembang dan
bangkit lagi. Akan tetapi koperasi mundur lagi karena mendapat saingan berat dari kaum pedagang
yang mendapat fasilitas dari Belanda. Pada tahun 1933,Pemerintah Belanda mengeluarkan lagi
peraturan koperasi sebagai pengganti peraturan koperasi tahun 1915. Peraturan baru ini tidak ada
bedanya dengan peraturan tahun tersebut dan tidak cocok dengan kondisi rakyat Indonesia yang
menyebabkan mundurnya perkoperasian. Tahun 1935, Jawatan koperasi dipindahkan dari
Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonoi karena banyaknya kegiatan di bidang ekonomi
pada waktu itu dan dirasakannya bahwa koperasi lebih sesuai berada di bawah Departemen Ekonomi.
Pada tahun 1937 dibentuklah kperasi simpan pinjam yang diberi bantuan modal oleh
pemerintah,dengan tugas sebaai koperasi pemberantas hutang rakyat,terutama kaum tani yang tidak
lepas dari cengkeraman kaun pengijon dan lintah darat. Selanjutnya, pada tahun 1939 jawatan
koperasi yang berada di bawah Departemen Ekonomi,diperluas ruang lingkupnya menjadi jawatan
koperasi dan perdagangan dalam negeri. Hal ini disebabkan karena koperasi pada waktu otu belum
mampu untuk mandiri,sehingga pemerintah penjajah Belanda ini menaruh perhatian dengan
memberikan bimbingan,penyuluhan,pengarahan dan sebagainya tentang bagaimana cara koperasi
dapat memperoleh barang dan memasarkan hasilnya.

a. Sejarah koperasi saat kependudukan Jepang

Dimana Koperasi di Indonesia pada tahun 1942 sampai 1945 mengalami perubahan peran
menjadi kumiai yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk keperluan perang. Pada
masa ini,koperasi tidak mengalami perkembangan bahkan semakin hancur. Hal ini
disebabkan oleh adanya ketentuan dari penguasa Jepang bahwa koperasi harus
mendapatkan izin pemerintah setempat yang tergolong sangat sulit.

b. Sejarah koperasi pada masa sebelum kemerdekaan

Koperasi adalah institusi yang tumbuh atas dasar solidaritas tradisional dan kerjasama antar
individu,yang pernah berkembang sejak awal sejarah manusia sampai pada awal Revolusi
Industrial di Eropa pada akhir abad 18 dna selama abad 19,sering disebut sebagai Koperasi
Historis atau Koperasi Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad
18,terutama sebagai jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal
Revolusi Industri.

Pada tahun 1896 perkoperasian didirkan oleh Patih di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria
Wiraatmadja. Pada tahun 1908 Budi Utomo didirkan oleh Dr. Sutomo memberikan pergerakan bagi
gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan
Verordening op de Cooperative Vereegining, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe
Cooperatiev. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam,yang bertujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi pengusaha-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Parta
Nasional yang memperjuangkan penyerbarluasan semangat koperasi. Kronologis lembaga yang
menangani pembinaan koperasi pada saat itu adalah sebagai berikut :

a. Tahun 1930

Pemerintah Hindia Belanda membentuk Jawatan Koperasi yang keberadaannya dibawah


Departemen Dalam Negeri,dan diberi tugas untuk melakukan pendaftaran dan
pengesahan koperasi, tugas ini sbeelumnya dilakukan oleh Notaris

b. Tahun 1935

Jawatan koperasi dipindahkan Departemen Economische Zaken, dimasukkan usaha


hukum (Bafdeeling Algemeene Economische Aanglegenheden) Pimpinan Jawatan
Koperasi diangkat menjadi Penasehat.

c. Tahun 1939

Jawatan koperasi dipisahkan dari Afdeeling Algemeene Aanglegenheden ke Departemen


Perdagangan Dalam Negeri menjadi Afdeeling Cooperatie en Binnenlandsche Handel.
Tugasnya tidak hanya memberi bimbingan dan penerangan tentan koperasi tetapi meliputi
perdagangan untuk Bumi Putra.

d. Tahun 1942
Pendudukan Jepang berpengaruh pada terhadap keberadaan jawatan koperasi. Saat ini
jawatan koperasi dirubah menjadi SYOMIN KUMLAI TYUO DIMUSYO dan Kantor di
daerah diberi nama SYOMIN KUMLAI DJIMUSYO.

e. Tahun 1944

Didirikan JUMIN KEIZAKYO (Kantor Perekonomian Rakyat) Urusan Koperasi menjadi


bagiannya dengan nama KUMAIKA,tugasnya adalah mengurus segala aspek yang
bersangkutan dengan koperasi.

4. SEJARAH KOPERASI SETELAH INDONESIA MERDEKA

4.1 pertumbuhan Koperasi setelah Kemerdekaan Indonesia

Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam suasana sebagai Negara
jajahan tidak memiliki tidak memiliki suatu iklim yang menguntungkan bagi pertumbuhannya. Baru
kemudian steelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,dengan tegas perkoperasian ditulis
di dalam UUD 1945. DR.H> Moh Hatta sebagai seorang “Founding Father” Republik Indonesia.
Lalu di dalam pasal 33 UUd 1945 tersebut diatur pula di samping koperasi,juga peranan daripada
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta. Pada
tahun 1946,berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela yang dilakukan Jawatan Koperasi terdpat
2500 buah koperasi. Lalu pada tanggal 12 Juli 1947 diselenggarakan kongres koperasi se-Jawa yang
pertama di Tasikmalaya dalam kongres tersebut diputuskan antara lain terbentuknya Sentral
Organisasi Koperasi Rakyat hingga menjadikan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi serta
menganjutkan diselenggarakan pendidikan koperasi di kalangan pengurus, pegawai, dan masyarakat.

Selanjutnya pada tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 1953 dilangsukngkan kongres koperasi
Indonesia yang ke II di Bandung. Keputusannya antara lain merubah Sentral Organisasi Koperasi
Rakyat Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). Dan pada tanggal 17 Juli 1953
diangkatlah Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia, tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta
mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besarnya aktivas
Bung Hatta dalam gerakan koperasi,maka tanggal 17 Juli 1953 beliau diangkat menjadi Bapak
Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung.

4.2. Perkembangan Koperasi Pada Masa Ekonomi Demokrasi Terpimpin

Dalam tahun 1959 terjadi suatu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Setelah Konstituante tidak dapat menyelesaikan tugas menyusun Undang-Undang Dasar Baru pada
waktunya, maka pada tanggal 15 Juli 1959 Presiden Soekarno yang juga selaku Panglima Tertinggi
Angkatan Perang mengucapkan Dekrit Presiden yang memuat keputusan dan salahsatu daripadanya
ialah menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Tanah Tumpah Darah Indonesia, terhitung mulai dari tanggal penetapan dekrit dan tidak berlakunya
lagi Undang-Undang Dasar Sementara.

Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno mengucapkan pidato kenegaraan yang
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”, atau lebih dikenal dengan Manifesto Politik (Manipol).
Dalam pidato itu diuraikan berbagai persoalan pokok dan program umum Revolusi Indonesia yang
bersifat menyeluruh. Dalam tahun 1960 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.140
tentang penyaluran bahan pokok dan penugasan Koperasi untuk melaksanakannya. Dengan peraturan
ini maka mulai ditumbuhkan koperasi-koperasi konsumsi. Tindakan yang berselang lama yakni
dalam bulan September 1965 terjadi pemberontakkan Gerakan 30 September yang didalangi oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang terpengaruh besar terhadap pengembangan koperasi.
Mengingat dalam UU no.14 tahun 1965 secara tegas memasukkan warna politik ke dalam kehidupan
perkoperasian,maka akibat pemberontakkan G30S/PKI pelaksanaannya perlu di pertimbangkan
kembali. Bahkan segera disusul langkah-langkah memurnikan kembali ke koperasi kepada azas-azas
yang murni dengan cara “deverpolitisering”. Koperasi-koperasi menyelenggarakan rapat anggta
untuk memperbaharui kepengurusan dan Badan Pemeriksaannya. Reorganisasi dilaksanakan secara
menyeluruh untuk memurnikan koperasi di atas azas-azas koperasi yang sebenarnya (murni).

4.3. Perkembangan Koperasi Pada Masa Orde Baru

Semangat Orde Baru yang dimulai titik awalnya 11 Maret 1996 segera setelah itu pada tanggal
18 Desember 1967 telah dilahirkan Undang-unang Koperasi yang baru yakni dikenal dengan UU No.
12/1967 tentang pokok-pokok perkoperasian. Dalam rangka kembali kepada kemurnian pelaksanaan
Undang-undang Dasar 1945,sesuai pula dengan Ketatapn MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang
Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangnan, maka peninjuaian
serta perombakan Undang-undang No.14 tahun 1965 tentang Perkoperasian merupakan suatu
keharusan karena baik isi maupun jiawanya undnag-undang tersebut mengandung hal-hal yang
bertentangan dengan azas-azas pokok,lanndasan kerja serta landasan idiil koperasi, sehingga akan
menghambat kehidupan dan perkembangan serta mengaburkan hakekat koperasi sebagai organisasi
ekonpmi rakyat yang demokratis dan berwatak sosial.

Lalu adanya pelita V kebijakan pembangunan tetap bertumpu pada trilogi pembangunan
dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat di Indonesia, yang disertai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta
stabilitas yang mantap. Ketiga usnur trilogi pembangunan saling mengkait dan sling memperkuat
serta perlu dikembangkan secara selaras,serasi,dan seimbang. Keberhasilan atau kegagalan koperasi
ditentukan oleh keunggulan komparatif koperasi. Hal ini dapat dilihat dalam kemampuan koperasi
berkompetisi memberikan pelayanan kepada anggota dan dalam usahanya tetap hidup dan
berkembang dalam melaksanakan usaha. Pengalaman empiris di mancanegara dan di negeri kita
sendiri menunjukkan bahwa struktur pasar dari usaha koperasi mempengaruhi performance dan
success koperasi (Ismangil, 1989).

4.4. Perkembangan Koperasi Pada Masa Reformasi

Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi yang otonom,
namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi seperti
jasa keuangan,pelayan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan otonomi selain peluang untuk
memanfaatkan potensi setempat juga terdapat potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat
daerah. Pemusatan koperasi di bidang jasa keuangan sangat tepat untuk dilakukan pada tingkat
kabupaten/kota atau kabupaten dan kota agar menjaga arus dana menjadi lebih seimbang dan
memperhatikan kepentingan daerah (masyarakat setempat).

Fungsi pusat koperasi jasa keuangan ini selain menjaga likuiditas juga dapat memainkan peran
pengawasan dan perbaikan manajemen hingga pengembangan sistem asuransi tabungan yang dapat
diintegrasikan dalam sistem asuransi secara nasional. Pendekatan pengembangan koperasi sebagai
instrumen pembangunan terbukti menimbulkan kelemahan dalam menjadikan dirinya sebagai
koperasi yang memegang prinsip-prinsip koperasi dan sebagai badan usaha yang kompetitif.
Reformasi keselambagaan koperasi menuju koperasi dengan jati dirinya akan menjadi agenda
panjang yang harus dilakui oleh koperasi di Indonesia.

Dalam kerangka otonomi daerah perlu penataan lembaga keuangan koperasn (simpan pinjam)
untuk memperkokoh pembiayaan kegiatan ekonomi di lapisan terbawah dan menahan arus ke luar
potensi sumberdaya lokal yang masih diperlukan. Pembenahan ini akan merupakan elemen penting
dalam membangun sistem pembiayaan mikro di tanah air yang merupakan tulang punggung gerakan
pemberdayaan ekonomi rakyat.

Anda mungkin juga menyukai