Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.S PADA GANGGUAN SISTEM

PENCERNAAN DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI

KEBUTUHAN TUBUH ETCAUSE MELENA DI RUANGAN KENANGA

RSUD GOETENG TAROENADIBRATA

PURBALINGGA

Disusun Oleh:

Nama: Umu Raida

Nim: 1811020215

Kelas: 3D Keperawatan S1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

2019
A. Definisi
Sistem pencernaan adalah proses perubahan bahan makanan yang kompleks
menjadi senyawa-senyawa sederhana oleh enzim dalam tubuh (Kusuma, 2006:367).
Sistem pencernaan adalah sistem yang memproses, mengubah makanan, dan
menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
(Setiadi, 2007).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu keadaan ketika
individu yang tidak NOP mengalami penurunan berat badan atau beresiko
mengalami penurunan berat badan, karena tidak adekuatnya asupan atau
metabolisme zat nutrisi untuk kebutuhan metabolik (Carpenito, 2009).
Sedangkan menurut Hidayat, (2009) yaitu keadan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja berwarna hitam seperti aspal dan
lengket, yang disebabkan karena adanya pendarahan pada saluran pencernaan bagian
atas, serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam beasal
dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam (Sylvia.A, 2005).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan (gastrointestinal) adalah saluran yang panjang bermula
dari mulut hingga anus. Organ dalam saluran pencernaan ini sudah sering dikenal
seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus.
1. Mulut
Mulut adalah pintu gerbang dari sistem pencernaan makanan, karena
menjadi pintu utama ketika makanan masuk. Mulut berfungsi untuk
mengunyah makanan menjadi lebih halus agar lebih mudah ditelan. Di
dalam mulut akan melewati 2 proses yaitu: a). Proses pencernaan kimiawi,
b). Proses pencernaan mekanik. Organ yang membantu proses pencernaan
dalam mulut seperti lidah, gigi, dan air liur yang dihasilkan oleh kelenjar
air liur.
Secara mekanik proses pencernaan dilakukan oleh gigi yang berfungsi
untuk memotong makanan menjadi lebih kecil, sedangkan pencernaan
secara kimiawi adalah proses pencernaan yang dibantu oleh enzim yang
berada pada air liur (enzim ptialin dan enzim amilase).
2. Faring
Faring atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut, dan laring
(tenggorokan). Faring berupa saluran yang terbentuk kerucut dari bahan
muskulo membranosa dengan bagian terlebar disebelah atas dan dalam
faring ini terdapat proses menelan (deglutisi) menggerakan makanan dari
faring menuju esofagus.
3. Esofagus (kerongkongan)
Kerongkongan berperan dalam mengantar makanan yang sudah ditelan
untuk memulai peroses selanjutnya dalam lambung. Gerakan
kerongkongan yang berkontraksi untuk mendorong makanan ke lambung
disebut gerakan peristaltik. Diujung kerongkongan terdapat cincin otot
(sfingter) yang mengatur jalannya makanan masuk ke lambung dan
menutup secara teratur untuk mencegah makanan kembali ke
kerongkongan.
4. Lambung
Lambung atau ventrikulus mempunyai bentuk seperti kantong yang
menggelembung dan berada pada bagian kiri perut. Lambung mempunyai
tiga fungsi utama:
a) Tempat menyimpan makanan sementara sebelum disalurkan ke
organ selanjutnya.
b) Memecah dan mengaduk makanan dengan mekanisme gerak
peristaltik.
c) Mencerna dan menghancurkan makanan dengan bantuan enzim
dalam lambung.
5. Usus halus
Usus halus berbentuk tabung tips yang panjangnya 10 meter seperti
selang yang bisa digulung, dimana permukaan bagian dalamnya penuh
dengan tonjolan dan lipatan. Bagian pertama dari usus halus adalah
duodenum (usus dua belas jari).
Ada tiga bagian utama dari usus halus yaitu duodenum (usus 12 jari),
jejunum (usus kosong), dan ileum (bagian akhir).
Usus duodenum berperan dalam proses pencernaan makanan secara
kimiawi dengan bantuan getah empedu dan getah pankreas, lalu akan
melalui usus jejunum untuk membantu proses pencernaan makanan secara
kimiawi melalui enzim-enzim yang dihasilkan dinding usus seperti
disakaridase (seperti maltase, laktase, dan sukrase), aminopeptidase,
dipeptidase, serta enterokinase.
Bagian usus halus adalah ileum yang bertugas menyerap nutrisi dan
menyerap asam empedu untuk didaur ulang.
6. Usus besar
Usus besar berbentuk seperti huruf U terbalik yang panjangnya sekitar
5-6 meter. Terdapat 3 bagian utama yaitu sekum, kolon, dan rektum.
Sekum berbentuk seperti kantong yang berfungsi menyerap nutrisi yang
tidak dapat diserap usus halus. Kolon adalah bagian terpanjang dari usus
besar berfungsi sebagai tempat cairan dan garam diserap.
Rektum adalah bagian akhir dari usus besar. Rektum terhubung
langsung ke anus sehingga berfungsi untuk tempat penyimpanan tinja
sebelum dikeluarkan oleh anus. Fungsi utama usus besar adalah
membuang air dan garam yang tidak dapat dicerna dan membentuk limbah
padatan yang dapat dikeluarkan.
7. Anus
Anus berfungsi untuk proses defekasi feses dan mengatur keluarnya
feses. Defekasi adalah proses membuang kotoran sisa pencernaan dalam
bentuk feses.
8. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulun. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu:
 Asini menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau langerhans menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat yang berfungsi melindungi duodenum
dengan cara menetralkan asam lambung.
9. Hati
Hati adalah organ terbesar di dalam badan manusia dan mempunyai
fungsi yang berhubungan dengan pencernaan. Hati mempunyai peran
penting dalam metabolisme dan memiliki fungsi sebagai penyimpanan
glikogen, sintetis protein plasma dan penetral obat.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembunuh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler mengalir darah
ke vena dan bergabung dengan vena yang lebih besar dan masuk kedalam
hati sebagai vena portal.
10. Kandung empedu
Adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Panjang
kandung empedu sekitar 5-10 cm berwarna hijau gelap, karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati
dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu ditubuh, terutama
hemoglobin (Hb), yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.

C. Etiologi
Melena terjadi bila ada pendarahan di daerah proksimal jejunum. Paling
sedikit pendarahan sebanyak 50-100 ml. Banyak darah yang keluar selama melena
sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran
makan bagian atas. Melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan
perawatan segera (Sjaifoelah Noer, dkk, 1996) etiologi dari melena:
1) Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
2) Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
3) Penyakit darah: leukemia, DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation), purpura trombositopenia, dan lain-lain.
4) Penyakit sistemik lainnya: uremik dan lain-lain.
5) Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisita,
kortikosteroid, alkoho, dan lain-lain.

Penyebab pendarahan saluran makanan bagian atas yang terbanyak dijumpai di indonesia
adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50% seluruh pendarahan saluran
makan bagian atas.

D. Patofisiologi
1) Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan
ini tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida)
dan pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan
kerja asam pepsin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dan
mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup
bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
2) Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase; a). Fase sefalik: fase yang dimulai
dengan rangsangan seperti pendengaran, bau, atau rasa makanan, b). Fase
lambung: fase lambung dilepaskan asam lambung, dilepaskan akibat dari
rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor di dinding lambung, c).
Fase usus: makanan pada usus haus menyebabkan pelepasan hormon (dinggap
sebagai gastin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi.
3) Barier mukosa lambung
Pertahanan utama lambung terhadap pencernaan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel
mukosa dan regenerasi sel epitel. Dua faktor yang menyebabkan ulkus
peptium:
a). Hipersekresi asam lambung
b). Kelemahan barier mukosa lambung
produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik:
salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alkohol dan obat anti inflamasi.
4) Sindrom zollinger-ellison
Didefinisikan melalui hipersekresi getah lambung, ulkus duodenum,
gastrinoma dan pankreas.
5) Ulkus stress
Pada ulserasi mukosa akut dari duodenum atau area lambung yang terjadi
setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress misalnya: luka
bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.

E. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) gejala terjadi akibat perubahan morfologi
dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada
etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah
dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edema.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis, secara
klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Prince, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6.
Jakarta: EGC

Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu:
Yogyakarta.

Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi 3. FKUI. Jakarta : 647
– 593.
Format Dokuentasi Asuhan Keperawatan dengan

Gangguan Sistem Pencernaan

1. Pengkajian
A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny.S
Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 17 April 1976
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2019
Sumber informasi : Pasien dan keluarga
Status perkawinan : Menikah
Tanggal pengkajian : 11 Desember 2019

B. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan utama
Pasien mengatakan lemas sejak 2 minggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 10 Desember 2019 pukul 10:30 WIB pasien masuk ke IGD RS.
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, dengan keluhan lemas sejak 2 mingu
yang lalu, merasakan mual, muntah, nyeri pada perut serta tidak nafsu makan
dengan TTV: nadi 79x/menit, TD 166/94 mmHg, RR 20x/menit, suhu 36, 4 ̊C.
Pada pukul 19:30 a.m pasien dipindahkan ke ruang inap (kenanga). Setelah
dilakukan pengkajian diperoleh data pasien dengan keluhan yang masih sama
seperti di IGD dan hasil TTV: nadi 68x/menit, TD 110/70 mmHg, RR
20x/menit, suhu 37, 6 ̊C.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sudah memiliki riwayat penyakit DM sejak 10 tahun ynag
lalu dan penyakit gastritis. Pasien sudah rutin berobat atau check up setiap
bulannya dan meminum obat untuk menurunkan kadar gula dari darah.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai keturunan riwayat penyakit dari keluarga. Penyakit
ini baru pernah dialami oleh pasien sendiri.
Genogram

Keterangan:

= Perempuan

= laki-laki

= Pasien
C. Data Pengkajian

1. Aspek Biologis
Data sujektif - Pasien mengatakan sering merasa mual dan muntah
11/12/19 - Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan susah untuk
menelan
- Keluarga pasien mengatakan pasien hanya minum satu
gelas dalam satu hari
- Pasien mengatakan jarang BAB dan BAK

Data objektif - Pasien terlihat lebih kurus dengan BB < 42 kg


11/12/19 - Pasien tidak menghabiskan makanannya, tersisa ¾ dari
porsi RS.
- Mukosa bibir kering
- Pasien terlihat pucat
- Pasien terlihat lemas
- Hb pasien 7,7

2. Aspek Fisik (aktivitas dan gerak)


Data sujektif - Pasien mengatakan lemas
11/12/19 - Pasien mengatakan pusing jika duduk atau berdiri untuk
kekamar mandi
Data objektif - Pasien terlihat hanya berbaring di tempat tidur
11/12/19 - Kekuatan otot
3 3
3 3

- TTV: suhu 37,6 ̊C, nadi 68 x/menit, RR 20 x/menit, dan


TD 110/70mmHg

3. Aspek Psikologis (nyeri, hospitalisasi, support sistem, dll)


Data subjektif - Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
11/12/19 - Pasien mengatakan takut dan khawatir akan penyakit yang
dideritanya.
- Keluarga pasien mengatakan selalu berdoa agar pasien
cepat sembuh dari penyakitnya.

Data objektif - Pasien terlihat sedikit meringis kesakitan


11/12/19 - Pasien terlihat sedikit gelisah
 P: nyeri karena peningkatan asam lambung
 Q: nyeri tumpul
 R: nyeri abdomen atas (ulu hati)
 S: skala nyeri 3 dari 1-10
 T: hilang timbul
4. Aspek Sosial (hubungan dan interaksi sosial disekitar lingkungan)
Data subjektif - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mudah
11/12/19 bersosialisasi dalam masyarakat sebelum pasien sakit
- Pasien mengatakan sejak merasakan nyeri pada abdomen
2 minggu yang lalu sudah jarang untuk keluar rumah.

Data objektif - Pasien terlihat sangat humble dengan tindakan yang


11/12/19 diberikan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
- Pasien tampak senang ketika di jenguk oleh temannya.
- Pasien terlihat tidak banyak berbicara ketika sedang
dijenguk oleh temanya.

5. Aspek spiritual
Data subjektif - Keluarga pasien mengatakan pasien beragama islam dan
11/12/19 rajin beribadah
Data objektif - Pasien terdengar mengucapkan kalimat istighfar setiap kali
11/12/19 ia merasakan sakt pada area abdomen

D. Laboratorium

No. Pemeriksaan Nilai pemeriksaan Interpretasi


Tanggal Jenis Normal Hasil hasil
1. 10/12/19 Hemoglobin 11,7 - 15,5 7,7 Abnormal
2. 10/12/19 Ureum 6 - 23 142,4 Abnormal
3. 10/12/19 Creatinine 0,5 - 1,1 12,84 Abnormal

E. Pengobatan
1. As Tranexamat 3x250 mg
2. Ramitidin 2x1 ampul (50 mg/ 2 ml)
3. Ondansentron 2x1 ampul (4 mg/ 2 ml)
4. Furosemid 2x1 ampul (10 mg/ 2 ml)
5. Sukralfat 3x2 cth
6. Curcuma 2x1 tab
7. Asam fulat 3x1 tab
8. Keterolak 3x1 tab

F. Hasil pemeriksaan diagnostik


1. USG Abdomen Doppler
Tanggal USG 11 Desember 2019
Hasil:
- Hepar: bentuk, ukuran, echoparenkim normal, tak tampak nodul, V.
Porta V. Hepatica baik, IHBD, EHBD baik.
- Lien: bentuk, ukuran, echoparenkim normal, tak tampak nodul.
- VF: sonolusen dbn, tak tampak batu
- Pancreas: bentuk, ukuran, echoparenkim normal.
- Ren kanan: axis 87,1 mm, echoparenkim meningkat, kurang homogen,
tampak batu, multiple, ukuran terbesar 6,6 mm, SPC tak melebar, pada
CDFI flow tampak berkurang.
- Ren kiri: axis 87,7 mm, echoparenkim meningkat, kurang homogen,
tampak batu, multiple, ukuran terbesar 6,6 mm, SPC tak melebar, pada
CDFI flow tampak berkurang.
- VU: dinding menebal, kurang rata, tak tampak batu.
- Uterus: bentuk, ukuran, echoparenkim normal.
- Adneksa: tak tampak massa/ kista.
Kesimpulan:
1. Chronic renal disease bilateral derajat sedang-berat.
2. Nephrolithiasis bilateral, multiple, batu dan ren dextra, ukuran
terbesar 6,6 mm, batu di ren sinistra, ukuran terbesar 6,6 mm.
3. Cystitis.
4. Hepar, lien, VF, panoreas, uterus, baik.

G. Analisa Data
Data subjektif dan objektif Problem Etiologi
DS: - Pasien mengatakan
sering merasakan mual
dan muntah
- Pasien mengatakan Ketidakseimbangan Asupan diet
tidak nafsu makan nutrisi kurang dari kurang
- Keluarga pasien kebutuhan tubuh
mengatakan pasien
hanya minum satu
gelas dalam satu hari
DO:- Berat badan pasien < 42
kg
- Pasien terlihat pucat
dan lemas.
- Porsi makan tersisa ¾
dari porsi RS.
- Mukosa bibir kering
- Pasien terlihat pucat
- Pasien terlihat lemas
- Hb pasien 7,7
DS:- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan
nyeri pada ulu hati Intoleransi aktifitas Kelemahan
DO:- Pasien hanya berbaring
ditempat tidur
- Pasien terlihat sedikit
meringis kesakitan
- Hb pasien 7,7
- TD: 110/70mmHg
- Kekuatan otot
3 3
3 3

1. Diagnosa keperawatan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/penurunan kadar Hb

2. Perencanaan (Intervensi)
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/penurunan kadar Hb
Dx Analisa data Tujuan (NOC/SMART) Tindakan (NIC/ONEC)
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi alergi atau
kebutuhan tubuh b/d diharapkan asupan makanan dan intoleransi makanan
asupan diet kurang cairanan pada pasien terpenuhi yang dimiliki pasien
dengan kriteria hasil: - Monitor kalori dan
DS: - Pasien mengatakan Indikator A T asupan makanan
sering merasakan Asupan makan secara 2 4 - Monitor cairan yang
mual dan muntah oral masuk ke dalam
- Pasien (DS: pasien tubuh
mengatakan tidak mengatakan tidak - Atur diet yang
nafsu makan nafsu makan. diperlukan
- Keluarga pasien DO: berat badan - Anjurkan pasien yang
mengatakan pasien < 42 kg, Porsi terkait dengan
pasien hanya makan tersisa ¾ dari kebutuhan diet untuk
minum satu gelas porsi RS, pasien kondisi sakit
dalam satu hari terlihat pucat dan - Berikan arahan bila
DO:- Berat badan pasien lemas.) diperlukan
< 42 kg Asupan cairan secara 2 4
- Pasien terlihat oral
pucat dan lemas. (DS: Keluarga pasien
- Porsi makan mengatakan pasien
tersisa ¾ dari hanya minum satu
porsi RS gelas dalam satu hari
- Mukosa bibir DO: mukosa bibir
kering kering)
- Pasien terlihat
pucat
- Pasien terlihat
lemas
- Hb pasien 7,7
2. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Pertimbangkan
kelemahan/penurunan diharapkan kebugaran fisik pada kemampuan klien
kadar Hb pasien terpenuhi dengan kriteria dalam berpartisipasi
DS:- Pasien mengatakan hasil: melalui aktivitas
lemas spesifik
- Pasien Indikator A T - Bantu klien untuk
mengatakan nyeri Kekuatan otot 2 4 memilih aktivitas dan
pada ulu hati (DS: pencapaian tujuan
DO:- Pasien hanya Pasien mengatakan melalui aktivitas yang
berbaring ditempat lemas konsisten dengan
tidur DO: Kekuatan otot) kemampuan fisik,
- Pasien terlihat 3 3 fisiologi dan sosial
sedikit meringis 3 3 - Bantu klien untuk
kesakitan tetap fokus pada
- Hb pasien 7,7 Kinerja aktivitas fisik 2 4 kekuatan (yang
- TD 110/70mmHg (DO: Pasien hanya dimilikinya)
- Kekuatan otot berbaring ditempat dibandingkan dengan
3 3 tidur) kelemahannya.
3 3 Tekanan darah 2 4 - Identifikasi strategi
(DO: untuk meningkatkan
TD 110/70mmHg) partisipasi terkait
dengan aktivitas yang
diinginkan
- Bantu klien dan
keluarga memantau
perkembangan klien
terhadap pencapaian
tujuan.

3. Implementasi
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/penurunan kadar Hb
dx Tgl/waktu Implementasi Respon Paraf
1. Rabu,11/12/19 - mengkaji data - DS: Pasien mengatakan sering
(13.30) pasien merasakan mual, muntah dan
(15:30) - melakukan TTV tidak nafsu makan.
- memberikan DO: Berat badan pasien < 42 kg,
(17:30) cairan infus NaCl Pasien terlihat pucat dan lemas,
(20:00) - memberikan Porsi makan tersisa ¾ dari
nutrisi porsi RS
- memberikan obat - TTV: suhu 37,6 ̊C, nadi 68
injeksi x/menit, RR 20 x/menit, dan TD
110/70mmHg
- Tetesan infus 20x/menit
- Pemberian makanan secara oral
- Pemberian obat injeksi
tranexamic Acid (500mg/5ml),
ondansetron HCL (4mg/2ml),
Ramitidine HCL (50mg/2ml)

Kamis, 12/12/19 - Memberikan - Pasien merespon dengan baik


edukasi dalam saat diberikan edukasi tentang
(10:00) makanan yang nutrisi yang harus dipenuhi
harus dikonsumsi - Pemberian obat injeksi
klien Ondansetron HCL (4mg/2ml)
(08:00) - Memberikan obat Ramitidine/omz (furosemid) 2ml
injeksi dan oral - Pemberian obat oral
(09:00) - Memberikan Aminoral 1 tab
nutrisi tambahan Anemolat 1 tab
Bicnat 1 tab
- Pemberian nutrisi tambahan
(makanan ringan)
Jumat, 13/12/19 - Mengganti infus - Tetesan infus 20x/menit
(10:00)
(12:00) - Memberikan - Pemberian makanan oral untuk
nutrisi makan siang
(13:00) - Memonitor - Pasien sudah mau makan
intake makanan banyak, tersisa ¼ dari porsi RS
(13:30) - Memberikan - Sudah bisa minum air putih 2
arahan makanan gelas atau setara (1000 ml)
yang bergizi - Memberikan arahan kepada
klien untuk banyak memakan
makanan yang berserat dan
memakan makanan dengan
teratur.
2 Rabu, 11/12/19 - mengkaji data DS:- Pasien mengatakan lemas
(13:30) pasien - Pasien mengatakan nyeri
(15:30) - melakukan TTV pada ulu hati
- memberikan DO:- Pasien hanya berbaring
cairan infus NaCl ditempat tidur
- Pasien terlihat sedikit
meringis kesakitan
- Hb pasien 7,7
- TTV: suhu 37,6 ̊C, nadi 68
x/menit, RR 20 x/menit, dan TD
110/70mmHg
- Tetesan infus 20x/menit
Kamis,12/12/19 - TTV - TTV: TD 150/90
(11:00) - Melakukan Nadi 66x/menit
(10:00) pemeriksaan Suhu 36 ̊C
fisik - DS: pasien mengatakan masih
(09:00) - ROM lemas tapi sudah sedikit
berkurang
DO: pasien terlihat sudah sedikit
membaik
- Pasien terlihat masih lemas saat
dilakukan ROM
Jumat,13/12/19 - Melakuan - Pasien sudah merasa baikan
(09:00) pengkajian hari Nyeri yang diderita sudah
terakhir berkurang
(11:00) - TTV Pasien sudah bisa untuk berdiri,
(13:00) - Memberikan walaupun masih dibantu oleh
dukungan keklien keluarga.
- TTV: TD 160/110
Nadi 80x/menit
Suhu 37 ̊C
- Memberikan semangat atau
motifasi kepada pasien agar
lebih semangat dalam
melakukan pengobatan, dan
memberikan pengarahan kepada
pasien agar istirahat dengan baik

4. Evaluasi
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang
2). Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/penurunan kadar Hb
Dx Tgl/waktu Data dari analisa data Catatan perkembangan (SOAP) Paraf
1. Rabu, 11/12/19 DS: - Pasien mengatakan Awal (1x24 jam)
(21:00) sering merasakan S: pasien mengatakan masih
mual dan muntah mual, muntah dan tidak nafsu
- Pasien mengatakan makan
tidak nafsu makan O: pasien masih terlihat sering
- Keluarga pasien muntah ketika akan makan
mengatakan pasien A: masalah ketidakseimbangan
hanya minum satu nutrisi belum teratasi
gelas dalam satu C: memberian edukasi dan
hari semangat kepada pasien
DO:- Berat badan pasien < Indikator A T Akhir
42 kg Asupan 2 4 2
- Pasien terlihat makan secara
pucat dan lemas. oral
- Porsi makan (DS: pasien
tersisa ¾ dari porsi mengatakan
RS tidak nafsu
- Mukosa bibir makan.
kering DO: berat
- Pasien terlihat badan pasien
pucat < 42 kg,
- Pasien terlihat Porsi makan
lemas tersisa ¾ dari
- Hb pasien 7,7 porsi RS,
pasien
terlihat pucat
dan lemas.)
Asupan 2 4 2
cairan secara
oral
(DS:
Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
minum satu
gelas dalam
satu hari
DO: mukosa
bibir kering)

Kamis,12/12/19 DS: Pasien mengatakan (2x24 jam)


(13:00) masih mual tetapi sudah S: Pasien mengatakan masih
tidak muntah. mual tetapi sudah tidak muntah.
DO: O: porsi makan tersisa ½ dari
- porsi makan tersisa ½ porsi RS
dari porsi RS A: masalah ketidakseimbangan
- mukosa bibir sudah tidak nutrisi teratasi sebagian
kering P: lanjutkan intervensi
- pasien terlihat lemas Indikator A T Akhir
Asupan 2 4 3
makan secara
oral
(DS: pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan.
DO: berat
badan pasien
< 42 kg,
Porsi makan
tersisa ¾ dari
porsi RS,
pasien
terlihat pucat
dan lemas.)
Asupan 2 4 3
cairan secara
oral
(DS:
Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
minum satu
gelas dalam
satu hari
DO: mukosa
bibir kering)
Jum’at, DS: S: - pasien sudah merasa sedikit
13/12/19 - pasien sudah merasa reda rasa mualnya.
(13:30) sedikit reda rasa - Keluarga pasien mengatakan
mualnya. pasien sudah mau minum air
- Keluarga pasien putih (1000ml/hari)
mengatakan pasien O: - Porsi makan tersisa ¼ dari
sudah mau minum air porsi RS
putih (1000ml/hari) - Pasien sudah terlihat
DO: sedikt bertenaga
- Porsi makan tersisa ¼ - A: Intervensi teratasi 80%
dari porsi RS P: pemberian edukasi untuk
- Pasien sudah terlihat menjaga pola makan yang baik
sedikt bertenaga Indikator A T Akhir
- Bibir klien sudah tidak Asupan 2 4 4
pucat makan secara
oral
(DS: pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan.
DO: berat
badan pasien
< 42 kg,
Porsi makan
tersisa ¾ dari
porsi RS,
pasien
terlihat pucat
dan lemas.)
Asupan 2 4 4
cairan secara
oral
(DS:
Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
minum satu
gelas dalam
satu hari
DO: mukosa
bibir kering)

Dx Tgl/waktu Data dari analisa data Catatan perkembangan (SOAP) Paraf


2 Rabu, DS – Pasien mengatakan Awal (1x24 jam)
11/12/19 lemas S: Pasien mengatakan lemas
(14:30) - Pasien O: Pasien hanya berbaring
mengatakan nyeri ditempat tidur
pada ulu hati A: masalah intoleransi aktivitas
DO:- Pasien hanya masih belum teratasi
berbaring ditempat P: memberikan support dan
tidur edukasi kepada klien
- Pasien terlihat
sedikit meringis Indikator A T Akhir
kesakitan Kekuatan otot 2 4 2
- Hb pasien 7,7 (DS:
- TD 110/70mmHg Pasien
- Kekuatan otot mengatakan
3 3 lemas
3 3 DO: Kekuatan
otot)
3 3
3 3

Kinerja 2 4 2
aktivitas fisik
(DO: Pasien
hanya
berbaring
ditempat
tidur)
Tekanan 2 4 2
darah
(DO:
TD
110/70mmHg)
Kamis, DS: pasien mengatakan (2x24 jam)
12/12/19 masih lemas tapi sedikit S: pasien mengatakan masih lemas
(13:00) berkurang tapi sedikit berkurang
DO: pasien sudah bisa O: pasien sudah bisa duduk dan
duduk dan merasakan merasakan sedikit pusing
sedikit pusing A: masalah sedikit teratasi
TTV: Nadi 66x/menit, P: memberikan dukungan yang
TD 140/90 mmHg, lebih dari keluarga
Suhu 36 ̊C
Indikator A T Akhir
Kekuatan otot 2 4 3
(DS:
Pasien
mengatakan
lemas
DO: Kekuatan
otot)
3 3
3 3

Kinerja aktivitas 2 4 3
fisik
(DO: Pasien
hanya berbaring
ditempat tidur)
Tekanan darah 2 4 3
(DO:
TD
110/70mmHg)
Jumat, DS:pasien mengatakan (3x24 jam)
13/12/19 sudah agak baikan S: pasien mengatakan sudah agak
(13:30) walaupun masih sedikit baikan walaupun masih sedikit
sulit untuk beraktivitas, sulit untuk beraktivitas, kareana
kareana masih merasakan masih merasakan lemas
lemas O: pasien sudah bisa pergi
DO: pasien sudah bisa kekamar mandi dan duduk, dengan
pergi kekamar mandi dan merasakan sedikt pusing
duduk, dengan Pasien masih terlihat sedikit lemas
merasakan sedikt pusing A: intervensi teratasi beberapa
Pasien masih terlihat P: memberikan edukasi terakhir
sedikit lemas setelah selesai melakukan
TD: 180/90 mmHg pengkajian

Indikator A T Akhir
Kekuatan otot 2 4 4
(DS:
Pasien
mengatakan
lemas
DO: Kekuatan
otot)
3 3
3 3

Kinerja aktivitas 2 4 4
fisik
(DO: Pasien
hanya berbaring
ditempat tidur)
Tekanan darah 2 4 4
(DO:
TD
110/70mmHg)

Anda mungkin juga menyukai