Journal Reading
Journal Reading
Strategi-strategi imaging
Imaging awal pada pasien dengan susp. Kelainan akut bilier (termasuk
kelainan empedu) dilakukan dengan USG
USG memiliki sensitivitas sebesar 99% untuk mendeteksi dilatasi pada
duktus, namun tidak sensitif terhadap koledokolitiasis karena sulit untuk
menampilkan bagian distal Common bile duct (CBD)
Normal diameter dari CBD bervariasi, namun jika diameter CBD lebih dari
7mm umumnya mengindikasi terjadinya obstruksi duktus
Meskipun CT bukan modalitas terbaik untuk koledokolitiasis, namun dapat
dijadikan modalitas dalam mencari penyebab jaundice
CT kolangiografi direk memerlukan injeksi kontras melalui kateter perkutaneus
atau dengan ERCP
Tindakan non invasif dilakukan dengan kontras iodipamide meglumine IV
dalam waktu 30 menit, pemberian Hyoscine IV dilakukan untuk merelaksasi
splinter oddi
CT kolangiografi juga dapat dilakukan tanpa menggunakan kontras IV,
namun menggunakan teknik minimal-intensity-projection-reconstruction
MRCP merupakan modalitas lain selain CT kolangiografi
Dilakukan dengan menggunakan sekuel T2, ditambahkan dengan Fat
Saturated T1, dan dengan Steady-state gradient-echo Acquisitions yang
tidak cocok digunakan untuk artefak-artefak yang bergerak
Pada pasien dengan gejala signifikan atau memiliki komplikasi penyakit bilier,
MRCP atau MRI merupakan modalitas yang sering digunakan ketika hasil CT
dan USG kurang bermakna.
MRCP tanpa menggunakan kontras IV dapat memperlihatkan hasil yang sulit
membedakan ascites, kumpulan cairan perihepatik, dan edema dari
bocornya empedu dan biloma, terutama jika terjadi peradangan
Pada situasi ini, T1-weighted MRCP setelah pemberian kontras IV
merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan dengan menggunakan
kontras mangafodipir trisodium yang umumnya diekskresikan lewat
empedu dapat membantu menampilkan informasi kondisi anatomi dan
fungsional untuk mendeteksi bocoran empedu dan kumpulan empedu.