Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dina Kurniawati

Nim : D11.2016.02141
Dosen : Pak Perry
Tugas : LEGISLASI KESEHATAN
“ Imunisasi Yang dianggap sebagian masyarakat haram”

1. Latar Belakang
Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena mencegah
terjadinya penyakit melalui imunisasi. Imunisasi juga merupakan cara untuk melindungi
diri terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah disbanding mengobati
seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dengan imunisasi
anak akan terhindar dari beberapa penyakit infeksi yang berbahaya. Namun demikian,
masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi dan juga vaksin kepada
masyarakat antara lain mitos tentang imunisasi, informasi yang menyatakan bahwa
imunisasi haram.
Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. misalnya batuk rejian 294.00 (20%),
tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat
sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan
campak ini berarti setiap dua puluh menit seorang anak di Indonesia meninggal karena
campak.
Orang tua seharunya menjadikan imunisasi yang harus diberikan kepada anak,
karena dengan imunisasi anak akan terhindar dari berbagai penyakit infeksi yang dapat
menular bahkan juga dapat mengindari dari kecacatan bahkan kematian.
2. Data Imunisasi di Indonesia
Kelengkapan imunisasi di Indonesia tahun 2007 sebanyak 41,4 % dan tidak tidak
di imunisasi 9,1%. Pada tahun 2008 yang mendapat imunisasi lengkap sebanyak 53,
8%, tidak lengkap 33,5% dan tidak di imunisasi 12,7% dan pada tahun 2013 terjadi sedikit
peningkatan yaitu pada imunisasi lengkap sebanyak 59,2%, tidak lengkap 32,1% dan
tidak di imunisasi 8,7%. (Riskesdas & Kementrian kesehatan, 2013)
3. Analisi Kebijakan
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi merupakan
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah
satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs)
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
b. Permenkes No. 42 tentang penyelenggaran Imunisasi
c. Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi “vaksin imunisasi yang
berbahan haram, hukumnya haram. Imunisasi dengan vaksin haram tidak dibolehkan,
kecuali: digunakan pada kondisi darurat, belum ditemukan bahan vaksin yang halal,
serta adanya keterangan tenaga medis kompeten bahwa tidak ada vaksin yang halal.”
4. Pembahasan
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang
sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut. Imunisasi Program
adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat
dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi Program terdiri atas Imunisasi rutin,
Imunisasi tambahan, dan Imunisasi khusus.
Berbicara tentang Imunisasi dalam Agama Islam menyatakan bahwa imunisasi
masih menuai Pro dan Kontra di masyarakat. Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat
Bidang Fatwa, Sholahudin Al-Aiyub menjelaskan ternyata dari bahan-bahan yang
dipergunakan untuk proses produksinya ada beberapa bahan yang dianggap "kritis
dari sisi kehalalan, yaitu terkait dengan masalah trypsin dan gelatin yang berasal dari
enzim babi".
Melalui Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2016 tentang Imunisasi, MUI menuliskan
“vaksin imunisasi yang berbahan haram, hukumnya haram. Imunisasi dengan vaksin
haram tidak dibolehkan, kecuali: digunakan pada kondisi darurat, belum ditemukan
bahan vaksin yang halal, serta adanya keterangan tenaga medis kompeten bahwa
tidak ada vaksin yang halal.” Selain itu Fatwa MUI juga menyatakan bahwa Imunisasi
hukumnya merupakan mubah yaitu “Walaupun haram bendanya, tapi melakukan
vaksinasi itu mubah, kalau nggak mau, masak dipaksa, tidak ada hak siapapun
memaksa hak neagara, untuk melakukan sesuatu yang tidak bertentangan dengan
hukum,”.Hal itu membuat sebagian masyarakat ada yang menolak untuk melakukan
imunisasi dan vaksin alasannya karena haram pada kandungan yang ada di
dalamnya.
5. Steakholder

Stakeholder adalah orang-orang dan atau badan yang berkepentingan atau terlibat dalam
pelaksanaan program pembangunan kesehatan.

1. Kemenkes yang sebagai pemberi kebijakan kepada masyarakat agar anak-anaknya


tetap diberikan imunisasi yang lengkap.
2. MUI mengajak masyarakat untuk melaksanakan dan menyukseskan program
imunisasi dari berbagai hal tentang informasi yang menyebutkan bahwa imunisasi itu
haram.
3. Puskesmas memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap bagi anak
dengan berkerja sama oleh kader masyaraka, serta Mendorong, mengajak,
meyakinkan, dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengikuti imunisasi.
4. BPOM agar dapat melakukan pemantauan terhadap pengunaan, khasiat, efek
samping dan keamanan obat terutama mutu dari imunisasi/vaksin.
6. solusi
memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar tetap melakukan Imunisasi
dengan berkerjasama oleh beberapa pihak dan juga secara lintas sektor seperti Dinkes,
Puskesmas, dsb yang bersangkutan agar program imunisasi tetap diberikan kepada anak
walaupun masih terdapat beberapa spekulasi yang menganggap bahwa imunisasi itu
haram. Dengan adanya ungkapan dari Fatwa MUI yang menyatakan bahwa imunisasi itu
Mubah dapat dilakukan apabila dalam keadaan darurat juga untuk meyakinkan kepada
masyarakat agar tetap melakukan imunisasi guna mencegah terjadinya penyakit pada
anak.

Anda mungkin juga menyukai