Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahuwata’ala,


Tuhan semesta alam yang telah memberikan Ridlo dan Petunjuk-Nya, sehingga Panduan
Skrining Pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Bunda arif” Purwokerto ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penyusunan panduan ini adalah dalam rangka peningkatan efisiensi dan
perwujudan tertib administrasi, serta peningkatan pelayanan publik di Rumah Sakit Ibu dan
Anak “Bunda arif” Purwokerto.
Panduan triase pasien adalah proses pemilahan dan penilaian pasien selama perawatan
di IGD dimana pasien di triase berdasarkan kebutuhan medis. Panduan triase bertujuan untuk
memastikan pasien yang akan mendapatkan perawatan emergensi akan mendapatkan
perawatan yang tepat, di lokasi yang tepat, sesuai derajat kegawatdaruratannya agar pelayanan
pasien yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi yang tepat waktu.
Tidak lupa Kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Dan Kami
sadari panduan ini belum sempurna, oleh karenanya masukan dan saran perbaikan sangat
Kami harapkan guna penyempurnaannya.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan rahmat dan hidaya – Nya kepada
kitasemua. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.

Purwokerto, ..............................
Direktur RSIA “Bunda arif”

dr. Bugar Wijiseno

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ........ 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I DEFINISI ................................................................................................ ....... 3
BAB II RUANG LINGKUP ......................................................................................... 6
BAB III TATA LAKSANA ........................................................................................... 8
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................... ... .19

2
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau
kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau
meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses
pelayanan kesehatan berlangsung sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Triase merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien yang sifatnya
segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Triase berasal
dari bahasa Perancis “otrier" yang berarti memilah, mengidentifikasi, mengklasifikasi
atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana para korban ditriase
berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau kelas sosial (Dong dan
Bullard,2009).
Sistem triase bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan perawatan
emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat, yang sesuai dengan
derajat kegawatannya. Suatu sistem triase yang efektif mengklasifikasikan pasien ke
dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan atau cedera akutnya dan bertujuan untuk
memastikan bahwa pasien dengan keluhan atau cedera yang mengancam jiwa segera
mendapatkan intervensi dan alokasi sumber daya yang terbesar serta tepat waktu. Suatu
sistem triase IGD yang ideal secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi
kegawatannya untuk menghindari undertriage atau overtriage (mengkategorikan pasien
lebih rendah atau lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982).
Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triase di kedokteran emergensi.
Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan keparahan. Kondisi
urgent bisa saja tidak parah sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan
(Fitzgerald, 2010).
Beberapa sistem triase telah dikembangkan, dalam literatur seringkali disebut The
Australian Triase Scale, The Manchester Triase System, The Canadia Triase and Acuity
Scale, dan The Emergency Severity Index. RSIA “Bunda arif” Purwokerto menerapkan
pelabelan warna sesuai dengan pelabelan korban massal. Dengan kategori sebagai
berikut pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat
(Resusitasi dan Pasien Klinis), pasien dengan label kuning berarti membutuhkan
pelayanan yang dapat ditunda (Emergency Mayor), pasien dengan label hijau berarti tidak
dalam kondisi gawat darurat dan dapat ditunda (Bukan Emergensi), pasien dengan label

3
hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan hidup sangat tipis atau
DOA ( Death On Arrival).
Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh petugas
IGD/petugas triase untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatannya. Pada penilaian
awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya dan kemudian
suatu kategori di terapkan kepada pasien tersebut.
Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triase apa yang
harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem tersebut
menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang tidak tersedia
pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang simpel dalam
identifikasi dini pasien-pasien yang beresiko mengalami deteriorisasi (perburukan) dapat
memberikan kategori triase yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke IGD. Skor
fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bila mana terjadi tumpang tindih dalam
memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani triase.
Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang dilihat
dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis. Pasien
dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan ditunjukkan oleh
perubahan-perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-tanda vital (Labaf, dkk.,
2010). The worthing Psycological scoring system (WPSS) adalah suatu sistem skoring
prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda fisiologik pada tahap awal untuk
melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan dalam bentuk interuention-calling
score. Pengukuran tanda vital pada WPSS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernapasan, temperature, saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar
AVPU (alert, verbal, pain, unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007).
Triase adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah
menjadi lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai
dampak dan tindakan yang dilakukan. Triase harus diulang-ulang selama masih dalam
penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triase sebelum
dilakukan evakuasi, tiba di IGD, selama resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun
sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan. Triase di RSIA ”Bunda arif” dilakukan
hanya dalam waktu kurang dari atau sama dengan 3 menit tanpa intervensi tindakan
apapun.
B. TUJUAN
Tujuan dari triase dimana pun dilakukan bukan saja supaya The Right Patient To The
Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time Tetapi Juga To Do Most For
The Most.

4
Jadi Tujuan triase adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan
medik secara cepat dan tepat sesuai dengan kategori kegawatdaruratan dan sesuai dengan
penyakitnya.

5
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :


1. Kriteria Triase, evaluasi visual/pengamatan, pemeriksaan fisik/hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik (Prosedur Kerja IGD)
2. Laboratorium klinik (Prosedur Kerja Laboratorium)
3. Diagnostik Imajing sebelumnya.

B. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
2. Triase adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
3. Skrining Pasien Masuk Rawat Inap Proses asesmen kepada pasien yang
diputuskan rawat inap untuk mengetahui prioritas pasien untuk pelayanan
preventif, kuratif, rehabilitatif, paliatif dan menentukan pelayanan yang sesuai
dengan prioritas kebutuhan pasien, terutama pada keterbatasan fasilitas.
4. Instalasi Rawat Jalan adalah instalasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama kepada pasien yang tidak memiliki ancaman
kematian dan kecacatan.
5. Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
6. Survey Primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
7. Survey Sekunder adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-
perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam
jiwa bila tidak segera diatasi.
8. Pasien Gawat Darurat adalah Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
9. Pasien Gawat Tidak Darurat adalah Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut.

6
10. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah Pasien akibat musibah yang datang tiba-
tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal.
11. Keterangan Hasil Skrining dan Triase adalah Keterangan yang digunakan
untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien sebagai pasien IGD atau
Instalasi Rawat Jalan atau dirujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
12. Keterangan Hasil Skrining Rawat Inap adalah Keterangan yang digunakan
untuk mengambil keputusan kebutuhan pasien apakah preventif, rehabilitatif, atau
paliatif.
13. Kecelakaan (Accident) adalah Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai
faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera fisik, mental dan sosial.Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan
menurut :
a. Tempat kejadian :
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d) Kecelakaan di sekolah
e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain, seperti halnya: tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olahraga, dan lain-lain.
b. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time)
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.

7
BAB III
TATALAKSANA

Skrining di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilakukan dengan triase. Proses Triase
merupakan suatu proses identifikasi yang dilakukan terhadap pasien pada kontak pertama
berdasarkan tingkat prioritas kegawatan pasien. Agar pasien IGD dapat segera diidentifikasi
dan diberikan pellayanan segera sesuai tingkat kegawat daruratannya.
Triase di RSIA “Bunda arif” Purwokerto menggunakan sistem Australian Triase Scale
(ATS) dengan memodifikasi (lampiran I). Sistem tersebut juga dilakukan labeling warna
untuk memudahkan prioritas penangananya. Kategori pasien berdasarkan ATS adalah :
a. Kategori I (gawat darurat) Merah
Pasien dengan label merah berarti membutuhkan pertolongan darurat dan cepat.
b. Kategori II dan III ( gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat) Kuning
Pasien dengan label kuning berarti membutuhkan pelayanan yang dapat ditunda
c. Kategori IV dan V (tidak gawat dan tidak darurat) Hijau
Pasien dengan label hijau berarti tidak dalam kondisi gawat dan darurat dan dapat
ditunda. Suatu keadaan yang tidak membutuhkan pertolongan segera.
d. Death on Arrival (DOA) Hitam
Pasien dengan label hitam berarti pasien sudah tidak dapat ditolong dan usia harapan
hidup sangat tipis atau penderita sudah meninggal ( Death On Arrival/DOA). Tidak ada
respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas
jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

Dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pasien dengan multiple causalties atau mass
causalties, maka tindakan yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat adalah sebagai berikut:
a. Multiple Causalties
Jumlah pasien dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas dan rumah sakit.
Dalam keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani
terlebih dahulu, dan sesuai dengan prinsip ABCDE.
b. Mass Causalties
Jumlah pasien dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini
yang akan dilayani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan kemungkinan survival
yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapam, dan tenaga yang terbatas.

Triase yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat merupakan triase yang rutin yang
digunakan untuk memprioritaskan kasus-kasus yang benar-benar gawat darurat (true
emergency) dengan tepat dan cepat (life saving).

8
Triase di IGD dilakukan oleh dokter umum yang mempunyai sertifikat Bantuan Hidup
Dasar (BHD) yang diverifikasi oleh rumah sakit dan sertifikat pelatihan triase internal dan
atau perawat RSIA “Bunda Arif” Purwokerto yang mempunyai sertifikat Bantuan Hidup
Dasar (BHD) yang sudah diverifikasi oleh rumah sakit dan sertifikat pelatihan triase internal.
Triase dinilai berdasarkan airway, breathing, circulation dan disability.
a. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien paten atau terdapat sumbatan baik total atau
sebagian.
b. Breathing
Menilai apakah pasien mengalami disstres pernafasan dan menilai jumlah respiratory
rate (RR) pasien. Pasien dilabeli warna merah apabila jumlah RR >30 kali per menit.
Selain itu, petugas triase juga perlu mengamati apakah pasien menggunakan otot bantu
pernafasan atau tidak.
c. Circulation
Menilai apakah pasien mengalami gangguan hemodinamik dengan cara mengukur
kekuatan dan jumlah nadi serta menilai capillary refill pasien. Gangguan
hemodinamika berat ditandai dengan nadi yang tidak teraba serta perdarahan yang tak
terkontrol/perdarahan aktif. Gangguan hemodinamik sedang ditandai dengan nadi yang
tidak teraba/halus dan perdarahan kapiler > 2 detik. Sedangkan gangguan
hemodinamik ringan ditandai dengan nadi teraba (lemah-kuat) dan perdarahan kapiler
< 2 detik. Pasien dikatakan mempunyai hemodinamika stabil jika nadi teraba dengan
frekuensi normal dan perdarahan kapiler < 2.
d. Disability
Menilai tingkat kesadaran pasien menggunakan GCS. Klasifikasi, yaitu:
1) Penurunan kesadaran ringan GCS : 13-14
2) Penurunan kesadaran sedang GCS : 9-12
3) Penurunan kesadaran berat GCS : 3-8

Tabel 1. Penilaian Kesadaran Berdasarkan Kriteria Glasgow Coma Scale

DEWASA ANAK BAYI

Respon membuka Nilai Respon membuka Nilai Respon membuka Nilai


mata mata mata
4
o Spontan o Spontan 4 o Spontan 3
4
o Terhadap o Terhadap
o Terhadap 3 bicara/panggilan 3 bicara/panggilan 2
bicara/panggilan o Terhadap nyeri 2 o Terhadap nyeri 1
2
o Terhadap nyeri o Tidak ada respon o Tidak ada respon

9
o Tidak ada respon 1 1

Respon Motorik Nilai Respon Motorik Nilai Respon Motorik Nilai


o Menurut perintah 6 o Menurut perintah 6 o Menurut perintah 6
o Melokalisasi nyeri o Melokalisasi o Melokalisasi nyeri
o Menghindar 5 nyeri 5 o Menghindar 5
terhadap nyeri o Menghindar terhadap nyeri
4 4 4
o Fleksi abnormal terhadap nyeri o Fleksi abnormal
terhadap nyeri 3 o Fleksi abnormal 3 terhadap nyeri 3
o Ekstensi abnormal terhadap nyeri o Ekstensi abnormal
terhadap nyeri 2 o Ekstensi 2 terhadap nyeri 2
o Tidak ada respon abnormal o Tidak ada respon
1 terhadap nyeri 1 1
o Tidak ada respon

Respon Verbal Nilai Respon Verbal Nilai Respon Verbal Nilai


o Terorientasi 5 o Terorientasi 5 o Berceloteh (coos 5
dengan baik dengan baik dan babbles)
o Konfusi (bingung), 4 o Konfusi 4 o Menangis iritabel 4
sering bertanya (bingung) o Menangis
3 3 3
berulang-ulang, o Kata-kata tidak terhadap nyeri
disorientasi tempat 2 sesuai 2 o Mengerang 2
dan waktu o Kata-kata tidak terhadap nyeri
o Kata-kata saja 1 runtut 1 o Tidak ada respon 1
(berbicara tidak o Tidak ada respon
jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun
tidak dalam satu
kalimat
o Mengerang
o Tidak ada respon

Pasien trauma atau non trauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang tepat
untuk menyelamatkan jiwa pasien. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu
diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal setelah triase ini dikenal
dengan initial assessment (penilaian awal). Penilaian awalmeliputi:

1. Persiapan
2. Primary survey(ABCDE)
3. Resusitasi
4. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
5. Secondary survey
6. Tambahan terhadap secondary survey
7. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinarnbungan
8. Transfer ke pusat rujukan lain apabila pasien tidak sesuai dengan misi dan SDM
rumah sakit

10
Dalam praktek sehari-hari beberapa urutan kejadian di atas dapat dilakukan secara
bersamaan dan terus menerus.

1. Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
1) Koordinasi yang baik antara dokter dirumah sakit dan petugas lapangan
2) Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum pasien mulai
diangkut dari tempat kejadian.
3) Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan dirumah sakit seperti waktu
kejadian, sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat pasien.
b. Fase RumahSakit
1) Perencanaan sebelum pasien tiba
2) Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang
mudah dijangkau
3) Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat
yang mudah dijangkau
4) Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu- waktu
dibutuhkan.
5) Pemakaian alat-alat proteksi diri
2. Primary Survey
Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Pasien yang
mengancam nyawa harus dilakukan resusitasi. Penanganan ABCDE yang dimaksud
adalah:
a. Airway dengan control servikal
1) Penilaian
a) Mengenal patensi airway (inspeksi,auskultasi,palpasi)
b) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2) Pengelolaan airway
a) Lakukan head tilt-chin lift atau jaw thrust dengan kontrol servikal in- line
immobilisasi
b) Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang
rigid
c) Pasang pipa naso faringel / orofaringeal atau pasang airway definitive
sesuai indikasi (lihat tabel 2)

11
Tabel2:Indikasi AirwayDefinitif

KEBUTUHAN UNTUK KEBUTUHAN UNTUK


PERLINDUNGAN VENTILASI
Tidak sadar a. Apnea
AIRWAY
b. Paralisis neuromuskuler
Fraktur maksilofasial c. Usaha
a. Tidak sadar
nafas yang tidak adekuat
b. Takipnea
c. Hipoksia
d. Hiperkarbia
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
e. Sianosis

a. Perdarahan membutuhkan hiperventilasi


b. Muntah-muntah singkat, bila terjadi penurunan
keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

a. Hematomaleher
b. Cedera laring,trakea
b. Stridor

3) Fiksasi leher
4) Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap pasien
multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan di atas
klavikula.
5) Evaluasi

b. Breathing dan ventilasi


1) Penilaian
a) Buka leher dan dada pasien,dengan tetap memperhatikan kontrol
servikalin-line immobilisasi
b) Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c) Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian
otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
d) Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e) Auskultasi thoraks bilateral
2) Pengelolaan

12
a) Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (non rebreathingmask 10-15
liter/menit)
b) Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c) Menghilangkan tension pneumothorax
d) Menutup open pneumothorax
e) Memasang pulse oxymeter
f) Evaluasi
c. Circulation dengan control perdarahan
1) Penilaian
a) Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
b) Mengetahui sumber perdarahan internal
c) Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
d) Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
e) Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
f) Periksa tekanan darah
2) Pengelolaan
a) Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b) Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah.
c) Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match. Dilakukan Analisis Gas Darah
(BGA) jika pemeriksaan tersedia di laboratorium.
d) Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e) Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-
pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f) Cegah hipotermia.
3. Secondary Survey
Secondary Survey yaitu pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut
sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari
(tubfinger in everyorifice).
a. Anamnesis (khusus pasien trauma) melalui pasien, keluarga atau petugas pra
hospital yang meliputi:
S :Syndrome
A :Alergi
M :Medikasi/obat-obatan yang diminum saat ini

13
P :Past illness/penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal/terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E :Event/Environtment hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa
dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka, dan sakit/nyeri.
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll(memiringkan pasien dengan
tetap menjaga kesegarisan tubuh).Cek tanda-tanda vital kembali

4. Triase pada Pediatri


a. Penampilan umum
Data klinis yang berkontribusi pada penialaian urgensi dapat diperoleh dari
mengamati penampilan umum seorang anak yang datang ke IGD. Hal ini penting
dalam kasus dimana pemeriksaan kemungkinan akan membuat anak dan bayi
marah, hal ini akan membuat pemeriksaan lebih lanjut sulit.
b. Airway
Evaluasi saluran udara akan berkonsentrasi pada penentuan patensi jalan
nafas. Stridor merupakan indikator penyumbatan saluran napas. Hal tersebut
menunjukkan kondisi yang perlu ditangani segera.
Evaluasi obstruksi jalan napas pada bayi dan anak-anak harus dilakukan
dengan menilai kerja pernapasan. Manajemen tulang belakang servikal bentuk
komponen evaluasi jalan nafas jika pasien dating dengan riwayat
trauma.Pengkajian dan pengelolaan anak yang kemungkinan cedera servikal
sangat menantang dan dapat meningkatkan urgensi dari pasien.
c. Breathing
Secara luas diakui bahwa bayi dan anak-anak kemampuan mentoleransi
gangguan pernapasan sangat buruk, dan peningkatan kerja pernafasan telah
terbukti menjadi indicator penyakit serius pada bayi. Kerja pernapasan dan status
mental merupakan indicator yang paling berguna dari keparahan asma.
Parameter – parameter ini juga dianggap dapat memprediksi keparahan pada
bayi dan anak-anak muda dengan ganguan respirasi.
Meskipun adanya peningkatan tingkat pernapasan, retraksi, nasal faring dan
berbagai tanda – tanda klinis lainnya adalah indikasi penyakit yang signifikan,
ketidakhadiran tanda / gejala tersebut tidak selalu menjadi predictor negative dari
penyakit serius. Dokter dan perawat triase didorong untuk menggunakan
sejumlah parameter untuk membuat penilaian gangguan pernafasan.
d. Circulation

14
Hipotensi adalah suatu tanda yang sangat terlambat dari gangguan
hemodinamik pada bayi dan anak-anak. Penilaian awal harus bergantung pada
penampilan umum, nadi dan waktu pengisian ulang kapiler central.
1) Pucat pada bayi merupakan temuan yang signifikan dan indicator penyakit
serius.
2) Waktu pengisian ulang kapiler merupakan indikator perfusi sentral dan
merupakan ukuran tidak langsung fungsi kardiovaskular.
3) Estimasi dari tingkat dehidrasi sangat penting
e. Disability
Abnormali atas kesadaran membutuhkan penilaian segera. Suatu perubahan
dalam aktivitas dapat menjadi indicator penyakit serius pada bayi dan anak -
anak. Penurunan kesadaran dapat merupakan tanda gangguan oksigenasi atau
sirkulasi. Tingkat perkembangan yang berbeda dari anak – anak mempersulit
penilaian tingkat kesadaran dan penilaian neurologis. Skala Glascow Coma Scale
adalah metode yang baik untuk menilai tingkat kesadaran pasien ditriase. Jangan
pernah meremehkan peran dari orang tua atau wali.Mereka sering akan dapat
mengidentifikasi penyimpangan kecil dari normal, yang mungkin Anda tidak
dapat mendeteksi secara klinis. Penilaian Nyeri juga harus membentuk
komponen penilaian neurologis. Penilaian nyeri pada anak-anak mungkin
memerlukan adaptasi alat penilai nyeri, dan akan tergantung pada usia anak.
Sebagai contoh, alat-alat penilai perilaku akan sesuai untuk anak-anak pra-
verbal, skalawajah sesuai untuk anak-anak verbal fase awal dan skala analog
visual untuk anak-anak yang lebih tua.
f. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dapat dikumpulkan dari sejumlah sumber,termasuk anak
dan atau pengasuh. Mekanisme cedera anak–anak berbeda dari orang dewasa
dengan riwayat trauma.Mekanisme cedera merupakan bagian penting dari
penilaian, seperti pada orang dewasa, dan dapat digunakan untuk memprediksi
pola cedera. Misalnya, fraktur green stickkhas pada anak muda karena terjatuh.
Perlindungan terhadap anak-anak perlu diperhatikan. Hal ini penting untuk
memastikan riwayat menular, seperti cacar air yaitu mengalami penyakit infeksi
seperti cacar.
g. Riwayat penyakit dahulu
Komorbid harus dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan dampak pada
kondisi akut dan kondisi klinis. Sebagai contoh, bayi prematur atau anak-anak
dengan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru memiliki
kecendrungan yang lebih besar untuk mengalami disfungsi kardiorespirasi yang

15
signifikan akibat infeksi saluran pernafasan. Riwayat penyakit dahulu pediatri
juga harus mempertimbangkan riwayat perinatal dan imunisasi.

5. Triase pada Kehamilan


Seorang wanita hamil yang datang ke IGD memberikan sejumlah tantangan
unik bagi dokter dan bidan Triase.
a. Dokter dan bidan yang melakukan triase harus memahami adaptasi fisiologis
dan anatomi normal dari kehamilan karena ini akan mempengaruhi penilaian.
b. Proses triase harus mempertimbangkan keselamatan ibu dan janin dan potensi
ancaman untuk keduanya.
c. Wanita hamil dapat datang dengan penyakit tertentu.
Gambaran dari beberapa penyakit dimodifikasi oleh kehamilan dan beberapa
penyakit hanya terjadi pada kehamilan.Kehamilan dan primery survey
a. Airway
Setiap wanita hamil yang dating ke IGD yang berpotensi mengalami
gangguan jalan napas memerlukan perhatian medis segera.Wanita hamil sering
sulit diintubasi karena ukuran pasien,posisi pasien dan kebutuhan obat induksi
yang berbeda akibat perubahan fisiologis kardiovaskular.
b. Breathing
Progesteron dianggap bertanggung jawab dalam mempengaruhi kepekaan
pusat pernafasan dan meningkatkan rangsangan untuk bernapas.Wanita hamil
umumnya mengalami peningkatan vaskularisasi hidung dan jalan nafas dan
edema mukosa. Ini menyajikan sebagai peningkatan keluhan tentang hidung
tersumbat. Sekitar sepertiga dari wanita dengan asma mengalami perburukan
penyakit mereka selama kehamilan.
c. Circulation
Kehamilan digambarkan sebagai kondisi hiperdinamik dan perubahan
fisiologis terjadi pada awal kehamilan 6-8 minggu. Progesteron menyebabkan
vasodilatasi dan estrogen berkontribusi pada 40-50 persen peningkatan
volume darah. Tekanan darah diastolik turun rata-rata 6-17 mmHg, dengan
tekan darah terendah selama trimester kedua. Cardiac Output (CO) meningkat
sebesar 30 -50 persen.
Pada kehamilan 20 minggu,berat rahim menekan vena cava inferior jika
wanita hamil berbaring di punggungnya. Penurunan aliran plasenta cukup
untuk menggangu kesejahteraan janin dan turunnya aliran balik vena
mengurangi curah jantung dan tekanan darah ibu. Perubahan spesifikasi terjadi
pada pembuluh darah yang mempengaruhi wanita hamil sehingga terjadi diseksi

16
arteri spontan. Arteri limpa, arteri subklavia dan aorta, misalnya memiliki
kecendrungan meningkat terjadi diseksi spontan, bahkan pada wanita yang tidak
memiliki riwayat medis sebelumnya.
Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi selama kehamilan dan
berhubungan dengan peningkatan komplikasi obstetric bagi ibu dan neonatus.
Hal– hal penting yang perludiperhatikan:
1) Wanita hamil sering mengalami jantung berdebar selama kehamilan,yang
biasanya karena hiperdinamik aliran darah.
2) Volume aliran darah yang tinggi dan dinamis adalah diperkirakan
berkontribusi pada peningkatan resiko pendarahan otak (terutama
perdarahansub-arakhnoid / SAH) pada kehamilan.
3) Tidak biasa bagi wanita hamil untuk mengalami kemerosotan kondisi yang
tiba-tiba dan serius sehingga menunjukkan tanda-tanda hemodinamik
kompensasi memerlukan penilaian medis yang mendesak.
4) Setiap wanita hamil >20 minggu kehamilan harus berbaring pada posisi
miring lateral kiri (ganjal dibawah pinggul kanan ibu,atau miringkan seluruh
tempat tidur jika pemberian ganjalan merupakan kontraindikasi).
5) Embolus paru relatif sering terjadi selama kehamilan karena perubahan
dalam sistem koagulasi yang berhubungan dengan kehamilan.
6) Dalam kasus trauma, semua kriteria trauma harus diperhatikan,
pertimbangan termasuk trauma pada plasenta, uterus atau janin,
terutama pada trimester ketiga ketika janin sedang tumbuh. Tanda-tanda
vital ibu mungkin dapat tetap stabil bahkan ketika kehilangan sepertiga dari
volume darah.
7) Perlakuan awal yang terbaik untuk janin adalah resusitasi optimum dari ibu.

6. Re-Evaluasi Pasien
a. Penilaian ulang terhadap pasien, dengan mencatat dan melaporkan setiap perubahan
pada kondisi pasien dan respon terhadap resusitasi.
b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan

7. Transfer Keberlanjutan
a. Pasien diterima apabila kebutuhan pasien sesuai dengan kemampuan rumah sakit.
Penerimaan pasien dapat ditujukan ke Instalasi Rawat Jalan, Intalasi Rawat Inap,
Kamar Operasi atau sesuai dengan kondisi pasien. Proses transfer dilakukan sesuai
dengan SPO Pelayanan Pasien Transfer Internal.

17
b. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan
untuk dirujuk.
c. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan pasien selama perjalanan
serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju.
d. Edukasi ke pasien/keluarga apabila pasien akan dirujuk atau perencanaan rujukan
tidak dapat dilaksanakan.

18
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Hasil triase pasien didokumentasikan tertulis di dalam rekam medis pasien.


2. Hasil re-triase pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.

19

Anda mungkin juga menyukai