Anda di halaman 1dari 3

Objek Edukasi dan Poin Penting:

 Pemeriksaan radiologi pada penyakit bilier sering memerlukan pendekatan


multimodalitas pencitraan
 Pencitraan pada bilier dalam kasus jaudice oleh karena obstruksi dilakukan
dengan modalitas untuk mencari diagnosa terkait tingkat obstruksi dan
keparahan serta penyebab
 Objek dari tinjauan pustaka ini lebih kepada Primary Sclerosing Cholangitis and
Cholangiocarcinoma
 Artikel ini terfokus kepada pemeriksaan primer terkait Koledokolitiasis,
Kolangitis primer dan sekunder, dan kolangiokarsinoma.
 Modalitas imaging yang digunakan berupa US, CT, MRI, MRCP, dan ERCP.

Epidemiologi dan Patofisiologi


 Sejarah dari koledokolitiasis masih tidak jelas, namun komplikasi dapat berupa
obstruksi bilier, pankreatitis, dan kolangitis, dan jika disertai dengan kelainan
kronik lainnya dapat mengakibatkan peningkatan resiko terjadinya
kolangiokarsinoma
 Kolangitis Sklerosis sering disertai dengan gejala klinis obstruksi bilier, seperti
jaundice dan pruritus, namun selalu tidak disertai dengan tanda-tanda infeksi
 Kolangitis sklerosis primer dapat melibatkan duktus intrahepatikus dibandingkan
dengan duktus ekstrahepatikus
 Kolangiokarsinoma lebih jarang dibandingkan dengan keganasan hepatik dan
kolesistik lainnya, dengan persentase sekitar 1% dari keganasan
 Kebanyakan kolangiokarsinoma merupakan adenokarsinoma, kebanyakan
pasien dengan kolangiokarsinoma berumur 60 hingga 70 tahun; pasien dengan
kolangitis sklerosis primer dapat terkena kolangiokarsinoma saat berumur muda
 Peningkatan serum CA19-9 dapat terlihat pada pasien dengan
kolangiokarsinoma
 Obstruksi bilier menyebabkan kolangitis supurativa akut yang disebabkan oleh
reflux hepatovenous dan bakteremia
 Organisme yang terlibat yaitu E. coli, Klebsiella sp., Proteus sp., Bacteroides
sp., P. aeruginosa
 Gejala klinis yang muncul: nyeri pada regio kanan atas, demam, dan
jaundice (Charcoat triad), kadang disertai dengan hipotensi dan gangguan
kesadaran.
 Kolangitis supurativa akut dapat menyebabkan pembentukan abses pada hepar
disebabkan oleh bakteri menginvasi daerah tersebut hingga mengakibatkan
bakteremia vena porta
 Sensitivitas dari CT scan dan US untuk mendeteksi abses hepar sebesar lebih
dari 90%

Strategi-strategi imaging
 Imaging awal pada pasien dengan susp. Kelainan akut bilier (termasuk
kelainan empedu) dilakukan dengan USG
 USG memiliki sensitivitas sebesar 99% untuk mendeteksi dilatasi pada
duktus, namun tidak sensitif terhadap koledokolitiasis karena sulit untuk
menampilkan bagian distal Common bile duct (CBD)
 Normal diameter dari CBD bervariasi, namun jika diameter CBD lebih dari
7mm umumnya mengindikasi terjadinya obstruksi duktus
 Meskipun CT bukan modalitas terbaik untuk koledokolitiasis, namun dapat
dijadikan modalitas dalam mencari penyebab jaundice
 CT kolangiografi direk memerlukan injeksi kontras melalui kateter perkutaneus
atau dengan ERCP
 Tindakan non invasif dilakukan dengan kontras iodipamide meglumine IV
dalam waktu 30 menit, pemberian Hyoscine IV dilakukan untuk merelaksasi
splinter oddi
 CT kolangiografi juga dapat dilakukan tanpa menggunakan kontras IV,
namun menggunakan teknik minimal-intensity-projection-reconstruction
 MRCP merupakan modalitas lain selain CT kolangiografi
 Dilakukan dengan menggunakan sekuel T2, ditambahkan dengan Fat
Saturated T1, dan dengan Steady-state gradient-echo Acquisitions yang
tidak cocok digunakan untuk artefak-artefak yang bergerak
 Pada pasien dengan gejala signifikan atau memiliki komplikasi penyakit bilier,
MRCP atau MRI merupakan modalitas yang sering digunakan ketika hasil CT
dan USG kurang bermakna.
 MRCP tanpa menggunakan kontras IV dapat memperlihatkan hasil yang sulit
membedakan ascites, kumpulan cairan perihepatik, dan edema dari
bocornya empedu dan biloma, terutama jika terjadi peradangan
 Pada situasi ini, T1-weighted MRCP setelah pemberian kontras IV
merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan dengan menggunakan
kontras mangafodipir trisodium yang umumnya diekskresikan lewat
empedu dapat membantu menampilkan informasi kondisi anatomi dan
fungsional untuk mendeteksi bocoran empedu dan kumpulan empedu.

Anda mungkin juga menyukai