Anda di halaman 1dari 10

EKOSISTEM ESTUARI

Anas Zulhanafi
17/412902/PN/15224
Teknologi Hasil Perikanan

INTISARI

Praktikum ekosistem estuari dilakukan untuk mengetahui karakteristik ekosistem berdasarkan


parameter-parameter yang ada. Tujuan dari praktikum ekosistem estuari adalah untuk
mengetahui karakteristik ekosistem estuari dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari
korelasi antara beberapa parameter lingkungan dengan populasi biota estuari, serta
mempelajari kualitas perairan estuari berdasarkan indeks diversitas plankton. Metode yang
dilakukan adalah metode winkler dan alkalimetri. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 18 Maret 2018 di muara sungai pantai Baros, Bantul, Yogyakarta. Pada saat
pengamatan dibagi menjadi 6 stasiun dengan 2 kloter. Untuk setiap pengamatan dilakukan
pengambilan parameter fisik (suhu air,suhu udara, kecerahan, TSS (Total Suspended Solid),
dan pH), parameter kimia (DO, CO2 bebas, Alkalinitas, 𝐵𝑂𝐷0 , 𝐵𝑂𝐷5 , salinitas, dan bahan
organik) dan parameter biologi (Densitas Plankton dan Diversitas Plankton). Dengan
mengetahui hasil data dari berbagai parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
perairan estuari terbaik berada pada stasiun 6 karena mempunyai diversitas plankton yang
tinggi.
Kata kunci : Diversitas, Estuari, Kualitas, Parameter, Populasi,

PENDAHULUAN
Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungaidan
masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran antara air
tawar dan air laut (Dahuri, 2004; Efrieldi, 1999). Atau merupakan daerah pertemuan massa air
asin dan air tawar, yang secara periodik berubah-ubah karenaadanya percampuran.
Percampuran ini menyebabkan zona lingkungan dikawasan muara sungai sangat labil.
Walaupun demikian kawasan ini merupakan daerah yang sangat produktif karena input nutrient
dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai (Thoha,2007).
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber
zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation),
penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk
bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies
ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat
pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan
dan kawasan industri (Begen, 2004).
Salah satu tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui kualitas air. untuk menentukan
kualitas air dapat dilihat dari beberapa parameter (parameter fisik, parameter kimia, dan
parameter biologi). Hefni Effendi (2003) menyebutkkan bahwa parameter yang dapat
digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi :
1. Parameter fisika: cahaya, kecrahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total,
padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas.
2. Parameter kimia: pH dan asiditas, ptensi redoks, oksigen terlarut, karbondioksida bebas,
alkalinitas, kesadahan dan bahan organik.
Tujuan dari praktikum ekosistem estuari adalah untuk mengetahui karakteristik
ekosistem estuari dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari korelasi antara beberapa
parameter lingkungan dengan populasi biota estuari, serta mempelajari kualitas perairan estuari
berdasarkan indeks diversitas plankton.

METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 18 Maret 2018 di muara sungai pantai
Baros, Bantul, Yogyakarta. Pada saat pengamatan dibagi menjadi 6 stasiun dengan 2 kloter.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : botol oksigen, kertas alumunium foil,
pipet ukur, pipet kempot, pipet tetes, gelas ukur, erlenmeyer, kertas label, botol cuka, sacchi
disk, ember, pH meter, mikroskop, plankton net, dan termometer. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini antara lain : air sampel, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan H2SO4
pekat, larutan 1/80N Na2S2O3, larutan KOH.KI, larutan 1/40N Na2S2O3, larutan 1/44 NaOH,
larutan 1/50 H2SO4, larutan indicator amilum, larutan indicator PP (phenolphthalein), larutan
indikator Methyl Orange (MO), larutan Indikator Bromcresol Green / Methyl Red (BCG/MR),
larutan 4% formalin, 4 N H2SO4, 0,1 N kalium permanganat, dan 0,1 N amonium oksalat.
Metode yang digunakan untuk menentukan O2 terlarut adalah metode winkler,
sedangkan untuk kandungan CO2 dan alkalinitas digunakan metode alkalimetri. Rumus yang
digunakan adalah DO= 1000/50 x a x (F) x 0,1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan
a=banyaknya titran yang digunakan, CO2 bebas=1000/50 x b x (F) x1 mg/L dimana F=Faktor
koreksi=1 dan b=banyaknya titran yang digunakan, Alkalinitas = 1000/50 x c x (f) mg/L
dimana c= volume titran dan f=faktor koreksi= 1, 𝐵𝑂𝐷5 = 1000/vol sampel x (B – A) x 0,1
mg/l dengan A = hasil analisis kandungan O2 terlarut segera, B = hasil analisis kandungan O2
terlarut 5 hari, BO = 1000/50 x [{(10 + a) x f} – 10] x 0,3163 mg/l dengan a = volume titran
dan f = faktor koreksi kalium permanganat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Pengamatan Ekosistem Estuari Kloter 1 & Kloter 2
Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
Suhu Udara (oC) 30.875 29.25 30.75 29.5 28.75 28.125
o
Suhu Air ( C) 30 29.25 28.5 31.75 28 27.875
Kecerahan (cm) 9.25 13.45 8.125 14.825 10.4375 8.906
TSS (mg/L) 452 354 266 420 466 907
Salinitas (ppt) 0 0 0 0 0 0
pH 7.1 7.2 7 6.9 7.1 7.4
DO (ppm) 6.11 3.05 7.15 4.7 6.55 4.775
CO2 bebas (ppm) 9.85 23.15 9.05 9.4 15.1 29.575
Alkalinitas (ppm) 118 103 62.5 128 102.5 117.5
BOD0 (mg/L) 8.45 7.05 3.7 6.75 8.66 7.975
BOD5 (mg/L) 0.8 1.6 0.6 0.65 1 0.95
BOD (mg/L) 7.65 5.45 3.1 6.1 7.66 7.025
Bahan Organik 238.837 262.837 246.837 236.837 226.74 228.837
Densitas Plankton (idv/L) 1687 3615 2892 2651 3374 3856
Diversitas Plankton 0.356 0.256 0.297 0.274 0.361 0.732

Pada praktikum estuari ini, didapatkan hasil untuk setiap atasiun sesuai dengan tabel
hasil pengamatan diatas. Suhu udara tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan nilai 30,875. Suhu
air tertinggi didapat pada stasiun 4 dengan nilai 31,75. Nilai Intensitas cahaya tertinggi didapat
pada stasiun 4 dengan nilai 14,825. TSS tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 907.
Untuk nilai salinitas pada semua stasiun didapat nilai yang sama yaitu 0. Kandungan pH
tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 7,4. DO tertinggi didapat pada stasiun 3 dengan
nilai 7,15. Kandungan CO2 bebas tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 29,575.
Alkalinitas tertinggi didapat pada stasiun 4 dengan nilai 128. Nilai BOD0 tertinggi didapat
pada stasiun 5 dengan nilai 8,66. Nilai BOD5 tertinggi didapat pada stasiun 2 dengan nilai 1,6.
Nilai BOD tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan nilai 7,66. Nilai bahan organik tertinggi
didapat pada stasiun 2 dengan nilai 262,837. Densitas plankton tertinggi didapat pada stasiun
6 dengan nilai 3856. Diversitas plankton tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 0,732.

Suhu (oC)
33
31.75
32
30.875 30.75
31
30
30 29.5
29.25
Suhu (OC)

28.75
29 28.5 Suhu Udara
28 28.125
27.875
Suhu Air
28

27

26

25
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Suhu udara tertinggi didapat pada stasiun 1 dengan nilai 30,875. Suhu air tertinggi
didapat pada stasiun 4 dengan nilai 31,75. Dan untuk nilai terendah didapat pada stasiun 6.
Menurut Shyham (2010), semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur udara di
tempat tersebut semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat.
temparatur udara akan semakin tinggi. Menurut teori tersebut dapat disimpulkan bahwa stasiun
6 memiliki tempat lebih tinggi dibanding stasiun lainnya. Namun nilai suhu tertinggi yang
didapat tidak sesuai dengan teori tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena di stasiun tempat
melakukan percobaan terdapat pohon atau benda lainnya yang menghalangi sinar matahari
sehingga suhu yang didapat berbeda.
Kecerahan (cm)
16 14.825
13.45
14

12 10.4375
Kecerahan (cm)

9.25 8.906
10
8.125
8

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Kecerahan perairan berhubungan erat dengan jumlah intensitas matahariyang masuk ke


suatu perairan. Cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis pada tumbuhan, dan beberapa
jenis hewan memerlukan cahaya dalam mencarimakan. Penetrasi cahaya pada suatu perairan
dipengaruhi oleh kelimpahan dankomposisi plankton, turbidity dan tingkat pencemaran di
perairan tersebut. Nilai Intensitas cahaya tertinggi didapat pada stasiun 4 dengan nilai 14,825
dan nilai terendah didapat pada stasiun 3 dengan nilai 8,125. Menurut hasil yang didapat, dapat
disimpulkan bahwa kandungan nutrisi serta kelimpahan mikroorganisme pada stasiun 4 lebih
tinggi dibanding stasiun lainnya. namun tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan
yang dilakukan praktikan saat melakukan penelitian sehingga didapatkan hasil tersebut.

TSS (mg/L)
1000 907
900
800
700
TSS (mg/L)

600
452 466
500 420
354
400
266
300
200
100
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

TSS tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 907 dan nilai terendah didapat pada
stasiun 3 dengan nilai 266. TSS adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi
untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan
visibilitas di perairan. Sesuai dengan keterangan di atas, stasiun dengan air paling keruh adalah
stasiun 6 karena memiliki nilai TSS yang paling tinggi.

Salinitas (ppt)
1
0.9
0.8
0.7
Salinitas (ppt)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 0 0 0 0 0 0
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Salinitas air pada semua stasiun didapatkan nilai yang sama yaitu 0. Salinitas
merupakan konsentrasi rata-rata garam yang terkandung dalam air (Hutabarat : 2006). Menurut
keterangan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa pada semua stasiun penelitian tidak terdapat
kandungan garam.

pH
8 7.2 7.4
7.1 7 6.9 7.1
7

5
pH

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

pH tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 7,4 dan terendah pada stasiun 4 dengan
nilai 6,9. Secara alamiah pH perairan di pengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan
senyawa yang bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil
karbondioksida dariair selama proses fostosintesis sehingga ph air meningkat pada siang hari
dan menurun pada malam hari. Dalam suatu perairan ph optimum yang dibutuhkan ikan
berkisar 6,5-8,5(6,0-9,0 masih dapat ditolerir) (Robert,1978). Menurut keterangan tersebut
pada semua stasiun penelitian masih dapat dihuni oleh ikan maupun mikroorganisme karena
pH setiap stasiun tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
DO (ppm)
8
7.15
7 6.55
6.11
6
4.7 4.775
5
DO (ppm)

4
3.05
3

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

DO tertinggi didapat pada stasiun 3 dengan nilai 7,15 dan terendah pada stasiun 2
dengan nilai 3,05. Menurut Jeffries et al(1996), semakin besar suhu dan ketinggian serta
semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Suhu memiliki hubungan
erat dengan kandungan oksigen terlarut. Semakin tinggi suhu perairan maka semakin rendah
kadar DO-nya, begitupun sebaliknya semakin rendah suhu maka kadar DO akan semakin
tinggi.

CO2 bebas (ppm)


35
29.575
30

25 23.15
CO2 bebas (ppm)

20
15.1
15
9.85 9.05 9.4
10

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Kandungan CO2 bebas tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 29,575 dan
terendah didapat pada stasiun 3 dengan nilai 9,05. Semakin banyak organisme yang menghuni
suatu perairan maka kandungan CO2 bebas akan semakin besar dikarenakan hasil respirasi dari
organisme tersebut. Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu menyebabkan terjadinya
peningkatan dekomposisi bahan organik sehingga kadar CO2 pun semakin meningkat.
Menurut keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pada stasiun 6 dihuni oleh banyak
organisme sehingga memiliki nilai CO2 bebas tertinggi.
Alkalinitas (ppm)
140 128
118 117.5
120
103 102.5
100
Alkalinitas (ppm)

80
62.5
60

40

20

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Alkalinitas tertinggi didapat pada stasiun 4 dengan nilai 128 dan yang terendah didapat
pada stasiun 3 dengan nilai 62,5. Alkalinitas merupakan konsentrasi dari unsur basa yang
bersifat penyangga. Menurut SITH (2009), nilai alkalinitas berada pada kisaran normal antara
80-120 ppm. Nilai alkalinitas berbanding lurus dengan nilai pH yang berada pada kisaran 6,8
karena sifat basa pada alkalinitas menyebabkan tingginya nilai pH dan bila nilai alkalinitas
rendah, maka nilai pH juga rendah.

BOD (mg/L)
9
7.65 7.66
8
7.025
7 6.1
6 5.45
BOD (mg/L)

5
4 3.1
3
2
1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Nilai BOD tertinggi didapat pada stasiun 5 dengan nilai 7,66 dan yang terendah didapat
pada stasiun 3 dengan nilai 3,1. BOD merupakan parameter kimia yang menunjukkan
banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh mikroba aerob dalam proses respirasi untuk
menguraikan bahan organik. BOD menggambarkan jumlah bahan organik yang dapat
diuraikan secara biologi dan merupakan indikator dari jumlah oksigen terlarut yang digunakan
oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan pencemar organik. BOD dalam suatu perairan
dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya pencemaran. Sesuai dengan keterangan diatas
dapat disimpulkan bahwa pada stasiun 5 terjadi pencemaran karena memiliki nilai BOD yang
tinggi.
Bahan Organik
300
262.837
238.837 246.837
236.837 228.837
250 226.74

200
Bahan Organik

150

100

50

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Nilai bahan organik tertinggi didapat pada stasiun 2 dengan nilai 262,837 dan yang
terendah terdapat pada stasiun 5 dengan nilai 226,74. Bahan organik adalah kumpulan beragam
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi,
baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi
dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya
(Madjid, 2008).

Densitas Plankton (idv/L)


4500
3856
4000 3615
3374
Densitas Plankton (idv/L)

3500
2892
3000 2651
2500
2000 1687

1500
1000
500
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Densitas plankton tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 3856 dan yang terendah
terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 1687. Faktor sinar matahari menjadi faktor yang penting
karena dengan sinar matahari fitoplankton yang berada pada perairan tersebut dapat melakukan
fotosintesis(Prawiro, 1988). Sesuai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Plankton
membutuhkan cahaya matahari untuk kelangsungan hidupnya dan dapat dilihat bahwa pada
stasiun 1 mendapat densitas plankton terendah. Hal ini disebabkan karena intensitas cahaya
pada stasiun 1 rendah, sedangkan pada stasiun 6 densitas planktonnya tinggi karena intensitas
cahayanya tinggi.
Diversitas Plankton
0.8 0.732

0.7

0.6
Diversitas Plankton

0.5

0.4 0.356 0.361


0.297 0.274
0.3 0.256

0.2

0.1

0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6

Diversitas plankton tertinggi didapat pada stasiun 6 dengan nilai 0,732 dan terendah
pada stasiun 2 dengan nilai 0,256. Karena stasiun 6 memiliki densitas plankton yang tinggi
maka stasiun 6 juga memiliki nilai diversitas yang tinggi pula.
Nilai diversitas yang tinggi ini disebabkan karena parameter fisika dan kimia pada
stasiun 6 tergolong baik. Hal ini membuktikan bahwa jika nilai parameter fisika dan kimia
suatu perairan bagus, maka parameter biologi perairan tersebut juga bagus.

KESIMPULAN
 Faktor pembatas pada ekosistem estuari ini adalah air
 Semakin baik nilai parameter fisika dan kimia suatu perairan, maka semakin tinggi
populasi yang menghuni perairan tersebut
 Semakin tinggi diversitas plankton, semakin bagus kualitas air.
 Manfaat praktikum ini untuk prodi THP yaitu untuk mengetahui karakteristik air yang
baik sehingga dapat memilih bahan untuk produk olahan yang baik pula.
 Manfaat praktikum ini untuk prodi BDP yaitu dapat mengetahui kualitas air yang baik
dan tepat untuk ikan.
 Manfaat praktikum ini untuk prodi MSP yaitu dapat mempelajari karakteristik air untuk
memajukan masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Dahuri Rokhmin, dkk. 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut. Jakarta : PT. Pradnya
Paramita.

Effendi,H. 2003. Telah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta

Jeffries, D.S, Wales D.L. 1996. Fresh Water Ecology, Principles and Applications. JohnWiley
and Sons, Chichester, UK.

Robert, 1978. Fish Pathology. Bailliere Tindall.London.


Begen, D. G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Lautserta
PrinsipPengelolaannya. PK-SPL. IPB, Bogor.

SITH. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai