CSS LPR
CSS LPR
Laryngopharyngeal Reflux
Oleh:
Preseptor:
Laryngopharyngeal Reflux
Wiwi Monika Sari1, Yudia Septi Yenny1, dr. Nirza Warto, Sp.THT-KL(K),FICS2
dipersarafi langsung olaeh cabang nervus glosofaring otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring
(n.IX). serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan
lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi
oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan
lobus kelenjar tiroid.
Fisiologi Faring
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi,
pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk
artikulasi. Dalam fungsi menelan terdapat 3 fase yaitu
1. Fase oral; 2. Fase faringal; 3. Fase esofagal. Fase
oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring.
Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringal
yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary).
Gambar 3. Anatomi Laring
Fase esofagal yaitu waktu bolus makanan bergerak
secara peristaltik di esofagus menuju lambung. Pada
Kartilago Laring
saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok,
dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara
yaitu : Kelompok kartilago mayor, terdiri dari: 1.
lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
Kartilago Tiroidea (1 buah); 2. Kartilago Krikoidea (1
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat
buah); 3. Kartilago Aritenoidea (2 buah). Kelompok
cepat dan mula-mula melibatkan M.salpingofaring dan
kartilago minor, terdiri dari : 1.Kartilago Kornikulata
M.palatofaring. kemudian M.elevator veli palatini
Santorini (2 buah); 2. Kartilago Kuneiforme Wrisberg (2
bersama-sama M.konstriktor faring superior. Pada
buah); 3. Kartilago Epiglotis (1 buah).
gerakan penutupan nasofaring M.elevator veli palatini
menarik palatum mole ke atas belakang hampir
mengenai dinding posterior faring.
Anatomi Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan
bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang
rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak
dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan.
Gambar 4. Tulang dan kartilago laring tampak lateral
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi
dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang Ligamen dan Membran Laring
pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Ligamen dan membran laring terbagi atas 2
Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple grup, yaitu: A. Ligamen ekstrinsik , terdiri dari : 1.
atau jakun. Membran tirohioid; 2. Ligamen tirohioid; 3. Ligamentum
tiroepiglotis; 4. Ligamen hioepiglotis; 5. Ligamen
Batas-batas laring berupa sebelah kranial krikotrakeal.
terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di
sebelah posterior dipisahkan dari vertebra servikal oleh
Dokter Muda THT-KL Periode Oktober–November 2018 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Vaskularisasi Laring
Laring mendapat perdarahan dari cabang A.
Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus
Superior dan Inferior. Arteri Laringeus Superior
berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Superior
menembus membrana tirohioid menuju ke bawah
diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
Arteri Laringeus Inferior berjalan bersama N. Laringeus
Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M.
Konstriktor Faringeus Inferior. Darah vena yang
Gambar 6. Ligamen intrinsik. dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan inferior ke
V. Tiroidea Superior dan Inferior yang kemudian akan
Otot - otot Laring bermuara ke V. Jugularis Interna.
Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok
besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik Persarafan Laring
yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu
Otot-otot ekstrinsik ini menghubungkan laring dengan Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn.
struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan Laringeus Rekuren) kiri dan kanan. Nn. Laringeus
laring secara keseluruhan. Kelompok otot-otot Superior meninggalkan N. vagus tepat di bawah
depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 ganglion nodosum, melengkung ke depan dan medial
dan penting untuk proses menelan (deglutisi) dan di bawah A. karotis interna dan eksterna yang
pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor kemudian akan bercabang dua, yaitu : 1.Cabang
faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula,
melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam
Otot-otot ekstrinsik terdiri atas: 1. Otot-otot laring di atas pita suara sejati; 2. Cabang Eksterna ;
bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
suprahioid (M. Stilohioideus – M. Milohioideus, M.
Konstriktor inferior.
Geniohioideus – M. Digastrikus, M Genioglosus – M. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren)
Hioglosus); 2. Otot-otot infrahioid (M. Omohioideus, berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus,
M.Sternokleidomastoideus, M. Tirohiodeus). mencapai laring tepat di belakang artikulasio
krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik
perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta
adalah : 1. Otot-otot adduktor (Mm. Interaritenoideus
sehingga mudah terganggu.
transversal dan oblik , M. Krikotiroideus, M.
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian
Krikotiroideus lateral); 2. Otot-otot abduktor (M.
proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas
Dokter Muda THT-KL Periode Oktober–November 2018 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, Dalam menentukan diagnosis LPR perlu
selanjutnya akan mencapai laring tepat di belakang dilakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan
artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan : penunjang seperti laringoskopi fleksibel, pH dan
1. Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan lain-lain. Pengobatan LPR meliputi kombinasi diet,
bagian atas trakea; 2. Motoris, mempersarafi semua modifikasi perilaku, antasida, antagonis reseptor H2,
otot laring kecuali M. Krikotiroidea. proton pump inhibitor (PPI) dan tindakan bedah.
Epidemiologi
Kejadian refluks sering ditemukan di
Negara-negara barat dengan angka kejadian 10-15%
dan umumnya mengenai usia diatas 40 tahun (35%).
Hal ini berhubungan dengan pola konsumsi
masyarakat barat, olahraga genetik dan kebiasaan
berobat.
1. Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma serak merupakan gejala utama pada LPR yang paling
langsung oleh cairan refluks yang mengandung nyata dan utama. Gejala-gejala yang tidak spesifik lain
asam dan pepsin. Byrne menyimpulkan bahwa dapat disebabkan kondisi lain seperti keeadaan alergi
cairan asam dan pepsin merupakan zat dan kebiasaan merokok. Gerakan paradoks dari pita
berbahaya bagi laring dan jaringan sekitarnya. suara dan spasme laring juga dapat dikarenakan LPR
Pepsin merupakan enzim proteolitik utama sehingga perlu ditanyakan apakah pasien mempunyai
lambung. Aktivitas optimal pepsin terjadi pada pH masalah pernafasan dan perubahan suara. Asma dan
2,0 dan tidak aktif dan bersifat stabil pada pH 6 sinusitis dapat merupakan gejala lain LPR. Refluks
tetapi akan aktif kembali jika pH dapat kembali ke sering dianggap sebagai faktor yang dapat
pH 2,0 dengan tingkat aktivitas 70% dari mencetuskan asma.
sebelumnya.
Pada pasien yang asam lambungnya dapat
2. Asam lambung pada bagian distal esofagus akan ditekan terlihat ada perbaikan fungsi paru dan
merangsang reflex vagal sehingga akan perbaikan keluhan pada kasus asma 78%.
mengakibatkan bronkokontriksi, gerakan Gejala-gejala esofagus yang dapat ditemui pada
mendehem (throat clearing) dan batuk kronis. pasien LPR seperti rasa seperti terbakar di dada 37 %
Lama kelamaan akan menyebabkan lesi pada dan regurgitasi 3%. riwayat mengkonsumsi obat
mukosa. Mekanisme keduanya akan gastritis seperti antasida perlu ditanyakan serta riwayat
menyebabkan perubahan patologis pada kondisi suka mengkonsumsi makanan pedas. Pertanyaan
laring. Bukti lain juga menyebutkan bahwa seperti ini membantu penegakan diagnosis penyakit
rangsangan mukosa esofagus oleh cairan asam refluk karena pasien sering datang dengan keluhan
lambung juga akan menyebabkan peradangan yang tidak pasti. Pola hidup seperti kebiasaan
pada mukosa hidung, disfungsi tuba dan merokok dan mengkonsumsi alkohol, 92% ditemukan
gangguan pernafasan. Cairan lambung tadi pada pasien dengan penyakit refluks. Rokok dan
menyebabkan refleks vagal eferen sehingga alkohol sebagai salah satu penyebab penurunan
terjadi respons neuroinflamasi mukosa dan dapat tekanan esofagus bawah, kelemahan tahanan
saja tidak ditemukan inflamasi di daerah laring. mukosa, memanjangnya waktu pengosongan lambung
dan merangsang sekresi lambung.
Pada akhir-akhir ini terdapat penelitian yang Belfasky (2002) seperti dikutip menyatakan ada 9
menyebutkan teori dari patofisiologi LPR. Yang gejala refluks (Reflux Symptom Index/RSI) yang dapat
menyebutkan adanya fungsi proteksi dari enzim digunakan untuk menentukan adanya gejala LPR dan
carbonic anhydrase. Enzim ini akan menetralisir asam derajat sebelum dan sesudah terapi. Gejala yang
pada cairan refluks. Pada keadaan epitel laring normal sering muncul seperti suara serak, mendehem,
kadar enzim ini tinggi. Terdapat hubungan yang jelas penumpukan dahak di tenggorok atau post nasal drip,
antara kadar pepsin di epitel laring dengan penurunan sukar menelan, batuk setelah makan, sulit bernafas
kadar protein yang memproteksi laring yaitu enzim atau tersedak, batuk yang sangat mengganggu, rasa
carbonic anhydrase dan squamous epithelial stress mengganjal dan rasa panas di tenggorok, nyeri dada
protein Sep70. Pasien LPR menunjukkan kadar atau rasa asam naik ke tenggorok.
penurunan enzim ini 64% ketika dilakukan biopsi
jaringan laring. Gejala tersering pada LPR adalah suara serak
71%, batuk 51% dan rasa mengganjal di tenggorok
Diagnosis (globus faringeus) 47%. Pasien karsinoma laring
Ditegakkan berdasarkaan gejala klinis (Reflux ditemukan riwayat LPR 58% dan stenosis subglotik
Symptoms Index/RSI) dan pemeriksaan Laring (Reflux 56%.1 Skor RSI adalah 0-45 dengan skor ≥ 13 curiga
Finding Score/ RFS). Akan tetapi pemeriksaan LPR.
penunjang sering digunakan untuk menegakkan
diagnosis.
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan Fisik
dinilai tingkatannya. Gradasi ringan (nilai 1) jika hanya Pemeriksaan video laring dengan menggunakan
ada pembengkakan ringan, nilai 2 jika pembengkakan endoskop sumber cahaya xenon yang diaktifasi oleh
nyata dan gradasi berat (nilai 3) jika ditemukan pergerakan pita suara. Gambaran ini dapat dilihat
pembengkakan yang lebih berat dan menetap dengan gerakan lambat.
sedangkan nilai 4 (gradasi sangat berat) jika ditemukan
degenerasi polipoid pita suara. Udem laring yang difus 5. Pemeriksaan Histopatologi
dinilai dari perbandingan antara ukuran laring dengan
ukuran jalan nafas, penilaian mulai nari nol sampai nilai Pada biopsi laring ditemukan gambaran
4 (obstruksi). hyperplasia epitel skuamosa dengan inflamasi kronik
pada submukosa. Gambaran ini dapat berkembang
Hipertrofi komissura posterior gradasi ringan (nilai menjadi atopi dan ulserasi epitel serta penumpukan
1) jika komissura posterior terlihat seperti “kumis”, nilai fibrin, jaringan granulasi dan fibrotik didaerah
2 (gradasi sedang) jika komisura posterior bengkak submukosa.
sehingga seperti membentuk garis lurus pada
belakang laring. Gradasi berat (nilai 3) jika terlihat 6. Pemeriksaan esofagografi dengan Barium Enema
penonjolan laring posterior kearah jalan nafas dan Pemeriksaan ini dapat melihat gerakan
gradasi sangat berat apabila terlihat ada obliterasi ke peristaltik yang abnormal juga motilitas, lesi di
arah jalan nafas. Gambaran lain yang mungkin esofagus, hiatus hernia, refluks spontan dan kelainan
ditemukan adalah sinusitis berulang dan erosi dari gigi. sfingter esofagus bawah. kelemahannya pemeriksaan
ini tidak dapat menilai refluks yang intermiten.
Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan ini dianjurkan pada keadaan jika
pengobatan gagal, terdapat indikasi klinis kearah
1. Laringoskopi fleksibel GERD, disfungsi esofagus atau diagnosis yang belum
pasti.
Merupakan pemeriksaan utama untuk
mendiagnosis LPR. Biasanya yang digunakan adalah 7. Pemeriksaan laringoskopi langsung
laringoskop fleksibel karena lebih sensitif dan mudah Pemeriksaan ini memerlukan anestesi umum dan
dikerjakan di poliklinik dibandingkan laringoskop rigid. dilakukan diruangan operasi. Dapat melihat secara
langsung struktur laring dan jaringan sekitarnya serta
2. Monitor pH 24 jam di faringoesofageal dapat dilakukan tindakan biopsi.
Daftar Pustaka
1. Diamond L, Laryngopharyngeal reflux-It’s not
GERD. JAAPA. 2005; 18 (8): 50-53.
2. Belafsky PC, Postman G, Koufman JA. The validity
and Reability of the Reflux Finding Score (RFS).
Laryngoscope. 2001; 111: 1313-17.
3. Koufman J Aetal. Laryngopharyngeal reflux:
Position statement of the committee on Speech,
Voice and Swallowing Disorders of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. Otolaryngology- Head and Neck Surgery.
2002. 127 (1): 32-35.
4. Tokashiki R et al. the relationship
between esophagoscopic findings and total
acid reflux time below pH 4 and pH 5 in the
upper esofagus in patients with
laryngopharyngeal reflux disease (LPRD).
Auris Nasus Larynx. 2005. 32: 265-68.
5. Groome et al. Prevalence of Laryngopharyngeal
Reflux in a Population with Gastroesophageal
Reflux. Laryngoscope. 2007. 117: 1424-28.
6. Byrne PJ et al, Laryngopharyngeal Reflux in
patients with symptomps of gastroesophageal
reflux disease. Disease of the Esofagus. 2006. 19:
377-381.
7. Qadeer MA et al. Correlation between
symptoms and Laryngeal signs in
Laryngopharyngeal Reflux. Laryngoscope.
2005. 115: 1947-52.
8. Vaezi MF et al. Treatment of chronic posterior
laryngitis with esomeprazole. Laryngoscope 2006.
116: 254-260.
9. Lam P et al. Prevalence of pH documented
laryngopharyngeal reflux in Chinese patients with
clinically suspected reflux laryngitis. Am J of
Otology Head and Neck Med Surg. 2006. 27:
186-189.
10. Oguz H et al. acoustic analysis finding sinobjective
Laryngopharyngeal Reflux Patients. Journal of
voice. 2006. P 1-7.