Stroke Kita-1
Stroke Kita-1
PENDAHULUAN
1
tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke sebesar 15,9% (di
daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan).Dari jumlah total penderita stroke di
Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat
ringan maupun berat.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus strok baik
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Prevalensi strok di Indonesia sebesar
8,3 per 1000 penduduk menurut Riset Kesehatan Dasar (2008) dan 51,6 per 100.000
penduduk menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun
2011. Data dari profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan bahwa penyebab
kematian utama untuk semua umur adalah strok (15,4%), disusul tuberkulosis (7,5%)
dan hipertensi (6,8%).
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
masalah utama di bidang kesehatan. Oleh kaena itu masalah stroke ini harus segera
diatasi untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang
mencakup aspek preventif, tetapi rehabilitasi dan promotif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Infark
Pendarahan Intra serebral
Pendarahan subarachnoidal
c. Berdasarkan tempat lesi
Sistem Karotis
Sistem Vertebrobasiler.
Di klinik, secara umum ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik)
dan hemorhagik.
a. Stroke Hemoragik
Pada stroke ini pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak
normal. Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah di
otak dan merusaknya. Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak,
sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit
(completed Stroke). Selanjutnya stroke dapat bertambah buruk dalam
beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang
mati (stroke in evolution). Jenis hemorhagic dapar terjadi sebagai pendarahan
intracerebral atau subaracnoid.
b. Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik
Pada stroke ini, aliran darah ke orak terhenti karena penumpukan kolesterol
pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau
5
sekitar 83 % mengalami stroke jenis ini. Jenis iskemic dapat berupa TIA,
trombosis dan emboli.
Pembagian di klinik biasa melakukan diagnosis berikut :
a. Stroke hemoragic – HS :
1. PSD (Pendarahan SubDural)
2. PSA (Pendarahan SubAracnoid)
3. PIS (Pendarahan IntraCerebral)
b. Stroke non hemoragic -NHS (Cerebral Infarction) terbagi atas :
Secara klinis terdiri atas :
1. TIA
2. RIND (Revercible Ischemic Neurologic Deficit)
3. Progressing stroke = stroke in evolution
4. Complete stroke
Secara kausal :
1. Stroke trombotik
2. Stroke emboli/nontrombotik
a) Timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa seperti terbakar, atau
terkena cabai.
6
b) Lemas, atau bahkan kelumpuhan pada seisi badan, sebelah kanan atau kiri saja.
c) Mulut, lidah mencong bila diluruskan. Mudah diamati jika sedang berkumur, tidak
sempurna atau muncrat dari mulut.
d) Ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak.
e) Gangguan bicara, berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti. Bahkan
bicara tidak lancar, hanya separtah-patah.
f) Tidak mampu membaca dan menulis. Kadang-kadang diawali dengan perubahan
tulisan yang tidak biasa, karena tulisan lebih jelek.
g) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil..
h) Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain.
i) Kemampuan intelektual menurun drastis, bahkan tidak mampu berhitung, menjadi
pelupa.
j) Fungsi indra ternganggu sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan berupa
sebagian lapangan pandangan tidak terlihat atau gelap, juga pendengarannya
berkurang.
k) Gangguan pada suasana emosi, menjadi lebih mudah menangis atau tertawa.
l) Kelopak mata sulit dibuka, atau dalam keadaan terkatup.
m) Gerakan badan tidak terkoordinasi sehingga jika berjalan sempoyongan, atau
kehilangan koordinasi pada seisi badan.
n) Gangguan kesadaran, pingsan, bahkan sampai koma.
7
Pria memiliki resiko terkena stroke lebih besar daripada wanita. Resiko stroke
pada pria lebih tinggi 20 persen dari wanita. Namun setelah seseorang wanita
menginjak usia 55 tahun, saat kadar estrogennya menurun karena menopause,
resikonya justru lebih tinggi dibandingkan pria.
c. Garis Keturunan
Risiko stroke lebih tinggi jika dalam keluarga terdapat riwayat keluarga
penderita stroke. Perlu diwaspadai apabila ada anggota keluarga (orang tua
dan saudara) yang mengalami stroke atau serangan transien iskemik.
d. Ras atau etnik
Berdasarkan data American Heart Association, ras Afrika Amerika memiliki
resiko lebih tinggi karena stroke dibandingkan dengan ras kaukasia.
e. Diabetes
Penderita diabetes mempunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami stroke, hal
ini dapat terjadi akibat gangguan metabolisme pada para penderita diabetes.
f. Arterosklerosis
Kondisi dimana terjadi penyumbatan dinding pembuluh darah dengan
lemak,kolesterol ataupun kalsium.
g. Penyakit Jantung
Orang dengan penyakit jantung mempunyai resiko dua kali lipat terkena
stroke dibandingkan orang berjantung sehat.
8
Risiko stroke iskemik akan meningkat dalam dua jam setelah mengkonsumsi
minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti halnya
kokain juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.
e. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Hampir sekitar 40 % kejadian stroke disebabkan atau dialami oleh penderita
hipertensi.
f. Tingkat kolesterol darah yang berbahaya
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya
pengerasan pembuluh nadi (arterosklerosis), karena kolesterol cenderung
menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
g. Sleep apnea (mendengkur disertai berhenti bernafas selama 10 detik)
Penderita sleep apnea berisiko mengalami hipertensi dan kekurangan suplay
oksigen dalam darahnya yang dapat menyebabkan stroke.
9
b. Stroke hemoragik
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan tingkatan
TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul
kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
10
utama kecacatan. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi stroke juga selalu
menduduki urutan pertama dari seluruh jumlah pasien yang dirawat di Bangsal Saraf.
Insidens serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per tahun.
Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya, dengan semakin
panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia, akan semakin banyak pula
kasus stroke dijumpai. Perbandingan antara penderita pria dan wanita hampir sama.
Prevalensi stroke berkisar 5-12 per 1000 penduduk. MacDonald et al. (2000) yang
meneliti prevalensi dari berbagai jenis penyakit susunan saraf menemukan prevalensi
stroke sebesar 800 per 100.000 penduduk.
Stroke dapat ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat
secara eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100
kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000
dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak
ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa
pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang
dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara maju dan berkembang antara
Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang
paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang
yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara adalah
sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur, sedang
perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna, dari
hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2013 dilaporkan prevalensi stroke pada
golongan umur ≥ 15 tahun adalah 7 per mil sedangkan Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰),
Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan 92 terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur
sebesar 16 per mil. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah, masyarakat kota baik dan masyarakat yang tidak bekerja.
11
Proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun
1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah
tangga, mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk
sementara di negara–negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi
antargeografi, namun secara rata–rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000
penduduk per tahun.
Memahami efek yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami stroke akan
sangat membantu keluarga penderita memahamai perubahan yang terjadi pada
13
penderita. Pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut dan membantu penderita
melalui masa-masa sulit ini akan sangat bermanfaat bagi upaya pemulihan penderita.
14
nantinya dapat membuat pembuluh darah tersumbat sehingga penderita
rentan terhadap stroke.
Stres dalam kehidupan sekarang ini memang merupakan suatu kondisi
yang sulit untuk dihindari, sehingga perlu pengelolaan yang baik. Jika
mampu mengelola stress dengan baik maka risiko terkena stroke dapat
berkurang hingga 25%.
Menghindari minum alkohol dan obat yang memiliki efek buruk pada
pembuluh darah
Konsumsi alkohol selain membuat orang yang mengkonsumsinya terlalu
banyak akan mengalami gejala mabuk, namun yang lebih perlu
diwaspadai adalah pengaruhnya terhadap tekanan darah.
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, memperlemah jantung,
mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.
Menghentikan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok akan meningkatkan serangan stroke dibandingkan
dengan orang-orang bukan perokok. Merokok dapat mengurangi
elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh
darah dan akan meningkatkan serangan stroke.
Mengurangi asupan lemak, kolesterol dan garam yang dikonsumsi secara
berlebihan
Makanan cepat saji, gorengan, steak, dan gulai mengandung kadar lemak
dan kolesterol tinggi. Konsumsi dari jenis makanan tersebut harus
dibatasi, karena bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan
arterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah ke otak.
Makanan yang menggunakan garam berkadar tinggi dalam
pengolahannya juga harus dihindari, sebab natrium adalah mineral utama
dalam garam, berefek meningkatkan ketegangan kontraksi pembuluh
darah. Batasilah konsumsi garam dengan mengurangi camilan, gorengan
dan makanan yang diolah dengan garam seperti makanan kalengan dan
makanan yang diawetkan.
15
Mengendalikan gula darah dan kadar lemak darah (dislipidemia)
Terlalu banyak mengkonsumsi gula akan mengakibatkan kegemukan
dan memicu munculnya diabetes tipe 2 karena hormon insulin sudah
resisten sehingga terjadi penumpukan gula di dalam darah.
Mengobati penyakit seperti : Hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit
jantung/aterosklerosis
Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan penyakit jantung
koroner. Diabetes juga meningkatkan resiko stroke 1,5 hingga 4 kali
lipat, terutama pada penderita yang gula darahnya tidak terkendali. Oleh
karena itu pengobatan dan kontrol terhadap penyakit-penyakit ini sangat
perlu di lakukan untuk mengurangi resiko terkena stroke.
Berolahraga secara teratur, minimal 3 kali seminggu
Hasil optimal olahraga tidak hanya ditentukan oleh jenis dan frekuensi
berolahraga. Waktunyapun sebaiknya dipertimbangkan sehingga tidak
terbuang percuma.
Hasil penelitian menunjukan bahwa olahraga dengan intensitas rendah
bermanfaat bagi penyakit jantung dan dapat mencegah stroke.
Berolahraga secara teratur, tidak hanya membuat jantung tetap kuat, tapi
juga meningkatkan jumlah enzim alami (superoksida dismutase,
glutation peroksidase dan katalase) yang berperan sebagai antioksidan
untuk mencegah arterosklerosis. Olahraga juga dapat mengontrol berat
badan dan mengendalikan stress yang bermanfaat untuk mencegah
stroke.
16
b. Pencegahan Sekunder
Dalam pencegahan sekunder yang perlu dilakukan :
1) Mengontrol faktor resiko penyakit stroke melalui :
a) Mengobati penyakit-penyakit yang diderita yang merupakan
resiko timbulnya stroke seperti hipertensi,diabetes mellitus,
penyakit jantung.
b) Mengatasi dislipidemia dengan diet rendah lemak
c) Berhenti merokok
d) Menghindari konsumsi alkohol
e) Mengatasi kegemukan (obesitas)
f) Menghindari dan mengobati hiperurisemia
g) Mencegah terjadinya polisitemia (jumlah sel darah merah yang
tinggi)
h) Menghindari stress
i) Mengatsi keadaan depresi
2) Dengan menggunakan obat-obatan (stroke iskemik).
2.8.2 Pengobatan
Penyakit stroke memiliki 3 tingkatan sesuai dengan kondisi pasien,
sehingga dalam pengobatannya juga disesuaikan dengan tingkatan penyakit
yang diderita oleh pasien tersebut. Tahapan pengobatan stroke dapat diurutkan
seperti pada tabel di bawah.
17
3 Rehabilitasi Belajar mengatasi kelumpuhan karena Alat bantu gerak
kelainan fungsi sebagian jaringan otak. Alat bantu latihan
Bagian otak lainnya kadang bisa ingatan seperti
menggantikan fungsi yang sebelumnya permainan otak.
dijalankan oleh bagian otak yang
mengalami kerusakan.
18
c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan
peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
2.8.3 Perlindungan
Berikut beberapa jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita
stroke.
a. Fisioterapi
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak
bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan
fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti
pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapy (Bobath
method, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro
Developmental Treatment, Sensory Motor Integration, dll.) telah
terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan
gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke.
19
b. Terapi Okupasi
Terapi Okupasi mendesain sebuah aktivitas yang bersifat terapeutik
atau bertujuan memberikan latihan dalam perawatan diri maupun
latihan untuk dapat mandiri dan kembali bekerja. Salah satu
intervensi yang penting adalah melatih keluarga atau orang lain yang
merawat penderita tentang beberapa cara mencegah komplikasi,
memotivasi penderita untuk melakukan kegiatan/ aktifitas.
c. Terapi Wicara
Terapi ini bertujuan membantu penderita untuk mengunyah,
berbicara, dan mengerti kata-kata. Terapi wicara merupakan suatu
metode untuk menangani orang-orang yang mengalami gangguan
perilaku komunikasi yang meliputi: gangguan bicara, bahasa, suara,
dan irama kelancaran. Terapi wicara dapat diberikan untuk beberapa
jenis gangguan berikut: Gangguan wicara, yakni:
20
bersuara sama sekali (afonia), gangguan irama kelancaran, yakni
klater, latah, gagap.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf
neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Stroke dapat
terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak tidak mencukupi.
Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah. Di klinik, secara umum
ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik) dan hemorhagik. Iskemik otak
adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan darah ke otak yang
membahayakan fungsi neuron. Sedangkan stroke hemorhagik pembuluh darah pecah
sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk
kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya. secara umum dapat dikemukakan tanda
dan gejala yang sering dijumpai, antara lain timbul rasa kesemutan pada seisi badan,
mati rasa, terasa seperti terbakar, atau terkena cabai, lemas, mulut, lidah mencong bila
diluruskan, ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak, gangguan bicara,
berupa pelo, atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti, tidak mampu membaca dan
menulis, berjalan menjadi sulit, Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain, dll.
Adapun beberapa faktor risiko dari stroke dimana faktor risiko tidak dapat
dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin, garis keturunan, ras atau etnik, diabetes,
Arterosklerosis, Penyakit Jantung.Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan
antara lain obesitas, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok, mengkonsumsi
alkohol dan penggunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi (Hipertensi). Inseden stroke
21
bervariasi diberbagai tempat, dengan umur yang bervarisi pula namun, banyaki
ditemukab dengan umur 55 tahun.
Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke
Foundation, 2003) yaitu kelumpuhan satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, Afasia,
Gangguan persepsi, lelah, depresi, emosi yang labil, gangguan memori, dan perubahan
kepribadian. Pencegahan stroke dibagi atas dua kategori yaitu pencegahan primer dan
pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada mereka yang masih sehat dan
belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan
terhadap mereka yang sudah pernah mengalami penyakit stroke. Misalnya dengan
mengontrol faktor risiko dan menggunakan obat-obatan. Cara penatalaksanaan medis
yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
Jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke yaitu fisioterapi,
terapi olupasi dan terapi bicara.
3.2. Saran
a. Bagi Pemerintah.
Agar lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pengobatan
penyakit stroke sehingga bahaya kematian akibat penyakit stroke dapat dikurangi.
b. Bagi Masyarakat.
Agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup yang sehat sehingga terhindar
dari penyakit Stroke. Mencegah lebih baik daripada mengobati.Oleh karena itu,
untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah
22
pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan memperhatikan gizi yang
seimbang. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang
penyakit.
23