Anda di halaman 1dari 19

TERAPI BERMAIN

BERMAIN KOLASE HEWAN DAN TERAPI MUSIK TERHADAP


KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN HOSPITALISASI
DI RUANG MELATI II RSUD Dr. MOEWARDI

DISUSUN OLEH:

Diryanto Bastian Dominggus 071191010


Dyah Tri Utami 071191040
Indah Retnowati 071191058
Thalia Florencia Da C. C 071191014
Zahra Nur Hanifa 071191031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orangtua dapat
mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan
pengalaman traumatic dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering
muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wulandari &
Erawati, 2016).
Menurut WHO pada tahun tahun 2008 didapatkan sebanyak hampir
80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. Pada tahun 2010 di
Indonesia sebanyak 33,2% dari 1.425 anak mengalami dampak
hospitalisasi berat, 41,6% mengalami hospitalisasi sedang. Menurut hasil
dari (SUSENAS) pada tahun 2010 jumlah anak usia prasekolah di
Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, diperkirakan
dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya
mengalami kecemasan. Selain membutuhkan perawatan yang special
dibanding pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita
anak-anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa.
Respon anak secara umum yang terjadi saat dirawat inap antara lain
mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan
gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun. Perasaan
cemas merupakan dampak dari hospitalisasi, cemas dan stress yang
dialami anak disebabkan oleh karena adanya perubahan status kesehatan
dan kebiasaan kegiatan pada saat sehat maupun saat sakit, atau adanya
perpisahan dengan keluarga saat masa perawatan (Hockkenberry &
Wilson, 2009). Kecemasan pada anak akan membuat proses penyembuhan
anak menjadi terganggu, anak kesulitan untuk kooperatif dengan segala
tindakan yang dilakukan selama perawatan di ruang rawat.
Terapi bermain diharapkan dapat berpengaruh pada anak untuk
menghilangkan batasan, hambatan dalam diri seperti menarik diri, takut
berbicara serta kecemasan (Yusuf dkk, 2013). Salah satu cara mengatasi
kecemasan yang dialami oleh anak ketika dirawat dirumah sakit yaitu
dengan bermain kolase. Salah satu permainan lain yang mempunyai
manfaat dalam melatih anak menyelesaikan masalahnya yaitu kolase.
Kolase yaitu permainan menempelkan potongan-potongan kertas berwarna
yang di tempelkan pada sketsa kartun yang sudah di sediakan. Dengan
bermain kolase, anak belajar untuk menyelesaikan masalah yang
mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar sebenarnya sedang dilatih
untuk memecahkan sebuah masalah. Bila anak mampu menyelesaikannya,
akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya tumbuh
kepercayaan diri kalau dia mampu menyelesaikannya dengan baik.
Kepercayaan diri sangat positif untuk menambah daya kreativitas anak
karena membuat anak tidak takut dalam menghadapi atau melakukan
sesuatu (Sugiarto, 2008).. Di zaman dimana semakin banyak orang
berpaling pada metode penyembuhan holistik, terapi musik merupakan
media yang ampuh dan tidak berbahaya. Terapi musik berhasil diterapkan
pada individu dari berbagai usia dan berbagai permasalahan (Young &
Koopsen, 2007).
Menurut jurnal Ningrum dan Nasrudin (2015) dengan judul
“Pengaruh Terapi Bermain Kolase Kartun Terhadap Tingkat Kooperatif
Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Nebuleser Di Rumah Sakit
Airlangga Jombang” dari hasil penelitian adanya pengaruh yang signifikan
pada kelompok perlakuan, hal ini membuktikan bahwa ada pengaruh
terapi bermain kolase kartun terhadap tingkat kooperatif anak usia
pra sekolah selama prosedur nebuleser..
Menurut jurnal Sitohang (2016) dengan judul “Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Stres Hospitalisasi pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi
medan” dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi music dapat
mengurangi stress pada anak yang mengalami rawat inap.
Hasil pengamatan yang dilakukan di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi terdapat anak-anak usia pra sekolah mengalami kecemasan dan
ketakutan ditunjukan dengan sikap anak seperti menangias, teriak-teriak
apabila di lakukan tindakan medis.
Berdasarkan uraian diatas, maka kelompok merasa tertarik untuk
melakukan kegiatan terapi bermain dengan tema bermain kolase hewan
sambil mendengarkan music di melati 2 RSUD Dr. Moewardi,

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat kecemasan yang dirasakan menurun.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak mampu.
a. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan tenaga
medis dan teman sebaya
b. Menurunkan perasaan hospitalisasi
c. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan (terutama
perawat)
d. Memberikan perasaan bahagia pada anak

C. SASARAN
Pasien pra sekolah (3-6 tahun) yang dirawat di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi.

BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK PESERTA
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut
1. Kriteria inklusi
a. Anak usia 3-6 tahun
b. Tidak terpasang alat-alat seperti NGT, kateter dll
c. Anak laki-laki dan perempuan
d. Anak-anak dengan segala jenis penyakit.
e. Anak yang sadar
f. Anak-anak yang ambulasi setelah operasi.
2. Kriteria eksklusi
a. Terpasang alat-alat invasif seperti NGT, kateter dll
b. Bedrest total
c. Anak-anak pasca operasi yang sakit kritis
d. Anak-anak yang cacat fisik dan mental
e. Anak-anak dengan komplikasi dalam masa inkubasi

B. ANALISA KASUS
Hasil pengamatan yang dilakukan kelompok di ruang Melati 2 RSUD Dr.
Moewardi didapat anak-anak usia pra sekolah mengalami kecemasan dan
ketakutan dilihat dengan sikap anak seperti menangias, takut, dan teriak-
teriak apabila dilakukan tindakan medis kepada anak dan ada juga yang baru
melihat saja sudah menangis. Sehingga sebagai perawat kita ingin menjalin
komunikasi dengan anak-anak melalui terapi bermain kolase dan terapi
musik.

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI


Menurut Supartini (2008), agar anak dapat bermain dengan maksimal,
maka permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak
kecil perlu rasa aman nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang
dikenalnya, seperti kerajinan membentuk buah-buahan dari pasir. Permainan
tidak memerlukan banyak energy dan waktu yang cukup sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Pengetahuan cara bermain juga dibutuhkan
untuk anak, sehingga anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak lebih berkembang dalam menggunakan
alat permainan tersebut. Teman bermain juga diperlukan untuk
mengembangkan sosiolisasi anak membantu anak dalam menghadapi
perbedaan. Orang tua dapat dijadikan sebagai teman bermain bagi anak. Bila
permainan dilakukan bersma dengan orang tua, hubungan orang tua dan anak
menjadi lebih akrab (Wong, 2009).
D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
Menurut (Wong, 2009).
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sediki

E. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI


Supartini (2018) menyebutkan beberapa jenis permainan yang
menggambarkan karakteristiki sosial, diantaranya onlooker play dan
solitary play.
1. Onlooker play
Merupakan permainan dimana anak hanya mengganti temanya
yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk berpatisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

2. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainanya, tetapi anak
bermain sendiri dangan alat permainan yang digunakan temannya,
tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan teman
sepermainanya.

Menurut Wong (2009), membagi permainan berdasarkan karakteristik


sosial menjadi parallel play dan assoiciative paly
1. Parallel play
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini
dilakukan oleh anak usia toddler.
2. Associative play
Sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
dengan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan tidak jelas.
Contoh, bermain boneka, bermain hujan-hujanan, dan bermain masak-
masakan.

BAB III
METODE PERMAINAN

A. JUDUL PERMAINAN
“Bermain Kolase Hewan Sambil Mendengarkan Musik”

B. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan dilakukan program bermain ini adalah:
1. Mengurangi dampak hospitalisasi anak (cemas, rasa takut, marah,
bosan dan nyeri)
2. Untuk merespon indra pendengaran dan penglihatan
3. Memberikan rasa bahagia kepada anak
4. Dapat menjalin komunikasi dengan anak

C. KETERMAPILAN YANG DI PERLUKAN


1. Berkonsentrasi
2. Kreatif
3. Partisipatif
D. WAKTU PELAKSANAAN
Tempat: Ruang bermain Melati 2
Hari/tanggal : Rabu, 29 Januari 2020
Waktu : 09.30 WIB

E. MEDIA
1. Kardus yang sudah ditempel gambar hewan
2. Sterofom
3. Speaker / musik

F. METODE PERMAINAN
1. Ceramah
2. Bermaian bersama
3. Bernyanyi bersama
4. Demostrasi
5. Re-Demostrasi

G. RENCANA PELAKSANAAN
KEGIATAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN
PESERTA
1. Pembukaan 5 menit a. Memberi salam Menjawab salam
b. Perkenalan dengan perawat Mendengarkan
c. Menjelaskan proses bermain Mendengarkan

2. Pelaksanaan 20 menit a. Menjelaskan pada anak dan Memperhatikan


keluarga tentang tujuan dan
manfaat permaian
b. Memberi kesempatan anak Memperhatikan
untuk bertanya
c. Meminta anak untuk
menyusun kolase sambil Mendemonstrasikan
menyanyi
d. Meminta anak untuk
bernyanyi dan
Mendemonstransikan
memperkenalkan diri
3. Penutup 5 menit a. Memvalidasi perasaan anak Mendengarkan
terhadap permainan yang
KEGIATAN
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN
PESERTA
telah dilakukan
b. Memvalidasi respon orang tua Menjawab
c. Memberi reinforcement pertanyaan
d. Memberi salam penutup
Menjawab salam

H. SUSUNAN PELAKSANAAN BERMAIN


Susunan Penatalaksanaan Bermain
1. Tim Pelaksana
a. Perawat 1 (Leader)
Tugas :
1) Membuka Acara
2) Membaca peraturan bermain
3) Memimpin Jalannya permainan
4) Memberi semangat kepada peserta
5) Menciptakan suasana menjadi meriah
6) Mengambil Keputusan
7) Memberikan Reward
b. Perawat lainnya (Fasilitator)
Tugas : permainan berlangsung
1) Mendampingi anak selama bermainan
2) Memberikan semangat dan motivasi
2. Setting Tempat Keterangan:
Keterangan:
: Leader
: Fasilitator
: Orang Tua
: Anak
C : Pembimbing klinik
I : Observer
I. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi struktur
Melakukan evaluasi terhadap persiapan sebelum pelaksanaan terapi
bermain, melipui persiapan tempat, persiapan peserta, serta media
yang akan digunakan.
Kriteria Keberhasilan:
1) Kontrak waktu dengan klien dan orang tua klien telah disepakati
sebelum pelaksanaan kegiatan
2) Persetujuan telah didapatkan dari klien dan orang tua klien
sebelum pelaksanaan kegiatan
3) Tempat dan media yang akan digunakan telah siap sebelum
pelaksanaan kegiatan
b. Evaluasi Proses
Melakukan evaluasi terhadap respond dan Feedback klien dan
orang tua klien selama dilakukan kegiatan
Kriteria keberhasilan :
1) Klien di harapkan kooperatif selama pelaksanaan kegiatan
2) Klien diharapkan mampu mengikuti program terapi bermain
3) Klien diharapkan menjadi senang dan tidak bosan
4) Klien diharapkan dapat berinteraksi dengan lingkugan sekitar
5) Diharapakan klien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar
c. Evaluasi Hasil
Keefektifan pelaksanaan kegiatan terapi bermain dievaluasi dengan
metode observasi dan wawancara terhadap klien.
1) Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain selama 30 menit
diharapkan anak mampu mengatasi rasa bosan, cemas, jenuh,
marah atau nyerinya
2) Orang tua diharapkan menerapkan terapi bermain saat anaknya
mulai bosan selama menjalani pengobatan di rumah sakit
3) Orang tua diharapkan dapat memodifikasi terapi bermain sesuai
dengan kebutuhan klien.
B. HAL-HAL PERLU DIWASPADAI
1. Anak merasa jenuh dan bosan selama proses bermain
2. Anak mengeluh lelah
3. Anak ingin pergi kekamar mandi
4. Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak
untuk bermain
5. Efisiensi waktu, waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu
istirahat anak. Anak yang sedang sakit cendrung memilih untuk
beristirahat daripada bermain. Tingkat konsentrasi anak ketika bermain
10-15 menit
6. Tetesan infus macet karena akibat gerak tangan yang banyak
7. Lingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan mempengaruhi
konsentrasi anak dalam bermain

C. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN


1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Hambatan dapat di antisipasi dengan menjalin komunikasi
terapeutik dan bina hubungan saling percaya antara perawat dengan
anak dan orang tua.
3. Sebelumnya perawat sudah menyusun jadwal dan kontrak waktu
dengan anak dan orang tua terkait terapi bermain yang akan dilakukan.
4. Mengajak pasien untuk melakukan permainan disaat yang tepat
misalkan tidak mengajak pasien saat jam tidur siang karena itu akan
menganggu pasien untuk beristirahat ketika memang dipaksakan
bermain, begitu juga dalam memberikan pengetahuan tentang
permainan yang akan dilakukan. Saat memberikan penjelasan kepada
anak, dijelaskan secara jelas dan tidak bertele-tele supaya anak mudah
mengerti.
5. Dalam waktu pelaksanaan diharapkan untuk tidak terlalu lama
karena untuk mengurangi resiko gerak tangan yang dilakukan dan
meminimalkan kebosanan pada anak.
6. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya

D. DESKRIPSI KEGIATAN TERAPI BERMAIN


Selama 3 hari kelompok berkosultasi dengan CI melati 2 yaitu Bu
Bareta menyetujui terapi bermain dikelompok kami adalah terapi
bermain kolase hewan sambil mendegarkan musik. Sehari sebelum
dilaksanakannya anggota kelompok mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan terapi bermain. Pada hari H anggota kelompok
melakukan kontrak waktu kepada pasien. Sengaja mengontrak
waktunya mendadak karena ditakutkan ada program dadakan sehingga
pagi jam 7 baru kontrak waktu dengan pasien. Pada hari H ternyata
tidak ada pasien yang berumur 3-6 tahun sehingga terapi bermain
dilakukan pada pasien yang berumur 5-9 tahun sebanyak 5 anak.
Pada hari dilaksanakannya kegiatan terapi bermain di Melati 2,
mahasiswa mempersiapkan segala keperluan terapi bermain antara lain
persiapan alat dan media yang di handle oleh 3 mahasiswa indah,
thalia dan diryanto, persiapan yang dilakukan antara lain menyiapkan
music, kolase hewan dan papan sterofom, memilih lagu anak-anak dan
menyetel musik, menata kolase hewan, mempersiapkan ruangan untuk
pelaksanaan menata posisi tempat duduk untuk terapi bermain
Selanjutnya 2 mahasiswa lainnya. zahra dan diah bertanggung jawab
untuk menjemput anak untuk diajak ke ruang terapi bermain, yang
sebelumnya sudah dikontrak 1 hari sebelum pelaksanaan terapi
bermain. Jumlah anak yang mengikuti terapi bermain pada hari Rabu
29 Januari 2020 sejumlah 5 anak, yang berjenis kelamin perempuan
dan laki-laki. Sebelumnya mahasiswa sudah mengontrak waktu pada 5
pasien. Saat di ruang terapi bermain, peserta diminta untuk duduk
melingkar, kemudian mahasiswa memberikan kolase hewan yang
terbuat dari kardus.
Saat kegiatan dimulai, leader membuka acara terapi bermain
dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar serta menyapa peserta
terapi bermain dengan sapaan yang hangat dan ceria. Setelah itu
leader memandu acara selanjutnya yakni perkenalan diri yang dimulai
oleh mahasiswa kemudian diikuti oleh peserta. Selanjutnya adalah
leader menjelaskan alur permainan serta aturan-aturan dalam bermain,.
Saat leader menjelaskan alur bermain, mahasiswa yang lainnya
membagikan kolase hewan, peserta yang mengikuti kegiatan guna
untuk megetahui tingkat kecemasan yang dialami anak selama berada
di rumah sakit.
Kegiatan berlangsung meriah, para peserta dengan semangat
menghiasi menempel mata, hidung, mulut, hewan yang mereka sudah
pilih kreatifitas dari masing-masing anak yang dipandu oleh
mahasiswa sehingga menghasilkan kolase yang lucu 3 dimensi, sambil
memutar music anak- anak, sesekali anak-anak ikut bernyayi. Setelah
peserta selesai membuat kolase. Kemudian leader meminta peserta
menempelkan karyanya di sterofoam yang telah disediakan oleh
mahasisiwa sebagai kenang-kenangan di ruangan. Acara selesai dan
diakhiri dengan mengevaluasi respon peserta setelah terapi bermain,
kolase hewan dibagikan ke anak-anak dan membagikan hadiah untuk
pasien berupa botol minum.

E. EVALUASI HASIL
Keefektifan pelaksanaan kegiatan terapi bermain dievaluasi dengan
metode observasi dan wawancara terhadap klien.
1) Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain selama 30 menit
diharapkan anak mampu mengatasi rasa bosan, cemas, jenuh,
marah atau nyerinya Orang tua diharapkan menerapkan terapi
bermain saat anaknya mulai bosan selama menjalani pengobatan di
rumah sakit
2) Orang tua diharapkan dapat memodifikasi terapi bermain sesuai
dengan kebutuhan klien.
DOKUMENTASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilaksanakan program terapi bermain, klien dan orangtua
tampak senang dan kooperatif. Kecemasan yang dialami oleh pasien
dapatberkurang, pasien mau berkomunikasi dengan perawat dan tidak
menangis, tidak takut dan tidak marah lagi saat perawat menghampiri
untuk melakukan tindakan keperawatan seperti memberi obat atau infus
yang habis. Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak,
untuk perkembangan aspek fisik, perkembangan aspek motorik kasar dan
halus, perkembangan aspek sosial, perkembangan aspek emosi atau
kepribadian, perkembangan aspek kognisi, mengasah ketajaman
penginderaan, menjadikan anak kreatif yang harus dipenuhi meskipun
dalam tahap perawatan di rumah sakit. Terapi bermain kolase tidak hanya
efektif untuk mengatasi hospitalisasi pada anak berumur 3-6(pra sekolah)
tahun akan tetapi anak yang berumur 3-9 tahun juga sangat efektif jika
diberikan terapi bermain kolase untuk mengatasi hospitalisasi.

B. SARAN
1. Bagi anak
Bagi anak diharapkan dapat mengurangi hopitalisasi dan kecemasan
selama di rawat di rumah sakit dan dapat berinteraksi di lingkungan
yang baru.
2. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua mampu mensupport, mendampingi klien atau
anaknya yang sedang dalam keadaan hospitalisasi, serta tetap
menyediakan sarana untuk memenuhi kebutuhan bermain anak
3. Bagi perawat
Diharapkan perawat dapat menindak lanjuti kegiatan yang telah
dilakukan guna untuk meningkatkan kenyamanan, perasaan senang
bagi anak, dan mengurangi rasa bosan, jenuh, marah, cemas, atau nyeri
akibat hospitalisasi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Paat, T.C. 2010. Analisa Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Perilaku
Kooperatif Ada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Menjalani
Perawatan di Ruang Ester Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado : Universitas Sam Ratulanggi.
Alice Zellawati. 2011. Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada
Anak. Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 2 No. 3.
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Anak. Bandung: Citra
Buku.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori dan Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika
Greenstein. B & Diana.F. W. 2016. Ed2. Sistem Endokrin. Jakarta: Airlangga
Martin, Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Ningrum, Umi Azizah dan Nasrudin. 2015. Pengaruh Terapi Bermain Kolase
Kartun Terhadap Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama
Prosedur Nebuleser Di Rumah Sakit Airlangga Jombang, Stikes Bahrul
Ulum Jombang, FIK Unipdu Jombang.
Prasetyo, Aji Sukma dan Nurlaila. 2019. Penerapan Terapi Bermain Kolase
Kartun terhadap Tingkat Kooperatif Anak Prasekolah selama Prosedur
Inhalasi di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen. University
Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong.
Refika Setiawan dkk. 2014. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang (Pengkajian
dan Pengukuran).Yogyakarta: Nuha Medika
Saputro H, & Fazrin I. 2017. Anak Wajib Bermain di Rumah Sakit (Penerapan
Terapi Bermain Anak Sakit Proses, Manfaat, dan Pelaksanaannya).
Ponorogo: FORIKES.
Supartini, Y. 2011. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.EGC.
Sitohang, Nur Asnah. 2016. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Stres Hospitalisasi
pada Anak di RSUD.dr. Pirngadi medan. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK)
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. .
Jakarta: EGC.
Yusuf, H. 2013. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kooperatif
Anak Usia 3-5 Tahun Dalam Perawatan Gigi Dan Mulut. Skripsi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makasar.
Wulandari & Erawati. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka
pelajar.

Anda mungkin juga menyukai