Anda di halaman 1dari 44

PEMBELAJARAN TEMATIK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tematik
Yang Diampu Oleh: Sati, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Dadan Winara (170641119)


2. Iis Istiqomah (170641114)
3. Ira Masijawati (170641120)
4. Muhammad Nurfadli (170641125)
5. Ria Wulan Mulianti (170641131)

Kelas: SD17-A4

Kelompok: 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas resume tematik yang di berikan
oleh ibu Sati M.Pd
Adapun tujuan dari penulisan resume ini adalah untuk menambah wawasan
atau pengetahuan tentang pembelajaran tematik bagi penulis dan juga para
pembaca. Dan juga untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pembelajaran
tematik. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Sati M. Pd, selaku dosen
mata kuliah pembelajaran tematik yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dalam pembuatan maupun hasil makalah ini
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk dapat
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Cirebon, 19 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
BAB I Kebijakan Pemberlakuan Kurikulum ................................................... 5
BAB II Belajar dan Pembelajaran ..................................................................... 5
BAB III Standar Proses Pendidikan ................................................................ 12
BAB IV Kurikulum 2013 ................................................................................ 18
BAB V Kurikulum Terpadu ........................................................................... 24
BAB VI Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu ............. 26
BAB VII Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu ................................. 30
BAB VIII Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Tematik Terpadu ............. 31
BAB IX Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu ........................................ 34
BAB X Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu ............... 36
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 39
A. Kesimpulan .............................................................................................. 39
B. Saran ......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan belajar yang dikoordinasikan oleh guru. Guru adalah pencipta
kondisi lingkungan belajar. Anak usia sekolah dasar memiliki pola pikir
oprerasional konkret dan holistik, untuk itu pembelajaran harus dilakukan secara
terpadu. Pembelajaran tematik terpadu yaitu pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk tema-tema (tematik terpadu). Tema merupakan wadah atau wahana untuk
mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh.
Tematik terpadu diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam
tema-tema menjadi satu kesatuan yang utuh dan membuat pembelajaran lebih
bermakna dan mudah dipahami oleh siswa karena pembelajaran tidak pecah-
pecah. Muatan-muatan mata pelajaran dikemas dalam bentuk tema-tema yang
harus disampaikan kepada peserta didik secara utuh dan terpadu.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik
pada pendidikan dasar. Pembelajaran tematik terpadu diyakini sebagai salah satu
pendekatan pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentuh
secara terpadu dimensi afeksi, emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam
kelas atau di lingkungan sekolah.
Berkenaan dengan penyempurnaan kurikulum, pendekatan dan model
pembelajaran, pemerintah telah mengeluarkan standar proses satuan pendidikan,
di mana dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar / madrasah intidaiyah,
seorang guru harus mampu menggunakan pendekatan saintifik dan pendekatan
tematik terpadu, hal ini dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna dan mudah
dipahami oleh siswa.

1
Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan salah
satu standar yang dikembangkan sejak tahun 2006 oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan dan pada tahun 2007 diterbitkan menjadi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia, yaitu Permendiknas RI Nomor 41 tahun
2007. Seiring dengan penyempurnaan KTSP menjadi Kurikulum 2013, maka
standar proses satuan pendidikan dasar dan menengah juga mengalami
penyempurnaan yang ditungkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 taun 2013 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk
merespons berbagai tantangan-tantangan internal dan eksternal. Titik tekan
pengembangan kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Menurut Frazee dan Rudnitski (1995) kurikulum terpadu (integrated
curriculum) pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata pelajaran)
melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan dan sikap. Menurut mereka,
berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu (subject centered
curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah memadukan sejumlah
elemen kurikulum dan pembelajaran di antara berbagai disiplin.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa
jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa
(minat, bakat, kebutuhan dan kemampuan). Berkenaan dengan perencanaan
pembelajaran tematik terpadu, hal pertama yang harus mendapat perhatian guru
disekolah dasar yaitu kejelian dalam mengidentifikasi KI/KD dan menetapkan
indicator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Upaya
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka
diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan.

2
Penggunaan pembelajaran tematik terpadu disekolah dasar mengarah pada
peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang snagat mendukung
terhadap pelaksanaan kurikulu 2013. Model pembelajaran tematik terpadu dapat
mengembangkan wawasan dan aktivitas berfikir siswa melalui jaringan tema yang
berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran yang utuh / terpadu dan simultan. Penggunaan model ini
berimplikasi pada proses penciptaan situasi belajar dan pembelajaran dimana
siswa mempelajari beberapa mata pelajaran secara terpadu dalam satu tema
pemersatu. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang
ada dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model
pembelajaran tematik terpadu di SD/MI juga memberi peluang untuk membangun
pengetahuan secara utuh, tidak terpecah-pecah dalam mata pelajaran, sehingga
memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pemberlakuan kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?
3. Bagaimana standar proses pendidikan?
4. Apa itu kurikulum 2013?
5. Apa yang dimaksud dengan kurikulum terpadu?
6. Bagaimana konsep dan karakteristik pembelajaran tematik terpadu?
7. Bagaimana pengelolaan pembelajaran tematik terpadu?
8. Apa saja strategi dan pendekatan pembelajaran tematik terpadu?
9. Bagaimana implikasi pembelajaran tematik terpadu?
10. Bagaimana pelaporan hasil penilaian pembelajaran tematik terpadu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebijakan pemberlakuan kurikulum
2. Untuk mengetahui pengertian belajar dan pembelajaran
3. Untuk mengetahui standar proses pendidikan
4. Untuk mengetahui kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui kurikulum terpadu
6. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan karakteristik pembelajaran
tematik terpadu
7. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembelajaran tematik terpadu
8. Untuk mengetahui strategi dan pendekatan pembelajaran tematik terpadu
9. Untuk mengetahui implikasi pembelajaran tematik terpadu
10. Untuk mengetahui pelaporan hasil penilaian pembelajaran tematik terpadu

4
BAB II
PEMBAHASAN

BAB I Kebijakan Pemberlakuan Kurikulum


A. Kebijakan Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor
160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Dijelaskan pada Pasal 1 bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah
yang melaksanakan Kurikulum 2006 (KTSP) mulai semester kedua tahun
pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk melaksanakan Kurikulum 2013. Pada Pasal 2 ayat (1)
dijelaskan bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah
melaksanakan Kurikulum 2013 selama tiga semester tetap menggunakan
Kurikulum 2013.

B. Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013


Terkait dengan pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan Bersama Direktur
Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah
Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor
7915/D/KP/2014 tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan
Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.

BAB II Belajar dan Pembelajaran


A. Pendahuluan
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman yang diciptakan guru. Belajar juga merupakan proses melihat,
mengamati dan memahami sesuatu yang ada disekita siswa. Kualitas kegiatan

5
pembelajaran yang dilakukan sangat bergantung pada perencanaan, pelaksanaan
proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru.

B. Konsep Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar merupakan suatu
aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis.
Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental,
misalnya aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah,
membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis dan sebagainya.
Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses
penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan,
kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya.
Menurut UNESCO hasil belajar dapat dituangkan dalam empat pilar
pembelajaran yaitu:
a. Belajar Mengetahui (Learning to Know), pengetahuan diperoleh dengan
berbagai upaya peroleh pengetahuan melalui membaca, mengakses internet,
bertanya dan mengikuti kuliah. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan,
tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah dan penerapan.
Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan, memperluas
wawasan, meningkatkan kemampuan, memecahkan masalah dan belajar
lebih lanjut.
b. Belajar Berbuat/Berkarya (Learning to do), belajar berkarya adalah belajar
atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. belajar
berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan
mendasari perbuatan.
c. Belajar Hidup Bersama (Learning to live together), bekerja sama dan
belajar hidup bersama dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya,
ras, agama, kepakaran dan profesi.

6
d. Belajar Menjadi Diri Sendiri yang Utuh (Learning to be), tantangan
kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut
perkambangan manusia secara utuh. Untuk mencapai sasaran demikian
individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek
kepribadiannya. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai
keunggulan. Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi:
tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan media, metode,
strategi dan pendekatam apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara
tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20,
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”.

C. Komponen Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen
yang memiliki fungsi tersendiri agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat
terpenuhi. Ciri-ciri lain dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-
komponen pembelajaran itu sendiri, sebagai berikut:
1) Tujuan, tujuan pendidikan sendiri itu untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Sumber Belajar, digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya
proses belajar pada diri sendiri atau peserta didik, apapun bentuk dan
bendanya asal bisa digunakan untuk memudahkan proses belajar, maka
benda itu bisa dikatakan sebagai sumber belajar.

7
3) Strategi Pembelajaran, tipe pendekatan untuk menyampaikan informasi
dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan khusus. Strategi
pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip
psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan siswa.
4) Media Pembelajaran, merupakan salah satu alat untuk proses interaksi
guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan sebagai alat
bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang
digunakan oleh guru dalam proses belajar.
5) Evaluasi Pembelajaran, merupakan alat indikator untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses
pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekedar
menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan
kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah
berdasarkan tujuan yang jelas.

D. Jenis-jenis Aktivitas Belajar


Aktivitas belajar terjadi dalam satu kontek perencanaan untuk mencapai suatu
perubahan tertentu. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu
sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu. Ada beberapa penemuan baru
dalam psikologi perkembangan dan psikologi belajar yang mengemukakan
pandangan bahwa siswa dalam belajar harus mendapat kesempatan untuk
melakukan aktivitas. Aktivitas yang termasuk belajar memiliki ciri-ciri tertentu
yaitu terjadi secara sadar, bersifat fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat
sementara, bertujuan dan terarah serta mencakup seluruh aspek tingkah laku
secara utuh. Ciri-ciri tersebut merujuk pada perubahan tingkah laku dan untuk
mencapai perubahan tersebut dilakukan dengan berbagai cara. Jenis-jenis aktivitas
belajar siswa di antaranya adalah:
1. Belajar Arti Kata, menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang
digunakan.
2. Belajar Kognitif, proses bagaimana menghayati, mengorganisasi dan
mengulangi informasi tentang suatu masalah, peristiwa, objek serta upaya

8
untuk menghadirkan kembali hal tersebut melalui tanggapan, gagasan, atau
lambing dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
3. Belajar Menghafal, suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal
melalui proses mental dan menyimpannya dalam ingatan, sehingga dapat
diproduksi kembali kea lam sadar ketika diperlukan.
4. Belajar Teoritis, menyusun kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena
alam atau fenomena sosial tertentu. Belajar teori bertujuan untuk
menempatkan data dan fakta (pengetahuan) dalam kerangka organisasi
mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan
masalah.
5. Belajar Konsep, melalui proses mental tentang lambing, benda, serta
peristiwa dengan mengamati ciri-cirinya. Belajar konsep dilakukan dengan
mengadakan abstaksi yaitu meliputi benda, kejadian dan orang, hanya
ditinjau pada aspek tertentu saja seolah-olah diambil, diangkat, dan
disendirikan.
6. Belajar Kaidah, menghubungkan dua konsep atau lebih sehingga terbentuk
suatu ketentuan yang mempresentasikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir, aktivitas kognitif yang dilakukan secara mental untuk
memecahkan suatu masalah melalui proses yang abstrak. Berpikir adalah
suatu proses penyusunan kembali kecakapan kogniti (yang bersifat ilmu
pengetahuan)
8. Belajar Keterampilan Motorik, belajar melakukan rangkaian gerak gerik
berbagai anggota badan secara terpadu. Motorik adalah gerakan yang
melibatkan otot, urat dan sendi secara langsung dan otomatis, sehingga
teratur dan berjalan lancar serta sungguh-sungguh berakar dalam
kejasmanian.
9. Belajar Estetis, proses mencipta melalui penghayatan yang berdasarkan
pada nilai-nilai seni. Belajar estetis bertujuan membentuk kemampuan
menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian
yang mencakup fakta, seperti ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi,
seperti hubungan antara bentuk da nisi.

9
E. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan:
1. Perhatian dan Motivasi, perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada
siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
2. Keaktifan, dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman, belajar secara langsung dalam
hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus
menghayati, terlibat langsung perbuatan dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4. Pengulangan, pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun
dengan tujuan berbeda. Bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons dan pengulangan terhadap pengamatan-
pengamatan itu memperbesar peluang timbuknya respon benar.
5. Tantangan, tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa
bertantang untuk mempelajarinya.
6. Balikan dan Penguatan, diperkuat responnya. Format sajian berupa
tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya
merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan atau penguatan.
7. Perbedaan Individual, siswa merupakan individu yang unik, artinya
tidak ada dua orang siswa yang sama percis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya.

10
F. Tipe Gaya Belajar
1. Tipe Belajar Visual (Visual Learner), gaya belajar di mana gagasan,
konsep, data dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar dan
teknik.
2. Tipe Belajar Auditif (Auditory Learner), suatu gaya belajar di mana siswa
belajar melalui mendengarkan. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori
akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya melalui telinga (alat
pendengaran), oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar
auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru.
3. Tipe Belajar Kinestetik (Tactual Learner), siswa belajar dengan cara
melakukan, menyentuh, merasa, bergerak dan mengalami.

G. Teori Belajar
Menurut Sukmadinata, (2004: 17) teori merupakan suatu set atau sistem
pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan serangkaian hal.
1. Teori Belajar Behavioristik bahwa perilaku terbentuk melalui keterkaitan
antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon).
2. Teori Belajar Kontruktivistik menganggap manusia mampu
mengkonstruk atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi
dengan lingkungannya dari pengalaman masing-masing.
3. Teori Belajar Kognitif merupakan bagian terpenting yang memberikan
konstribusi yang sangat berarti terhadap perkembangan psikolog belajar.

H. Tipe-tipe Pembelajaran
Tipe pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan
yang dilakukan terhadap komponen pembelajaran.

11
I. Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
1. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan,
persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam
keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
1) Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Menurut Munadi (2008:24) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam cacat jasmani dan sebagainya.
Hal-hal tersebut dapat memengaruhi siswa dalam menerima materi
pelajaran.
2) Faktor Psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,
motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban.
2) Faktor Instrumental diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan belajar yang diharapkan. Berupa sarana dan guru.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Perumusan aspek-aspek kemampuan yang menggambarkan output peserta
didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga
klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom.

BAB III Standar Proses Pendidikan


A. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.

12
B. Perencanaan Pembelajaran
Desain Pembelajaran
Perencana pemebelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan RPP yang
mengacu pada Standar Isi. Perencanaan Pembelajaran meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran dan scenario pembelajaran.

C. Pelaksanaan Proses Pembelajaran


1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a. Alokasi Waktu jam Tatap Muka Pembelajaran
1) SD/MI : 35 menit
2) SMP/MTS : 40 menit
3) SMA/MA : 45 menit
4) SMK/MAK : 45 menit
b. Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
c. Pengelolaan Kelas
1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai
dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
4) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
5) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan
hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

13
7) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
menemukakan pendapat.
8) Guru berpakaian sopan, bersih dan rapi.
9) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran
10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran
2) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat
dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai.
5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan
penyingkapan (discovey) dan/atau pembelajaran yang mengahasilkan

14
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
1) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternative yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong
siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.
2) Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteristik
aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat
pendekatan saintifik, temtik terpadu dan tematik sangat disarankan untuk
menerapkan belajar berbasis penyingkiran/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok.
3) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan
subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus
mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual
maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
1) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh
untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung
maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
3) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik
tugas individual maupun kelompok.

15
4) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
3. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran
Penilaian Proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
autentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa atau bakan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
4. Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan
supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tidak lanjut secara berkala dan
berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan dan pengawas.
1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guru
peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan peringkat
akreditasi.
2. Sistem dan Entitas Pengawasan
Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,
dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Kepala Sekolah dan Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan
mutu.
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam
bentuk supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Pengawasan yang dilakukan Lembaga Penjaminan Mutu pendidikan
diwujudkan dalam bentuk Evaluasi Diri Sekolah.

16
3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan
melalui antara lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau
pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi dan evaluasi proses
pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan
tindak lanjut pengembanga keprofesionalan pendidik secara
berkelanjutan.
d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan
kinerja yang memenuhi atau melampaui standar,
2) Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

17
BAB IV Kurikulum 2013
A. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip
utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua,
standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti
yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi
terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik.
Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima,
semua mata pelajaran diikat oleh komptensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan
kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran dan penilaian.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrument untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
(1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah
(2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan
(3) Warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
(4) Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan Kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan
yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
Tantangan Internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi:

18
1) Standar pendidik
2) Tenaga kependidikan
3) Standar sarana dan prasarana
4) Standar pengelolaan
5) Standar pembiayaan
6) Standar penilaian pendidikan
7) Standar kompetensi lulusan
8) Standar proses
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industry kreatif dan budaya dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat
terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses
pembelajaran.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.
Dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif,
b. Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader)
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
Penyusunan Kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar
Kompetensi Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan

19
pendidikan nasional dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan
kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar
kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak
diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat
nasional.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik. Hasil studi internasional untuk reading dan
literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil
bahwa lebih dar 95% peserta didik Indonesia di SD kelas IV hanya mampu
mencapai level menengah. Hasil analisis untuk studi PIRLS menunjukan soal
yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi
empat kategori, yaitu:
a. Low mengukur kemampuan sampai mana level knowling
b. Intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
c. High mengukur kemampuan sampai level reasoning
d. Advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with
incomplete information

C. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar

20
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing
elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif.

D. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradapan dunia.

E. Proses Pengembangan Kurikulum 2013


Pembelajaran Intrakulikuler didasarka pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran intrakulikuler adalah proses pembelajaran yang
berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
di kelas, sekolah dan masyarakat.
2. Pembelajaran Ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk
aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di laur kegiatan pembelajaran
terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakulikuler terdiri atas
kegiatan wajib dan pilihan.
3. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif
untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat
yang memuaskan (excepted).
4. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten
kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat
diajarkan secara langsung.

21
5. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental
dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan
lainnya dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya.

F. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan Kurikulum 2013 didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran
untuk mencapai kompetensi
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan program
pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir dan keterampilan
psimotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi
Dasar dapat dipelajari dan dikuasi setiap peserta didik sesuai dengan
kaidah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan
minat.
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan
aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
budaya, teknologi dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

22
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan
daerah.

G. Kerangka Dasar Kurikulum 2013


1. Landasan Filosofis, menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai
kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi
peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan
masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
2. Landasan Teoritis, Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” dan teori Kurikulum berbasis kompetensi.
3. Landasan Yuridis, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, UU No
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No 17 Tahun
2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

H. Struktur Kurikulum SD/MI


Struktur kurikulum merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Menggambarkan konseptulasi konten kurikulum dalam bentuk
mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata
pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.

I. Elemen-elemen Perubahan Kurikulum 2013


Elemen-elemen perubahan Kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses dan Standar Penilaian.

J. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam


Kurikulum 2013

23
1. Standar Kompetensi Lulusan, merupakan salah satu dari 8 Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam pasal 35 Ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan, yang akan menjadi
acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
a. Cakupan Kompetensi Lulusan, mengidentifikasi apa yang hendak
dibentuk, dibangun dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai
jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan
pendidikannya pasa satuan pendidikan tertentu.
b. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan, mengidentifikasi tentang
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
2. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta
didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi Inti, integrasi vertikal
berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memerhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.

BAB V Kurikulum Terpadu


A. Konsep Kurikulum Terpadu
1. Pengertian Kurikulum Terpadu
Kurikulum yang bukan hanya sebatas mata pelajaran tetapi semua kegiatan,
pengalaman, pembentukan pribadi siswa dan cara hidup pun termasuk di
dalamnya.
2. Kurikulum sebagai Hasil Belajar yang Diharapkan
Kurikulum sebagai ide/gagasan, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide,

24
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum.

B. Ciri-ciri Kurikulum Terpadu


Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu:
1. Berdasarkan pada teori psikologi belajar Gestalt menjelaskan bahwa
anak-anak cenderung mengorganisasian persepsi dan pengalamannya
secara terintegrasi.
2. Berdasarkan landasan sosiologi dan sosio cultural diarahkan pada
perkembangan kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai yang
sesuai dengan harapan masyarakat.
3. Berdasarkan pada minat, bakat, kebutuhan siswa itu Kurikulum terpadu
harus berpijak pada minat, sehingga implementasinya harus menyentuh
minat dan bakat sesuai dengan kebutuhan siswa.
4. Berdasarkan relevansi/sesuai dengan tingkat perkembangan siswa masih
operasional konkret, berpikir sederhana dan memandang sesuatu secara
menyeluruh.
5. Berdasarkan muatan-muatan mata pelajaran yang termasuk dalam
jarring-jaring tema yaitu kurikulum terpadu bercirikan hilangnya mata
pelajaran, tetapi yang ada yaitu muatan-muatan mata pelajaran yang
termasuk dalam jarring-jaring tema.
6. Sistem penyampaian menggunakan sistem pembelajaran unit, yaitu unit
pengalaman dan unit pelajaran melalui tema-tema yang telah ditetapkan,
pada kurikulum terpadu pembelajaran dilakukan melalui pembelajaran
unit, unit-unit tersebut berupa tema-tema yang dikembangkan menjadi
sub-subtema dan masing-masing subtemanya dapat dikembangkan
menjadi beberapa kegiatan pembelajaran.
7. Lebih mengedepankan aktivitas dan kreativitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, pada kurikulum terpadu kegiatan pembelajaran lebih
difokuskan pada aktivitas dan kreativitas siswa, guru hanya sebagai
fasilitator dan mediator belajar.

25
C. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang
ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam
kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.

D. Model-model Pembelajaran Terpadu


Ada tiga model pembelajaran terpadu yang digunakan dan dikembangkan
pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, yaitu:
1. Model Keterhubungan, ialah model pembelajaran terpadu yang secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
lain, satu tema dengan tema lain, satu keterampilan dengan keterampilan
lain, tugas-tugas atau proyek yang dilakukan dalam satu hari dengan
tugas-tugas atau proyek yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan
ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan
dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
2. Model Jaring Laba-laba, model pembelajaran terpadu yang
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang
menjadi tema sentral bagi keterhubungan muatan berbagai mata
pelajaran.
3. Model Keterpaduan, merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu.

BAB VI Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistic, bermakna dan autentik.

26
B. Latar Belakang Pembelajaran Tematik Terpadu
Tema-tema yang bisa dikembangkan di Sekolah Dasar mengacu pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Pengalaman mengembangkan tema dalam kurikulum disesuaikan dengan
muatan mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2. Dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding
community approach).
3. Dimulai dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit, dari hal yang
sederhana menuju yang kompleks dan dari hal yang konkret menuju yang
abstrak.

C. Tahap Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar


Tahap perkembanganti ngkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungan yang ada di
sekitarnya.

D. Landasan Pembelajaran Tematik Terpadu


Dalam setiap pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar, seorang
guru harus mempertimbangkan banyak faktor. Selain karena pembelajaran itu
pada dasarnya merupakan landasan-landasan yang kuat dan didasarkan atas hasil-
hasil pemikiran yang mendalam.
E. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
muatan mata pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan
berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
didik.

27
5. Lebih semangat dan bergairah belajar karena mereka dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya-tanya,
menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang di
sajikan dalam konteks tema/subtema yang jelas.
7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuhkembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan
kondisi.

F. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu


Pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada Siswa.
2. Memberikan Pengalaman Langsung pada Anak.
3. Pemisahan Muatan Mata Pelajaran tidak begitu jelas.
4. Menyajikan Konsep dari Berbagai Muatan Mata Pelajaran.
5. Bersifat Luwes/Fleksibel.
6. Hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

G. Belajar dan Pembelajaran Bermakna (meaningfull learning)


Belajar bermakna pada dasarnya merupakan suatu proses dikaitkan informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

H. Kekuatan Tema dan Proses Pembelajaran


Dengan menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklarifikasi benda-
benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan.

28
I. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan
beberapa muatan pelajaran sekaligus. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah
disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan
pembelajaran.

J. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu


Tahapan dalam pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahap yaitu:
guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan mata pelajaran
untuk satu tahun, guru melalakukan analisis Standar Kompetensi Kelulusan,
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan membuat Indikator dengan tetap
memerhatikan muatan materi dan Standar Isi, membuat jaringan KD, indikator,
menyusun silabus tematik dan membuat RPP tematik terpadu dengan menerapkan
pendekatan saintifik.

K. Pentingnya Pembelajaran Tematik Terpadu Untuk Anak SD


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan, autentik dan aktif.
Dengan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan belajar siswa.

L. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Terpadu


1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
2. Dimungkinkan terjadi penggabungkan kompetensi dasar lintas semester.
3. Kompetensi dasar yang dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.

29
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis
dan berhitung sera penanaman nilai-nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan dan daerah setempat.

M. Ruang Lingkup Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu


Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik terpadu meliputi seluruh
muatan mata pelajaran pada kelas I sampai dengan kelas VI Sekolah Dasar, yaitu
pada mata pelajaran Pendidikan Agama dab Budi Pekerti, Bahasa Indonesia,
Matematika, Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan (PPKN), IPA, IPS, Seni
Budaya dan Keterampilan dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

BAB VII Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh seberapa
jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai dengan kondisi dan potensi siswa
(minat, bakat, kebutuhan dan kemampuan).

B. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu


a. Pengaturan Tempat Belajar seperti ruang kelas dan ruangan lainnya
seperti laboratorium, workshop/bengkel kerja dan sebagainya dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik perlu ditata dan diatur sedemikian
rupa agar dapat menumbuhkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM).
b. Pengaturan Siswa itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang
didasarkan atas pengaturan siswa dapat dilakukan secara klasikal
(kelompok besar), kelompok kecil dan perorangan.
c. Pemilihan Bentuk Kegiatan
Dalam melaksanakan pembelajaran tematik di sekolah dasar, guru perlu
menguasai bentuk-bentuk kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar siswa, dimulai dari kegiatan membuka pelajaran,

30
menjelaskan isi tema, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memberikan
penguatan, mengadakan variasi mengajar, sampai dengan menutup
pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran berkaitan dengan usaha guru
dalam memulai pelaksanaan pembelajaran tematik untuk mengarahkan
siswa pada kondisi belajar dan pembelajaran yang kondusif dan
bermakna.
d. Pemilihan Media Pembelajaran
Anak usia Sekolah dasar masih berpikir operasional konkret, artinya
pembelajaran yang dilakukan guru harus konkret dan sederhana sehingga
mudah untuk dipahami oleh siswa. Penggunaan media dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dapat divariasikan ke dalam
penggunaan media visual, media, audio dan media audio-visual.

C. Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu


Penilaian yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik terpadu di SD/MI
meliputi prosedur yang digunakan, jenis dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi
yang digunakan. Penilaian tersebut disesuaikan dengan penilaian autentik atau
authentic assessment, yaitu dalam bentuk penilaian proyek, penilaian portofolio,
penilaian kinerja dan tes.
1. Prinsip Penilaian
2. Objek Penilaian
3. Jenis dan Alat Penilaian
4. Pelaporan Hasil Penilaian

BAB VIII Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Pengertian Strategi dan Pendekatan Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran


1. Pertimbangan terhadap pemelajaran yang ingin dicapai.

31
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi
pembelajaran.
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.

C. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran


1. Berdasarkan pertimbangan proses pengolahan pesan yaitu:
a. Strategi pembelajaran deduktif, merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal
seorang guru/instruktur kepada sekelompok peserta latih dengan
maksud agar peserta latih dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.
b. Strategi pembelajaran induktif.
2. Berdasarkan pertimbangan pihak pengolah pesan yaitu:
a. Strategi pembelajaran ekspositorik.
b. Strategi pembelajaran heuristik.
3. Berdasarkan pertimbangan interaksi guru dan siswa yaitu:
a. Strategi pembelajaran tatap muka.
b. Strategi pembelajaran melalui media.
4. Berdasarkan pertimbangan taksonomi hasil belajar yaitu:
a. Strategi belajar mengajar kognitif.
b. Strategi belajar mengajar keterampilan.
c. Strategi belajar mengajar afektif.
5. Pertimbangan pengaturan guru yaitu:
a. Strategi pembelajaran seorang guru.
b. Strategi pembelajaran beregu.
6. Berdasarkan pertimbangan jumlah siswa yaitu:
a. Strategi pembelajaran klasikal.
b. Strategi pembelajaran kelompok kecil.
c. Strategi pembelajaran individual.

32
D. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk
menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian
yang akan dipelajari.

E. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran


Pendekatan dalam pembelajaran secara umum dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Guru (Teacher Centered
Approaches)
2. Pendekatan Pembelajaran Berorientasi pada Siswa (Student Centered
Approaches)

F. Penerapan Model Pembelajaran dalam pembelajaran Tematik Terpadu


G. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pembelajaran yyang melibatkan
suatu proyek dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa
dapat berupa proyek perorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya
kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan.

H. Model Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap
tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas ang ada.
b. Kekuatan Masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan, inkuiri dan berpikir dengan cara
yang bermakna dan sangat kuat (powerfull). Pendidikan memerlukan
perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara
memandang suatu permasalahan.

33
c. Masalah dan Pedagogi
Menurut Shulman (1991), pendidikan merupakan proses membantu
orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana
menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk
membentuk masalah.
d. Masalah dan Multiple Perspective
Dalam memecahkan permasalahan yang ada di dunia nyata, kita perlu
menyadari bahwa seluruh proses kognitif dan aktivitas mental yang
terlibat di dalamnya. Otak bekerja dengan siklus terteentu dan literasi
dari berpikir sistematis, sistemik, analisis general dan divergen.
e. Teori Belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah
menurut Hendry & Murphy dengan ciri:
1. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan scenario permasalahan
dan lingkungan belajar.
2. Pergulatan dengan masalah dan proses inkuiri masalah
menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
3. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan
evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

BAB IX Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu bagi Guru
Sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap berhasilnya
penerapan pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
adalah guru, seorang guru dituntut untuk kreatif dan memiliki jiwa inovatif. Hal
pertama yang harus dilakukan guru adalah memahami pendekatan pembelajaran
tematik terpadu, baik secara konseptual maupun secara praktikal. Kebiasaan-
kebiasaan yang terjadi dalam menerima suatu bentuk inovasi dalam pembelajaran,
guru cenderung ingin langsung atau dipaksa melaksanakannya tanpa dibarengi
dengan pemahaman yang tuntas dari inovasi yang dikembangkan tersebut.

34
B. Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu bagi Siswa
Siswa sebagai objek dsn subjek merupakan faktor utama keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
Penggunaan cara baru dalam penyampaian isi kurikulum melalui penerapan model
pembelajaran tematik perlu diperkenalkan dan dikondisikan sejak dini agar tidak
menimbulkan kerancuan-kerancuan yang dapat mengganggu dan berpengaruh
negatif terhadap proses dan hasil belajarnya.

C. Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu terhadap Buku Ajar


Penerapan pembelajaran tematik terpadu d sekolah dasar menurut tersedianya
bahan ajar, terutama buku ajar, yang memadai dan dapat memenuhi kebutuhan
pembelajaran yang terintegrasi antarmuatan satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan nyata siswa. Sekalipun, bahan ajar
yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran masih dapat
dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, namun pada masa
mendatang perlu diupayakan adanya buku suplemen khusus yang memuat bahan
ajar yang terintegrasi untuk membantu siswa sejak dini memahami berbagai ilmu
pengetahuan secara inter-disipliner. Bahan ajar tersebut berpangkal dari tema-
tema yang melekat dalam kehidupan siswa dan lingkungannya.

D. Implikasi Pembelajaran Tematik Terpadu terhadap Sarana dan Prasarana,


Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
Pembelajaran tematik terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
secara holistik dan autentik. Penerapan akan sangat berimplikasi terhadap
ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memadai disertai dengan
manajemen yang baik. Hal yang paling dominan dalam kaitannya dengan sarana-
prasarana yang dibutuhkan dalam penerapan pembelajaran tematik terpadu di
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah ini yaitu tersedianya sumber belajar yang
lengkap dengan pengelolaan yang professional. Sumber belajar tersebut baik yang

35
sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran
tematik, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang tidak didesain
untuk kepentingan pembelajaran namun dapat dimanfaatkan.

BAB X Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Standar Penilaian Pendidikan
1. Pengertian Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur
dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:
a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran.
b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara refleksi untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik.
e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic
untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar atau lebih.

36
f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
h. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi
sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
pada tingkat Kompetensi tersebut.
i. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK
merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi
sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
pada tingkat kompetensi tersebut.
j. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatn
pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai pesert didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan
secara nasional.
k. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh
satuan pendidikan.
2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standard dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.

37
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian dan standar
dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan
hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM merupakan
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar
yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik.
3. Ruang Lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian
a. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang
sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relative setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian
merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata
pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program dan proses.
b. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrument yang digunakan untuk penilaian kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut:
1) Penilaian Kompetensi sikap.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan.

38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Permendikbud Nomor
160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan Bersama Direktur
Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah
Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5496/C/KR/2014 dan Nomor
7915/D/KP/2014 tentang Petunjuk Teknis Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan
Kurikulum 2013 pada Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
Belajar merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sedangkan Pembelajaran
merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi,
metode dan evaluasi. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar
beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari
kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui
kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta
didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai.
Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh komptensi inti. Keenam, keselarasan
tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran dan penilaian.
Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun
kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistic, bermakna dan autentik. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
tematik dipengaruhi oleh seberapa jauh pembelajaran tersebut direncanakan sesuai
dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan dan kemampuan).
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang

39
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendekatan
akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan
yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan dipelajari.

B. Saran
Setelah mempelajari Tematik, diharapkan kita sebagai calon guru dapat
menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran model tematik kepada peserta
didik, Sehingga peserta didik mampu memahami apa yang akan jelaskan oleh
pendidik.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Rusman, M.Pd. 2016. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan
Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers

41

Anda mungkin juga menyukai