Anda di halaman 1dari 9

TINDAK PIDANA KORUPSI

Bicara korupsi, mungkin yang ada di benak kita adalah kerakusan para pejabat Negara
yang tak pernah memikirkan rakyatnya. Ya!! Korupsi memang permasalahan yang rumit
sekali. Tidak hanya di negara kita (Indonesia), bahkan hampir diseluruh negara manapun
sulit untuk memberantas korupsi ini. Padahal, sanksi terberat seperti di Jepang, Cina dan
Korea yang ending nya pada eksekusi matipun tetap tidak menyurutkan para pelaku
koruptor ini untuk terus bergulat di Profesinya. Lebih-Lebih Indonesia, Dari hasil Survei
Transparansi Internasional saja, tercatat bahwa sejak tahun 1995 sampai tahun 2002,
Indonesia menduduki 10 besar Negara terkorup di dunia.
Sedangkan pada tahun 2003 lalu Indonesia sepertinya berhasil memposisikan dirinya
sebagai urutan kesebelas dari 133 negara yang terlibat didalam tindak pidana korupsi ini.
Sungguh sesuatu predikat buruk yang didapat oleh INDONESIA. Apalagi setelah
pelaksanaan otonomi daerah di daerah-daerah terlaksana, tingkat pelaku korupsi pun
meningkat. Dari yang biasanya pusat sebagai pelaku peran utama, kini raja-raja kecil
didaerah pun ternyata ingin bersaing dalam pelaksanaan korupsi ini.
Riau pun demikian. Setelah pelaksanaan Otonomi Daerah berjalan lancar didaerah, maka
beriring pula lah tingkat pelaku korupsi ini di Riau. Sungguh menyedihkan dan sangat
memalukan bangsa Indonesia. Kita mengakui, bahwa menjalarnya penyakit korupsi di
Bumi Pertiwi ini juga merupakan ulah akibat proses penjajahan yang dilakukan Belanda
di Indonesia. Dimana, seperti yang kita ketahui, bahwa sejak pemerintahann colonial
Belanda korupsi telah hadir dikalangan birokrat-birokrat Belanda, malangnya aksi bodoh
dan tidak berprikemanusiaan ini harus diikuti pula oleh masyarakat yang ia jajah.
Kita sadari, Riau sebagai salah satu daerah di RI yang kaya akan sumber daya alamnya.
Tetapi, kita juga harus cerna dan teliti dengan baik, kemana uang hasil kekayaan alam
Riau tersebut ? Dari hasil survey BPS tahun 2004 lalu tercatat bahwa sekitar 43, 8 %
penduduk di Riau masih dibawah garis kemiskinan. Ini menandakan bahwa hasil
kekayaan alam di Riau ternyata tidak benar-benar di peruntukkan untuk rakyat. Gas
alam, minyak bumi, hutan dan berbagai hasil-hasil lainnya ternyata bukan diperuntukkan
oleh rakyat tetapi justru hanya diperuntukkan kepada para koruptor yang giat menggigit
uang rakyat.
Bila kita renungkan pendapat tersebut, pun ternyata telah memperlihatkan bahwa sulitnya
memberantas korupsi di Riau. Bayangkan saja, dengan APBD Riau yang kian hari kian
bertambah ternyata belum juga mampu menuntaskan masalah-masalah yang menyangkut
kelangsungan hidup masyarakat Riau.
Tapi terlepas dari permasalahan diatas, tentunya hal ini tidak pula lah menyurutkan niat
kita semua untuk memberantas korupsi dan memberikan pemahaman tentang korupsi.
Justru, hal-hal diataslah yang membuat kami merasa ingin sekali membahas lebih dalam
dan spsesifik lagi tentang kenapa, bagaimana dan akibat apa dari tindak pidana korupsi
ini.

BAB ll
POKOK PERMASALAHAN

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam makala ini adalah :


1. Pengertian Korupsi
2. Permasalahan Korupsi
3. Penyebab Timbulnya Korupsi
4. Dampak dari Politisasi
5. Jenis-jenis korupsi
6. Korupsi dan UUPTPK
7. Upaya menghapus kegiatan korupsi
8. Tindakan-tindakan hukum terhadap pelaku korupsi

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “ COR-RUPTION “ atau CORUPTUS.
Corruption itu sendiri berasal dari kata Corrumpere yang merupakan bahasa latin yang
tertua.
Dari bahasa latin inilah baru bermunculan istilah-istilah yang sama dengan coruptio,
coruptus atau corumpere seperti di Inggris dikenal dengan corruption., dan di Belanda
dikenal dengan Coruptie ( kurrptie),. Dari bahasa Belanda inilah turun ke bahasa
Indonesia.
Didalam buku “ The Lexion Webster Dictionary “ secara harfiah korupsi atau koruptio
dapat diartikan suatu kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata yang memfitnah atau menghina.
Begitu luas arti korupsi itu, tapi sering juga disamakan artinya dengan penyimpangan
seperti : yang disebut dengan enskilopedia Grote Winkler Prins. Di Malaysia tidak
mengenal korupsi, akan tetapi kata korupsi disana dikenal dengan “ Peraturan Anti
Kerakusan “, juga dikenal dengan kata lain resuah yang berasal dari bahsa Arab
( Riswah).
Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia arti Riswah itu sama dengan korupsi. Kata
korupsi yang telah dimaksukkan kedalam perbendagaraan kata Indonesia, oleh
Purwardaminta yang dituangkan kedalam kamus umum Bahasa Indonesia, diartikan
sebagai berikut ; korupsi adalah perbuatan yang sangat buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Dengan melihat pengertian-pengertian diatas yang dilihat secara harfiah dapat diambil
kesimpulan, bahwa korupsi tersebut sesungguhnya sangat luas pengertiannya.
Juga dapat kita lihat dari Encyklopedia Amer Ikana, korupsi adalah sesuatu hal yang
buruk dengan bermacam ragam artinya, bervariasi menurut waktu, tempat dan bangsa.
B. Permasalahan Korupsi
Pemberitaan dimedia-media massa tentang masalah korupsi begitu banyak. Apalagi
adanya pernyataan dari dua tokoh pimpinan Negara di Bidang Pengawasan
Pembangunan dan lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim dan ketua Badan Pemeriksa
Keuangan yaitu Umar Wirahadikusuma berturut – turut pada tanggal 23 September 1981
dan tanggal 3 Oktober 1981 tentang banyaknya terjadi korupsi, pendapat-pendapat,
tulisan-tulisan, tajuk rencana surat kabar serta berita-berita tentang korupsi semakin
ramai.
Sebagaimana diberitakan, Emil Salim pada rapat kerja Departemen Pekerjaan Umum
dibalai sidag senayan Jakarta, pada tanggal 29 September 1981 mengatakan “ Apabila
Korupsi dan Penyelewengan di Departemen Pekerjaan Umum dapat diatasi, ini berarti
sebagian besar uang Negara dapat diselamatkan, karena Pekerjaan Umum merupakan
Departemen.
Demikian juga nama-nama dulu sering menguasai halaman-halaman muka surat kabar di
Negara kita ini, seperti : Budiarji, Roby Cahyadi, Endang Wijaya dan lain-lainnya. Itu
menggelapkan uang Negara milyaran rupiah. Belum lagi yang dilakukan kecil-kecilan
berupa pungutan liar.
C. Penyebab Timbulnya Korupsi
Korupsi sebagaimana suatu gejala yang umum didunia yang sulit diberantas. Belajar dari
sejarah dapat kita ketahui bahwa Negara tindak pidana beserta ancaman-ancaman dari
Undang-Undang yang telah dibuat terdahulu tidak dapat diberantas kejahatan korupsi.
Untuk memberantas kejahatan harus dicari-cari sebab-sebabnya dan menghapuskannya.
Dengan demikian kejahatan seperti korupsi pun tidak akan terbatas atau berkurang
kecuali kita dapat menemukan sebabnya, kemudian sebab itu harus dihapuskan dan
dikurangi.
Di Indonesia ini ada Undang-Undang yang mengatur tentang pelanggaran tindakan
korupsi, yaitu Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pidana Korupsi,
yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran korupsi.
Tentang sebab orang melakukan korupsi di Indonesia dapat dibagi atas :
1. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai Negeri
2. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia.
3. Manajemen yang kurang baik.
4. Kurangnya modernisasi.
1. hukum itu sendiri
2. aparat penegak hukm
3. sara dan prasarana
4. kesadaran masyarakat
5. Kurangnya gaji atau pendapatan Pegawai Negeri.

Mengenai kurangnya pendapatan atau gaji pegawai negeri di Indonesia telah dikupas oleh
B. Sudarsono yang menyatakan antara lain : “ Pada umumnya orang menghubungkan
tumbuh suburnya dengan sebab-sebab yang paling gampang dihubungkan, misalnya
kurangnya gaji pejabat-pejabat, buruknya mental pejabat, administrasi dan manajemen
yang kacau.
Namun B Sudarsono, sebab yang dikemukakan tidak mutlak, banyak factor yang bekerja
dan saling mempengaruhi satu sama lain, sampai mencapai keadaan yang kita hadapi.
Yang dapat dikemukakan hanyalah factor-faktor yang berperan. Buruknya ekonomi
belum tentu dengan sendirinya menghasilkan wabah korupsi dikalangan pejabat-pejabat
kalau tidak ada faktor-faktor lain yang bekerja. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai
negeri juga factor yang menentukan. Orang-orang yang berkecukupan juga banyak yang
melakukan korupsi. Korupsi juga meluas kebagian-bagian yang sangat sederhana,
dikelurahan, dikantor-kantor pengusaha kecil, diperusahaan ketera api dan lain
sebagainya.
Namun demkian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang factor yang
menonjol dalam arti yang meratadan meluasnya korupsi di Indonesia. Kurangnya gaji
pegawai negeri ini dibandingkan dengan kebutuhan, semakin gawat manakala
diperhatikan kebutuhan yang semakin meningkat kemajuan teknologi. Sebelum Tahun
1980-an kebutuhan Televisi di Indonesia menjadi barang yang luxs dan hanya dimiliki
oleh orang-orang yang tertentu.
Apabila kemajuan teknologi tidak sepesat bertambahnya gaji mereka, misalnya
perkembangan teknologi di bidang elektronik yang pada umumnya didambakan seperti
perubahan Televisi dari hitam putih ke warna, disussul pula dengan muculnya Video
Cassete dan sebagainya, mungkin pola hidup manusia akan biasa-biasa saja dari hari
kehari. Justru, hal inilah yang membuat mereka gelap mata, kalau seandainya tiap bulan
mereka akan memenuhi kebutuhan yang lain, anak-anak yang sekolah, bayar sewa
rumah, bayar listrik dan lain-lain.
6. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia
Ada beberapa penulis yang menyebutkan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah
satu penyebab timbulnya korupsi, diantaranya :
B Soedarsono menyatakan antara lain : ‘ Dalam hubungan meluasnya korupsi di
Indonesia maka apabila milliu itu ditinjau lebih lanjut atau lebih jauh, maka yang perlu
ditinjau bukan milliu atau orang perorang, meliputi dirasakan dan dipengaruhi orang
Indonesia.
Mengapa korupsi itu secara diam-diam ditolerir tetapi oleh masyarakat itu sendiri. Kalau
masyarakat seperti mahasiswa melakukan demontrasi anti korupsi maka korupsi
sungguh-sungguh tidak akan pernah terjadi dan terkenal. Pendapat ini mirip dengan
pendapat Syed Husein Alatas yang menyatakan rakyat akan tidak melakukan korupsi,
seharusnya harua memberantas korupsi yang dilakukan oleh minoritas.
Apa yang menurut ukuran baru adalah penyelahgunaan kebwibawaan, kekuasaan dan
wewenang pada waktu itu terjadi stelsel, korupsi menjadi system.
Jadi dapat kita lihat bahwa penyelewengan itu sudah ada semenjak dahulu kala walaupun
bentuknya berbeda-beda dan cenderung kurang terorganisir. Cara-cara korupsi yang
kurang terorganisir inilah yang kemudian membaut orang yang memiliki kesempatan
untuk melakukan korupsi dengan cara yang cepat dan lebih teroraginis lagi tentunya.
7. Manajemen yang kurang baik
Kurangnya control dalam manajemen, tidak efektif dan efisien menajemen dapat
menimbulkan dan memberi makanan yang empuk bagi korupsi. Dapat kita lihat semakin
banyaknya anggran untuk dilakukan pembangunan makin besar kemungkinan orang
untuk melakukan korupsi.
Dalam satu pembangunan, apalagi proyek yang besar, perlu adanya pengontrolan dan
pengawasan untuk menghindarkan kecelakaan-kecelakaan tidak sedikit kita lihat
bangunan-bangunan yang telah selesai kemungkinan dipakai dalam beberapa bulan saja
kondisinya sudah tidak karuan lagi dan tidak sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya
yang semestinya.
Hal ini bisa saja terjadi karena pemborong tidak merasa diawasi sehingga mereka bekerja
seenaknya dan tidak melaksanakan konsep yang semestinya untuk pembangunan. Dan
juga kesalahan itu bukan terjadinya dibawag oleh para mandor. Namun yang penting bagi
semuanya adalah manajemen yang baik dan efisien.
8. Modernisasi
Korupsi yang ada di Negara yang satu dengan di Negara yang lain cenderung berbeda-
beda, juga selang waktunya yang berbeda-beda, seperti yang dituliskan oleh Hungtington
bahwa korupsi terdapat dalam masyarakat tetapi korupsi dimasyarakatkan yang satu
dengan yang lain, dan dalam masyarakat yang sedang tumbuh korupsi lebih umum dalam
satu periode yang satu dengan yang lainnya. Bukti-bukti menungjukkan bahwa luas
perkembangan korupsi berkaitan dengan modernisasi dengan modernisasi social dan
ekonomi yang cepat.
Modernisasi dapat mengembangkan kosupsi di Negara manapun, terutama diNegara yang
sedang berkembang. Hal ini dapat disebabkan oleh :
a. Modernisasi dapat menimbulkan nilai dasar dalam masyarakat. Hal ini dapat kita
timbulkan dalam kehidupan nyata. Dahulu sebelum masyarakat dalam malakukan
aktivitas kehidupan cenderung sangat sederhana, tetapi setelah perkembangan zaman
membuat masyaraka “ mau tidak mau ‘ yang notabenenya adalah orang-orang birokrat
yang kurang mampu untuk melakukan perbuatan korupsi tersebut
Hal ini jelas, bahwa permasalahan tuntutan ekonomi di kemajuan zaman yang makin
pesat ini membuat banyak pihak yang mudah mendapatkan kesempatan melakukan
kejahatan ini untuk melakukannya.
b. Dengan adanya modernisasi berarti membuka sumber-sumber baru kekayaan dan
kekuasaan baru. Di bukanya sumber kekayaan alam juga ikut mengembangkan korupsi
karena hubungannya sangat erat, dengan dibukanya salah satu sumber alam tersebut dan
kurang manajemennya akan membuka peluang untuk melakukan korupsi.
c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang diakibatkan
dalam bidang system politik.

D. Dampak Dari Politisasi


Para ahli berpendapat bahwa korupsi ini membawakan akibat bagi masyarakat yang luas
maupun diri pribadi. Akibat dari korupsi in tidak selalu berakibat negative yang apabila
korupsi itu dijadikan pelican bagaikan fungsi minyak pelumas bagi mesin.
Namun banyak juga para ahli berpendapat bahwa korupsi banyak membawa dampak
negative, yang antara lain :
1. Bagi ini jelas kurangnya masuk atau devisa Negara dan menimbulkan kerugian.
2. Korupsi mempertajam masalah masyarakat yang plural dengan bersamaan dengan
itu Negara bertambah lemah. Juga karena turunya martabat pemerintah, tendensi-tendensi
itu membahayakan stabilitas politik.
3. Korupsi memantapkan dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut
kurangnya hasrat untuk terjun di Bidang usaha dan mengenai kurang tumbuhnya pasaran
nasional.
4. Korupsi mengakibatkan turunnya disiplin social. Uang suap itu bukan hanya
memperlancar administrasi, tpai bisa berakibat akan adanya proses penghambatan
administrasi.
Dalam hal ini ada pihak yang dirugikan, yang jelas korupsi sangat merugikan
kelangsungan hidup bangsa dan pembangunan di Negara manapun.

E. Jenis-Jenis Korupsi
Pada umumnya korupsi dibagi menjadi dua bagian besar:
a. administrative corruption
adalah suatu kegiatan korupsi yang dilakukan dengan cara mempergunakan system
administrasi yang dilegalkan dengan berbagai macam cara dengan alasan segala sesuatu
dijalankan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, akan tetapi individu tertentu
memperkaya dirinya sendiri.
b. against the rule corruption
adalah korupsi yang dilakukan sepenuhnya bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Menurut Andi Hamzah “ korupsi bukan hanya berbentuk material atau keuangan saja,
tetapi juga meliputi politik, ilmu sastra dan seni “.
Di Amerika korupsi pilitik itu justru mendaptkan perhatian yang besar sekali, sedang di
Indonesia mempunyai sangsi yang cukup berat bagi pelanggarnya. Yaitu nepotisme.
F. Korupsi dan UUPTPK
Dibandingkan dengan ancaman PKI, korupsi di Indonesia juga lebih berbahaya dan
menyentuh langsung ke sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hal sesuai dengan hasil
poling pendapat umum yang menunjukkan 36,8 % responden berpendapat perlunya
pembersihan pemerintah 83,8 % korupsi dan penyalahgunaan wewenang, merupakan
ancaman terbesar.
Undang- Undang yang mengatur mengenai tindak Pemberantasan tindak Pidana korupsi
pada saat ini adalah: UUPTPK No: 31 tahun 1999 dan UUPTPK NO: 20 tahun 2001.
Tapi perlu kita ketahuio juga bahwa dalam melakukan pemberantasan korupsi tentunya
pendekatan sosilogis perlu diterapkan dengan baik sehingga korupsi benar-benar tuntas
danm selesai sebagaimana mestinya. Namun cara pendekatan seperti itu bukan berartio
kita mengabaikan proses normative ( sesuai dengan hokum yang berlaku ).
Ada beberapa pendekatan normative yang sempit yang artinya ditujukan kepada hukum
dengan beberapa jalur :
1. Jalur hukum perdata. Dengan gugatan perdata kepada para korupsi berupa ganti rugi
kepada Negara atas perbuatannya.
2. Jalur Hukum Administrasi. Yang mengatur cara rekanan dan masalah komisi dan
sebagainya.
3. Jalur Hukum Pidana. Jalur ini pun luas ruang lingkupnya karena kita ketahui bahwa
korupsi itu tidak saja mencakup uang dan material saja tetapi juga menckaup politik
ekonomi, serta sastra dan seni.

Yang dimaksud dengan delik Korupsi adalah :


a. Perbuatan seseorang yang sengaja menggunakan uang Negara (uang rakyat, red)
dimana tujuannya hanya untuk memperkaya diri sendiri.
b. Perbuatan yang dimaksudkan diatas yang mana dilakukan oleh orang yang
mempunyai otoritas dalam sebuah kelembagaan Negara untuk melakukan korupsi.
F. Upaya Menghapus Kegiatan Korupsi
Setiap Negara merdeka pasti menginginkan kehidupan rakyatnya yang adil dan makmur,
maju dan terpelajar. Demikian pula Negaa Indonesia ini dalam usia yang muda dan masih
tergolong Negara yang masih berkembang, yang penuh dengan kekurangan meskipun
kaya akan sumber daya alam.
Menutut hematnya ada empat jalan didalam upaya pemberatasan korupsi agar tidak
menjalar bak “ Ubio Jalar “ :
1. Dengan memberi contoh yang baik.
2. Dengan persuasi dan penerangan.
3. Dengan memberi perangsang yang cocok.
4. Dengan pembinaan dan pengasuhan generasi yang baru untuk masa datang sejak kcil
dalam kalangan keluarga.

Disamping itu masih ada beberapa cara dalam mengatasi penyakit social budaya terutama
korupsi :
1. Adanya hukum yang mengatur tentang atau tindakan terhadap pelaku korupsi, para
korupsi tersebut, ditangkap da dimajukan ke Pengadilan Negeri, dipecat dari jabatannya,
supaya orang lain takut melakukan korupsi.
2. Adanya kerja sama antara apa ahli-ahli kebuadayaan, politik, ekonomi, hokum,
karena masalah korupsi adalah masalah social yang mempunyai banyak segi.
3. Meniru cara-cara yang dilakukan oleh Negara lain yang sudah maju dalam
memberantas dan menghapuskan korupsi di masa pembangunan.
4. Menaikkan gaji pegawai Negeri, baik pada tingkat golongan menengah maupun ke
bawah, karena hal tersebut juga merupakan salah satu peyebab timbulnya korupsi di
Kelembagaan Daerah dan Pusat.
5. Meningkatkan moral pegawai Negeri dengan memberikan bimbingan dan pelatihan
tentang akibat dan dan dampak korupsi secara spesik.

G. Tindakan – tindakan hukum terhadap pelaku korupsi


Indonesia adalah Negara Hukum dengan sumbenya adalah Pancasila dan UUD 1945.
apabila seseorang melanggar hukum dan norma-norma serta aturan-aturan tersebut jelas
akan mendapatkan sanksi yang besar dan tegas tentunya.
Berlainan dengan kurun waktu antara tahun 1971 sampai 1981, dimana dapat ditemukan
perkara korupsi yang besar sampai ke yang kecil-kecilnya. Para koruptor yang melakukan
korupsi itu dihukum melalui jalur-jalur hukum :
1. Jalur Hukum Perdata
Kemungkinan gugatan perdata terhadap koruptor berupa ganti rugi kepada Negara sesuai
dengan kettentuan UUPTPK yang berlaku terutama terhadap koruptor yang telah
meninggal.
2. Jalur Hukum Pidana
SEseuai dengan kesalahan pelaku dan ganjaran yang berlaku dalam UUPTPK

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

· Kesimpulan
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “ COR-RUPTION “ atau CORUPTUS.
Corruption itu sendiri berasal dari kata Corrumpere yang merupakan bahasa latin yang
tertua. Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia arti Riswah itu sama dengan korupsi. Kata
korupsi yang telah dimaksukkan kedalam perbendagaraan kata Indonesia, oleh
Purwardaminta yang dituangkan kedalam kamus umum Bahasa Indonesia, diartikan
sebagai berikut ; korupsi adalah perbuatan yang sangat buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya
Korupsi sebagaimana suatu gejala yang umum didunia yang sulit diberantas. Belajar dari
sejarah dapat kita ketahui bahwa Negara tindak pidana beserta ancaman-ancaman dari
Undang-Undang yang telah dibuat terdahulu tidak dapat diberantas kejahatan korupsi.
Tentang sebab orang melakukan korupsi di Indonesia dapat dibagi atas :
1. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai Negeri
2. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia.
3. Manajemen yang kurang baik.
4. Kurangnya modernisasi
para ahli berpendapat bahwa korupsi banyak membawa dampak negative, yang antara
lain :
1. Bagi ini jelas kurangnya masuk atau devisa Negara dan menimbulkan kerugian.
2. Korupsi mempertajam masalah masyarakat yang plural dengan bersamaan dengan
itu Negara bertambah lemah. Juga karena turunya martabat pemerintah, tendensi-tendensi
itu membahayakan stabilitas politik.
3. Korupsi memantapkan dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut
kurangnya hasrat untuk terjun di Bidang usaha dan mengenai kurang tumbuhnya pasaran
nasional.
4. Korupsi mengakibatkan turunnya disiplin social. Uang suap itu bukan hanya
memperlancar administrasi, tpai bisa berakibat akan adanya proses penghambatan
administrasi.
Ada beberapa pendekatan normative yang sempit yang artinya ditujukan kepada hukum
dengan beberapa jalur :
1. Jalur hukum perdata. Dengan gugatan perdata kepada para korupsi berupa ganti rugi
kepada Negara atas perbuatannya.
2. Jalur Hukum Administrasi. Yang mengatur cara rekana dan masalah komisi bdiscoun
dan sebagainya.
3. Jalur Hukum Pidana. Jalur ini pun luas ruang lingkupnya karena kita ketahui bahwa
korupsi itu tidak saja mencakup uang dan material saja tetapi juga menckaup politik
ekonomi, serta sastra dan seni.
Yang dimaksud dengan delik Korupsi adalah :
c. Perbuatan seseorang yang sengaja menggunakan uang Negara ( uang rakyat, red)
dimana tujuannya hanya untuk memperkaya diri sendiri.
d. Perbuatan yang dimaksudkan diatas yang mana dilakukan oleh orang yang
mempunyai otoritas dalam sebuah kelembagaan Negara untuk melakukan korupsi.
Para koruptor yang melakukan korupsi itu dihukum melalui jalur-jalur hukum :
1. Jalur Hukum Perdata
2. Jalur Hukum Administrasi
3. Jalur Hukum Pidana

Penutup

“ Terjadinya korupsi dikarenakan adanya kekuasaan yang dimonopoli. Dan hal ini
didukung adanya kewenangan menentukan kebijakan ditengah peraturan yang tidak jelas,
serta tidak adanya mekanisme pertanggungjawaban.
( Robert Klitgard, Penuntun Pemberantasan Korupsi di Daerah, 2002 )
Sebagai kepala Pemerintahan baik di pusat maupun didaerah tentunya memiliki
kedudukan dan peran yang strategis dalam membangun integritas nasional dan daerah.
Sebagai pengelola tata pemerintahan didaerah, tentu sikap dan prilaku mereka menjadi
sorotan bahkansuri tauladan bagi masyarakatnya. Untuk itu dengan banyaknya Peraturan
mengenai Pemberantasan Korupsi hendaknya seorang pemimpin mampu menanamkan
nilai-nilai prilaku anti korupsi kepada pegawai bawahannya. Jika ini telah terlaksana
dengan baik. Sulit lah bagi kita untuk mencari pelaku korupsi di Negara ini.

Anda mungkin juga menyukai