Anda di halaman 1dari 19

Kelompok IV

ANALISIS

Penyebab Mahasiswa Melakukan Bom Bunuh Diri Berdasarkan Faktor Yang Meliputi
Patah Hati, Gagal Skripsi, Paham Sesat, Anti Sosial , Bulliying Stress, dan Ekonomi di
Kota Medan.

Yang Disusun Oleh


Muhammad Hasan Fuad
Ratri Nandha Kusuma
Yuzidil Arham

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK TURUN MESIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bom bunuh diri adalah suatu serangan yang dilakukan oleh seorang martir
dengan maksud untuk melukai atau membunuh orang untuk menyebabkan
kerusakan baik materi maupun moril bagi korban, biasanyya pelaku serangan bom
bunuh diri juga akan ikut terbunuh dalam serangan yang dilakukannya.
Beberapa kasus munculnya bom bunuh diri disebabkan karena motivasi yang
kuat yang diarahkan pada hal hal yang negatif. Sebagai beberap acontoh motivasi
yang sangat kuat yang dapat dilihkan sebagai motif untuk melakukan serangan bom
bunuh diri adalah perasaan kecewa yang berasal dari rasa cinta yang tidak
tersampikan secara sepenuhnya.
Hal ini juga sekaras dengan kasus pengantin bom bunuh diri yang kebanyakan
pelakuknya berasal dari kalangan muda(belum berumah tangga) yang mana pada
masa – masa tersebut pelaku masih mengalami distorsi dalam perasaan hatinya
tentang suka dengan lawan jenis dan ingin mengekspresikan dan
mengaktualisasikan dirinya pada seseorang yadng di idam – idamkannya.
Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kalangan mahasiswa yang notebenne
adalah kalangan muda. Ketika perasaan ini tidak tersampaokan maka akan terjadi
gejolak yang besar di dalam hatinya yang menuntut pengakuan atas perasaannya,
apabila gejolak yang kuat ini tidak diarahkan pada hal yang positif maka mahasiswa
tersebut cenderung akan melakukan pelampiasan pada hal yang negatif.
Selain intu masalah klasik yang dialami mahasiswa dalah skripsi sebagai
penutup dari kuliah yang dia jalani, namun pada mahasiswa yang bermasalah dalam
menghadapi skripsi kegagalan skripsi bisa saja terjadi karena beberapa aspek yaitu,
ekonomi, dan kehabisan waktu untuk mengerjakan sehingga memicu stress pada
mahasiswa. Hal tersebut dapat menjadikan mahasiswa ynag tidak memiliki mental
yang kuat akan mudah untuk tersungkur dan terjebak dalam arus pemikiran yang
sesat.
Terlebih lagi apabila mahasiswa tersebut adalah seorang tang kurang memiliki
kehidupan nyata yang bebar – benar berimbas padanya. Tidak menutup
kemungkinan mahasiswa tersebut akan mudah dipengaruhi oleh kelompok ekstrimis
sayap kanan yang mengatsnamakan kasta dari sebuah kelompok sosial. Hal yang
lumrah terjadi pada mahasiswa yang terjerat dengan kasus bom bunuh diri adalah
akibat diktrin yang kuat dari kelompok perpaham sesat aliran ekstrimis kanan yang
beranggapan bahwa orang yang melakukan bom bubuh diri akan mendapat hadiah
yang besar di kehidupan nanti yang berupa istana megah dengan ditemani oleh 70
bidadari yang masih perawan. Berdasarkan larat belakang diatas maka kami
menyusun sebuah studi untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang menjadi
moviasi seorang mahaiswa untuk melakukan bom bunuh diri dengan judul
“Penyebab Mahasiswa Melakukan Bom Bunuh Diri Berdasarkan Faktor Yang
Meliputi Patah Hati, Gagal Skripsi, Paham Sesat, Anti Sosial , Bulliying Stress, dan
Ekonomi di Kota Medan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat ditarik Rumusan Masalah yang muncul,
diantaranya yaitu.
1. Apakah Penyebab patah hati ?
2. Mengapa terjadi gagal skripsi ?
3. Apa penyebab mahasiswa berpaham sesat ?
4. Apa penyebab bullying yang terjadi pada mahasiswa ?
5. Kenapa mahasiswa bisa stress?
6. Bagaimana kondisi ekonomi mahasiswa?

C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas dapat ditarik Tujuan penelitian ini yaitu.
1. Dapat mengetahui penyebab Patah Hati
2. Dapat mengetahui penyebab terjadinya Gagal Skripsi
3. Dapat mengetahui penyebab Paham Sesat
4. Dapat mengetahui penyebab mahasiswa Anti Sosial
5. Dapat mengetahui penyebab Bullying
6. Dapat mengetahui penyebab mahasiswa Stress
7. Dapat mengetahui kondisi Ekonomi mahasiswa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Serangan Bunuh Diri


Serangan bunuh diri adalah suatu serangan yang dilakukan (para)
penyerangnya dengan maksud untuk membunuh orang (atau orang-orang) lain dan
bermaksud untuk turut mati dalam proses serangannya (lihat bunuh diri), misalnya
dengan sebuah ledakan bom atau tabrakan yang dilakukan oleh si penyerang. Istilah
ini kadang-kadang digunakan secara bebas untuk sebuah kejadian yang maksud si
penyerang tidak cukup jelas meskipun ia hampir pasti akan mati karena pembelaan
diri atau pembalasan dari pihak yang diserang.
Di zaman modern, serangan seperti itu seringkali dilakukan dengan bantuan
kendaraan atau bahan peledak seperti bom (bom bunuh diri) atau keduanya (mis.
kendaraan yang dimuati dengan bahan peledak). Bila semua rencana berjalan mulus,
si penyerang akan terbunuh dalam tabrakan atau peledakan.
Serangan bunuh diri adalah sejenis taktik, yang direncanakan dan diorganisir
oleh kelompok militer atau paramiliter yang berkomitmen tinggi. Menurut Robert
Pape, direktur Proyek Chicago tentang terorisme bunuh diri dan pakar tentang bom
bunuh diri, 95% dari serangan-serangan itu di waktu-waktu belakangan ini
mempunyai tujuan strategis spesifik yang sama: memaksa negara yang menduduki
untuk menarik pasukan-pasukannya dari sebuah wilayah yang diperebutkan. Pape
mencatat bahwa dalam beberapa dasawarsa terakhir serangan-serangan bunuh diri
sebagai taktik politik digunakan untuk melawan negara-negara demokratis di mana
opini publik memainkan peranan dalam menentukan kebijakan.
Sebagai taktik militer yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian materi
dalam perang, serangan bunuh diri menjadi terkenal pada masa Perang Dunia II di
Pasifik ketika kapal-kapal Sekutu diserang oleh pilot-pilot kamikaze Jepang dengan
menerbangkan pesawat terbang mereka yang dimuati dengan bahan peledak ke
sasaran-sasaran militer. Sejak 1980-an, biaya yang dianggap murah dan daya rusak
yang hebat dari taktik ini mungkin menjadi alasan mengapa ia makin banyak
dipergunakan oleh gerakan-gerakan perlawanan, termasuk para gerilyawan dan
kelompok-kelompok pemberontak -- yang distilahkan sebagai "kelompok-kelompok
teroris oleh pemerintah yang menjadi sasaran. Yang paling menonjol taktik ini telah
digunakan di Timur Tengah dan Sri Lanka.

B. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau
motion, lalu motivation, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Artinya
sesuatu yang menggerakkan terjadinya tindakan, atau disebut dengan niat.
Menurut Hamzah B.Uno (2012:3) “motivasi adalah dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya”.
Menurut Purwanto (1993-71) berpendapat “motivasi adalah pendorong suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.
Sedangkan Sardiman (2012:75) berpendapat bahwa “motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu”.

C. Patah Hati
Patah hati adalah metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit
emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan
orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara
fisik atau penolakan cinta.
Patah hati biasanya dikaitkan dengan kehilangan seorang anggota keluarga atau
pasangan hidup, meski kehilangan orang tua, anak, hewan peliharaan, orang yang
dicintai atau teman dekat bisa "mematahkan hati seseorang", dan sering dialami
ketika sedih dan merasa kehilangan. Frasa ini mengarah pada sakit fisik yang
dirasakan seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut, tetapi ada pula
perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut tidak
dialami sebagai wujud sakit somatik.
Meskipun "patah hati" biasanya tidak memberi kerusakan fisik apapun pada
jantung, ada sebuah kondisi bernama "sindrom patah hati" atau kardiomiopati
Takotsubo, yaitu ketika sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk
menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah. Sebuah studi
memperlihatkan bahwa patah hati terasa menyakitkan sebagaimana sakit fisik yang
mendalam.
Penelitian tersebut mendemonstrasikan bahwa daerah otak yang sama yang
cepat tanggap dengan pengalaman menyakitkan teraktifkan ketika seseorang
mengalami penolakan sosial, atau kehilangan sosial pada umumnya. "Hasil ini
memberikan arti baru bahwa penolakan sosial memang 'menyakitkan'," kata
psikolog sosial Universitas Michigan, Ethan Kross. Penelitian Michigan melibatkan
korteks somatosensori sekunder dan insula posterior dorsal.
Psikolog dan penulis Dorothy Rowe menceritakan kembali tentang apa yang ia
pikirkan mengenai patah hati sebagai sebuah klise kosong sampai ia mengalaminya
sendiri ketika dewasa.[7][8] Patah hati kadang bisa mendorong seseorang mencari
bantuan medis untuk mengetahui gejala fisiknya, dan kemudian dikaitkan dengan
kelainan somatoform.
Proses neurologis yang terlibat dalam persepsi sakit hati belum diketahui, tetapi
diduga melibatkan korteks singulat anterior otak, yang dapat berstimulasi secara
berlebihan ke saraf vagus ketika terjadi tekanan sehingga menyebabkan sakit, mual,
atau pengencangan otot di bagian dada.. Selain itu, keluhan organik lainnya
seringkali meliputi rasa lemas, kedinginan, ngilu-ngilu seperti flu. Berlebihnya
hormon cortisol membuat sistem kekebalan tubuh kelelahan sehingga tubuh jadi
lebih lemah terhadap serangan bakteri dan virus.
Pada saat yang sama kehadiran hormon tersebut juga mengurangi aliran darah ke
sistem pencernaan, sehingga nafsu makan menghilang dan terjadi gangguan
pencernaan lainnya yang membuat seseorang makin kehilangan energi dan
mempengaruhi seluruh tubuh. Alhasil, penolakan membuat seseorang benar-benar
merasa tersakiti dan terpukul hancur.

D. Gagal Skripsi
Beberapa hal yang memungkinkan terjadinya gagal skripsi antara lain adalah,
Tidak memahami apa yang ditulis, merupakan sebuah keadaan yang sering terjadi,
penyebabnya diantaranya mahasiswa tidak membuat atau tidak mengetik sendiri
skripsinya. Bisa karena mereka minta dibikinkan kepada orang lain dengan
membayar sebesar yang disepakati oleh kedua belah pihak, atau bahkan mereka
menggunakan penelitian orang lain.
Tidak melakukan penelitian, akan terlihat oleh penguji senior, mahasiswa tidak
mengerti proses penelitian, bahkan tidak tahu bagaimana meneliti. Biasanya dalam
keadaan kepepet mereka melakukan langkah “panik” dengan mengarang data,
memalsukan surat tanda melakukan penelitian dan lain sebagainya.Seorang peneliti
senior akan mengetahui mengapa seorang mahasiswa tidak mampu menjawab
pertanyaan seputar bagaimana proses penelitian, kesimpulan terakhir pasti
mahasiswa tidak melakukan penelitian dengan data yang dikarang.
Tindakan lain yang membuat mahasiswa gagal adalah melakukan penelitian asal
asalan. Mereka tidak cermat dalam menentukan setiap aspek penelitian, tidak
sistematis dan tidak memahami proses penelitian seharusnya. Sebagai contoh
dengan tingkat kepercayaan 95% dan alpa 5% seharunya mendapatkan jumlah
sample setelah dihitung dengan mengggunakan rumus tertentu mengharuskan
peneliti mengambil sampel sebesar 100 orang. Tapi karena dikerjakaan asal asalan
yang diambil jauh dari itu. Hal yang sering salah juga adalah dalam penelitian
quantitative tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas. Atau melakukan akan
tetapi hasilnya dipaksakan supaya reliable dan valid.
Plagiat merupakan kejadian yang sering terjadi, banyak jenis plagiarisme,
biasanya seseorang dianggap plagiat jika memiliki kesamaan dengan orang lain
sebesar 35%. Jika lebih besar dari itu, maka yang bersangkutan harus melakukan
pharapresing, dan menuliskan sumber dengan jelas. Seorang mahasiswa dianggap
plagiat jika yang bersangkutan tidak memasukan sumber rujukan atau mungkin
copy paste penelitian orang.

E. Paham Sesat
Ajaran sesat atau Aliran sesat, Heresi menurut Oxford English Dictionary,
adalah "pandangan atau doktrin teologis atau keagamaan yang dianggap berlawanan
atau bertentangan dengan keyakinan, atau sistem keagamaan manapun, yang
dianggap ortodoks atau ajaran yang benar. Dalam pengertian ini, ajaran sesat adalah
pandangan atau doktrin dalam filsafat, politik, ilmu, seni, dll., yang berbeda dengan
apa yang umumnya diakui sebagai yang berwibawa."
Kata "heresy" berasal dari bahasa Yunani αιρεσις, hairesis (dari αιρεομαι,
haireomai, "memilih"), yang berarti pilihan keyakinan atau faksi dari pemeluk yang
melawan. Kata ini banyak dipergunakan oleh Ireneus dalam risalatnya Contra
Haereses (Melawan Penyesat). Ia menggambarkan posisinya sendiri sebagai yang
ortodoks (dari ortho- "lurus" + doxa "pemikiran") dan posisinya akhirnya
berkembang menjadi posisi Gereja Kristen perdana, dari mana kata-kata ortodoks
itu berasal.
Jadi, ada anggapan bahwa "ajaran sesat" tidak mempunyai arti yang sepenuhnya
obyektif. Kategori ini hanya ada sebagai kebalikan dari posisi suatu sekte yang
sebelumnya telah didefinisikan sebagai "ortodoks". Jadi, setiap pandangan yang non
konformis di dalam bidang apapun juga dapat dianggap "sesat" oleh yang lainnya di
dalam bidang tersebut yang yakin bahwa pandangan mereka adalah yang "benar"
(ortodoks).
Para penyesat biasanya tidak menganggap keyakinan mereka sesat. Menyebut
sebuah ajaran itu "sesat" adalah suatu penghakiman yang tidak bebas nilai, karena
hal itu dilakukan dari dalam suatu sistem kepercayaan yang mapan. Misalnya, orang
Katolik Roma menganggap ajaran Protestan sesat, sementara orang non-Katolik
menganggap ajaran Katolik sebagai "Kemurtadan Besar."
Agar sebuah ajarah sesat bisa ada, pertama-tama harus ada suatu sistem dogma
yang berwibawa yang ditetapkan sebagai dogma yang ortodoks, seperti misalnya
yang diusulkan oleh Gereja Katolik Roma. Istilah ortodoks digunakan di Gereja
Ortodoks Timur, sejumlah Gereja Protestan, dalam Islam, sebagian denominasi
Yahudi, dan dalam tingkat yang lebih rendah dalam agama-agama lain.
Pandangan varian dari Marxisme-Leninisme yang ortodoks digambarkan
sebagai "golongan kanan" atau "penyimpangan kiri". Gereja Scientology
menggunakan istilah "squirelling" ("membajing") untuk merujuk kepada perubahan-
perubahan yang tidak sah terhadap ajaran atau metodenya.

F. Anti Sosial
Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau
memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial
adalah suatu sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum.
Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku
yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun
masyarakat secara umum disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat luas karena si pelaku pada dasarnya tidak
menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
Pengertian dari perilaku Anti-Sosial menurut pandangan psikologi adalah
perilaku yang kurang pertimbangan untuk orang lain dan yang dapat menyebabkan
kerusakan pada masyarakat, baik sengaja atau melalui kelalaian, karena
bertentangan dengan perilaku pro-sosial, perilaku yang membantu atau bermanfaat
bagi masyarakat.
Hukum pidana dan hukum sipil di berbagai negara menawarkan solusi untuk
perilaku anti sosial. Secara sederhana, perilaku antisosial bisa digambarkan sebagai
`perilaku yang tidak diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan
merupakan lawan dari perilaku prososial’.
Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun
karena `penyimpangan’ ini dikategorikan sebagai `penyimpangan’ ringan dari
tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum perilaku antisosial
identik dengan anak-anak muda usia sekolah.
Oleh karena perilaku antisosial identik dengan anak-anak usia sekolah, lembaga-
lembaga pendidikan memiliki peran yang tidak kecil untuk memberikan sumbangan
agar perilaku ini tidak membesar sehingga merongrong bangunan sosial yang telah
ada.

G. Bulliying
Penindasan, perundungan, perisakan, atau pengintimidasian (bahasa Inggris:
bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu
kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini
dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan
dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras,
agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas
empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan
dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di
sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Terdapat dua jenis Bullying yaitu: Penindasan fisik, berupa tindakan penindasan
dengan kontak secara fisik yang menimbulkan perasaan sakit fisik, luka, cedera,
atau penderitaan fisik lainnya. Contohnya memukul, menampar, atau menendang
orang lain. Penindasan psikologis, berupa tindakan penindasan yang menimbulkan
trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga
menimbulkan kegalauan/gusar.

H. Stress
Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan.
Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau
keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif,
karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi
hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja
yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan
mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif.[1] Para peneliti berpendapat bahwa stres
tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi
sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai
tujuan.[2] Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap
permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak
implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

Beberapa ahli mendefinisikan stres sebagai:


 Respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan.
 Suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu
kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang.
 Adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak
krusial.
 Stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental
terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam.

I. Ekonomi
Keterbatasan Ekonomi adalah kondisi di mana kita tidak mempunyai cukup
sumber daya untuk memuaskan semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata
kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan
jasa yang tersedia.[1]. Kelangkaan bukan berarti segalanya sulit diperoleh atau
ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan jumlahnya tidak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Keterbatasan Ekonomi mengandung dua pengertian:


a. Alat pemenuhan kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
b. Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang lain.

Masalah Keterbatasan Ekonomi selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana


seseorang dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat
pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi masalah Keterbatasan Ekonomi, ilmu
ekonomi berperan penting karena massal ekonomi yang sebenarnya adalah
bagaimana kita mampu menyeimbangkan antara keinginan yang tidak terbatas dan
alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber daya dapat digunakan
untuk menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhan dalam jumlah tidak terbatas, maka
sumber daya tersebut dikatakan tidak mengalami Keterbatasan Ekonomi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini berisi tentang pendekatan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi
penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan pengukuran, uji
validitas, uji reabilitas dan teknik analisis data yang diuraikan sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah. Untuk
memperoleh kebenaran tersebut, diperlukan adanya suatu metode penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian Ex Post Facto karena variabel bebas dalam
penelitian ini tidak dikendalikan atau diperlakukan khusus melainkan hanya
mengungkap fakta berdasarkan pengukuran gejala yang telah ada pada diri
responden sebelum penelitian ini dilaksanakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono yang mengemukakan bahwa penelitian
Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan
logika dasar yaitu jika x maka y.
Dalam penelitian tidak ada manipulasi langsung terhadap variabel independen
(Sugiyono, 2010:8). Penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel-
variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel
terikat dalam suatu penelitian. (Sukardi, 2012:165) 26 Ex post facto sebagai metode
penelitian menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas x telah terjadi
sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberi perlakuan lagi, tinggal melihat
effeknya pada variabel terikat (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001:56)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Sebuah Perguruan Tinggi Swasembada di Kota Medan.
Sedangkan pelaksanaan penelitian dijadwalkan pada bulan Februari sampai dengan
April 2020.
C. Variable Penelitian
a. motivasi pelaku bom bunuh diri, minat belajar dan prestasi siswa
b.
c.

D. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:61).
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua mahasiswa Offering X jurusan
Teknik Turun Mesin di Perguruan Tinggi Swasembada di Kota Medan. sebanyak 32
siswa. Jadi penelitian ini adalah penelitian populasi

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dari ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu motivasi
pelaku bom bunuh diri, minat belajar dan kemampuan ekonomi mahasiswa dalam
kasus pelaku bom bunuh diri dengan menggunakan metode angket dan melalui tes.
Angket digunakan untuk menjaring data dari responden yang berupa motivasi
belajar dan minat belajar. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengambil data
Kemampuan ekonomi. Digunakan angket ini dengan pertimbangan:
1. Dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang baik secara individual
maupun kelompok terhadap permasalahan.
2. Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu yang
relatif singkat.
3. Tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap satu
permasalahan yang diteliti.
4. Tetap terjaganya kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat
pribadi.
5. Karena diformat dalam bentuk surat, maka biayanya murah.
6. Penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah diberikan
peneliti.
7. Dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu cepat. (Sukardi,
2012:76).

Sedang metode kedua adalah metode tes. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang minat belajar mahasiswa tentang kaitannyya dengan
kasus bom bunuh diri. Metode tes menurut Mulyatiningsih (2011:25) adalah metode
pengumpulan data penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
seseorang.
Metode tes ini dipilih untuk mendapatkan data minat Belajar mahasiswa dengan
cara memberikan sejumlah butir pertanyaan mengenai pemahaman materi K3
kepada siswa yang telah diajarkan sebelumnya.

F. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena gejala–gejala hasil
pengamatan dikonversikan kedalam angka–angka sehingga dapat digunakan teknik
statistik untuk menganalisis hasilnya. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk
angka, atau yang diangkakan (scoring).
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi untuk mengetahui arah dan
Pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode kuesioner dan metode tes. Dalam metode kuesioner digunakan angket
sebagai alat pengumpul data yang sebelumnya akan diuji validitas dan reliabilitas.
Begitu pula pada metode tes menggunakan soal yang sebelumnya akan diuji
validitas dan reliabilitas. Setelah pengumpulan data penelitian selesai, langkah
berikutnya adalah pengolahan data.
Dalam proses ini digunakan teknik analisis statistik. Hal yang perlu diperhatikan
sebelum dilakukan analisis statistik adalah kondisi semua harus baik, yaitu semua
data harus memenuhi persyaratan statistik. Sebagai contoh, 27 r1 r2 R dalam
penelitian digunakan teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda, maka
kondisi data yang harus dipenuhi yaitu normalitas sebaran harus berdistribusi
normal dan data harus berdistribusi linier.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap tiga variabel yaitu dua variabel
bebas dan satu variabel terikat. Untuk kepentingan analisis nama setiap variabel
diubah dengan suatu simbol. Untuk variabel motivasi belajar diberi simbol X1,
variabel minat belajar diberi simbol X2 dan varibel prestasi siswa pada mata diklat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja diberi simbol Y. Pengujian hipotesis penelitian
ini dilakukan dengan cara mencari koefisien hubungan antara variabel X1 terhadap
Y, X2 terhadap Y dan X1X2 terhadap variabel Y. Adapun paradigma penelitian
dapat dilihat pada gambar berikut yang merupakan paradigma ganda dengan dua
variabel independen.

J. Teknik Analisis Data


Sesuai dengan apa yang dicapai dalam penelitian ini, maka data yang telah
terkumpul dari responden dianalisis dengan analisis statistik. Teknik analisis
statistik dimulai dari statistik deskriptif untuk mengetahui berapa besar rerata skor,
median, mode, simpangan baku serta distribusi frekuensi dari data yang telah
terkumpulkan.
Kegunaan statistik deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan
dengan apa adanya secara obyektif tanpa dipengaruhi dari dalam diri peneliti atau
secara subyektif. Kemudian analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda. Namun sebelum dilakukan
analisis tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas data
dan lineritas data.

1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan Chi Kuadrat, yaitu dengan
rumus sebagai berikut:
Apabila harga chi kuadrat yang diperoleh melalui hitungan lebih kecil dari harga
chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5 % pada derajat kebebasan jumlah kelas
interval dikurangi satu (k–1) maka data dari variabel tersebut berdistribusi normal.
Sebaliknya jika harga chi kuadrat melalui hitungan atau observasi lebih besar dari
harga chi kuadrat tabel maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Kriteria
pengujian ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Ho ditolak jika : chi hitung (0,05 (k–
1)) > chi tabel (0,05 (k–1)) Ho diterima jika : chi hitung (0,05 (k–1)) < chi tabel
(0,05) (k–1).

2. Uji Linearitas
Pengujian hipotesis hubungan antar variabel dilakukan dengan menentukan
persamaan garis regresinya terlebih dahulu, untuk mengetahui bentuk hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Linieritas dilakukan terhadap variabel-
variabel independen yang terdiri dari motivasi belajar dan minat belajar. Variabel
dependennya adalah prestasi belajar. Uji yang digunakan untuk mengetahui linier
atau tidaknya adalah menggunakan uji F yang dikutip pada Sugiyono (2010:286)
rumusnya sebagai berikut:

Setelah didapat harga F, kemudian dikorelasikan dengan harga F pada tabel


dengan taraf signifikansi 5%. Jika harga F hasil analisis (Fa) lebih kecil dari Ftabel
(Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor adalah hubungan linier. Jika F hasil
analisis (Fa) lebih besar dari Ftabel (Ft) maka hubungan kriterium dengan prediktor
adalah hubungan non linier.
3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar
variabel bebas. Menggunakan analisis korelasi akan diperoleh harga interkorelasi
antar variabel bebas. Jika harga interkorelasi antar variabel bebas lebih kecil atau
sama dengan 0,600 maka tidak terjadi multikolinieritas. Kesimpulannya jika terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas maka uji kolerasi ganda tidak dapat
dilanjutkan. Akan tetapi jika tidak terjadi multikolinieritas antar variabel maka
ujikorelasi ganda dapat dilanjutkan. Berikut rumus untuk menghitung koefisien
korelasi yang dikutip dari Sugiyono (2010:228):

Keterangan:
Rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah responden
∑xy = Jumlah perkalian antara x dan y
∑x = Jumlah nilai x
∑y = Jumlah nilai y
∑x2 = Jumlah kuadrat dari x
∑y2 = Jumlah kuadrat dari y

Syarat terjadinya multikolineritas adalah jika harga interkorelasi antar variabel


bebas lebih besar atau sama dengan 0,600. Apabila harga interkorelasi antar variabel
bebas kurang dari 0,600 berarti tidak terjadi multikorelasi.
4. Uji hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis
statistik. Analisis deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian digunakan
untuk menentukan harga rata-rata hitung (M), simpangan baku (SD), median (Me)
dan modus (Mo). Tujuan lebih lanjut dari analisis deskriptif adalah untuk
mendefinisikan kecenderungan sebaran data dari masing-masing variabel penelitian
yaitu motivasi belajar (X1), minat belajar (X2) dan prestasi mata diklat K3 (Y).
Sedangkan analisis statistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama dengan cara melakukan pengujian hipotesis.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis nihil (Ho) untuk
hipotesis yang diuji dan hipotesis alternatif untuk hipotesis yang diajukan. Hipotesis
nihil merupakan tandingan dari hipotesis alternatif, dimana jika hasil pengujian
secara statistik menolak hipotesis nihil berarti hipotesis alternatif diterima begitu
juga dengan sebaliknya.
Pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikansi 0,05
yang berarti resiko kesalahan dalam mengambil kesimpulan adalah 5 % dari 100 %
kebenarannya atau kebenaran yang dicapai 95 %. Sesuai dengan rumusan masalah
yang telah dirumuskan, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dan teknik analisis korelasi ganda.

a. Analisis korelasi Product Moment


Teknik analisis product moment digunakan untuk menguji hipotesis (1) dan (2)
yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas dan antara variabel bebas
dengan variabel terikat, secara umum rumusnya adalah :

Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Ha
ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > rt) maka Ha
diterima (Sugiyono, 2010:261). 44 Sebagai tolok ukur tinggi rendahnya koefisien
korelasi dapat digunakan interpretasi yang diungkapkan oleh (Sugiyono, 2010:257)
sebagai berikut:
Tabel 6. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

b. Teknik analisis korelasi ganda


Teknik analisis korelasi ganda dengan dua prediktor digunakan untuk menguji
hipotesis (3) yaitu digunakan peranan kedua ubahan bebas terhadap ubahan
terikatnya secara bersama-sama. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Dalam hal ini berlaku Fh lebih besar dari Ft , maka koefisien korelasi ganda
yang diuji adalah signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi
(Sugiyono, 2010:266-267)

Anda mungkin juga menyukai