Anda di halaman 1dari 26

Makalah Makassar, 5 November 2019

HUKUM DAGANG

“FIRMA”

KELOMPOK II

MUHAMMAD DIRMANSYAH TEGUH PAMBUDI (04020180066)


A. MUH. NUR YUSRIL YUSRAN SIRATH (04020180071)
A. MUHAMMAD APRISAL SETIAWAN (04020180077)
RENALDI (04020180083)
MUHAMMAD NISAR SULAIMAN (04020180097)
SURYADI FAUZAN ABADI (04020180101)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Sholawat teriring salam semoga selalu
senantiasa Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.

Makalah yang berjudul “FIRMA” adalah salah satu syarat dari proses pembelajaran mata
kuliah Hukum Dagang di Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia.

Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami
selaku penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah yang di susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan sumbangsih kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata, semoga Allah SWT, memberikan pertolongan kepada semua orang menjalani
kehidupan ini, terutama bagi kita semua. Aaamiin..

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Makassar, 5 November 2019

Penyusun

2
DAFTARI ISI

Sampul....................................................................................................................................... 1

Kata Pengantar.......................................................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................................................... 3

BAB I – PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 4


b. Rumusan Masalah......................................................................................................... 4
c. Tujuan............................................................................................................................ 4

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Firma........................................................................................................... 5
b. Tujuan Firma................................................................................................................. 6
c. Dasar Hukum Firma...................................................................................................... 6

BABI III – PEMBAHASAN

a. Perseroan Firna............................................................................................................ 11
b. Ciri-ciri Perseroan Firna.............................................................................................. 13
c. Klasifikasi Pendirian Firma......................................................................................... 14
d. Syarat-syarat Mendirikan Firma.................................................................................. 14
e. Cara Mendirikan Perusahaan (Firma)......................................................................... 15
f. Proses Membuat Perusahaan (Firma).......................................................................... 16
g. Proses Pembubaran Persekutuan Firma...................................................................... 19
h. Kelebihan dan Keburukan Firma................................................................................ 19
i. Sekutu, Hukum dan Tanggung Jawab......................................................................... 21
j. Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab.................................................................... 22
k. Contoh Badan Usaha Firma........................................................................................ 23

BAB IV -- PENUTUP

a. Kesimpulan.................................................................................................................. 25
b. Saran............................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 26

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai masyarakat, kita telah banyak mengetahui jenis-jenis dan
penggolongan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Dari segi bidang
usahanya, rata-rata masyarakat lebih mudah membedakan yang mana merupakan
perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan industri. Tetapi, ketika mengklasifikasikan
dalam hal bentuk perusahaan, kebanyakan mereka sulit untuk menentukan perbedaan
dari masing-masing bentuk perusahaan tersebut.
Salah satu bentuk perusahaan di Indonesia adalah Firma. Nama Firma memang
jarang terdengar di telinga masyarakat luas karena Firma tidak seperti Perseroan
Terbatas (PT) yang mempunyai pergerakan luas hingga mencakup kegiatan di bursa
efek. Meskipun begitu, bentuk perusahaan Firma tidak selalu lebih kecil daripada
Perseroan Terbatas (PT) ataupun Perseroan Komanditer (CV) karena perseroan firma
yang tergolong besar dapat mempunyai modal lebih dari Rp. 10 Milyar. Ditambah lagi,
ada berbagai kebaikan yang akan didapatkan jika mendirikan perusahaan berbentuk
Firma. Kemudian, semua itu kembali kepada kita dalam menentukan bentuk
perusahaan apakah yang kita butuhkan dan kita inginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perseroan firma?
2. Apa saja karakteristik perseroan firma yang membedakan dengan bentuk
perusahaan lain?
3. Bagaimana cara, prosedur, serta tahapan untuk mendirikan perseroan firma?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum dagang.
2. Untuk memahami subbab yang bersangkutan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perseroan Firma


Firma (bahasa Belanda: venootschap onder firma; perserikatan dagang antara
beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan
untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama.
Pemilik firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota
persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta
pendirian perusahaan.
Firma atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk
menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama.
Firma (Fa) ialah suatu persekutuan antara dua orang atau lebih yang menjalankan
badan usaha dengan nama bersama dengan mempunyai tujuan untuk membagi hasil
yang didapat dari persekutuan tersebut. Dalam mendirikan firma mempunyai anggota
paling sedikit dua orang atau lebih. Semua anggota mempunyai tanggung jawab
terhadap sebuah perusahaan dan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang
tercantum di dalam akta pendirian Firma. Jika bangkrut semua anggota harus
bertanggung jawab sampai harta punya pribadi ikut dipertanggungkan.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri
maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan
mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan
pribadi mereka. Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum
memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan
masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang
tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak
ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐sekutu, setiap
sekutu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan
pengesahan akta pendirian oleh Menteri Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila
jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.

5
B. Tujuan Firma
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar
lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut
Persekutuan ( Partnership ), sebab perusahaan yang berbentuk firma memang
didirikan oleh orang-orang atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan
demikian pemilik firma biasa disebut anggota atau sekutu atau partner. Perusahaan
dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti
perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga kantor-kantor
konsultan
C. Dasar Hukum Firma
Hukum Dasar Firma
Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta
Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta
pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara.
Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma
tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.

Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐


Undang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-
23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul
“Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut
Perseroan Komanditer” yang dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum
tersebut adalah sebagai berikut:

 Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11,
29; Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)

 Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat
perseroan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan
6
yang tidak bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut
perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan
ini. (KUHPerd. 1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)

 Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng
untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642,
1811.)
 Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang
bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang
atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud
perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan
komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)

 Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua,
maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)
Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam
perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD
17, 21, 32.)
Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya
dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk
mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)

 Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea
kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)

 Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya

7
kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada.
(KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
 Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang
disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah
hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst.,
30 dst., 38 dst.; S. 1946-135 pasal 5.)

 Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya
saja dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)
 Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat
memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)

 Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir,
dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)

 Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu
dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)
 Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat
kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036;
KUHD 29, 38.)

8
 Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka
perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk
segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap
tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda
tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang
diumumkan, maka terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan
dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916;
KUHD 30 dst., 39.)

 Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas
oleh bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya
kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk
membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan mengumumkannya
dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23
dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29.
Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan
diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)

 Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu
setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan
dalam perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga
dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan
pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu
mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu
tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan
mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-
ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

9
 Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus
harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga,
kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk
para persero komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan
suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet,
raad van justitie mengambil keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling
layak untuk kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17,
20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)

 Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-
utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan
keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan
oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
 Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan
sementara. (KUHD 33.)

 Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan
lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang
dibubarkan itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang
ditunjuk oleh raad van justitie karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak
mengurangi kebebasan para persero atau para penerima hak untuk melihatnya.
(KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perseroan Firma

Perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikat diri
untuk memasukan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan (pasal
1618 KUHS). Perseroan Firma, kata Firma berasal dari bahasa Belanda venootshap onder
firma (V.O.F), yaitu perserikatan dagang antara beberapa perusahaan atau sering juga disebut
Fa, adalah suatu bentuk badan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut
Firmant) dengan memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk
memperluas usahanya.

Adapun menurut para ahli tentang Perseroan Firma, diantaranya:

Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama.

Menurut Prof. Sukardono, perseroan firma adalah suatu perikatan perdata yang khusus,
kekhususan menurut pasal 16 KUHD yaitu adanya 3 unsur mutlak diantaranya :

1. Menjalankan perusahaan
2. Dengan pemakaian nama bersama
3. Bertanggung jawab tiap-tiap sekutu mengenai seluruh perikatan dengan firma.

Menurut pasal 16 dan 18 KUHD, yan dimaksud dengan firma ialah tiap-tiap perseroan
yang didirikan untuk menjalankan sesuatu perusahaan dibawah satu nama bersama, dimana
masing-masing anggota bertanggung jawab seluruhnya.

Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena tidak ada pemisah
harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu-sekutu, setiap sekutu bertanggung
jawab secara pribadi untuk keseluruhan, selain itu firma tidak bisa dikatakan berbadan hukum
karena firma telah memenuhi syarat materiil namun syarat formalnya berupa pengesahan atau
pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal inilah yang
menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan hukum.

Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih
kuat dan mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Perusahaan dengan berbentuk firma

11
bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan
dagang, perusahaan jasa, kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi publik.

o Sekutu

Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu
komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan.
Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan apakah di antara
para sekutu ada yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau
tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal
ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 18 KUHD.

o Keuntungan

Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam
Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan
dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara pada sekutu. Dalam hal
cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya pembagian
tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan batasan ketentuan tersebut
tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja dan boleh
diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu sekutu saja. Penetapan
pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan.

Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian
didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang
memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang
atau benda yang paling sedikit.

B. Ciri-ciri Perseroan Firma

Adapun ciri-ciri firma yang diketahui diantaranya :

12
1. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.

2. Modal Perusahaan 100% dimiliki oleh warga negara Indonesia dan bersumber dari
modal para pendiri firma yang juga merupakan warga negara Indonesia.
3. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.

4. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.

5. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tak terbatas.

6. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan harta
pribadi.

7. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.

8. Seorang anggota tidak berhak memasukan anggota baru tanpa seizing anggota yang
lainnya.

9. Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.

10. Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.

11. Mudah diperoleh kredit usaha.

Di dalam Perseroan Firma semua anggota adalah pemilik sekaligus merangkap


pengelola yang secara langsung, aktif melaksanakan usaha perusahaan, firma memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk organisasi yang lain.

Menurut Drebin, karakteristik Perseroan Firma ada 5, yaitu :

1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha Firma
merupakan wakil dari anggota Firma yang lain. Apabila ada salah seorang anggota
beroperasi dalam bidang usaha Firma, maka secara tidak langsung anggota tersebut
mewakili anggota Firma yang lain.

2. Limited Life (umur terbatas), Firma yang didirikan oleh beberapa anggota memiliki
umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar berarti Firma tersebut
dinyatakan bubar secara hukum, dan apabila ada anggota baru yang bergabung, Firma
dinyatakan masih beroperasi.

13
3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap Firma tidak terbatas), maksudnya
tanggung jawab tak terbatas, tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan
yang dimiliki Firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi anggota Firma. Jika dalam
keadaan tertentu Firma memiliki huang pada kreditur dan Firma tersebut tidak mampu
membayar karena jumlah kekayaan tidak mencukupi maka kreditur berhak menagih
kepada para anggota Firma sampai harta milik pribadi

4. Ownership of an Interest in a Partnership yaitu, bahwa kekayaan setiap anggota yang


sudah ditanamkan dalam Firma merupakan kekayaan bersama dan tidak dapat
dipisahkan secara jelas.

5. Participating in Partenrship Profit maksudnya, laba atau rugi sebagai hasil operasi
Firma akan dibagikan kepada setiap anggota Firma berdasarkan partisipasi para
anggota dalam Firma.

C. Klasifikasi Pendirian Firma

1. Kecil : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas Rp. 50
juta sampai dengan Rp. 500 juta

2. Menengah : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas
Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 10 milyar

3. Besar : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas Rp. 10
milyar

D. Syarat-syarat Mendirikan Firma

Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :

1. Tidak melanggar hukum.

2. Tidak bertentangan dengan norma susila.

3. Tidak mengganggu ketertiban umum.

4. Mengedepankan kepentingan umum.

5. Bertujuan mendapatkan keuntungan.

E. Cara Mendirikan Perusahaan (Firma)

14
Untuk mendirikan perusahaan dan membuat badan usaha dalam bentuk Firma
dibutuhkan minimal 2 orang sebagai pendiri perusahaan.Para pendiri firma adalah warga
negara Indonesia yang menjadi anggota pengurus didalam perusahaan dengan jabatan sebagai
Direktur. Masing-masing pengurus firma memiliki hak dan kewajiban yang setara dan masing-
masing dapat bertindak untuk dan atas nama perusahaan.

Seperti halnya mendirikan PT atau CV, prosedur untuk mendirikan Firma juga
dapat diajukan oleh para pendiri bersama-sama atau memberikan kuasa kepada salah satu
pendiri, dan atau memberikan kuasa kepada orang lain untuk mengajukan permohonan akta
pendirian Firma kepada Notaris. Notaris yang dimaksud bisa berdomisili dimana saja selama
berkedudukan di wilayah Republik Indonesia.

o Persiapan mendirikan Firma

Sebelum permohonan untuk membuat Akta Pendirian Firma diajukan kepada Notaris, minimal
ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh para pendiri sebagai dasar pembuatan Akta
Pendirian yang memuat anggaran dasar Perusahaan yaitu;

1. Data Nama para pendiri Firma


2. Nama perusahaan
3. Tempat dan kedudukan perusahaan (kota/kabupaten)
4. Maksud dan tujuan perusahaan serta kegiatan usaha, dan
5. Susunan pengurus Firma (Direktur)
6. Melampirkan surat kuasa jika permohonan dikuasakan kepada orang lain

Dengan data tersebut diatas, sudah bisa mengajukan permohonan pendirian Firma kepada
Notaris untuk dibuatkan Akta Otentik sebagai Akta Pendirian yang menjadi dasar terbentuknya
sebuah perusahaan.

Sebelum akta pendirian Firma dibuat Notaris akan membuat draf/notulen sebagai
anggaran dasar yang harus ditdantangani oleh para pendiri atau penerima kuasa. Setelah
draf/notulen tersebut ditandatangani oleh para pendiri dan kuasanya kemudian Notaris akan
membuat salinan draf/notulen tersebut yang sama isinya dalam bentuk Akta Pendirian yang
ditandatangani oleh Notaris.

15
Setelah Akta dibuat dan ditandatangani oleh Notaris, maka lahirnya badan usaha atau
perusahaan baru pada hari dan tanggal yang disebutkan didalam Akta Pendirian. Setelah
perusahaan dibentuk dengan Akta Notaris, maka yang harus anda lakukan segera melengkapi
legalitas perusahaan dengan pendaftaran dan izin usaha yang dibutuhkan untuk dapat
melakukan kegiatan usaha.

F. Proses Membuat Perusahaan (Firma)

Berikut ini tahapan proses untuk membuat Firma sebagai berikut;

1. Proses Akta Pendirian Firma

Akta Pendirian Firma dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang berwenang dan dibuat
dalam bahasa Indonesia

Lama proses; 1-2 (satu-dua) hari kerja

Persyaratan;

 Melampirkan data pendirian perusahaan


 Fotokopi KTP para pendiri Firma
 Surat kuasa apabila dikuasakan kepada orang lain

2. Proses Surat Keterangan Domisili Perusahaan

Permohonan surat keterangan domisili perusahaan diajukan kepada Kepala Kantor Kelurahan
setempat sesuai dengan alamat kantor perusahaan berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan
alamat perusahaan.

Lama Proses; 2 hari kerja

Persyaratan:

 Fotokopi KTP para pendiri Firma


 Fotokopi Akta pendirian Firma
 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha

16
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan
 Fotokopi PBB-pajak bumi dan bangunan tahun terakhir untuk yang berdomisili di
RUKO/RUKAN

3. NPWP - Nomor Pokok Wajib Pajak

Permohonan pendaftaran wajib pajak badan usaha diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan untuk mendapatkan;

 Kartu NPWP
 Surat keterangan tedaftar sebagai wajib pajak

Lama Proses : 2 hari kerja

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

 Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung


 Melampirkan bukti pelunasan PBB-pajak bumi banguan
 Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak tempat usaha

4. Pendaftaran ke pengadilan negeri

Permohonan ini diajukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat sesuai tempat dan
kedudukan perusahaan berada.

Lama proses : 1 hari kerja

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

 Melampirkan NPWP-nomor pokok wajib pajak


 Salinan akta pendirian Firma

5. SIUP - Surat Izin Usaha Perdagangan

Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten untuk golongan


SIUP menengah dan kecil, atau Dinas Perdagangan Propinsi untuk SIUP besar sesuai dengan
tempat kedudukan perusahaan berada.

17
Peraturan SIUP diatur sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 46/M-DAG/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Lama proses : 10 hari kerja

Persyaratan lain yang dibutuhkan;

 SITU/HO untuk jenis kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan adanya SITU
berdasarkan Undang-Undang Gangguan
 Photo direktur utama/pimpinan perusahaan (3x4) sebanyak 2 (dua) lembar

6. TDP - Tanda Daftar Perusahaan

Permohonan pendaftaran diajukan kepada Pendaftaran Perusahaan yang berada di


Kota/Kabupaten cq. Dinas Perdagangan.

Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat Tanda Daftar
Perusahaan sebagai bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar
Perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-
DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan

Lama Proses: 14 hari kerja

Persyaratan:

 Fotokopi KTP para pendiri Firma


 Fotokopi Akta pendirian Firma
 Fotokopi NPWP direktur/pimpinan perusahaan
 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan

18
Pengumuman

Sesudah mendapat nomor dan tanggal pendaftaran sebagai persekutuan firma


dari pengadilan negeri maka akte pendirian tersebut harus dicatat dan diumumkan di
dalam berita negara

G. Proses Pembubaran

Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal
1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata
menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :/

1. Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
4. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.

H. Kelebihan dan Kekurangan Firma

Kelebihan Firma

Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kebaikan dan keburukan. Begitu pula Firma,
pasti memiliki kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang harus di pertimbangkan.

Berikut adalah kebaikan-kebaikan dari Firma, yaitu:

1. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah untuk
memperluas usahanya.

2. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang lebih
besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.

19
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para
anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama. Sehingga keputusan-
keputusan menjadi lebih baik

4. Tergabung alasan-alasan rasional.

5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.

6. Prosedur pendirian relative mudah.

7. Pimpinan dalam firma bisa dibagi sesuai dengan keahlian masing-masing.

8. Kelangsungan pada badan usaha lebih terjamin.

9. Pinjaman untuk modal lebih mudah didaptkan

10. Modal firma lebih besar dibandingkan dengan sebuah usaha perorangan.

Kekurangan Firma

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, Firma juga mempunyai keburukan-keburukan sebagai


berikut:

1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.

Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi A = Rp. 400.000, B =
Rp. 200.000, C = Rp. 100.000. Dengan berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai
hutang sebesar Rp. 800.000. modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp.
700.000 dipakai untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000 harus
dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka sisa
hutang tersebut harus dibayar oleh C.

2. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini memungkinkan
timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.

3. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.

4. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang anggota
keluar, maka firma pun bubar.

5. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota firma.

20
6. Sulit dalam mengambil suatu keputusan karena adanya suatu perbedaan pendapat dari
kedua pemimpin

7. Kesalahan pada sesorang anggota harus ditanggung bersama

8. Tidak adanya pemisah harta kekayaan antara hak milik dengan Firma. Bila mengalami
bangkrut, maka harta pribadi ikut dipertanggungkan.

I. Sekutu, Hukum dan Tanggung Jawab

Sekutu Firma

Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu komplementer atau
Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara
sekutu baik secara intern maupun ekstern setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu
sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama
perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya.
Segala tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan tersebut, atau yang para
persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan diatas”.

Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat
tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.

Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:

1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.

2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga

3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.

Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu sekutu yang
bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau pribadi. Tugas dari
sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda dalam hal tanggung
jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap anggota secara tanggung-

21
menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang disebut dengan
tanggung jawab solider.

Cara menggunakan nama bersama:

1. Nama seorang sekutu (Mis: Firma H. Suryadi)

2. Nama seorang sekutu dengan tambahan (Mis:Firma H. Suryadi & Brothers (disingkat
Fa. H. Suryadi & Bros), artinya perusahaan persekutuan ini beranggotakan Yusril serta
saudara-saudaranya).

3. Kumpulan nama semua sekutu (Mis: Firma Suryadi/Yusril, Aprisal, Nisar dan Dimas).

4. Nama lain berupa tujuan perusahaan. (Mis: Firma Butik Chloe) berusaha di bidang
butik.

J. Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab

Hubungan hukum antara sekutu Firma :

 • Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang ditunjuk sebagai
pengurus Firma.

 • Semua sekutu berhak melihat dan mengontrol pembukuan Firma (pasal 12 KUHD).

 • Semua sekutu memberikan persetujuan, jika Firma menambah sekutu baru (ps. 1641
BW).

 • Penggantian kedudukan sekutu diperkenankan, jika diatur dalam akta pendirian.

 • Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma
dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.

Hubungan Hukum antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga:

1. • Sekutu yang telah keluar secara sah, masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar
perjanjian yang belum diselesaikan pembayarannya.

2. • Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi


kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangannya
(pasal 17 KUHD).

22
3. • Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan Firma, meskipun
dibuat oleh sekutu lain, termasuk karena perbuatan melawan hukum (ps.18 KUHD)

4. • Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan Firma tidak ada (karena
tidak ada akta pendirian), maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya Firma
dengan segala macam alat pembuktian (pasal 22 KUHD).

5. • Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma
dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.

K. Contoh Badan Usaha Firma

Contoh:

Aprisal dan Yusril bersepakat pada 1 Januari 2019 mendirikan sebuah usaha dalam bidang
konveksi yang diberi nama Punggawa Tailor. Berikut rincian modal usaha yang mereka
dirikan:

___________________________________________________________________________

Keterangan Aprisal Yusril

Kas Rp. 1.000.000

Persediaan Rp. 1.500.000

Mesin Rp. 4.500.000

Peralatan Rp. 2.500.000

Jumlah Rp. 5.500.000 Rp. 4.000.000

___________________________________________________________________________

“Punggawa Tailor”

Neraca awal

1 Januari 2019

23
AKTIVA PASIVA

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah

Aktiva Lancar :
Hutang
Kas Rp. 1.000.000

Persediaan Rp. 1.500.000

Total Aktiva Lancar Rp. 2.500.000

Aktiva Tetap :
Modal :
Mesin Rp. 4.500.000
Modal Aprisal Rp. 5.500.000
Peralatan Rp. 2.500.000
Modal Yusril Rp. 4.000.000
Total Aktiva Tetap Rp. 7.000.000

Jumlah Aktiva Rp. 9.500.000 Jumlah Hut & Modal Rp. 9.500.000

___________________________________________________________________________

Pembagian laba usaha Punggawa Tailor ialah :

58% untuk Aprisal dan 42% untuk Yusril . Apabila laba pertahun mencapai Rp. 50.000.000

Maka pembagian laba adalah :

Aprisal Rp. 50.000.000 x 58 % = Rp. 29.000.000

100

Yusril Rp. 50.000.000 x 42 % = Rp. 21.000.000

100

Maka dari itu, pembagian laba per tahun untuk Aprisal senilai Rp. 29.000.000 dan untuk
pembagian laba untuk Yusril senilai Rp. 21.000.000.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Firma adalah suatu usaha yang dijalankan atas kesepakatan lebih dari satu orang
dan atas nama bersama yang dasar hukumnya diatur dalam pasal 16-35 KUHD. Di
dalam firma, hanya terdapat satu sekutu yang disebut firman. Firman mempunyai
tanggung jawab penuh dan tak terbatas di dalam perseroan firma. Firman juga harus
memasukkan sesuatu ke dalam firma (baik berbentuk uang, barang, ataupun tenaga)
yang mana nanti hasil kerugian/ keuntungannya akan ditanggung bersama.

Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena tidak ada
pemisah harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu-sekutu, setiap sekutu
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Selain itu, hal yang
menjadikan firma bukan merupakan adan usaha yang berbadan hukum adalah
pendiriannya yang hanya dilakukan di depan notaris yang kemudian disahkan ke
pengadilan negeri setempat dan akhirnya diumumkan lewat surat kabar resmi sesuai
dengan ketentuan pasal 22, 23, dan 28 KUHD.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan
semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah
selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.

25
DAFTAR PUSTAKA

Suharyono. 2015. Bahan Kuliah Aspek Hukum Ekonomi Dan Bisnis, Samarinda

LAWINDO. “Tahapan Proses Mendirikan Perusahaan (CV)”,


http://www.lawindo.biz/proses-pendirian-cv. (Online) Diakses tanggal 11 April 2015

Bahasa Indonesia, Wikipedia. 2015. Firma. http://id.wikipedia.org/wiki/Firma. (Online)


Diakses tanggal 11 April 2015

BadanUsaha. Firma. http://badanusaha.com/firma. (Online) Diakses tanggal 11 April 2015

agrma. 2010. Firma. https://agrma.wordpress.com/2010/10/27/firma/. (Online) Diakses


tanggal 11 April 2015

KUHD, 2009. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Nomor 37 tahun
2004 tentang Kepailitan. Penerbit Citra Umbara : Bandung.
Arif Abubakar, 2009. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta : Cikal Sakti
Johannes Ibrahim. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan Dan Badan Hukum.
Bandung : PT. Refika Aditama, 2006
http://id.wikipedia.org/wiki/Firma
www.id.scribd.com/firma
http://faridaniva.blogspot.com/2013/11/pembentukan-firma-dengan-pembagian-laba.html
www.auliaguntur.staff.gunadarma.ac.id
M. Manullang, 2002. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
http://amar20.files.wordpress.com/2010/11/EkonomiMakalahFirma.html
“Firma”.oleh website. Shine mystyle

26

Anda mungkin juga menyukai