Case Morbili
Case Morbili
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi pada daerah pedesaan
terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan khususnya dalam
program imunisasi. Didaerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka
2
kematian yang tinggi. Didaerah perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat
kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti bahwa daerah urban terlepas
dari campak. Daerah urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan
terhadap penyakit yang sangat menular seperti campak. Daerah semacam ini dapat
merupakan sumber kejadian luar biasa penyaki campak.1
Morbilivirus, salah satu virus RNA dari family Paramyxovirus. Hanya satu
tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat
sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin.
Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus
dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam
muncul.2,5
3
Virus campak berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah
140 nm. Berukuran 100-250nm dan mengandung inti untai RNA tunggal yang
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.2,4 Virus campak memiliki 6 struktur
protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan
virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel
ke sel. Protein M (Matrix) dipermukaan dalam lapisan pelindung virus berperan
penting dalam penyatuan virus. Dibagian dalam virus terdapat protein L(Large),
NP (Nucleoprotein) dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan
dalam aktivitas polimerase virus sedangkan protein NP berperan dalam struktur
protein nuocleocapsid.2
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka virus campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile. Selain itu virus juga dapat diinaktivasi
oleh suhu panas (>37oC) suhu dingin (<20oC), sinar ultraviolet, serta kadar pH
ekstrim (<5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time)
yaitu kurang dari 2 jam.2,4
4
kedalam pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, saluran nafas,
kulit, kandung kemih, dan usus. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuclear dan
beberapa sel polimorfonuklear terjadi disekitar kapiler – kapiler.
Pada hari ke 9 – 10 fokus infeksi berada di saluran nafas dan konjungtiva, satu
sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk
kembali kepembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari saluran nafas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam
yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
5
tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan
selanjutnay mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Saat ruam timbul, batuk
dan diare dapat bertambah parah sehingga anak mengalami sesak napas atau
dehidrasi.1,5
Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 10-12 hari, terdiri dari 3
Stadium, yaitu :
Stadium prodormal
Berlangsung kurnag lebih 3 hari (hari 2-4), ditandai dengan demam yang
dapat mencapai 39,5oC. Selain demam dapat timbul gejala erupa malaise, koriza,
konjungtivitis, dan batuk serta gejala saluran pernafasan lainnya. Konjungtivitis
dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda buccal
yang disebut bercak koplik muncul pada hari ke 2 atau 3 demam. Bercak ini
berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, ditengahnya didapatkan
noda putih keabuan. Timbulnya bercak koplik ini hanya sebentar.
Stadium erupsi
Timbul ruam makulopapular, dengan penyebaran sentrifugal biasanya
dimulai dari belakang telinga kemudian ke daerah wajah, leher, badan, anggota
badan disertai panas tinggi. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal dan muka
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai
urutan terjadinya. Biasanya timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak
pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke 3
atau 4 umumnya mengindikasi adanya komplikasi.
6
Stadium konvalesensi
Gejala-gejala pada stadium prodromal mulai menghilang, ruam kulit
berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilan dan
berubah menjadi hiperpigmentasi dan akan hilang dalam 7-10 hari.2
Rubella
Tidak diawali suatu masa prodromal yang spesifik. Remaja dan dewasa
muda dapat menunjukkan gejala demam ringan serta lemas dalam 1-4 hari
sebelum timbulnya kemerahan. Pembesaran kelenjar getah bening
khususnya pada daerah belakang telinga dan oksipital sangat menunjang
diagnosis rubella.
Eksantema Subitum
Gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi
sebelum timbulnya kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan
demam secara drastis menjadi normal.
Skarlatina
Demam Skarlatina Kelainan kulit pada demam skarlatina biasanya timbul
dalam 12 jam pertama sesudah demam, batuk dan muntah. Gejala
prodromal ini dapat berlangsung selama 2 hari. Lidah berwarna merah
stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa.
Ruam karena alergi
Penyakit Kawasaki
Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorokan sering mendahului
kemerahan pada penyakit ini selama 2-5 hari. Sering juga ditemui
konjungtivitis bilateral.
Ruam karena infeksi virus lain
Demam biasanya tidak tinggi, menghilang saat timbulnya kemerahan.
Pada infeksi Coxsackie kadang-kadang terjadi bersamaan dengan
kemerahan.
Mononucleosis infeksiosa
Toksoplasmosis
Penyakit rikets
7
Erupsi papulovesikular secara menyeluruh, biasanya tidak mengenai
wajah, sering didahului oleh adanya gejala seperti influenza. Sakit kepala
lebih menonjol.
Steven-Johnson, drug eruption Tidak memiliki gejala prodromal
Meningococcemia
Kemerahan pada kulit 24 jam pertama. Gejala : demam, muntah,
kelemahan umum, gelisah, dan kemungkinan adanya kaku kuduk.
Staphylococcal toxic shock syn.
Demam tinggi, nyeri kepala, batuk, muntah serta diare, dan renjatan sering
mendahului atau juga bersamaan dengan keluarnya kelainan kulit.2
8
Invasi virus ke telinga tengah umumya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri menjadi otitis media purulenta.
Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah komplikasi campak yang sering dijumpai
(75,2%). yang sering disebabkan invasi bakteri sekunder, terutama
Pneumokokus, Stafilokokus, dan Hemophilus influenza7. Pneumonia
terjadi pada sekitar 6% dari kasus campak dan merupakan penyebab
kematian paling sering pada penyakit campak.
Laringotrakeobronkitis
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan
distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam menurun,
keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya
terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbul ruam, dan sejumlah kecil pada
periode pra-erupsi. Ensefalitis simptomatik timbul pada sekitar 1:1000.
Diduga jika ensefalitis terjadi pada waktu awal penyakit maka invasi virus
memainkan peranan besar, sedangkan ensefalitis yang timbul kemudian
menggambarkan suatu reaksi imunologis. Gejala ensefalitis dapat berupa
kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas
meningkat, twitching, disorientasi, juga dapat ditemukan. Pemeriksaan
cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan
sel mononuklear, peningkatan protein ringan, sedangkan glukosa dalam
batas normal.
Subacute sclerosing panencephalitis
SSPE (Dawson’s disease) merupakan kelainan degeneratif susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh infeksi oleh virus campak yang persisten,
suatu penyulit lambat yang jarang terjadi. Gejala SSPE didahului dengan
gangguan tingkah laku, iritabilitas dan penurunan intelektual yang
progresif serta penurunan daya ingat, diikuti oleh inkoordinasi motorik,
dan kejang yang umumnya bersifat mioklonik. Selanjutnya pasien
menunjukkan gangguan mental yang lebih buruk, ketidakmampuan
9
berjalan, kegagalan berbicara dengan komprehensi yang buruk, dysphagia,
dapat juga terjadi kebutaan. Pada tahap akhir dari penyakit, pasien dapat
tampak diam atau koma. Aktivitas elektrik di otak pada EEG menunjukkan
perubahan yang progresif selama sakit yang khas untuk SSPE dan
berhubungan dengan penurunan yang lambat dari fungsi sistem saraf
pusat. Laboratorium: Peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,
antibodi terhadap campak dalam serum meningkat .
Diare persisten
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret
pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa
usus. Diare persisten bersifat protein losing enteropathy sehingga dapat
memperburuk status gizi.1
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan
pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan.
Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu rawat inap. Dirumah sakit
pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.
Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali apabila terdapat malnutrisi
dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Imunisasi aktif
Biasanya diberikan pada usia 15 bulan, tetapi dapat diberikan lebih awal. 3
Vaksin campak adalah preparat virus hidup yang dilemahkan dan berasal
dari berbagai strain virus campak yang diisolasi pada tahun 1950. Vaksin
campak harus didinginkan pada suhu yang sesuai (2-8 C) karena sinar
matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin campak. Dosis baku
10
minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml, secara
subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin campak sering dipakai bersama-
sama dengan vaksin rubela dan parotitis epidemika yang dilemahkan,
vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-lain. Laporan
beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya
aman dan tetap efektif 2.
Imunisasi pasif
Dengan serum dewasa, serum konvalesens, globulin plasenta atau gama
globulin efektif untuk pencegahan dan meringankan morbili. Immune
serum globulin (gama globulin), dosis 0,25 mL/kgBB IM maks 15 mL
dalam waktu 5 hari sesudah terpapar tetapi lebih disukai sesegera
mungkin.4
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, untuk anak dengan sakit kronis
dan untuk kontak di bangsal rumah sakit dan lembaga-lembaga anak.5
11
Indikasi :
Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum
mendapat imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin
MMR merupakan kontraindikasi.
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien
campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya
komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin
sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin
MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan
interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin.
Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat
0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV
maksimal 15 ml/dose IM.2
Morbili merupakan self limited disease. Biasanya sembuh dalam 7-10 hari
setelah timbul ruam. Bila ada penyulit infeksi sekunder/malnutrisi berat maka
bertambah berat. Kematian disebabkan karena penyulit (pneumonia dan
ensefalitis).2,4
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama (inisial) : An. M.A
Anak ke : Pertama
Umur : 5 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah/Ibu : Nofrial / Yesi Armika
12
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Payakumbuh
Tanggal Masuk : 27 Desember 2016
3.2. Anamnesis
Diberikan oleh : Orang tua pasien
Keluhan Utama :
Muncul bercak kemerahan diseluruh tubuh sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit
13
Pasien tidak pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat alergi disangkal
Riwayat Persalinan
Lama hamil : 39-40 minggu Ditolong oleh : Dokter
Cara lahir : sectio caesaria Indikasi : Arrest of descent
Berat lahir : 3.900 gram Panjang lahir : 50 cm
Saat lahir langsung menangis kuat
Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan normal
Riwayat Imunisasi
Imunisasi Dasar / Umur Boster / Umur
BCG 1 bulan
14
DPT 1. 1 bulan -
2. -
3. -
Polio 1. 1 bulan -
2. -
3. -
Hepatitis B 1 1 bulan -
2 -
3 -
Haemofilus Influensa B 1 1 bulan -
2 -
3 -
Campak - -
Kesan : Imunisasi tidak lengkap
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Nofrial Yesi Armika
Umur 37 32
Pendidikan SMA SMK
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Penghasilan
15
Perkawinan I I
Penyakit yang pernah - Rhinitis Alergi
diderita
Saudara Kandung :-
16
Gigi dan mulut : Mukosa mulut kering, caries gigi tidak ada
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : Normochest
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil normal kiri sama kanan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di RIC V linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, bising jantung tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : Perut tidak membuncit, distensi tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada. Turgor kulit baik. Hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia : Desensus testis
Anggota gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT <2”, edema (-), sianosis (-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, CRT <2”, edema (-), sianosis (-)
17
3.5. Diagnosis Kerja
Morbili stadium erupsi + low intake
3.6. Penatalaksanaan
IVFD KaEn 1B 1170 cc/hari 16 tpm makro
Diet makanan lunak 1400kkal
Paracetamol syrup 4 x 200 mg
Ambroxol syrup 3 x 1 cth
Vitamin A 200.000 iu single dose
Follow Up
Tanggal Hasil Pemeriksaan Penatalaksanaan
28-12-2016 S/ Demam tidak ada IVFD KaEn 1B 1170
Batuk (+) berdahak cc/hari 16 tpm makro
Mata merah dan terasa perih (+) Diet makanan lunak
berkurang 1400kkal
Nyeri menelan (+) Paracetamol syrup 4 x
Nafsu makan menurun 200 mg
BAK normal. Warna, jumlah, dan bau Ambroxol syrup 3 x 1 cth
biasa
BAB normal. Warna jumlah dan bau
biasa
O/ KU : Sakit sedang
Kesadaran : composmentis cooperative
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 84x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Konjungtiva hiperemis +/+
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis
(-)
18
Tenggorok : Tonsil T1-T1, faring
hiperemis
Kulit : ruam makula dan papul eritema
diseluruh tubuh
A/ Morbili stadium erupsi + low intake
29-12-2016 S/ Demam tidak ada IVFD KaEn 1B 1170
Batuk (+) berdahak cc/hari 16 tpm makro
Mata merah dan terasa perih (+) Diet makanan lunak
berkurang 1400kkal
Nyeri menelan (+) Paracetamol syrup 4 x
Nyeri telinga (+) telinga terasa 200 mg
berdenging Ambroxol syrup 3 x 1 cth
Nafsu makan menurun (1/2 porsi) Konsul THT
BAK normal. Warna, jumlah, dan bau
biasa
BAB normal. Warna jumlah dan bau
biasa
O/ KU : Sakit sedang
Kesadaran : composmentis cooperative
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,3oC
Mata : Konjungtiva hiperemis +/+
berkurang
Mulut : mukosa bibir kering, sianosis
(-)
Kulit : ruam makula dan papul eritema
diseluruh tubuh
A/ Morbili stadium erupsi + low intake
30-12-2016 S/ Demam tidak ada Aff infus. Pasien boleh
19
Batuk (+) tidak berdahak pulang
Mata merah dan terasa perih (-)
Nyeri menelan (+)
Nyeri telinga (+) telinga terasa
berdenging
Nafsu makan menurun
BAK normal. Warna, jumlah, dan bau
biasa
BAB normal. Warna jumlah dan bau
biasa
O/ KU : Sakit sedang
Kesadaran : composmentis cooperative
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 85x/menit
Nafas : 26x/menit
Suhu : 36,8oC
Mata : Konjungtiva hiperemis -/-
Telinga : tidak ada kelainan, serumen
(+)
Mulut : mukosa bibir basah, sianosis (-)
Kulit : ruam makula dan papul
hiperpigmentasi diseluruh tubuh
Hasil konsul THT tidak ada kelainan
A/ Morbili stadium erupsi
20
BAB IV
ANALISA KASUS
21
Pada pasien juga terdapat keluhan konjungtivits yakni muncul mata
kemerahan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Mata merah disertai rasa
perih pada mata. Tidak ada gangguan fungsi penglihatan.
Nafsu makan menurun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
tidak mau makan karena mengeluh nyeri saat menelan sehingga badan terasa
lemas. Pada pasien diduga mengalami gangguan intake. Buang air besar encer
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi 1 kali, masih berampas dan tidak
disertai lendir serta darah. Pada pasien belum dapat ditegakkan adanya
keluhan berupa diare karena frekuensi buang air besar encer tidak lebih dari 3
kali.
Pada pasien diberikan IVFD KaEn 1B 1170 cc/hari 16 tpm makro. Diet
makanan lunak 1400kkal. Diberikan antipiretik untuk mengatasi demam yakni
Paracetamol syrup 4 x 200 mg dimana dapat juga digunakan sebegai
analgetik. Ambroxol syrup 3 x 1 cth digunakan untuk mengatasi keluhan
batuk berdahak pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SS, Gama H, Hadinegoro SR, Eds. Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
anak : infeksi dan penyakit tropis, ed 2. Jakarta: BP IDAI FKUI, 2010 : 109 – 14
2. Gustian Halim, Ricky. Campak pada Anak. RS Hosana Lippo Cikaran,
Indonesia. CDK -238/vol.43 no.3 th 2016
3. IDI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta : IDI. 2014
4. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
5. Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2 Edisi 15. Jakarta : EGC
6. Garna, Herry dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak Edisi ke-3. Bandung: FK UNPAD
7. Pudjiadi, Antonius H dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.
Jakarta: badan Penerbit IDAI
8. Wahab, A. Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun.
Jakarta: Widya Medika
22
23