Anda di halaman 1dari 10

EKOSISTEM SUNGAI

Ilham Permadi
17/412907/PN/15229
Teknologi Hasil Perikanan

INTISARI

Keanekaragaman organisme yang terdapat pada ekosistem sungai dapat menjadi indikator
pencemaran dari ekosistem sungai. Tujuan dari praktikum ekosistem sungai adalah untuk
mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya. Lalu untuk
mempelajari cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika, kimia, dan biologi suatu
perairan, mempelajari korelasi antara parlementer lingkungan dengan kehidupan biodata
perairan dan mempelajari kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas biodata perairan.
Pengamatan dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2018 di sungai Tambak Bayan.
Pengamatan dilakukan secara langsung dengan pengambilan sampel untuk dianalisis
kandungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Nilai parameter yang diperoleh, dianalisis
hingga dapat ditentukan kualitas dari suatu perairan berdasarkan korelasinya dengan biodata
perairan. Ekosistem sungai Tambak Bayan masih tergolong baik karena belum terlalu
tercemar. sehingga untuk menjaganya diperlukan pengelolaan yang baik agar tetap dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga perannya tetap terjaga.
Kata kunci : densitas , diversitas , parameter , plankton , sungai

PENDAHULUAN
Meskipun di permukaan bumi ini habitat air tawar relatif kecil apabila
dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, habitat air tawar juga memiliki peran yang
tidak kalah penting dibandingkan dengan habitat-habitat lainnya di permukaan bumi, sebab
ekosistem air tawar menyediakan sumber-sumber yang mudah didapat dan murah untuk
keperluan rumah tangga dan industri. Salah satu yang terpenting diantaranya adalah sebagai
penyedia air tawar. Akan tetapi, sungai sebagai salah satu ekosistem air tawar kini perannya
sudah mulai bergeser. Bergesernya fungsi sungai tersebut timbul karena adanya tingkat
pencemaran yang tinggi pada ekosistem sungai akibat adanya limbah baik limbah produksi
maupun rumah tangga. Kualitas dari sungai itu sendiri sangat ditentukan oleh faktor-faktor
pembatasnya seperti suhu, pH, alkalinitas, CO2 , DO, kecepatan arus, densitas plankton, dan
diversitas plankton. Karena pergeseran peran dari ekosistem sungai tersebut, maka dirasa
perlu untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tingkat kualitas dari suatu perairan tawar
khususnya ekosistem sungai melalui praktikum ekologi perairan tentang ekosistem sungai.
Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari berbagai
spesies makhluk hidup yang saling berinteraksi, termasuk di dalamnya komponen biotik dan
abiotik (Asdak,2002). Sungai adalah ekosistem air tawar yang bergerak atau berarus (lotik)
yang memberikan pengaruh besar terhadap berbagai organisme yang ada di dalamnya
(Ambarwati,2009). Sungai memiliki ciri khas yang sedikit berbeda dengan ekosistem air
tawar lainya. Arus sungai yang cukup deras mengakibatkan O2 yang terlarut menjadi tinggi
(Odum, 1993). Air sungai yang mengalir membuat plankton tidak bisa berdiam dan akan
terbawa arus sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat, sehingga
dapat mendukung rantai makanan. Faktor-faktor ataupun fenomena yang terjadi di sungai
sehingga mempengaruhi kehidupan flora dan fauna yaitu, kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi (Effendi, 2003). Berdasarkan analisa kandungan unsur-unsur kimia pada
indikator biologi maupun fisik dapat dijadikan petunjuk ada tidaknya perubahan lingkunagn
dari keadaan seimbangnya (Marsono,2004). Perubahan dari keadaan seimbang itulah yang
dapat dijadikan parameter kualitas suatu perairan tercemar atau tidak.
Adapun praktikum ekologi perairan mengenai ekosistem sungai ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor
pembatasnya. Lalu untuk mempelajari cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika,
kimia, dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara parlementer lingkungan
dengan kehidupan biodata perairan dan mempelajari kualitas perairan berdasarkan indeks
diversitas biodata perairan.

METODOLOGI
Praktikum Ekologi Perairan acara dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2018 di
sungai Tambak Bayan. Pengamatan ekositem sungai dibagi menjadi 3 stasiun. Ketiga
stasiun tersebut dibagi mulai dari hulu hingga hilir sungai.
Pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan data parameter fisik seperti
suhu udara dan suhu air, kecepatan arus, dan debit air. Selain parameter fisik dilakukan juga
pengambilan data parameter kimia seperti DO, CO2 bebas, alkalinitas dan pH dengan
mengambil sampel air sungai lalu diukur dengan pH meter di laboratorium. Di samping itu,
juga dilakukan pengambilan data parameter biologi seperti densitas dan diversitas plankton.
Kemudian dilakukan pengukuran beberapa tolok ukur lingkungan. Pengukuran suhu
dilakukan dengan menggunakan termometer. Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan
menggunakan bola pingpong yang dilepaskan dengan jarak tertentu dari hulu ke hilir.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Kandungan O2 terlarut (DO)
ditentukan dengan menggunakan metode Winkler. Hasil titrasi awal hingga akhir (h + j =
Y). O2 terlarut (DO) ditentukan melalui persamaan kandungan O2 terlarut yang berbanding
lurus dengan Y, 1000, 0,1 mg/l dan berbanding terbalik denagn 50. Kandungan CO2 bebas
ditentukan melalui metode Alkalimetri. Volum titran yang diperoleh dari hasil titrasi (C ml).
Kandungan CO2 bebas dihitung dengan rumus 1000 dikali C dikali 1 mg/l dibagi dengan 50.
Pengukuran Alkalinitas ditentukan dengan menggunakan metode Alkalimetri. Alkalinitas
dihitung dengan menjumlahkan kandungan CO32- dan HCO3-. Kandungan CO3- ditentukan
dengan mengalikan 1000 dengan C dikali 1 mg/l kemudian dibagi dengan 50. Kandungan
HCO3- ditentukan dengan mengalikan 1000 dengan D dan 1 mg/1 dan dibagi dengan 50.
Adapun alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah
bola tenis meja, stopwatch, roll meter, termometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur,
kempot, pipet ukur, pipet tetes, ember plastik, pH meter, saringan, kertas label dan alat tulis
. Bahan-bahan yang digunakan antara lain larutan MnSO4, larutan reagen O2, larutan H2SO4
, larutan 1/8 N Na2S2O3 , larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3 , larutan 1/44 N NaOH,
larutan 1/50 N H2SO4 , 1/50 N HCI, larutan indikator PP, larutan indikator amilum, larutan
indikator MO, larutan indikator (BCG/MR).
Kandunga O2 terlarut = ( 1000/50 ) x Y x 0,1 mg/l
Kandunga CO2 = ( 1000/50 ) x C x 1 mg/l
Alkalinitas
- CO3- = ( 1000/50 ) x C x 1 mg/l..............(=X)
-
- HCO3 = ( 1000/50 ) x D x 1 mg/l..............(=Y)
Alkalinitas total = (X) + (Y) mg/l

HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum ekosistem sungai dilaksanakan di sungai Tambak Bayan yang dibagi
menjadi 3 stasiun pengamatan. Stasiun 2 terletak dibawah jembatan, dimana di sekitar
sungai terdapat tambak budidaya ikan. Dipinggiran sungai ditumbuhi vegerasi seperti pohon
pisang dan rumput liar. Pada saat pengamatan kondisi cuaca mendung dan gerimis, sehingga
lokasi agak sulit dijangkau karena rute yang ditempuh berbatu dan sedikit curam.

Tabel 1. Hasil pengamatan parameter fisik, kimia, dan biologi ekosistem sungai Tambak Bayan

Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Suhu Udara (oC) 24 25 24


Suhu Air (oC) 26.5 28 26
Arus Air (m/s) 0.9485 0.83 0.59
Debit Air (m3/s) 3.4717 5.975 5.685
DO (ppm) 8 5.5 6.78
CO2 (ppm) 35 5.5 1.35
Alkalinitas (ppm) 0 0 90
pH 7 7.7 7
Diversitas Plankton 1.68092597 1.97563031 3.57661764

Densitas Plankton 26747 12771 4578


(ind/L)

Kondisi pada stasiun 2 , berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa suhu udaranya adalah
sebesar 25oC dan suhu air sebesar 28oC , keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi
cuaca pada daerah stasiun yang mendung dan gerimis. Kecepatan arus dan debit air pada
stasiun 2 relatif sedang, sebab stasiun 2 terletak di daerah tengah antara hulu dan hilir. Pada
data parameter kimia, menunjukan kndungan DO , CO2 dan Alkalinitas sebesar 5,5 : 5,5 dan
0 ppm. Dari data tersebut diketahui bahwa kandungan DO sama dengan CO2. Sehingga
menyebabkan proses fotosintesis berlangsung dengan sempurna.. Kandungan Alkalinitas
pada stasiun 2 adalah 0 ppm, hal ini dikarenakan terjadi kekeliruan dalam melakukan
pengukuran. Data parameter biologi menunjukan densitas plankton 12771 ind/L, dan
diversitas plankton dengan nilai 1,98.

29

28

27
Suhu (°C)

26 Air, 26

25

24 Udara, 24

23

22
1 2 3
Stasiun

Gambar1. Suhu vs Stasiun

Dari grafik tersebut diketahui bahwa suhu udara tertinggi berada pada stasiun 2 , begitu juga
suhu air tertinggi juga berada pada stasiun 2. Menurut Shyham (2010) , semakin tingginya
kedudukan suatu tempat , temperatur udara di tempat tersebut semakin rendah , begitu juga
sebaliknya semakin rendah suatu tempat . temparatur udara akan semakin tringgi. Akan
tetapi data yang didapat tidak sesuai dengan teori , ketidaksesuaian tersebut dapat
diakibatkan oleh cuaca yang mendung dan gerimis, adanya vegetasi yang menutupi jalannya
penetrasi cahaya atau hal-hal tersebut juga dapat diakibatkan adanya perbedaan waktu
pengambilan data yang tidak seragam sehingga menyebabkan data menjadi tidak sesuai.

1
0.8
Arus Air (m/s)

0.6
0.4
0.2
0
1 2 3
Stasiun

Gambar 2. Arus Air vs Stasiun


Arus pada bagian hulu lebih besar dibanding daerah yang berada di hilir atau menuju hilir
(Wardini , 2002). Kecepatan arus merupakan faktor terpenting dari perairan lotik (Whitton,
1975). Berdasarkan grafik kecepatan arus vs stasiun menunjukan stasiun 1 memiliki
kecepatan arus yang tinggi. Kecepatan arus berkurang pada stasiun 2 dan 3. Hal tersebut
menunjukan ketidaksesuaian dengan teori yang ada. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
perbedaan ketinggian atau besar derajat kemiringan sungai. Besar kecepatan arus pada
stasiun-stasiun tersebut juga dipengaruhi oleh sampah-sampah yang terbawa arus dan batu-
batuan yang terdapat di perairan sungai sehingga dapat mengurangi kecepatan arus (Fauzi,
2001).

7
6
Debit Air (m3/s)

5
4
3
2
1
0
1 2 3
Stasiun

Gambar 3. Debit Air vs Stasiun

Seperti halnya kecepatan arus , debit air pada stasiun 1 relatif sedang kemudian pada stasiun
2 meningkat, namun pada stasiun 3 mengalami penurunan. Debit merupakan volume air
mengalir dalam selang waktu tertentu ( Haslam, 2001 ). Hal ini disebabkan karena kondisi
kedalaman sungai lebih dalam dan stasiun lainnya, serta lebarnya sungai lebih lebar
dibandingkan lainnya. Lebar dan kedalaman menjadi faktor pentiing dalam menentukan
debit air (Effendi, 2003). Dasar perairan dengan dasar berlumpur memiliki konstanta hitung
0,9 karena air dapat langsung mengalir dengan baik sedangkan untuk perairan dengan dasar
bebatuan memiliki konstanta hitung 0,8 karena air yang mengalir sedikit terhambat oleh
celah bebatuan.

9
8
7
6
DO (ppm)

5
4
3
2
1
0
1 2 3
Stasiun

Gambar 4. DO vs Stasiun
Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa kandungan DO tertinggi terdapat pada stasiun
1 dengan besar 8 ppm. Hal ini telah sesuai dengan teori sebab kadar DO dipengaruhi oleh
ketinggian. Stasiun 1 merupakan daerah hulu yang paling tinggi diantara daerah lainnya,
sehingga kadar DO nya tinggi. Kadar DO juga dipengaruhi oleh ada tidaknya bahan
pencemar. Stasiun 1 lingkungannya masih terjaga sehingga kadar cemarannya sedikit.
Berbeda dengan stasiun 2 dan 3 yang telah terpengaruh oleh kandungan-kandungan yang
terbawa oleh arus dari stasiun sebelumnya. Besar kecilnya kadar DO dapat dijadikan
indikator timbulnya pencemaran menurut Asdak (2004). Bahan-bahan penyebab
pencemaran tersebut dapat berupa limbah rumah tangga maupun limbah industri. Penurunan
kadar DO juga dapat diakibatkan oleh keadaan dasar sungai yang berlumpur. Dasar sungai
berlumpur menyebabkan DO terikat di dalamnya. Kadar oksigen terlarut di dalam perairan
ditentukan oleh temperature ( suhu ) perairan, kadar garam, dan tekanan parsial gas yang
terlarut dalam air ( Brown, 1957 ).

40
35
30
CO2 (ppm)

25
20
15
10
5
0
1 2 3
Stasiun

Gambar 5.CO2 vs Stasiun

Berdasarkan grafik, kandungan CO2 bebas tertinggi berada pada stasiun 1 , dengan besar
nilai kandungan 35 ppm. hal ini dipengaruhi oleh kandungan jumlah sampah yang banyak
di perairan. Sehingga di perombakan bahan organic dari sampah tersebut akan menghasilkan
CO2 yang tinggi juga. Sedangkan pada stasiun 3 kadar CO2 sebesar 1,35 ppm dan merupakan
stasiun yang memiliki kadar CO2 terendah dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini disebabkan
pada stasiun ini terdapat sedikit sampah. Sehingga sedikit sekali terjadi perombakan bahan
organic dari sampah yang menghasilkan CO2. CO2 memiliki sifat kelarutan yang tinggi
sehingga keberadaannya relatif tinggi di perairan ( Effendi, 2003 ).
100
90
80
70

Alkalinitas (ppm)
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
Stasiun

Gambar 6. Alkalinitas vs Stasiun

Berdasarkan grafik tersebutkadar alkalinitas tertinggi terdapat pada stasiun 3. Tingginya


nilai alkalinitas menunjukkan bahwa kondisi perairan pada stasiun 3 sangat subur (Effendi,
2003). Alkalinitas yang baik untuk lingkungan >20 ppm (Lesmana,2005). Berdasarkan data
pengamatan besar kadar alkalinitas pada setiap stasiun telah menunjukan angka alkalinitas
yang baik. Alkalinitas menggambarkan kuantitas air (anionnya) untuk menetralkan kation
hidrogen. Alkalinitas rendah menyebabkan nutrien bebas di air sehingga banyak organisme
yang hidup, dan sebaliknya.

7.8

7.6

7.4

7.2

6.8

6.6
1 2 3
Stasiun

Gambar 7. pH vs Stasiun

Berdasarkan grafik percobaan , menunjukan hasil pengamatan parameter pH. Dari


pengamatan ditunjukan bahwa pH air rata-rata disetiap stasiun adalah 7,23 hal tersebut
dikarenakan kadar alkalinitas tinggi menyebabkan basa. Namun kadar CO2 tinggi
menyebabkan asam,sehingga pH nya netral (pH netral adalah 7). pH asam 0-7 dan pH basa
7-14 (Purba, 1994). Pada grafik ditunjukan bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan pada
stasiun 2 yang pH-nya sedikit lebih tinggi, yakni 7,7 kondisi tersebut masih berada pada pH
normal. Perbedaan pH dapat diakibatkan pencemaran limbah, limbah basa semisal sabun
maupun limbah pembuangan yang berasal dari rumah tangga maupun industri. pH pada
masing-masing stasiun tersebut dipengaruhi oleh alkalinitas yang mampun menjaga
kenetralan pH. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pH
rendah (Novotny, 1994).

3.5

3
Total Diversitas

2.5

1.5

0.5

0
1 2 3
Stasiun

Gambar 8. Diversitas Plankton vs Stasiun

Berdasarkan grafik tersebut divesitas plankton tertinggi berada pada stasiun 3. Air mengalir
tidak mendukung keberadaan plankton (Setiowati,2007). Sehingga pada stasiun 3
merupakan tempat yang sesuai untuk plankton tetap hidup karena pada stasiun 3 arus air
palling rendah (mengacu pada gambar 2). Hingga terdapat beragam plankton pada daerah
tersebut.
30000

Densitas Plankton (idv/L)


25000

20000

15000

10000

5000

0
1 2 3
Stasiun

Gambar 9. Densitas Plankton vs Stasiun

Berdasarkan grafik , densitas plankton terbanyak ada pada stasiun 1 dan terendah pada
stasiun 3. Menurut Setiowati (2007), Air yang mengalir tidak mendukung kebeadaan
plankton. Berdasarkan teori tersebut seharusnya densitas plankton tertinggi terdapat pada
stasiun 3 karena arusnya yang bersifat lambat. Hal tersebut dapat dikarenakan pada stasiun
1 mengandung banyak nutrien dan kondisinya sesuai untuk plankton dapat hidup. Selain itu
distribusi plankton tersebut bisa juga dipengaruhi oleh kandungan DO serta CO2 bebasnya.
Semakin melimpah kandungan DO maka densitas plankton akan semakin tinggi, begitu pula
sebaliknya.

KESIMPULAN
Karakteristik sungai meliputi pergerakan air, jenis sedimen dasar, kuat arus, suhu,
serta debit air sebagai faktor pembatasnya. Parameter fisik, biologi dan kimia selalu
berhubungan dan menimbulkan dampak atau pengaruh antara suatu parameter dengan
parameter lainnya. Populasi biota perairan berbanding lurus dengan kecepatan arus dan DO
berbanding terbalik dengan kada CO2 dan alkalinitas serta normal pada suhu dan PH stabil.
Semakin tinggi diversitas suatu perairan maka kualitas pencemarannya akan semakin rendah
begitu pula sebaliknya. Ekosistem sungai Tambak Bayan masih tergolong baik karena
belum terlalu tercemar. sehingga untuk menjaganya diperlukan pengelolaan yang baik agar
tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga perannya tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2011. Ekosistem Akuatik. CV Tiga Serangkai. Surakarta.
Asdak,C. 2002. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Asdak,C. 2004. Hidrologi dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Brown. 1957. Freshwater Ecology, Principles, and Applications. Chichester. UK.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Fauzi, M. 2001. Faktor Fisika dan Kimia Air Sungai. Universitas Riau. Riau.
Haslam, S. M. 2001. River Pollution and Ecology Perspective. John Wiley and
Sons, Chichester. UK.
Lesmana, D. S. 2005. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novotny dan Oleh. 1994. Water Quality, Prevention, Identification and Managemant of
Diffue Pollution. Van Nastrans Reinhold. New York.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada Press. Yogyakarta
Purba, Michael. 1994. Kimia SMA. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Setiowati. 2007. Biology Interactive. Azka Press. Jakarta.
Shyham. 2010. Standard Methods For the Examination of Water and Wastewater.
Washington American Public Health Association. USA.
Wardini. 2002. Ekosistem Sungai dan Penanganannya. Grafindo Media Tama. Bandung.
Whitton, B.A. 1975. Rivers Ecology, Studies in Ecology volume 2. Department of Botany
University of Durham. England.

Anda mungkin juga menyukai