PROPOSAL
OLEH
NOERI ITSNANIYAH
NIM 170311611520
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar sering kali ditemui permasalahan
salah satunya permasalahan dalam belajar matematika. Banyak siswa yang
menganggap sulit dalam belajar matematika Faktor penyebabnya adalah
siswa tidak tertarik terhadap pelajaran matematika, malas belajar
matematika dan siswa hanya menghafalkan rumus-rumus yang diberikan
tanpa memahami penurunannya. Selain itu, cara penyampaian materi yang
monoton juga menyebabkan siswa menjadi bosan dalam belajar
matematika. Akibatnya siswa akan mengalami kesulitan dalam
memecahkan permasalahan matematika terutama masalah yang komplek
contohnya seperti soal-soal HOTS. Disamping itu, akan menimbulkan
masalah seperti kurangnya motivasi belajar, menurunnya minat belajar dan
rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini tidak sejalan dengan
kemampuan yang diharapkan dan penilaian dalam program “Merdeka
Belajar” yaitu literasi, numerasi dan survei karakter. Dalam numerasi
menuntut siswa untuk memahami semua konsep dan penyelesaian
matematika. Namun masih banyak siswa yang tidak memahami konsep
sehingga hasil belajar dan prestasi belajar menjadi rendah. Menurut data
dari Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015, rata-
rata skor matematika siswa di Indonesia adalah sebesar 397 berada jauh
dibawah rata-rata dari seluruh negara yaitu sebesar 500. Prestasi hasil
belajar matematika siswa Indonesia ini berada pada peringkat ke 50 dari
54 negara peserta yang diteliti. Dari data tersebut menunjukkan masih
rendahnya hasil dan prestasi belajar siswa di Indonesia. Prestasi belajar
tidak luput dari pengaruh motivasi belajar siswa.
Salah satu faktor pendorong agar siswa memiliki kemauan belajar
adalah motivasi (Emda,2017). Menurut Mc. Donald (2016) (dalam
Kompri, 2016:229) motivasi belajar adalah perubahan energi di dalam diri
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
1
2
kepuasan dan rasa bangga terhadap diri serta penguasaan materi tiap
individu.
3. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi
yang tumbuh dalam diri maupun luar diri siswa setelah mempelajari
materi yang diajarkan menggunakan model pembelajaran NHT-
ARIAS. Motivasi dikatakan meningkat jika minimal terkategori
“baik”.
4. Penerapan model NHT-ARIAS dikatakan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa jika (i) keterlaksanaan guru dan siswa terhadap
proses pembelajaran dapat mencapai minimal 75% dan (ii) motivasi
belajar siswa meningkat. Apabila salah satu kriteria tersebut tidak
terpenuhi maka dilakukan siklus berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
Menurut Motivasi Menurut Mc. Donald (2016) (dalam Kompri,
2016:229) motivasi adalah perubahan energi di dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian munculnya motivasi dalam
diri seseorang ditandai adanya perubahan energi yang dapat disadari atau
tidak. Sering kali terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya
motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengarahkan
segala kemampuannya. Proses pembelajaran tidak terlepas dari motivasi.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dimanis
yang sangat penting. Motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi–kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila tidak suka maka akan berusaha untuk
meniadakan perasaan tidak suka itu.
Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri
idividu contohnya siswa belajar karena didorong oleh keinginannya sendiri
untk menambah pengetahuan atau seseorang sering berolahraga basket
karena memang ia mencintai olahraga tersebut. Jadi dengan demikian,
tujuan yang ingin dicapai dalam motivasi intrinsik ada dalam kegiatan itu
sendiri. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri.
Contohnya siswa belajar dengan penuh semangat karena ingin
mendapatkan nilai yang bagus atau seseorang berolahraga karena ingin
menjadi juara dalam suatu turnamen. Dengan demikian dalam motivasi
ekstrinsik tujuan yang ingin dicapai berada di luar kegiatan itu. Dalam
proses pembelajaran, motivasik intrinsik sulit untuk diketahui karena
berasal dari dalam diri siswa. guru tidak dapak mengukur secara pasti
seberapa besar motivasi intrinsik dalam diri siswa. hal yang mungkin bisa
8
9
B. Pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
kontruktivisme. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Vigotsky. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan membagi siswa menjadi
kelompok kecil yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda
(Suparmi,2012). Jadi dalam pembelajaran kooperatif dibagi menjadi
kelompok-kelompok heterogen yang bisa didasarkan pada kemampuan
siswa, ras, suku, agama dan lain-lain. Dalam penyelesaian tugas
kelompok, setiap siswa harus saling bekerja sama, berperan aktif, dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Menurut Slavin (dalam Suparmi, 2012) mengemukakan tiga
konsep yang menjadi karakter dalam pembelajaran kooperatif yaitu
a. Penghargaan kelompok, dimana keberhasilan suatu kelompok
didasarkan pada kemampuan individu dalam menciptakan hubungan
antar anggota kelompok, saling memberi dukungan dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu, tergantung pada kemampuan
pembelajaran individu dari anggota kelompok.
c. Kesempatan yang sama untuk berhasil, dimana dalam pembelajaran
kooperatif siswa yang memiliki prestasi rendah, sedang dan tinggi
memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil karena tiap anggota
kelompok bekerja sama dan membagi pengetahuan hingga semua
anggota kelompok paham.
1. Penomoran (Numbering)
13
LKPD disusun agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa bahwa
mereka mampu mengerjakan dengan baik dan apa yang siswa pelajari ada
relevansinya dengan kehidupan siswa. Bentuk, susunan isi LKPD dapat
membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengadakan evaluasi diri, membuat siswa merasa dihargai dan dapat
menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru harus menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa, menggunakan kata-kata yang jelas dan kalimat yang
sederhana serta tidak berbelit-belit. LKPD dilengkapi dengan gambar yang jelas
dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai
macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa untuk memahami materi yang
dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R.E., Sugiman & Waluyo, S.B. 2014. Keefektifan Model ARIAS
Berbantuan Kartu Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Kreano. 5(1).
Siregar, F.A. 2012. Pengaruh Model Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika,
1(1).
21
22