DISUSUN OLEH:
A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orangtua dapat
mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan
pengalaman traumatic dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering
muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wulandari &
Erawati, 2016).
Menurut WHO pada tahun tahun 2008 didapatkan sebanyak hampir
80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2010 di
Indonesia sebanyak 33,2% dari 1.425 anak mengalami dampak
hospitalisasi berat, 41,6% mengalami hospitalisasi sedang. Menurut hasil
dari (SUSENAS) pada tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di
Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan
dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya
mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang special
dibanding pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita
anak-anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa.
Respon anak secara umum yang terjadi saat dirawat inap antara lain
mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan
gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun. Perasaan
cemas merupakan dampak dari hospitalisasi, cemas dan stress yang
dialami anak disebabkan oleh karena adanya perubahan status kesehatan
dan kebiasaan kegiatan pada saat sehat maupun saat sakit, atau adanya
perpisahan dengan keluarga saat masa perawatan (Hockkenberry &
Wilson, 2009). Kecemasan pada anak akan membuat proses penyembuhan
anak menjadi terganggu, anak kesulitan untuk kooperatif dengan segala
tindakan yang dilakukan selama perawatan di ruang rawat.
Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak untuk
menghilangkan batasan, hambatan dalam diri seperti menarik diri, takut
berbicara serta kecemasan (Yusuf dkk, 2013). Salah satu cara mengatasi
kecemasan yang dialami oleh anak ketika dirawat dirumah sakit yaitu
dengan bermain kolase. Salah satu permainan lain yang mempunyai
manfaat dalam melatih anak menyelesaikan masalahnya yaitu kolase.
Kolase yaitu permainan menempelkan potongan-potongan kertas berwarna
yang di tempelkan pada sketsa kartun yang sudah di sediakan. Dengan
bermain kolase, anak belajar untuk menyelesaikan masalah yang
mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar sebenarnya sedang dilatih
untuk memecahkan sebuah masalah. Bila anak mampu menyelesaikannya,
akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya tumbuh
kepercayaan diri kalau dia mampu menyelesaikannya dengan baik.
Kepercayaan diri sangat positif untuk menambah daya kreativitas anak
karena membuat anak tidak takut dalam menghadapi atau melakukan
sesuatu (Sugiarto, 2008).. Di zaman dimana semakin banyak orang
berpaling pada metode penyembuhan holistik, terapi musik merupakan
media yang ampuh dan tidak berbahaya. Terapi musik berhasil diterapkan
pada individu dari berbagai usia dan berbagai permasalahan (Young &
Koopsen, 2007).
Menurut jurnal Ningrum dan Nasrudin (2015) dengan judul
“Pengaruh Terapi Bermain Kolase Kartun Terhadap Tingkat Kooperatif
Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Nebuleser Di Rumah Sakit
Airlangga Jombang” dari hasil penelitian adanya pengaruh yang signifikan
pada kelompok perlakuan, hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh
terapi bermain kolase kartun terhadap tingkat kooperatif anak usia
pra sekolah selama prosedur nebuleser..
Menurut jurnal Sitohang (2016) dengan judul “Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Stres Hospitalisasi pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi
medan” dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi music dapat
mengurangi stress pada anak yang mengalami rawat inap.
Hasil pengamatan yang dilakukan di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi terdapat anak-anak usia pra sekolah mengalami kecemasan dan
ketakutan ditunjukan dengan sikap anak seperti menangias, teriak-teriak
apabila di lakukan tindakan medis.
Berdasarkan uraian diatas, maka kelompok merasa tertarik untuk
melakukan kegiatan terapi bermain dengan tema bermain kolase hewan
sambil mendengarkan music di melati 2 RSUD Dr. Moewardi,
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat kecemasan yang dirasakan menurun.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak mampu.
a. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan tenaga
medis dan teman sebaya
b. Menurunkan perasaan hospitalisasi
c. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan (terutama
perawat)
d. Memberikan perasaan bahagia pada anak
C. SASARAN
Pasien pra sekolah (3-6 tahun) yang dirawat di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK PESERTA
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut
1. Kriteria inklusi
a. Anak usia 3-6 tahun
b. Tidak terpasang alat-alat seperti NGT, kateter dll
c. Anak laki-laki dan perempuan
d. Anak-anak dengan segala jenis penyakit.
e. Anak yang sadar
f. Anak-anak yang ambulasi setelah operasi.
2. Kriteria eksklusi
a. Terpasang alat-alat invasif seperti NGT, kateter dll
b. Bedrest total
c. Anak-anak pasca operasi yang sakit kritis
d. Anak-anak yang cacat fisik dan mental
e. Anak-anak dengan komplikasi dalam masa inkubasi
B. ANALISA KASUS
Hasil pengamatan yang dilakukan kelompok di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi didapat anak-anak usia pra sekolah mengalami kecemasan dan
ketakutan dilihat dengan sikap anak seperti menangias, takut, dan teriak-
teriak apabila dilakukan tindakan medis kepada anak dan ada juga yang baru
melihat saja sudah menangis. Sehingga sebagai perawat kita ingin menjalin
komunikasi dengan anak-anak melalui terapi bermain kolase dan terapi
musik.
2. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainanya, tetapi anak
bermain sendiri dangan alat permainan yang digunakan temannya,
tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan teman
sepermainanya.
BAB III
METODE PERMAINAN
A. JUDUL PERMAINAN
“Bermain Kolase Hewan Sambil Mendengarkan Musik”
B. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan dilakukan program bermain ini adalah:
1. Mengurangi dampak hospitalisasi anak (cemas, rasa takut, marah,
bosan dan nyeri)
2. Untuk merespon indra pendengaran dan penglihatan
3. Memberikan rasa bahagia kepada anak
4. Dapat menjalin komunikasi dengan anak
E. MEDIA
1. Kardus yang sudah ditempel gambar hewan
2. Sterofom
3. Speaker / musik
F. METODE PERMAINAN
1. Ceramah
2. Bermaian bersama
3. Bernyanyi bersama
4. Demostrasi
5. Re-Demostrasi
G. RENCANA PELAKSANAAN
KEGIATAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN
PESERTA
1. Pembukaan 5 menit a. Memberi salam Menjawab salam
b. Perkenalan dengan perawat Mendengarkan
c. Menjelaskan proses bermain Mendengarkan
E. EVALUASI HASIL
Keefektifan pelaksanaan kegiatan terapi bermain dievaluasi dengan
metode observasi dan wawancara terhadap klien.
1) Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain selama 30 menit
diharapkan anak mampu mengatasi rasa bosan, cemas, jenuh,
marah atau nyerinya Orang tua diharapkan menerapkan terapi
bermain saat anaknya mulai bosan selama menjalani pengobatan di
rumah sakit
2) Orang tua diharapkan dapat memodifikasi terapi bermain sesuai
dengan kebutuhan klien.
DOKUMENTASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilaksanakan program terapi bermain, klien dan orangtua
tampak senang dan kooperatif. Kecemasan yang dialami oleh pasien
dapatberkurang, pasien mau berkomunikasi dengan perawat dan tidak
menangis, tidak takut dan tidak marah lagi saat perawat menghampiri
untuk melakukan tindakan keperawatan seperti memberi obat atau infus
yang habis. Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak,
untuk perkembangan aspek fisik, perkembangan aspek motorik kasar dan
halus, perkembangan aspek sosial, perkembangan aspek emosi atau
kepribadian, perkembangan aspek kognisi, mengasah ketajaman
penginderaan, menjadikan anak kreatif yang harus dipenuhi meskipun
dalam tahap perawatan di rumah sakit. Terapi bermain kolase tidak hanya
efektif untuk mengatasi hospitalisasi pada anak berumur 3-6(pra sekolah)
tahun akan tetapi anak yang berumur 3-9 tahun juga sangat efektif jika
diberikan terapi bermain kolase untuk mengatasi hospitalisasi.
B. SARAN
1. Bagi anak
Bagi anak diharapkan dapat mengurangi hopitalisasi dan kecemasan
selama di rawat di rumah sakit dan dapat berinteraksi di lingkungan
yang baru.
2. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua mampu mensupport, mendampingi klien atau
anaknya yang sedang dalam keadaan hospitalisasi, serta tetap
menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan bermain anak
3. Bagi perawat
Diharapkan perawat dapat menindak lanjuti kegiatan yang telah
dilakukan guna untuk meningkatkan kenyamanan, perasaan senang
bagi anak, dan mengurangi rasa bosan, jenuh, marah, cemas, atau nyeri
akibat hospitalisasi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Paat, T.C. 2010. Analisa Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Perilaku
Kooperatif Ada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani
Perawatan di Ruang Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado : Universitas Sam Ratulanggi.
Alice Zellawati. 2011. Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada
Anak. Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 2 No. 3.
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Anak. Bandung: Citra
Buku.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori dan Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika
Greenstein. B & Diana.F. W. 2016. Ed2. Sistem Endokrin. Jakarta: Airlangga
Martin, Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Ningrum, Umi Azizah dan Nasrudin. 2015. Pengaruh Terapi Bermain Kolase
Kartun Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama
Prosedur Nebuleser Di Rumah Sakit Airlangga Jombang, Stikes Bahrul
Ulum Jombang, FIK Unipdu Jombang.
Prasetyo, Aji Sukma dan Nurlaila. 2019. Penerapan Terapi Bermain Kolase
Kartun terhadap Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah selama Prosedur
Inhalasi di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen. University
Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.
Refika Setiawan dkk. 2014. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian
dan Pengukuran).Yogyakarta: Nuha Medika
Saputro H, & Fazrin I. 2017. Anak Wajib Bermain di Rumah Sakit (Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat, dan Pelaksanaannya).
Ponorogo: FORIKES.
Supartini, Y. 2011. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.EGC.
Sitohang, Nur Asnah. 2016. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres Hospitalisasi
pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi medan. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK)
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. .
Jakarta: EGC.
Yusuf, H. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kooperatif
Anak Usia 3-5 Tahun Dalam Perawatan Gigi Dan Mulut. Skripsi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makasar.
Wulandari & Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka
pelajar.