Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN SENAM KAKI DIABETES MELITUS PADA LANSIA

TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PENDERITA


DM TIPE 2 DI PANTI WERDA TENTENA

PROPOSAL STUDI KASUS

OLEH

KAMARUDIN

NIM:P00220217020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI
D III KEPERAWATAN POSO TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik, progresif yang di

karakteristikan dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme lemak, dan protein awal terjadinya hiperglikemia, kadar

glukosa darah yang tinggi dalam darah melebihi normal. Diabetes Melitus

tipe 2 dikarakteristikan dengan hiperglikemia, resistensi insulin dan

kerusakan relative sekresi insulin.

Menurut WHO (World Health Organisasion) 2017, Diabetes mellitus

adalah salah satu masalah kesehatan yang serius pada masa sekarang.

Setiap tahunya jumlah penderita DM terus bertambah dan semakin

berdampak pada masalah kesehtan apabila terjadi komplikasi pada

penderitanya. WHO Menemukan 85-95% kasus diabetes dari seluruh

penderita di seluruh dunia adalah DM tipe 2. Selain itu prevalensi orang

dewasa yg mengalami gangguan toleransi glukosa berhubungan erat

dengan DM tipe 2 (Bilous 2017).

WHO telah melaporkan terdapat kematian sebesar 4,6 juta setiap

tahunya dan lebih dari 10 juta pasien mengalami kelumpuhan dan

komplikasi seperti serangan jantung, stoke, gagal ginjal, kebutaan dan

amputasi. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang terjadi

ketika pankreas tidak dapat menghasilkan hormone insulin yang cukup


ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang di hasilkan (WHO,

2015).

Menurut data Riskesdas (2018), proporsi DM Indonesia adalah 6,9%

prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2018 adalah 3,8% angka tersebut

lebih tinggi disbanding dengan tahun 2016 (2,9%). Sebanyak 31 provinsi

yang ada di Indonesia (93,9%) menunjukan kenaikan prefalensi DM

(Profil kesehatan Indonesia,2018).

Hasil riskesdas 2018 menunjukan prefalensi tertinggi adalah

Sulawesi tenga (3,7%)

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti

pengaruh senam kaki diabetes terhadap tingkat sensifitas kaki dan kadar

glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di panti werda tentena

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. apakah senam kaki diabetes mellitus mempengaruhi tingkat sensifitas


kaki dan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya pengaruh senam kaki diabetes terhadap sensifitas kaki dan

kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya sensifitas kaki sebelum dilakukanya senam kaki diabetes.

b. Diketahuinya sensifitas kaki setelah dilakukan senam kaki diabetes.


c. Diketahuinya kadar glukosa darah sebelum dilakukan senam kaki

diabetes.

d. Diketahuinya kadar glukosa darah setelah dilakukan senam kaki

diabetes.

e. Teridentifikasinya pengaruh senam kaki terhadap tingkat sensifitas kaki

dan kadar glukosa darah’

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusus

ilmu keperawatan

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan poltekkes kemenkes palu prodi D III hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi

pendidikan mengenai pengaruh senam kaki diabetes mellitus terhadap

tingkat sensifitas kaki dan kadar glukosa darah pada diabetes mellitus .

b. Bagi panti werda tentena hasil penelitian ini di harapkan memberikan

masukan kepada petugas panti werda untuk memberikan senam kaki

diabetes mellitus secara rutin untuk mencegah terjadinya terjadinya

neuropati dan ketikseimbangan kadar glukosa darah .

c. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan khusus tentang senam

kaki diabetes untuk mencegah nuropati


d. Bagi pasien penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

bagi pasien agar diabetes mellitus melakukan senam secara rutin untuk

menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sensivitas kaki


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep diabetes mellitus

1. Pengaertian

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang disebabkan oleh karena karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative

(soegondo 2017). Sedangkan menurut ADA ( American diabetes

association) tahun 2015 diabetes mellitus merupakan suatu kelompok

penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelaian insulin. Kerja insulin atau kedua-duanya ditambahkan

diabetes mellitus merupakan penyakit kronis progresif yang di

karakteristikan dengan ketikmampuan tubuh untuk melakuan

metabolisme karbohidrat,lemak,dan protein awal terjadinya

hiperglikemia.

Jadi diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis komplek yang

membutuhkan perawatan medis yang lama atau terus menerus dengan

cara mengendalikan kadar gula darah untuk mempengaruhi resiko

multifactorial.

B. Kualifikasi Diabetes Melitus

Menurut consensus pengelolan diabetes mellitus tipe 2, perkeni

2014 kualifikasi diabetes mellitus antara lain :


a. Diabetes mellitus tipe 1

Yaitu diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes tipe 1 ini sel

sel yang menghasilkan insulin dihancurkan oleh suatu proses

otonom.akibat penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan

kadar gula darah biasanya terjadi pada usia muda yaitu usia <30 tahun

Bertubuh kurus saat terdiaknosis dan lebih mudah mengalami

ketosidosis.

b. Diabetes mellitus tipe 2

Yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus

tipe 2 terjadi akibat penurunan sensivitas terhadap insulin (resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe

2 lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan obesitas meskipun

dapat terjadi pada semua umur, ketosis jarang terjadi kecuali dalam

keadaan stress atau mengalami infeksi.

c. Diabetes mellitus tipe lain

DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu

atau glikemik terjadi karena penyakit lain. : penyakit pankreas,

hormonal, alat/ bahan kimia, endokkrinopati, kelaian reseptorinsulin

sindrom genetic tertentu.

d. Gestational diabetes mellitus (GDM)

Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.

Biasanya terjadi pada trisemester II atau III dalam kehamilan terjadi


perubhan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang

pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang

aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat

dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan

produksi insulin sehinggah relative hipoinsulin maka mengakibatkan

hiperglikemi. Factor resiko diabetes mellitus gestasional ialah abortus

berulang. Riwayat melahirkan anak meninggal tanpa sebab yang jelas,

riwayat perna melahirkan bayi dengan cacat bawaan, perna

melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, perna pre-eklamsia. Faktor

predisposisi diabetes mellitus gestasional adalah umur ibu hamil lebih

dari 30 tahun (PERKENI 2015).

C. ETIOLOGI DIABETES MELITUS TIPE 2

Penyebab yang berhubungan dengan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes tipe 2 menurut damayanti, 2015, di perkirakan

karena:

a. Faktor resiko

b. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 40

tahun)

c. Obesitas

d. Riwayat keluarga

D. Faktor Resiko Diabetes mellitus tipe 2


Menurut sudoyo (2014), faktor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus

tipe 2 ialah faktor genetik. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2

akan mempunyai peluang menderita DM sebesar 15% dan resiko mengalami

intoleransi glukosa darah yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme

karbohidrat secara normal sebesar 30% soegondo (2015) dalam

damayanti(2015). Menyatakan obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas

terhadap peningkatan glukosa darah berkurang. selain itu reseptor insulin sel

diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifanya. Faktor usia

yang resiko menderita diabetes mellitus tipe 2 adalah usia dari 40 tahun hal ini

karena adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Setelah seseorang

mencapai usia 40 tahun , maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg% tiap tahun

saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan berdasarkan hal

tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relavansi

diabetes mellitus serta gangguan toleransi glukosa darah ( sudoyo et al, 2015).

Sunoyo (2016) dalam sogondo (2015) menjelaskan juga bahwa

kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan yang

menyebabkan resustensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2.

E. PATOFISIOLOGI

Pada diabetes tipe mellitus tipe 2 terdapat dua maslah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu; yaitu resistensi insulin dan gangguan insulin.

Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut. Terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang di

sekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu keadaan ini terjadi

akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan

pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta

tidak mampu mengimbangi peningkatan akan kebutuhan insulin maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2. Meskipun terjadi

gangguan sekrsi insulin yang merupakan ciri has diabetes mellitus tipe 2, namun

masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat unruk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertai karena itu

ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe 2 (damayanti 2015).

F. Manifestasi klinis

Menurut smeltzer et al (2017) manifestasi klinis yang sering di jumpai

pada pasien diabetes mellitus yaitu:

a. Polyuria (peningkatan pengeluaran urin)

b. Polydipsia ( peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat

besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ektrasel. Dehidrasi

intrasel mengikuti penurunan gradian kosentrasi ke plasma yang

hipertonik (sangat pekat) dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran

ADH (antidiuratik hormone) dan menimbulkan rasa haus.

c. Rasa lebih dan kelemahan otot akibat gannguan aliran darah pada

pasien diabetes lama, kata bolisme protein diotot dan ketikmampuan

sebagai besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.


d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

e. Peningkatn angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan antibiotic, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi

mucus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada

penderita diabetes kronik.

f. Kelainan kulit : gatal-gatal kelaian kulit berupa gatal-gatal, biasanya

terjadi di lipatan kulit seperti di ketiak dan di bawah payudara. Biasanya

akibat tumbuhnya jamur.

g. Kelainan ginekologis keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur

terutama candida. Pada penderita diabetes mellitus regenerasi sel

persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama

yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak banyak sel persarafan

terutama perifer mengalami kerusakan.

h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.

Anda mungkin juga menyukai