Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 8

MAKALAH JADDAL DALAM AL-QURÁN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
AL-QURÁN DAN HADIST

Dosen Pengampu : Ade Wawan, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Anisa Amalia Ramadhani :


Mitha Mareza Febriani : 1811010128

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER 3 KELAS L
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat


menyusun makalah berjudul “Jaddal Dalam al-Qurán” Semua ini tidak lepas dari
hambatan dan kendala dalam penyusunan makalah ini dan dapat dilalui dengan
mudah. Tak lupa shalawat serta salam, selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang
benderang.
Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa yang ingin mempelajari jaddal dalam al-qurán agar lebih mudah Karena
ini juga merupakan hal penting dalam kehidupan manusia.
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam
mempelajari dan memahami mata kuliah Al-Qurán ddan Hadist.

Bandarlampung, 25 September 2019

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang.............................................................................................. iii
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ iv
I.3 Tujuan Masalah............................................................................................ iv

BAB II PEMBAHASAN
A

BAB III PENUTUP


Kata Pengantar ................................................................................................... 7
Daftar Pustaka .................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

Kitab suci Al-qur'an merupakan kitab Suci yang berisi kebenaran yang jelas
dan terperinci yang menjangkau segala aspek kahidupan, hal ini terlihat dengan
jelas ketika masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al- qur'an. Namun
banyak manusia yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi
kesombongan dan menyatakan diri tidak mengimaninya. Al-Qur'an tidak berisi
kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian kalimat
petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah menyatukan
berbagai macam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat banyak sekali
proses-proses para penafsir al- Qur'an dari zarnan ke zaman dalam upaya
mengungkap ma'na-ma.na dan system yang terkandung dalam al-qur'an yang
merupakan Mujizat terbesar Akhir zaman.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Jaddal

Jadal dalam arti bahasa adalah “Kusut", contoh. ‫جدلت الحبل‬yang berarti "
tali yang kusut “ dan menurut Istilah yaitu: Perdebatan dalam suatu masalah dan
berargumen untuk memenangkan perdebatan ( menemui kebenaran ).
Dalam bahasa Indbnesia, Jadal dapat dipadankan dengan debat. Debat
adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling
memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Jadal atau Jidal dalam bahasa Arab dapat dipahami sebagai
"perbantahan dalam suatu permusuhan yang sengit dan berusaha
memenangkannya.
Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat
dengan jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk
memenangkan pikiran atau pendapatnya dalam suatu perdebaan yang
sengit. Berbagai batasan pengertian tentang Jadal dirumuskan para ulama
namun pada dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha menunjukkan
kebenaran atau membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam
argumentasi. 1
Dari definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu,
maka itu antara lain adalah (1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima
atau terpuji, (2) Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat, (3)
Untuk menunjukkan aliranan/ mazhab serta kebenarannya.
Dengan rambu yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal
memang tidak harus saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit
menghidari suasana saling bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar
manusia adalah memang suka membantah atau berbantah-bantahan, bahkan
Tuhannya pun dibantah. (Q.S al Kahfi/18 : 54). Kenapa demikian? Sebab
manusia memang memiliki potensi kebebasan untuk itu, yang tidak dimiliki
oleh makhluk yang lainnya . untungnya kita punya pedoman yaitu al-Qur'an

1
Muhammad Hasbi Al-Shieddiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-
Qur’an(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 121
yang menganjurkan jika hendak berbantahan maka berbantahanlah dengan cara
yang terbaik.
Istilah yang dapat dipandang sebagai padanan daripada istilah Jadal
adalah al Munazharah, al Muhawarah, al Munaqasyah dan al Mubahatsah.
Istilah-istilah tersebut dapat dipandang sepadan, sebab pada dasarnya mengacu
pada tujuan yang sama yakni untuk menjelaskan dan kejelasan sesuatu
permasalahan. Hanya saja Jadal lebih menekankan kemenangan, dan pada saat
yang sama kekalahan bagi pihak lawan debat. Munazharah merupakan kegiatan
dimana dua orang saling mengemukakan pemikiran, masing-masing bertujuan
membenarkan pemikirannya serta menyalahkan pemikiran lawan (debat)nya
dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam
upaya mencari/menampakkan kebenaran. Adapun muhaworah mengacu pada
pembicaraan dimana di dalamnya ada dialog/tanya jawab dengan sopan yang
bertujuan hampir sama saja dengan Jadal. Tentang munaqasyah dan
mubahatsah hampir sama saja. Khususnya tentang Jadal dan muhawarah, di
dalam al-Qur'an terdapat ayat yang di dalamnya digunakan kedua istilah
tersebut, yaitu pada surah Q.,S. al Mujadalah ayat pertama. 2
Adapun al-Qur'an secara etimologis berarti "bacaan", dan secara
terminologis adalah Kalam Allah SWT. Yang merupakan mu’jiizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhamad SAW. dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Sedangkan yang dimaksud
Jadal al-Qur'an adalah pembuktian-pembuktian serta pengungkapan dalil dalil
yang terkandung di dalamnya untuk dihadapkan pada orang-orang kafir dan
mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh tujuan dan maksud
mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan melekat di hati
manusia.
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 54

‫سانُ أ َ إكثَ َر ش إَيءٍ َجد ًَل‬


َ ‫اْل إن‬
ِ ‫َوكَانَ إ‬

2
Ibid, hal, 123
Artinya : " Dan manusia itu sering kali membantah ( berdebat )"

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang suka bersaing, berdebat dan
selalu mempertahankan pendapat dan fikirannya masing-masing. Rasulallah juga
sebagai pengemban amanat Ilahi diperintahkan agar berdebat dengan kaum
musyrik dengan cara yang baik yang dapat meredakan keberingasan mereka.
Tercantum dalam Firman Allah pada (QS. al-Nahl(16) : 125) :

َ ‫سنَ ِة َوجَا ِد إل ُه إم ِبالَّتِي ِه َي أَحإ‬


ُ‫سن‬ َ ‫س ِبي ِل َر ِِّبكَ ِبا إل ِح إك َم ِة َوا إل َم إو ِع َظ ِة ا إل َح‬
َ ‫ع إِلَى‬
ُ ‫ا إد‬

Artinya :" Serulah (manusia) kepada jalan Tuhnnmu dengan


Hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik".

Dan juga dibolehkannya membantah para Ahli Kitab dengan bantahan yang
baik sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 46 :

َ ‫ب إِ َّل بِالَّتِي ِه َي أَحإ‬


ُ‫سن‬ ِ ‫َو َل تُجَا ِدلُوا أ َ إه َل ا إل ِكتَا‬

Artinya : " Dan janganlah kamu membantah terhadap Ahli Kitab,


kecuali dengan bantahan yang lebih baik. "

Itulah beberapa contoh cara perdebatan yang santun yang disampaikan


Allah SWT dalam Al-Qur'an yang suci, namun ada juga perdebatan-perdebatan
kosong yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang memperturutkan hawa
nafsunya unfuk menolak kebenaran.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 56 :

‫اط ِل ِليُد ِإحضُوا بِ ِه ا إلحَقَّ َواتَّ َخذُوا آَيَاتِي‬


ِ َ‫ش ِِّرينَ َو ُم إنذ ِِرينَ َويُجَا ِد ُل ا َّل ِذينَ َكفَ ُروا بِا إلب‬ َ ‫س ُل ا إل ُم إر‬
ِ َ‫س ِلينَ إِ َّل ُمب‬ ِ ‫َو َما نُ إر‬
‫َو َما أ ُ إنذ ُِروا ه ُُز ًوا‬
Artinya : " Dan orang-orang lufir membantah dengan yang batil, agar
dengan demikian mereka dapat menolak yang hak, dan mereka menganggap ayat-
ayat Kami dan peringatan Kami terhadap mereka sebagai olok-olok ".

B. Metode Berdebat yang Ditempuh Qur’an

Sebelum menjelaskan metode al qur’an dalam berdebat, akan dijelaskan terlebih


dahulu cara yang disuruh oleh Rasulullah dalam berdebat.
Dengan demikian jelaslah bahwa Allah membolehkan (menyuruh) mendebat orang
musyrik dan ahli kitab dengan cara yang baik, yang dapat melemahkan pikiran dan sikap
mereka yang kasar itu.3
Sedangkan metode-metode al qur’an dalam berdebat adalah:
a. Al ta’rifat
Allah SWT secara langsung memperkenalkan diri-Nya dan ciptaan-Nya sebagai
pembuktian akan wujud dan kemahakuasaan-Nya. Karena Allah tidak terjangkau oleh
indera manusia, maka dengan mengungkapkan hal-hal yang bisa ditangkap indera manusia,
manusia akan mampu memahami wujud dan kekuasaan Allah.

b. Al istifham al taqriri
Dalam bentuk ini Allah mengajukan pertanyaan langsung dengan penetapan
jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal yang sudah nyata diangkat lagi lalu disertai
dengan jawaban yang merupakan penetapan atas kebenaran yang sudah pasti.
Prosedur ini dipandang oleh para ahli ulum al qur’an sebagai cara yang ampuh
sekali. Sebab dapat membatalkan argumen atau jidal para pembantah.

c. Al tajzi’at
Dengan prosedur ini Allah mengungkapkan bagian-bagian dari suatu totalitas
secara kronlogis yang sekaligus menjadi argumentasi dialektis untuk melemahkan lawan
danmenetapkan suatu kebenaran. Masing-masing dapat berdiri sendiri untuk sebagai bukti
untuk membuktikan kebenaran yang dimaksudkan. Prosedur jadal seperti ini nampak
dalam perkataan Allah:

3
Ibnu Taimiyah, ar-Raddu ‘alaa Mantiqiyyin (Bombay : Al-Matba’a Al-Qoyyima, 1949)
hlm. 210.
d. Qiyas al khalaf
Dalam bahasa indonesia ini disebut dengan analogi terbalik. Dengan prosedur ini
kebenaran ditetapkan dengan membatalkan pendapat lawan yang berkebalikan atau
berlawanan.

e. Al tamsil
Allah mengungkapakan perumpamaan bagi suatu hal. Dengan perumpamaan itu
dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami secara lebih tepat dan lebih mudah,
lalu lebih melekat di sanubari lawan.

Seperti firman Allah dalm surat Al-baqarah ayat 259.

f. Al muqabalat
Al muqabalat adalah mempertentangkan dua hal yang salah satunya memiliki
efek yang jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Seperti mempertentangkan
antara Allah SWT dengan berhala yang disembah oleh orang-orang kafir.
Mana’ul Quthan dalam bukunya mabaahist fi ulum al qur’anmenjelaskan bahwa
metode atau cara-cara yang digunakan al qur’an dalam berdebat adalah:
a) Allah menyebutkan ayat-ayat kauniyah agar dijadikan dalil bagi sendi-sendi
akidah. Seperti firman Allah dalam surat Al-baqarah:21-22
b) Menantang para penentang dengan cara:
1) Menetapkan pembicaraan dengan jalan istifham
2) Mengemukakan dalil-dalil bahwa Allah adalah tempat kembali
3) Membatalkan tuduhan lawan dalam bersengketa dan tetap melawannya.
4) Sabru dan taqsim, yaitu mempersempit sifat-sifat, membatalkan, dan
menjadikan yang satu sebab bagi yang lain. Sepaerti firman Allah dalam surat Al-
an’am:143-144
5) Mengalahkan lawan dengan cara menjelaskan bahwa tuduhan yang
diajukannya itu tidak seorangpun yang mengetahuinya.

Sedangkan menurut imam As-Suyuthi, metode al quran dalam mendebat adalah


mengikuti kebiasaan orang Arab, bukan mengikuti ahli filsafat.4

C. URGENSI JADAL DALAM AI-QUR’AN

4
Ibid, hal 215
Setelah menjelaskan bagaimana Al-Qur'an memberikan aturan-aturan
dalam perdebatan yang dibolehkan, perlu kita ketahui urgensi dari Jadal dalam al-
Qur'an. Mengapa Al-Qur'an itu mernbanlah argumenl-argumen orang-orang kafir
dan musyrik?, diantara urgensinya adalah:
 Dikarenakan Al Qur’an turun ditengah tengah bangsa Arab dan
menggunakan bahasa mereka maka Al-Qur'an berargumen sebagaimana
argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan
yang dibicarakan. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrohim ayat 4:
Artinya: "Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, kecuali dengan bahasa
kaumnya supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada
mereka."
 Fitroh manusia yang suci akan selalu menerima hal- hal yang pasti dan
rasional sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan
angan-angan yang tiada batas.
 Menghindari dari kata kata yang rumit dan membutuhkan rincian
merupakan hal yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata
yang membutuhkan penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan
yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila seseorang
mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak rumit akan menang
dalam berargumen. Begitulah Allah SWT memberikan bantahan- bantahan
yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun.5

D. Macam Macam Perdebatan Dalam Alquran Dan Dalilnya

a. Menyebutkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah melakukan


perhatian dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetapan dasar-dasar
kaidah, seperti ketauhidan Allah dan Uluhiyah-Nya dan keimanan kepada

5
Manna' Khalil al-Qaththan, Mabahitsfi UIum al-Qur'an (Beirut: Mansyurat al-
Ashr, 1977) hal.299
malikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian. Seperti
firman Allah dalam (QS. al-Baqarah (2) : 21)

َ‫اس ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم َوالَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

b. Membantah pendapat para penantang dan lawan, serta mematahkan


argumentasi mereka. perdebatan macam ini mempunyai beberapa bentuk :

1. Membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanyan tentang hal-hal


yang telah diakui dan diterima baik oleh akal, agar ia mengakui apa yang
tadinya diingkari, seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk
menetapkan adanya Khalik, seperti firman Allah pada (QS. al-Thur(52) :
35-43);

َ‫ض َبل ََل يُوقِنُون‬ َ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫) أ َ ْم َخلَقُوا ال‬35( َ‫َيءٍ أ َ ْم ُه ُم ْالخَا ِلقُون‬ ْ ‫غي ِْر ش‬ َ ‫أ َ ْم ُخ ِلقُوا ِم ْن‬
ِ ْ ‫سلَّ ٌم َي ْست َِمعُونَ فِي ِه فَ ْليَأ‬
‫ت‬ ُ ‫) أ َ ْم لَ ُه ْم‬37( َ‫سي ِْط ُرون‬ َ ‫) أ َ ْم ِع ْندَ ُه ْم خَزَ ائِ ُن َر ِبكَ أ َ ْم ُه ُم ْال ُم‬36(
‫) أ َ ْم تَسْأَلُ ُه ْم أَجْ ًرا فَ ُه ْم ِم ْن‬39( َ‫) أ َ ْم لَهُ ْال َبنَاتُ َولَ ُك ُم ا ْل َبنُون‬38( ‫ين‬ ٍ ‫ان ُم ِب‬ َ ‫س ْل‬
ٍ ‫ط‬ ُ ‫ُم ْست َِمعُ ُه ْم ِب‬
‫) أ َ ْم ي ُِريدُونَ َك ْيدًا فَالَّذِينَ َكفَ ُروا‬41( َ‫ْب فَ ُه ْم َي ْكتُبُون‬ ُ ‫) أ َ ْم ِع ْندَ ُه ُم ْالغَي‬40( َ‫َم ْغ َر ٍم ُمثْقَلُون‬
43( َ‫ع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ َّ َ‫س ْب َحان‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ٌ‫) أ َ ْم لَ ُه ْم ِإ َله‬42( َ‫ُه ُم ْال َم ِكيدُون‬
َّ ‫غي ُْر‬
ُ ِ‫َّللا‬

Artinya : “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah


mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? 36. Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa
yang mereka katakan). 37. Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan
Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa? 38. Ataukah mereka mempunyai
tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang
gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka
mendatangkan suatu keterangan yang nyata. 39. Ataukah untuk Allah
anakanak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki? 40. Ataukah
kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan
hutang? 41. Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib
lalu mereka menuliskannya? 42. Ataukah mereka hendak melakukan tipu
daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. 43.
Ataukah mereka mempunyai Tuhan selain Allah. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan”.

2. Mengambil dalil dengan mabda’ (asal mula kejadian) untuk menetapkan


ma’ad (hari kebangkitan), seperti Firman-Nya dalam (QS. Qaaf(50) : 15) :

َ ْ َ ‫أ‬ َ‫َََ َ ْ َ ْ أ‬
‫اْل َّول ۚ َب أل ُه أم ف َل أ‬
‫يد‬
ٍ ‫س ِمن خل ٍق ج ِد‬
ٍ ‫ب‬ ‫ي‬ ِ ِ ‫أفع ِيينا ِبالخل ِق‬
Artinya: “Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang
pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang
penciptaan yang baru”. (QS. Qaf : 15).

3. Membatalkan pendapat lawan dan membuktikan (kebenaran) kebalikannya,


seperti yang tersurat dalam (QS. al-An’am(6) : 91);

َ ‫شء ۗ ُق أل َم أن َأ أن َز َل ْالك َت‬ َ ‫أ‬ ََ َ ٰ َ َ ُ ‫أ َ ُ َ َ أ َ َ ه‬ ‫ه َ َ َّ َ أ‬ ُ ‫َو َما َق َد‬


‫اب‬ ِ ٍ ‫ش ِمن َ ي أ‬ ٍ ‫ب‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫اَّلل‬ ‫ل‬‫ز‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫وا‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ه‬‫ر‬
ِ ِِ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ق‬ ‫ح‬ ‫اَّلل‬ ‫وا‬‫ر‬
َ َ ُ ‫أ‬ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َّ ً ُ َ ً ُ ٰ َ ‫هالذي َج َاء به ُم‬
ۖ ‫يس ت أبدون َها َوتخفون ك ِث ر ًيا‬ َ ‫اط‬ ِ ‫اس ۖ تجعلونه ق َر‬
َ ‫أ‬
ِ ‫وش نورا وهدى ِللن‬ ِِ ِ
َ ْ َ ُ َ ُ ُ ُ ُ َ ‫أ‬ َ َ َ َ
ُ ‫َو ُعل أم ُت أم َما ل أم ت أعل ُموا أن ُت أم َوَل َآباؤك أم ۖ قل ه‬ ِّ
‫اَّلل ۖ ث َّم ذ أره أم ِ يف خ أو ِض ِه أم َيل َع ُبون‬ ِ

Artinya: Dan mereka tidak menghormati Allah dengan


penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak
menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan
petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas
yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu
sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa
yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah:
"Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu
menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-
main dalam kesesatannya.
4. Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan
bahwa pendapat yang dikemukakannya itu menimbulkan suatu pendapat
yang tidak diakui oleh siapapun. 6

Misalnya pada (QS. al An’am(6) : 100-101) :

ُ ‫ت بِغَي ِْر ِع ْل ٍم‬


َ ‫س ْب َحاَنَهُ َوتَعَالَ ٰى‬
‫ع َّما‬ ٍ ‫ش َر َكا َء ا ْل ِج َّن َو َخلَقَ ُه ْم ۖ َوخ ََرقُوا لَهُ بَنِينَ َوبَنَا‬
ُ ِ‫َو َجعَلُوا ِ َّّلِل‬
َ‫صفُون‬
ِ َ‫ي‬

ْ ‫اِح َبٌةٌ َو َخ َلَقَ ُك َّل ش‬


‫َيءٍ َو ُه َو ِب ُك ِل‬ ِ ‫َص‬ ُ ‫ض أََنَّى َي ُك‬
َ ُ‫ون لَهُ َولَدٌ َولَ ْم ت َ ُك ْن لَه‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َّ ‫َبدِي ُع ال‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ٍ‫َيء‬
ْ ‫ش‬

Artinya:

100. Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah,
padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan
mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan",
tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-
sifat yang mereka berikan.

101. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia
tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu.

Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah tidak mempunyai anak, hal ini
karena proses kelahiran anak tidak mungkin terjadi dari sesuatu yang satu. Proses
tersebut hanya bisa terjadi dari dua pribadi. Padahal Allah tidak mempunyai istri.
Di samping itu Dia menciptakan segala sesuatu dan penciptaan-Nya terhadap segala
sesuatu ini sungguh kontradiktif bila dinyatakan bahwa Dia melahirkan sesuatu.
Dia mengetahui segala sesuatu, dan pengetahuan-Nya ini membawa konklusi
bahwa Dia berbuat atas dasar kehendak-Nya sendiri. Perasaan pun dapat
membedakan antara yang berbuat menurut kehendak sendiri dengan yang berbuat
karena hukum alam. Dengan kemahatahuan-Nya akan segala sesuatu itu, maka

6
Manna' Khalil al-Qaththan, Mabahitsfi UIum al-Qur'an (Beirut: Mansyurat al-
Ashr, 1977) hal.299
mustahil jika Dia sama dengan benda-benda fisik alami yang melahirkan sesuatu
tanpa disadari, seperti panas dan dingin. Dengan demikian maka tidak benar
menisbatkan anak kepada-Nya.7

inya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat di ambil kesimpulan dari beberapa poin diatas diantaranya sebagai berikut:

Kita dapat berkata bahwa yang dimaksud dengan jaddal quran adalah: bertukar
pikiran dengan cara bersaing dan berlomaba-lomaba untuk mengalahkan lawan. Mengingat
kedua belah pihak yang berdebat itu mengokohkan pendapatnya masing-masing dan
berusaha menjatuhkan lawan dari pendirian yang dipegangnya. Allah telah menyatakan
dalam Al-Quran bahwa jadal atau berdebat merupakan salah satu tabiat manusia,

Tujuan dari Jadal al-Qur'an antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud
dan wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari'ah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan
permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin
mendapat kejelasan. serta untuk mematahkan pembangkangan para penentang dengan
pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis pendekatan seperti : al
Ta’rifat, al Istifham al Taqriri, al Tajzi'at, Qiyas al Khatf, at tamsil dan al Muqabalat.

metode-metode al qur’an dalam berdebat yang disuruh oleh Rasulullah adalah:

 Al ta’rifat
 Al istifham al taqriri
 Al tajzi’at
 Qiyas al khalaf
 Al tamsil

7
Abu Zahrah , Al-Mu'jizat al Kubra, (Beirut: Dar al Fikr, 1970) hal. 371-387
 Al muqabalat

Mana’ul Quthan dalam bukunya mabaahist fi ulum al qur’anmenjelaskan bahwa


metode atau cara-cara yang digunakan al qur’an dalam berdebat adalah:

a) Allah menyebutkan ayat-ayat kauniyah agar dijadikan dalil bagi sendi-sendi akidah.
Seperti firman Allah dalam surat Al-baqarah:21-22

b) Menantang para penentang

Sedangkan menurut imam As-Suyuthi, metode al quran dalam mendebat adalah


mengikuti kebiasaan orang Arab, bukan mengikuti ahli filsafat Al-Quran sebagaimana
diketahui bukan buku logika atau mantiq yang menguraikan cara-cara berdebat; melainkan
menggunakan apa yang disebut dengan jadal yang gunanya untukm membuktikan
kebenarannya serta mematahkan argument orang-orang yang menantangnya. Dengan
demikian, maka kita menemukan bahwa cara yang digunakan oleh Al-Quran
dalam jadalsenantiasa sejalan dengan fitrah manusia sehingga pembicaraannya selalu
cocok dengan kondisi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai