Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

HUKUM OHM

Dosen Pengampu: Hadi Pramono M, Pd.

Di susun oleh:

Nama : Rosianah
NIM : 1413162040
Kelas/Semester : Biologi-A/II
Kelompok :4
Asisten Praktikum : Sutisna
Vivi Sophie Elfada

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2014
HUKUM OHM

A. Tujuan
Mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir
dalam sebuah rangkaian

B. Dasar Teori
Hukum Ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain
ialah definisi hambatan, yakni V = I.R. Sering hubungan ini dinamai hukum ohm.
Akan tetapi, ohm juga menyatakan, bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak
bergantung pada v maupun I. Bagian kedua hukum ohm ini tidak seluruhnya
benar. Hubungan V = I.R dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana V
adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang
mengalir didalamnya, sedangkan R adalah hambatan (Resistensi) Resistor
tersebut. Hambatan suatu pengantar terhadap aliran muatan disebabkan oleh
benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak dengan atom-
atom stasioner. Bila beda potensial diterapkan sepanjang kawat medan elektrik
yang ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap elektron didalam kawat.
(Cromer, 1994)
Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hokum Ohm.
Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada
tahun 1820 The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini
adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada
rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan
hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan.
E=I.R
I=E/R
R=I/E
Keterangan:
I = Arus dinyatakan dengan Ampere
R = Hambatan dinyatakan dengan ohm
E atau V = Tegangan dinyatakan dengan volt (Anonimous,2013)
Hukum Kircouff dapat dinyatakan sebagai: Jumlah aljabar arus sesaat
yang measuki titik cabang adalah nol. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat
dalam suatu sosok tertutup sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat
dalam sosok tersebut. Arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju
ketitik cabang disebut positif maka arus yang berlawanan arahnya harus disebut
negative, dan hukum tersebut menyatakn bahwa besarnya arus yang memasuki
titik cabang sama dengan besar arus yang meninggalkannya. Pada dasarnya
hokum kedua menyatakan integral medan listrik disekeliling sosok, namun kita
perlu menetapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini dapat dirumuskan:
Q=Stto I (t) dt
Hambatan jenis merupakan sifat sasaran bahan yang bersangkutan, dan
bergantung hanya pada sifat bahan penyusun maupun geometernya. Sebaliknya
kehambatan hanya bergantung pada sifat bahan penghantar. Penghantar yang
bentuknay mudah yang dicairkan terutam oleh hambatannya disebut penghambat
atau resistor biasanya dilambangkan dengan. Penghambat dapat dihubungkan
dengsan satu yang lain mermbentuk jaringan hambatan.
Hambatan seri R : R1 + R2
Hambatan pararel 1/R : 1/R1 + 1/R2
Dalam rangkaian seri, tahanan-tahanan tersebut dihubungkan sedemikian rupa
seperti pada gambar sehingga arus I yang sama mengalir pada setiap tahanan.
Pada rangkaian seri kuat arus (I) yang melalui masing-masing tahanan yang besar
tegangan (V) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Hal ini sesuai dengan
hukum ohm. (Reitz, 1994)
R = R₁ + R₂ + ....Rn ∆V₁ = R₁ . I
V = V₁ + V₁ + ....Vn Jadi ∆V₂ = R₂ . I
I = I₁ + I₁ +....In ∆V₃ = Rn . I
Kebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber
tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Tiap muatan yang sama di R₁, akan
melalui R₂ dan R₃ juga hingga arus yang melalui R₁, R₂, R₃ haruslah sama.
(Sutrisno, 1979)
C. Alat dan Bahan
1. Power supplay
2. Basicmeter
3. Kabel penghubung merah dan hitam
4. Papan rangkaian
5. Potensiometer
6. Jembatan penghubung
7. Hambatan tetap 10 Ω, 47 Ω dan 100 Ω

D. Prosedur Kerja
Hidupkan catu-daya kemudian tutup saklar S (posisi 1):
1. Diatur potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sekitar 2
volt, kemudian dibaca kuat arus yang mengalir pada amperemeter serta
dicatat hasilnya kedaam tabel pada hasil pengamatan.
2. Lalu diatur lagi potensiometer sehingga voltmeter menunjukkan tegangan
sedikit lebih tinggi dari 2 volt, dibaca kuat arus pada amperemeter dan
dicatat hasilnya kedalam tabel hasil pengamatan.
3. Setelah itu diulangi langkah c sebanyak 3 kali, kemudian dicatat hasinya
kedalam tabel pada hasil pengamatan.
E. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan:
No (Ps) Muatan Hambatan Tegangan Arus Hambatan
Basicmeter Tetap (V) (I) (R)
1 10 Ω 70volt 60 A 1,16 Ω
3v 1 volt 47 Ω 99 volt 66 A 1,5 Ω
100 Ω 99 volt 66 A 1,5 Ω
2 10 Ω 95 volt 56 A 0,16 Ω
3v 10 volt 47 Ω 10 volt 0A 0Ω
100 Ω 10volt 66 A 0,15 Ω
3 10 Ω 1,98 volt 56 A 0,035 Ω
3v 50 volt 47 Ω 2 volt 64 A 0,031 Ω
100 Ω 2 volt 66 A 0,030 Ω
4 10 Ω 0,37 volt 64 A 0,005 Ω
3v 100 volt 47Ω 0,99 volt 66 A 0,015 Ω
100 Ω 0,99 volt 66 A 0,015 Ω

Perhitungan:
Percobaan ke-1 10 volt
1. 100 volt 3. 10 volt
Ps = 3 v Ps = 3 v
V = 63 volt V = 5 volt
I = 64 A I = 56 A

2. 1 volt 4. 50 volt
Ps = 3 v Ps = 3 v
V = 30 volt V = 1 volt
I = 60 A I = 56 A
Percobaan ke-2 47 volt
1. 100 volt 3. 10 volt
Ps = 3 v Ps = 0 v
V = 5 volt V = 0 volt
I = 66 A I=0A

2. 1 volt 4. 50 volt
Ps = 3 v Ps = 0 v
V = 1 volt V = 1 volt
I = 66 A I = 64 A

Percobaan ke-3 100 volt


1. 100 volt 3. 10 volt
Ps = 6 v Ps = 0 v
V = 1 volt V = 0 volt
I = 66 A I = 66 A

2. 1 volt 4. 50 volt
Ps = 3 v Ps = 6 v
V = 1 volt V = 0 volt
I = 66 A I = 66 A
 Percobaan ke-1 (10 Ω)  Percobaan ke-2 (47 Ω)

V = nilai max – nilai di jarum V = nilai max – nilai di jarum


nilai sampai nilai sampai

V = 100 – 63 = 37 = 0,37 volt V = 100 – 1 = 99 = 0,99 volt


100 v 100 100 v 100
V = 100 – 30 = 70 = 70 volt V = 100 – 1 = 99 = 99 volt
1v 1 1v 1
V = 100 – 30 = 95 = 9,5 volt V = 100 – 0 = 100 = 10 volt
10 v 10 10 v 10
V = 100 – 1 = 99 = 1,98 volt V = 100 – 0 = 100 = 2 volt
50 v 50 50 v 50

 Percobaan ke-3 (100 Ω)

V = nilai max – nilai di jarum


nilai sampai

V = 100 – 1 = 99 = 0,99 volt


100 v 100
V = 100 – 1 = 99 = 99 volt
1v 1
V = 100 – 0 = 100 = 10 volt
10 v 10
V = 100 – 0 = 100 = 2 volt
50 v 50
 Percobaan ke-1 (10 Ω)  Percobaan ke-1 (47 Ω)
R=V R=V
I I
R = 0,37 = 0,005 Ω R = 0,99 = 0,015 Ω
64 64
R = 70 = 1,16 Ω R = 99 = 1,5 Ω
66 66
R = 9,5 = 0,16 Ω R = 10 = 0 Ω
56 0
R = 1,98 = 0,035 Ω R = 2 = 0,031 Ω
56 64

 Percobaan ke-1 (100 Ω)


R=V
I
R = 0,99 = 0,015 Ω
64
R = 99 = 1,5 Ω
66
R = 10 = 0,15 Ω
66
R = 2 = 0,030 Ω
66

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang hukum Ohm. Berdasarkan teori
hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hokum Ohm. Ditemukan
oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun 1820
The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah
besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada
rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan
hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan.
(Anonimous,2013)
Pengamatan untuk menentukan hubungan antara tegangan dan kuat arus
yang mengalir dalam sebuah rangkaian, caranya adalah: Diatur potensiometer
sehingga voltmeter menunjukkan tegangan sekitar 2 volt, kemudian dibaca kuat
arus yang mengalir pada amperemeter serta dicatat hasilnya kedaam tabel pada
hasil pengamatan. Lalu diatur lagi potensiometer sehingga voltmeter
menunjukkan tegangan sedikit lebih tinggi dari 2 volt, dibaca kuat arus pada
amperemeter dan dicatat hasilnya kedalam tabel hasil pengamatan. Setelah itu
diulangi langkah c sebanyak 3 kali, kemudian dicatat hasinya kedalam tabel pada
hasil pengamatan. Pada pengamatan pertama berdasarkan hasil percobaan dan
perhitungan pada Power Supplay 3 v, muatan basicmeter 1 volt serta hambatan
tetap 10 Ω, menghasilkan tegangan 70 volt, arus 60 Ampere, dan hambatan 1,16
Ω, sedangkan saat hambatan tetap 47 Ω dan 100 Ω, menghasilkan tegangan 99
volt, arus 66 Ampere, dan hambatan 1,5 Ω.
Pengamatan kedua caranya sama seperti pangamatan pertama, berdasarkan
hasil percobaan dan perhitungan pada Power Supplay 3 v, muatan basicmeter 10
volt serta hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan tegangan 95 volt, arus 56 Ampere,
dan hambatan 0,16 Ω, saat hambatan tetap 47 Ω menghasilkan tegangan 10 volt,
arus 0 Ampere, dan hambatan 0 Ω, sedangkan pada saat hambatan tetap 100 Ω
menghasilkan tegangan 10 volt, arus 66 Ampere, dan hambatan 0,15 Ω.
Pengamatan ketiga juga caranya seperti pengamatan yang pertama dan
kedua, berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan pada Power Supplay 3 v,
muatan basicmeter 50 volt serta hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan tegangan
1,98 volt, arus 56 Ampere, dan hambatan 0,035 Ω, saat hambatan tetap 47 Ω
menghasilkan tegangan 2 volt, arus 64 Ampere, dan hambatan 0,031 Ω,
sedangkan pada saat hambatan tetap 100 Ω menghasilkan tegangan 2 volt, arus 66
Ampere, dan hambatan 0,030 Ω.
Pengamatan yang terakhir juga caranya sama sseperti pengamatan
pertama, kedua dan ketiga, berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan pada
Power Supplay 3 v, muatan basicmeter 100 volt serta hambatan tetap 10 Ω,
menghasilkan tegangan 0,37 volt, arus 64 Ampere, dan hambatan 0,005 Ω,
sedangkan saat hambatan tetap 47 Ω dan 100 Ω, menghasilkan tegangan 0,99 volt,
arus 66 Ampere, dan hambatan 0,015 Ω.

G. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengamatan dengan diperoleh hasil pengamatan serta
pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah
persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus
dan hambatan yang saling hubungan.
2. Pengamatan pertama pada Ps = 3 v, muatan basicmeter 1 volt serta
hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan V = 70 volt, I = 60 A, dan R =
1,16 Ω, sedangkan saat hambatan tetap 47 Ω dan 100 Ω, menghasilkan
V = 99 volt, I = 66 A, dan R = 1,5 Ω.
3. Pengamatan kedua pada Ps = 3 v, muatan basicmeter 10 volt serta
hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan V = 95 volt, I = 56 Ampere, dan R
= 0,16 Ω, saat hambatan tetap 47 Ω menghasilkan V = 10 volt, arus 0
A, dan R = 0 Ω, sedangkan pada saat hambatan tetap 100 Ω
menghasilkan V = 10 volt, I = 66 A, dan R = 0,15 Ω.
4. Pengamatan ketiga pada Power Supplay 3 v, muatan basicmeter 50
volt serta hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan V = 1,98 volt, I = 56 A,
dan R = 0,035 Ω, saat hambatan tetap 47 Ω menghasilkan V = 2 volt, I
= 64 A, dan R = 0,031 Ω, sedangkan pada saat hambatan tetap 100 Ω
menghasilkan V = 2 volt, I = 66 A, dan R = 0,030 Ω.
5. Dan pengamatan yang terakhir pada Power Supplay 3 v, muatan
basicmeter 100 volt serta hambatan tetap 10 Ω, menghasilkan V = 0,37
volt, I = 64 A, dan R = 0,005 Ω, sedangkan saat hambatan tetap 47 Ω
dan 100 Ω, menghasilkan V = 0,99 volt, I = 66 A, dan R = 0,015 Ω.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno,dkk. 1979. Dasar-dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Reitz,dkk. 1994. Rangkaian Listrik. Jakarta: Erlangga.

Cromer.1994. Rangkaian Listrik edisi keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anonimous.2013.http://haryatimulya.blogspot.com/2013/04/laporan-fisika-ii-
hukum-ohm.html
Anonimous.2009.http://adhariyan.blogspot.com/2009/12/praktikum-hukum-
ohm.html
Peer-Assessment
Aspek Maeni Neneng Annisa Neneng Iqlima Rosianah
Kerjasama 2 1 3
Disiplin 3 2 1
Keterampilan 1 3 2
Keaktifan 2 1 3
Jumlah 8 7 9

Cirebon, 29 April 2014

Rosianah

Anda mungkin juga menyukai