Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PARAMETER KLORIDA DENGAN

METODE ARGENTOMETRI, BESI DAN MANGAN

KELOMPOK14
AnggotaKelompok/NIM:LaodeMuhFahrulFauziIkhsanuddin

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020/2020
BAB I

A. Tujuan
1. Klorida dengan Metode Argentometri
Tujuan pengujian ini adalah menentukan kadar klorida (Cl-) dalam air yang relative jernih
dengan metode titrimetrik.

2. Besi
Tujuan pengujian ini adalah menghitung konsentrasi besi dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 10 nm.

3. Mangan
Tujuan pengujian ini adalah mengukur mangan dengankonsentrasi minimum 210 𝜇/𝐿 dengan
menggunakan kuvet dengan pathway 1 cm.

B. Prinsip Dasar

1. Klorida dengan Metode Argentometri


Pada praktikum ini dilakukan tiga pengujian parameter kimia pada air, yaitu
pengujian klorida (Cl-) dengan metode argentometri, pengujian besi, dan pengujian
mangan. Pengujian yang pertama yaitu pengujian klorida yang dilakukan berdasarkan
prinsip titrasi argentometrik. Titrasi ini merupakan golongan titrasi yang hasil reaksi
titrasinya berupa endapan atau garam sukar larut. Metode yang yang digunakan
adalah metode Mohr. Metode ini memeriksa klorida yang terkandung di dalam sampel
air dengan menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3-) berkonsentrasi 0,0142 N.
Larutan ini digunakan untuk proses titrasi agar bereaksi dengan larutan N/71
yang setiap mm akan ekivalen dengan 0,5 mg ion klorida. Pada saat titrasi, ion klorida
dipresipitasi menjadi AgCl dan terbentuk endapan putih. Indikator yang digunakan
pada titrasi adalah potassium chromate (K2CrO4). Saat konsentrasi ion klorida telah
habis dan mencapai 0, konsentrasi dari ion perak akan meningkat sehingga kelarutan
dari produk kromat juga akan meningkat sehingga terbentuk warna merah sekaligus
menandai titik akhir titrasi.

2. Besi
Pengujian Besi didasarkan pada prinsip pengukuran menggunakan metode
spektrofotometri phenanthroline. Metode ini dapat mengukur kandungan besi di dalam
sampel air dengan syarat tidak ada kandungan fosfat atau logam berat yang mengganggu. Besi
yang terdapat di dalam sampel air akan direduksi dengan hidroksil amin 1,10-phenantroline.
Metode ini didasarkan pada kemampuan dari 1,10-phenantroline dalam membentuk ion
kompleks setelah berikatan dengan Fe2+. Senyawa kompleks tersebut akan menghasilkan
warna merah dan dapat diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri.
3. Mangan
Prinsip pengukuran yang digunakan pada pengujian mangan adalah oksidasi mangan di
dalam air oleh persulfat yang dilakukan dalam suasana asam dan panas sehingga terbentuk
MnO4- yang berwarna merah (coklat). Warna yang telah terbentuk tersebut kemudian diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm. Metode ini terganggu oleh
karena adanya Cl- karena MnO4- yang terbentuk akan dipakai untuk mengoksidasi klorida,
demikian juga nitrit dan senyawa reduktor lainnya. Gangguan yang disebabkan oleh Cl- dapat
dihilangkan dengan penambahan AgNO3 sehingga Cl- akan mengendap sebagai AgCl dan
sedikit kelebihan AgNO3 berfungsi sebagai katalis.

Tabel Standar Baku Mutu Air Minum PERMENKES No. 492 Tahun 2010

C. Reaksi
 Klorida dengan Metode Argentometri
AgNO3(aq) + Cl(aq) → AgCl(s) + NO3(aq)

Sumber : Yusmita, L. (2016).


K2CrO4(aq) + 2AgNO3(aq) → Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)

 Pengujian besi
Fe2+ + 3 o-phen ↔ [Fe(o-phen)3]2+ (merah jingga)

 Pengujian mangan
2 Mn2+ + 5 S2O82- + 8 H2O → 2 MnO4- + 10 SO42- + 16 H+
BAB II

A. Alat dan Bahan


1. Klorida dengan Metode Argentometri
a) Alat yang digunakan adalah buret 50 mL atau alat titrasi lain yang setara, labu
erlenmeyer 250 mL, pH meter, pipet ukur 5 mL, pipet volumetric 1 mL, 25 mL,
50 mL, dan 100 mL.
b) Bahan yang digunakan adalah air bebas mineral, larutan baku natrium klorida
(NaCl) 0,0141 N, larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N, larutan indikator
kalium kromat (K2CrO4) 5%.
2. Besi
a) Alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer 125 mL, pipet ukur 2 mL, pipet
ukur 1 mL, pipet 5 mL, labu ukur 1 L, labu ukur 100 mL, pipet tetes, gelas ukur
50 mL, kuvet dan spektrofotometer.
b) Bahan yang digunakan adalah HCL pekat, larutan Hidroksilamin 10%, larutan
buffer ammoium sulfat, larutan natrium asetat, larutan phenantroline dan
larutan standar besi.

3. Mangan
a) Alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer 125 mL, tabung Nessler, pipet
ukur 1 mL, labu ukur 1 L, labu ukur 100 mL, pipet tetes, gelas ukur 50 mL, kuvet
dan spektrofotometer.
b) Bahan yang digunakan adalah asam Nitrat pekat (HNO3), AgNO3 1/35,45 N,
larutan standar Mn (1 mL = 0,11 mg) dan kritsal (NH4)2S2O8.
B. Cara Kerja
1. Klorida dengan Metode Argentometri
1.1 Persiapan Pengujian
Pembakuan larutan AgNO3 :
a) Dipipet 25 mL larutan baku NaCl 0,0141 N, dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan air bebas mineral hingga menjadi 100
mL.
b) Ditambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4.
c) Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan
sebagai titik akhir, lalu dicatat kebutuhan larutan AgNO3 (A mL).
d) Dilakukan langkah 1 a sampai c dengan menggunakan air bebas mineral
sebagai larutan blanko, dicatat kebutuhan larutan AgNO3 (B mL).
e) Dihitung normalitas larutan AgNO3 sebagai berikut :
𝑉.𝑁 (1)
Normalitas larutan AgNO3 =
𝐴−𝐵

Keterangan :
A : volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan NaCl (mL)
B : volume larutan AgNO3 yang dibutuhkan untuk titrasi larutan blanko (mL)
N : normalitas larutan NaCl
V : volume larutan NaCl yang digunakan (mL)

1.2 Pengujian
a) Dipipet 50 mL sampel atau sejumlah volume sampel yang telah diencerkan
menjadi 100 mL, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
b) Ditambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4.
c) Dititrasi dengan AgNO3 sampai terbentuk warna kuning kemerahan sebagai
titik akhir, lalu dicatat kebutuhan larutan AgNO3 (A mL).
d) Dilakukan langkah 2 a sampai c dengan menggunakan air bebas mineral
sebagai blanko, dicatat kebutuhan larutan AgNO3 (B mL).

2. Besi
a) Sebanyak 50 mL sampel air yang telah dikocok terlebih dahulu, dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 125 mL.
b) Ditambahkan 2 mL HCl pekat dan i mL laruta n hidroksil amin dan beberapa
batu didih, lalu dididihkan sampai volume menjadi 20 mL.
c) Setelah didinginkan, cairan tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam
labu ukur 50 mL, ditambah 10 mL larutan buffer ammonium asetat dan 4 mL
larutan phenantrolinem kemudian diencerkan dengan air bebas mineral
sampai tanda batas.
d) Dikocok dan dibiarkan selama 25 menit, kemudian diukur intensitas warna
merah yang terjadi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 560
nm.
e) Untuk pembuatan kurva kalibrasi, dibuat sedertan larutan
standar besi dengan konsentasi 0,01 – 0,10 mg/L kemudian
dilakukan prosedur yang sama seperti pengerjaan untuk sampel
air.

3. Mangan
a) Sebanyak 50 mL air dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Ditambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat. Ditambahkan larutan AgNO3
sebanyak 1/35,45 N yang banyaknya sesuai dengan keperluan
pada penetapan klorida.
b) Dipanaskan sampai mendidih, jika cairan tetap keruh harus
disaring. Ditambahkan kristal (NH4)2S2O8 dan dipanaskan lagi. Jika
cairan berwarna merah muda atau merah ungu makan sampel air
tersebut mengandung Mn.
c) Pengukuran dengan spektrofotometer
Cairan sampel yang berwarna merah dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL, kemudian ditambahkan air bebas mineral sampai
tanda batas. Dibaca intensitas warna merah dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
d) Untuk kalibrasinya dibuat sederetan larutan standar Mn(KmnO4)
dari 1-15 mg/L, kemudian diukur intesitas masing-masing larutan
standar Mn tersebut. Dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi
dengan absorbansi dan ditentukan slope kemiringannya.
BAB III
A. Data Pengamatan
1. Pengujian klorida
Tabel 1. Larutan AgNO3 yang Digunakan pada Titrasi

Volume larutan AgNO3 yang digunakan (ml)


Pembakuan Blangko Sampel Blangko
I 25,8 0,9 2,6 0,9
II 26,9 0,9 2,6 0,9
*masing-masing titrasi dilakukan duplo

2. Pengujian besi
Table 2. Hasil Pengujianlarutan Standardisasi Besi
Volume larutan stok
Konsentrasi Absorbansi (A)
besi (mL)
(mg/L)

0,5 mL 0,0002 0,029 A

0,1 mL 0,0004 0,082 A

0,15 mL 0,0006 0,131 A

0,2 mL 0,0008 0,137 A

0,25 mL 0,001 0,198 A

0,3 mL 0,0012 0,232 A

0,35 mL 0,0014 0,229 A

0,4 mL 0,0016 0,252 A

0,5 mL 0,002 0,410 A

1 mL 0,004 0,837 A

1,5 mL 0,006 1,223 A

2 mL 0,008 1,637 A
Grafik 1. Kurva Kalibrasi Standardisasi Besi

1 ,8
1 ,6
1 ,4
1 ,2
1
0 ,8
0 ,6
0 ,4
0 ,2
0
0 0 ,002 0 ,004 0 ,006 0 ,008 0 ,01
Konsentrasi (mg/L)

Tabel 3. Hasil Pengujian Sampel


Volume Larutan Sampel (mL) Absorbansi (A)

0,019 A
0,035
0,043 A

0,229 A
0,4
0,252 A

Tabel 4. Pengukuran kadar besi menggunakan spektofotometri phenantroline


Volume Mangan Kosentrasi (mg/L) Absorbansi

1 2,2 0,96

1,4 3,08 0,135

1,6 3,52 0,160

2 4,4 0,194

3 6,6 0,289

4 8,8 0,385

5 11 0,493
3. Mangan
Tabel 5. Hasil Pengujian Standardisasi Mangan
Vol. Larutan KMnO4 Konsentrasi Absorbansi

0,01 N

0,5 mL 1,1 mg/L 0,047 A

1 mL 2,2 mg/L 0,091 A

1,5 mL 3,3 mg/L 0,107 A

2,0 mL 4,4 mg/L 0,142 A

2,5 mL 5,5 mg/L 0,197 A

3mL 6,6 mg/L 0,292 A

3,5 mL 7,7 mg/L 0,366 A

4 mL 8,8 mg/L 0,374 A

Grafik 2. Kurva Kalibrasi Standardisasi Mangan

0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (mg/L)

Tabel 5. Hasil Pengujian Sampel Mangan


Vol. Larutan Sampel Absorbansi (A)

0,5 mL 0,336 A

1 mL 0,275 A
1,5 mL 0,301 A

2 mL 0,305 A

B. Perhitungan
1. Pengujian klorida
Normalitas larutan AgNO3
𝑉𝑥𝑁 25 𝑚𝑙 𝑥 0,0141 𝑁
 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (1) = = = 0,1415 𝑁
𝐴−𝐵 25,8 𝑚𝑙−0,9 𝑚𝑙
𝑉𝑥𝑁 25 𝑚𝑙 𝑥 0,1415 𝑁
 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (2) = = = 0,1360 𝑁
𝐴−𝐵 26,9 𝑚𝑙−0,9 𝑚𝑙
𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (1) +𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (2)
 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑔𝑁𝑂3 (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) = 2
0,1415 𝑁 +0,1360 𝑁
= = 0,13875𝑁
2

Kadar Klorida
(𝐴 − 𝐵)𝑥 𝑁 𝑥 35450 (2,6 − 0,9)𝑥 0,01365 𝑥 35450
𝐶𝑙 = =
𝑉 150
= 5,484115 𝑚𝑔 𝐶𝑙 − /𝐿

2. Pengujian besi
garis persamaan regresi linier
y = 1,09.10-3 + 0,385x
r = 0,987
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡 0,073 𝐴 − 1,09𝑥10−3
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑖 = =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,385
= 0,186 𝑚𝑔/𝐿

3. Pengujian mangan

garis persamaan regresi linier


y = -2,96.10-3 + 0,047x
r = 0,999
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡 0,059 𝐴 + 2,96𝑥10−3
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑖 = =
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0,047
= 1,318 𝑚𝑔/𝐿

C. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan tiga pengujian parameter kimiawi pada air,
yaitu pengujian klorida, pengujian besi, dan pengujian mangan. Pengujian
dilakukan terhadap sampel air yang berupa air limbah (air influen) dari IPAL
Universitas Pertamina. Air limbah ini dapat digolongkan sebagai air limbah
domestik.
Pengujian klorida dilakukan berdasarkan titrasi argentometri yang dilakukan
secara duplo. Sementara itu metode yang digunakan adalah metode Mohr.
Metode ini menggunakan AgNO3 untuk mengkoreksi adanya klorida di dalam
sampel. Adapun indikator yang digunakan adalah K2CrO4. Klorida yang terdapat
di dalam sampel akan dipresipitasi oleh larutan AgNO3 sehingga Ag akan bereaksi
dengan Cl dan terbentuk endapan putih AgCl. Titrasi akan menyebabkan klorida
habis sehingga konsentrasi dari Ag meningkat dan bereaksi dengan kalium
kromat membentuk warna merah. Warna ini mengindikasikan adanya klorida di
dalam sampel air. Tiap-tiap volume AgNO3 pada saat titrasi pembakuan dan
pengujian sampel digunakan untuk menghitung kadar klorida. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan kadar klorida sebesar 5,484115 𝑚𝑔 𝐶𝑙 − /𝐿
Pada pengujian besi dengan metode spektrofotometer phenantroline
dengan panjang gelombang 510 nm. Sampel Besi (Fe) ditambahkan stok besi
sebanyak 1 mL atau setara dengan 0,4 mg/L. Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa
terjadinya peningkatan dari nilai konsentrasi dan absorbansi nya. Semakin besar
nilai konsentrasi nya maka akan semakin besar nilai absorbansinya. Konsentrasi
yang didapat pada pengujian besi dengan metode spektrofotometer
phenantroline yaitu sebesar 3,037 x 10-4 mg/L. Berdasarkan standar baku mutu
air minum PERMENKES No. 492 Tahun 2010, konsentrasi besi yang terdapat
dalam sampel air yang telah diuji masih layak untuk digunakan tetapi tidak untuk
dikonsumsi, karena perlu dilakukan pengujian dengan parameter lain untuk
memastikan bahwa air tersebut dapat dikonsumsi dan tidak menimbulkan
keracunan, rasa mual, muntah atau penyakit lainnyaDari data tersebut dapat
dihitung konsentrasi besi, yaitu sebesar 0,186 mg/L.
Pada pengujian mangan dilakukan dengan metode persulfat
spektrofotometri. Air tersebut dioksidasi oleh persulfat dalam suasana yang
asam dan panas membentuk MnO4- dan akan menimbulkan warna merah
kecoklatan. Pada grafik 2 dapat dilihat terjadinya peningkatan antara
konsentrasi dan absorbansi. Semakin besar konsentrasi nya maka akan semakin
besar absorbansi nya. Nilai konsentrasi pada mangan yang didapat dengan
perhitungan adalah sebesar 6,5 mg/L. Jika dibandingkan dengan standar baku
mutu air minum berdasarkan PERMENKES No. 492 tahun 2010, nilai kadar
mangan sudah melebihi batas maksimumnya. Jika suatu air terdapat kadar
mangan yang melebihi standar baku mutu, maka air tersebut tidak aman untuk
digunakan ataupun dikonsumsi. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa
adanya bau dan rasa logam yang aneh, menimbulkan bercak-bercak berwarna
kecoklatan pada pakaian dan menimbulkan noda pada produk-produk industri
(Tampubolon, 2017).

BAB IV
A. Simpulan

Dari praktikum dapat disimpulkan Kadar klorida yang terkandung di dalam


sampel air adalah 5,484115 𝑚𝑔 𝐶𝑙 − /𝐿. Kadar besi yang terdapat di dalam
sampel air adalah 0,186 𝑚𝑔/𝐿.Kadar mangan yang terdapat di dalam sampel air
adalah 1,318 𝑚𝑔/𝐿 .Air limbah domestik tidak memiliki baku mutu kadar
maksimum terhadap kandungan klorida, besi, dan mangan. Namun apabila air
limbah yang mengandung zat-zat kimia tersebut tercampur ke badan air yang
bersih maka akan menyebabkan toksin bagi badan air dan berdampak buruk
terhadap ekosistem.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah agar ketelitian pada
saat titrasi diperhatikan agar tirasi tidak berlebih dan hasil yang didapatkan lebih
presisi. Ketelitian pada uji besi dan mangan juga perlu diperhatikan agar tidak
ada pengulangan pada pengujian. Aspek kehati-hatian sebaiknya lebih
diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Dinararum, Retno Rahayu dan R. Djarot. (2013). “Studi Gangguan Krom (III) pada
Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-fenantrolin pada pH 4,5 secara
Spektrofotometri UV-Tampak”. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol. 2, No. 2 ISSN :
2337-3520. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). [Online]. Tersedia : ____ [Diakses
pada tanggal 23 Februari 2019]
Sunarsih, Elvi. (Tanpa tahun). “Parameter dan Indeks Kualitas Air”. [Online].
Tersedia
:http://elearning.unsri.ac.id/pluginfile.php/99070/mod_resource/content/1/Par
ameter%2520Kualitas%2520Air.word.pdf&ved [Diakses pada tanggal 10 Februari
2019]
Tampubolon, M., G. (2017). Pengaruh Kadar Mangan (Mn) pada Air Baku dan
Air Reservoir dengan Menggunakan Metode Colorimetri Laboratorium
Instalasi. Universitas Sumatera Utara : Medan.

Anda mungkin juga menyukai