Anda di halaman 1dari 13

DOkLAITI en Jo fur Evcaruos 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 -2018 I BNPB

BAB I

PENDAHULUAN

Kabupaten fvlukonnuko merupakan salah satu kabupaten yang terbentuk pada awal reformasi

melalui pernekaran Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan Undang-undang Nomor 03 tahun

2003 Pemekarannya bersamaan dengan Kabupaten lain di Provinsi Bengkulu, yaitu Kabupaten

Seluma dan Kabupaten Kaur yang merupakan pemekaran dad Kabupaten Bengkulu Selatan.

PITA WILAVAH ADMINIIITPLASI


ousupATEN 110UKOMIUKO. P010111041111 BaNOKULU

Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Mukomuko

PT. Nlitra Daerah Nusantara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos f 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 - 2018 I B N PB 2

Secara geografis Kabupaten Mukomuko terletak membujur sejajar dengan Bukit Barisan pada

1e1°o1r15,1" — 101°51`29,6" Bujur Timur dan pada in°16`32,orr — o3'307`46orr Lintang Selatan. Posisi

letak Kabupaten Mukomuko ini cukup strategis karena terletak di pantai barat Sumatera

yang merupakan jalur daerah tujuan wisata (DTW) utama pulau Sumatera, (2) dilintasi oleh

Jalan Lintas barat (Jalinbar) Sumatera, dan (3) berada ditengah-tengah antara kora

Bengkulu dengan kota Padang atau daerah perbatasan antara wilayah Provinsi Bengkulu

dengan Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Mukomuko memiliki luas wilayah darat 403. 670

Ha, dan luas wilayah laut 72.760 Ha jika di hitung sejauh 4 mil dad garis pantai.

Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Mukomuko adalah sebagai berikut

 Disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi

Sumatera Barat

 Disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara

 Di sebelah Tirnur berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan Kabupaten

Merangin Provinsi iambi

 Di sebelah barat dibatasi oleh Samudera Hindia

Secara lebih lengkap, gambaran letak geografis kabupaten Mukomuko dapat dilihat pada

gam bar 1 diatas.

Berdasarkan kondisi wilayahnya yang berbatsan Iangsung dengan Samudera Hindia dan

merupakan jalur pertennuan lempeng aktff indo-australia dengan lernpeng Eurasia dan

menyebabkan terjadinya subduksi dibagian barat sepanjang pulau Sumatera, menjadikan

wilayah Kabupaten Mukomuko beserta kabupaten lain di pesisir barat Pulau Sumatera sangat

rawan terhadap ancarnan tsunami. Kejadian Tsunami Mukomuko pada tahun 2007, sempat

mengkuatirkan masyarakat setempat walaupun tidak sampai menimbulkan kerugian jiwa

maupun material (harts benda), berdasarkan keterangan penduduk, pada waktu itu air laut

sempat surut sejauh beberapa meter dan naik kembali sejauh sekitar 200 meter dan

memcapai rumah penduduk yang berada di sekitar pantai.

Tsunami yang menerjang Mukomuko tahun 2007 dan memberi darnpak pada wilayah

Mukomuko dan wilayah sekitar di pantai barat Sumatera termasuk Kabupaten Mukomuko

memiliki kekuatan dan Jaya rusak yang berbeda-beda, khusus untuk Kabupaten Mukomuko,

tsunami tersebut berkekuatan tidak besar, dimana air datang secara perlahan-lahan dan

menggenangi wilayah sekitar pantai selama beberapa saat saja sehingga kejadian ini tidak

PT. Mitre Da erah Nusantara


Dokumcn Joi'urEvokuosf Benco no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 204 - 2018 I BNPB 3

menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun demikian kejadian ini cukup untuk

mernberikan gambaran bahwa wilayah Kabupaten Mukomuko sama seperti kabupaten lain di

pantai barat Surnatera merniliki potensi kejadian tsunami yang bisa raja terjadi sewaktu-

waktu dan menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk

mengurangi dampak dari bencana tsunami berupa korban jiwa dan harta benda, perlu

dilakukan upaya-upaya berupa pengurangan risiko bencana tsunami melalui kegiatan

mitigasi bencana tsunami yang terintegrasi dalam suatu kebijakan pemerintah daerah

rnaupun pusat dan melibatkan seluruh elemen masyarakat diwilayah bencana sehingga

implementasi dari kebijakan tersebut dapat dilakukan dengan balk dilapangan khususnya di

Kabupaten M ukom uko.

Salah sate kegiatan mitigasi yang dianggap perlu dan mendesak untuk dilaksanakan adalah

menyusun rencana evakuasi melalui pemetaan jalur evakuasi untuk meningkatkan

kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana sunami. Rencana

evakuasi disusun berdasarkan Masterplan Tsunami Indonesia dengan Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai pernilik kegiatan dan bertujuan membantu

Pemerintah Kabupaten Mukomuko untuk penyusunan pets jalur evakuasi dalam rangka

kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami. Rencana evakuasi bencana tsunami

merupakan dasar untuk pengelolaan proses evakuasi masyarakat dan pemenuhan sarana

prasarana yang matang, terarah dan terpadu dalam pelaksanaan.

Jalur evakuasi bencana tsunami Kabupaten Mukomuko berbentuk suatu dokumen beserta

lampiran petanya. Penyusunan dokumen disesuaikan terhadap perencanaan-perencanaan

lain yang ada di pemerintah dan pemerintah daerah, terutama terhadap perencanaan

pemerintah dalam hal rata ruang, dan lingkungan hidup. Sehingga penyusunan dokumen ini

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kabupaten Mukomuko (RIDJM Kabupaten Mukomuko) dan Rencana Penanggulangan Bencana

(RPB) dengan pelaksanaannya dilakukan selama 5 tahun ke depan (2014-2018) yang dapat

ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan terkini.

P f ..Mitra Da era h Nus an tara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos f 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 - 2018 I B N PB

LL Qatar Belakang

Kabupaten Mukomuko memiliki topografi yang beragam, diwilayah utara sampai

tengah merupakan konsentrasi sebagian besar penduduk Mukomuko adalah dataran

rendah yang luas dan berhadapan Iangsung dengan Samudera Hindia. Kondisi ini

menjadikan ancaman tsunami di wilayah Kabupaten Mukomuko berada dalam kategori

tinggi. Dilihat dari sejarah kejadian bencana, diketahui gempabumi diikuti tsunami

pernah terjadi tahun 1797 dan 1833 yang menimbulkan dampak besar terhadap tata

ruang dan kependudukan di wilayah pesisir barat Sumatera. Akibat dad bencana

tsunami tersebut menirnbulkan banyak kerugian balk dari segi fisik dan mated.

Berdasarkan sejarah kejadian bencana tsunami terse but, Kabupaten Mukomuko

sangat memungkinkan terjadinya bencana tsunami. Hal ini menjadikan pentingnya

kebutuhan akan perencanaan dan pelaksanaan upaya-upaya pengurangan risiko

bencana tsunami dalam rangka menghadapi ancaman tersebut salah satunya dengan

menyusun rencana jalur evakuasi bencana tsunami daerah.

Rencana jalur evakuasi bencana tsunami disusun berdasarkan Direktff Presiden untuk

Masterplan Tsunami di Indonesia dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) sebagai pemilik kegiatan dan bertujuan membantu Pemerintah Kabupaten

Mukomuko untuk penyusunan peta jalur evakuasi dalam rangka kesiapsiagaan

menghadapi ancaman tsunami. Rencana jalur evakuasi bencana tsunami merupakan

dasar untuk pengelolaan proses evakuasi masyarakat dan pernenuhan sarana

prasarana yang matang, terarah dan terpadu dalam pelaksanaan.

Penyusunan jalur evakuasi bencana tsunami di Kabupaten Mukomuko disesuaikan

dengan perencanaan-perencanaan lainnya yang ada di pemerintah pusat, provinsi dan

pemerintah kabupatenikota, khususnya terhadap perencanaan dan zonasi tata ruang

dan lingkungan hidup. Sehingga penyusunan dokumen ini merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana

Penanggulangan Bencana Kabupaten Mukomuko. Oleh karena itu, Pemerintah

Kabupaten Mukomuko perlu menyusun dokumen jalur evakuasi bencana tsunami ini

dengan waktu pelaksanaan 5 (lima) tahun kedepan (2014-2018) serta dapat ditinjau

ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan terkini di Kabupaten Mukomuko.

PT. Mitra Da erah Nusantara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos f 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 - 2018 I BNPB

1.2. Tujuan

Penyusunan Dokumen Jalur Evakuasi Tsunami Kabupaten Mukomuko tahun 2014-2018

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Pada tatanan pemerintah, basil dari pengkajian risiko bencana tsunami digunakan

untuk:

 Memudahkan pengambilan kebijakan daerah untuk peningkatan kapasitas

jalur evakuasi.

 fvlemudahkan pengendalian pengungsi pada saat terjadi evakuasi.

 Memudahkan proses mobilisasi sumberdaya dad dalam dan luar daerah.

 Menjamin efektivitas proses evakuasi masyarakat berdasarkan Sistem

Peringatan Dini Bencana Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early

Warning Syst ern/Ina- Tews).

2. Digunakan sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan maupun intervensi

teknis langsung ke komunitas terpapar untuk rnengurangi risiko bencana tsunami.

3. Digunakan sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka

kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana dan jalur evakuasi tingkat desa serta

rencana evakuasi rumah tangga.

1.3 Ruing Linkup

Rencana jalur evakuasi bencana tsunami merniliki lingkup/batasan penyusunan

sebagai berikut:

1. Perencanaan yang dilakukan khusus untuk bencana tsunami.

2. Batasan daerah perencanaan adalah wilayah administrasi Kabupaten Mukomuko

yang berpotensi terpapar bahaya tsunami.

3. Metodologi Pengkajian Risiko Bencana Tsunami yang digunakan berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana yang diadaptasi untuk tingkat

kabupatenikota dan disetujui oleh Tim Asistensi yang ditunjuk oleh BNPB.

4. fvletodologi Penyusunan Rencana Evakuasi Bencana Tsunami yang digunakan

berdasarkan persetujuan Tim Asistensi BNPB.

5. Skala peta yang digunakan minimal adalah 1.10.000.

6. Output dari kegiatan ini dalam bentuk peta dan dokumen.

PT. Nlitra Da era h Nusantara


Dokumcn Joi'urEvokuosf Benco no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 204 - 2018 I BNPB 6

7. Data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah data resmi yang diakui oleh

Pemerintah Pusat.

1.4. Landasan Kebijakan

Beberapa landasan yang digunakan dalarn kegiatan penyusunan rencana jalur

Evakuasi Kabupaten Mukomuko adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nornor 25 Tahun 2004 tentang istem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana teiah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nornor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang-Undang Nornor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

5. Undang-Undang Nornor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kea (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

6. Peraturan Pemerintah Nornor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nornor 4663);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Umsan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737);

P f ..Mitra Da era h Nus an tara


Dokumcn Evokuosf enc.') no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 204 -2018 I BNPB

8. Peraturan Pemerintah Nornor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

10. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 tahun 2010

tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;

13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nornor 3 Tahun 2012

tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana;

14. Direktif Presiden untuk Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami Di

Indonesia;

15. Pedoman Pengkajian Risiko Bencana Tsunami (Tsunami Risk Assessment[TRA);

16. Standar Nasional Indonesia SN I 7743:2011 tentang rambu evakuasi;

17. Standar Nasional Indonesia SN I 7766:2012 tentangialur Evakuasi Tsunami;


18. Pedoman Pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami, Kementerian Riset

dan Teknologi;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 08 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Mukomuko;

20. Peraturan Bupati Mukomuko Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rincian Uraian Tugas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mukonnuko.

21. Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor ...Tahun 2012 Tentang Rencana

Tata RuangWilayah Kabupaten Mukomuko Tahun 2012-2032

P f ..Mitra Daerah Nus an tara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos f 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 - 2018 I B N PB

Penger tian

Dalam penyusunan dokumen ini terdapat beberapa pengertian kata dan kelompok

yang dipahami. Pengertian tersebut adalah sebagai berikut:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan

BNPB, adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan

BPBD, adalah Badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan

penanggulangan bencana di daerah.

3. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisica, yang selanjutnya disingkat dengan

BMKG adalah instansi pemerintah yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang

meteorologi, klirnatologi dan geofisika.

4. Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis,

geologis, social, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi suatu masyarakat di

suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban

dan kerusakan.

5. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancann dan

rnengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, balk oleh

faktor alarn daniatau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

tirnbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

darnpak psikologis.

6. Cek Lapangan adalah mekanisme revisi gads maga yang dibuat pada peta

berdasarkanperhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.

7. Evakuasi adalah tindakan perpindahan, pemindahan, dan penyelamatan

masyarakat dari tempat bahaya ke tempat aman.

8. Geographic information System, yang selanjutnya disingkat dengan GIS, adalah

system untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau rnanipulasi, analisis,

dan penayangan data yang mana data tersebut secara spacial (keruangan) terkait

dengan muka bumf.

9. Indeks Penduduk Terpapar adalah nilai skala terhadap potensi penduduk terpapar

yang dikaji berdasarkan perhitungan social budaya di kawasan yang diperkirakan

terlanda bahaya.

PT. Mitre Da erah Nusantara


Dokumcn Joi'urEvokuosf Benco no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 204 - 2018 I BNPB

io. Indeks Kerugian adalah nilai skala terhadap potensi kerugian bencana yang dikaji

berdasarkan konnponen fisik, ekononni, dan Iingkungan suatu daerah yang

dihitung berdasarkan pengkajian risiko bencana.

11. Kaiian Risiko Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan KRB, adalah rnekanisme

terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap risiko bencana suatu

daerah dengan rnenganalisis tingkat bahaya, tingkat kerugian dan kapasitas daerah.

12. Kapasitas adalah penguasaan sumber daya, cara dan ketahanan yang dirniliki

pemerintah dan masyarakat yang rnernungkinkan mereka untuk rnernpersiapkan

diri, mencegah, rnenjinakkan, nnenanggulangi, mempertahankan diri serta

dengan cepat nnemulihkan diri dari akibat bencana.

13. Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan

tindakan pengurangan tingkat bahaya dan tingkat kerugian daerah akibat bencana

Lsuriami,

14, Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang

rnengarah atau nnenyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancannan

bencana.

15. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya

untuk rnenghilangkan danjatau mengurangi ancaman bencana.

16. Komando Tanggap Darurat Bencana adalah organisasi penanganan tanggap

darurat bencana yang dipimpin oleh seorang Komandan Tanggap Darurat Bencana

dan dibantu oleh Staf Konnando dan Staf Unnum, rnerniliki struktur organisasi

standar yang rnenganut satu komando dengan mata rantai dan garis komando

yang jelas dan memiliki satu kesatuan komando dalam mengkoordinasikan

instansitlernbagaiorganisasi terkait untuk pengerahan sumberdaya.

17. Korban Bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau

meninggal dunia akibat bencana.

18. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang rnernegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

19. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

P f ..Mitra Da era h Nus an tara


Dokumcn Evokuosf enc.') no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 2014 -?018 I BNPB 1 0

20, Perencanaan Evakuasi Sektoral adalah rencana pernindahan masyarakat di

beberapa wilayah zona yang saling berdekatan, dari tempat evakuasi sementara

ke tempat evakuasi akhir.

21, Perencanaan Evakuasi Zona adalah rencana pemindahan nnasyarakat di

beberapa wilayah mikrozonasi yang saling berdekatan, dari daerah berbahaya ke

tempat evakuasi sementara.

22. Peta adalah kumpulan dad titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan

oleh Iokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya.

23. Peta Genangan Tsunami adalah peta yang menggambarkan garis Batas

rnaksimurn Iandaan tsunami pada suatu daerah berdasarkan data pada tabel ref

erensi potensi ketinggian maksimum tsunami.

24. Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan tingkat risiko bencana

suatu daerah secara visual berdasarkan kajian risiko bencana suatu daerah.

25, Peta Zonasi Ketinggian adalah peta yang menggambarkan pembagian wilayah

ketinggian tsunami pada suatu daerah berdasarkan Peta Genangan Tsunami.

26. Rambu adalah alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat

lambang, huruf, angka, kalimat daniatau perpaduan di antaranya, yang digunakan

untukrnernberikan peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk bagi pemakai jalan.

27, Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, social, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu

wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,

rneredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi

dampak buruk bahaya tertentu.

28. Referensi Potensi Keiadian Tsunami adalah tabel yang berisi informasi

kernungkinan kejadian tsunami pada seluruh wilayah di Indonesia dan disusun

oleh BNPB dengan berkonsultasi dengan para ahli tsunami.

29, Referensi Potensi Ketinggian Maksimum Tsunami adalah tabel yang berisi

informasi kemungkinan ketinggian nnaksinnum tsunami pada setiap wilayah di

Indonesia dan disusun oleh BNPB dengan berkonsultasi dengan para ahli tsunami.

3o. Rencana Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disingkat dengan RPB

adalah rencana penyelenggaraan penanggulangan bencana suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu yang menjadi salah satu dasar pembangunan daerah.

31. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada

suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit,

P f .,Mitres Da era h Nus an tara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 -2018 I BNPB 11

jiwa terancam, hilangnya rasa arnan, mengungsi, kerusakan atau kehilangan

harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

32. Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana adalah suatu sistem penanganan

darurat bencana yang digunakan oleh semua instansi/lembaga dengan

menintegrasikan pernanfaatan sumberdaya manusia, peralatan dan anggaran.

33. Skala Peta adalah perbandingan jarak di pets dengan jarak sesungguhnya dengan

satuan atau teknik tertentu.

34. Selebaran adalah bentuk edaran tertulis dalam ukuran tertentu yang dimaksudkan

untukrnernberikan sesuatu maksud dan tujuan.

35. Sosialisasi adalah kegiatan berupa penjelasan secara sederhana yang ditujukan

bagi masyarakat leas terhadap suatu hash atau inforrnasi.

36. Tempat Kumpul adalah tempat aman dari bahaya tsunami, dapat berupa bangunan

yang sesuai standar lapangan terbuka sebagai tempat pertemuan masyarakat

yang melakukan evakuasi.

37. Tempat Evakuasi Akhir, yang selanjutnya disingkat dengan TEA, adalah tempat

yang bisa dijadikan sebagai tempat penarnpungan akhir bagi masyarakat saat dan

setelah terjadi tsunami.

38. Tempat Evakuasi Sementara, yang selanjutnya disingkat dengan TES, adalah tempat

yang bisa dijadikan sebagai tempat penampungan sementara bagi masyarakat saat

terjadi tsunami, sebelum menuju TEA.

39. Tingkat Bahaya adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian

tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami.

40. Tingkat Kerentanan adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat

kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona

ketinggian tertentu akibat tsunami.

41. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara tingkat kerugian daerah dengan

kapasitas daerah untuk memperkecil tingkat kerugian dan tingkat bahaya akibat

bencana tsunami.

42. Tsunami adalah gelombang pasang yang menyapu kawasan dataran pesisir pantai

yang dipicu oleh gempabumi dangkal di bawah laut, letusan gunung berapi bawah

laut, Iongsor di bawah laut, atau hantaman meteor di bawah !aut.

PT. Nlitra Da era h Nusantara


DOkLAITI en Jo fur Evcaruos 8 encano Tsunami Kobupaten Mukomuko Tahun 2014 -2018 I BNPB 12

1.6. Sejarah Kejadian dan Potensi Bencana di Kabupaten Mukomuko

Potensi bencana dilihat berdasarkan sejarah kejadian bencana dan kemungkinan

terjadinya bencana yang dilihat berdasarkan kondisi wilayah Kabupaten Mukomuko.

Namun, sejarah kejadian bencana Kabupaten Mukomuko tidak dapat diidentifikasi

berdasarkan pencatatan legal daerah ataupun pencatatan dari Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Ini dikarenakan Kabupaten Mukomuko merupakan

Kabupaten bare yang mengalami pemekaran tahun 2003 dari Kabupaten Bengkulu

Utara.

Kejadian Tsunami yang menerjang Mukomuko tahun 2007 walau tidak menimbulkan

korban jiwa dan kerugian yang cukup berarti, namun dernikian kejadian ini cukup

untuk rnemberikan gambaran bahwa wilayah Kabupaten Mukomuko sama seperti

kabupaten lain di pantai barat Sumatera memiliki potensi kejadian tsunami yang bisa

saja terjadi sewaktu-waktu dan menimbulkan korban jiwa dan ['arta benda.

1.7. Sistematika Penulisan

Penyusunan rencana jalur evakuasi tsunami ini disusun berdasarkan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

1.3. Ruang Lingkup

1.4. Landasan Kebijakan

i.5. Pengertian

1.6. Sejarah Kejadian dan Potensi Bencana

1.7. Sistematika Penulisan

BAB II. KAJIAN RISIKO BENCANAT5UNAMI

2.1. Indeks Pengkajian Risiko Bencana

2.2. Peta Risiko Bencana Tsunami

2.3. Kajian Risiko Bencana

PT. Nlitra Da era h Nusantara


Dokumcn Joi'urEvokuosf Benco no Tsuni)mf Kobuptitcn Mukomufro hun 204 -?018 I BNPB 1

BAB III. RENCANA EVAIWASI BENCANA TSUNAMI

3.1. Konsep dan Metodologi

3.2. Rencana Evakuasi Bencana Tsunami

3.3. Rencana Pen gembangan Kapasitas Evakuasi Bencana Tsunami

BAB IV. FETA JALUR EVAKUASI BENCANA TSUNAMI

4.1. Sektor A

4-2. Sektor B

4.3• Sektor C

4-4. Sektor D

4.5. Sektor E

4.6. Sektor F

4.7. Sektor G

4.8. Sektor H

4.9. Sektor

4.10. Sektori

BAB V. REKOMENDASI

5.1. Kebijakan Administratif

5.2. Kebijakan Teknis

BAB VI. PEN UTUP

DAFTAR PUSTAKA

P f ..Mitra Da era h Nus an tara

Anda mungkin juga menyukai