Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

Kelas : 1 Reguler A

Disusun oleh :
1. Leyla Sukawati
NIM : P3.73.20.1.19.017
2. Lucia Umikalsum
NIM : P3.73.20.1.19.018
3. M. Fahmi Idrus
NIM : P3.73.20.1.19.019
4. Milenia Anjarwati
NIM : P3.73.20.1.19.020
5. Nafa Maulyda Turachma
NIM : P3.73.20.1.19.021
6. Nabiilah Nur Syifa
NIM : P3.73.20.1.19.022

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR. WB.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan begitu banyak
nikmat yang mana makhluk-Nya tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah
didapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam. Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Karakter. Kami juga menyadari dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun stuktur
penulisannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari.

Dengan demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan
khususnya bagi kita semua.

Bekasi, 4 Februari 2020

Penyusun ( kelompok 3 )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam
perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang
ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan
berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga
merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi yang
kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa.
Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pendidik, baik di
rumah maupun di sekolah. Pendidikan karakter harus dimulai dari pendidik itu sendiri.
Namun demikian, pada saat ini banyak ditemukan karakter negatif yang justru berasal dari
pendidik itu sendiri. Meski tidak berbasis data penelitian yang akurat, namun pernah
ditemukan kasus/kejadian yang mencoreng nama pendidik seperti:
(1) pendidik tidak jujur dalam membuat karya ilmiah;
(2) pendidik yang sedang studi lanjut tidak jujur dalam mengerjakan soal ujian dengan cara
menyalin jawaban temannya;
(3) pendidik membantu siswa supaya lulus ujian nasional;
(4) pendidik kurang disiplin;
(5) pendidik berbuat curang dalam menyiapkan berkas kenaikan pangkat dan penilaian
portofolio, dll.
Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistik dari semua lingkungan
pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Miftahudin (2010) pendidikan
karakter pada usia dini di keluarga bertujuan untuk pembentukan, pada usia remaja di
sekolah bertujuan untuk pengembangan sedangkan pada usia dewasa di bangku kuliah
bertujuan untuk pemantapan.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808329/penelitian/13B_Analisis+Model+Pendidikan
+karakter.pdf

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan Karakter?
2. Apa saja model pendidikan karakter?
3. Apa saja nilai-nilai yang dikembangkan?
4. Apa landasan teoritiknya?
5. Bagaimana deskripsi modelnya?
6. Bagaiamana prosedur atau materi pelaksanaannya?
7. Apa langkah-langkah Pelaksanaan model?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendidikan Karakter
2. Mengetahui Model pendidikan karakter
3. Mengetahui nilai-nilai yang dikembangkan
4. Mengetahui landasan teoritiknya
5. Mengetahui deskripsi modelnya
6. Mengetahui rosedur atau materi pelaksanaannya
7. Mengetahui langkah-langkah Pelaksanaan model
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


https://www.academia.edu/35481186/MAKALAH_PENDIDIKAN_KARAKTER
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”,“Kharax”, dalam
bahasa inggris: charakter dan Indonesia “karakter”, Yunani Character, dari charassein
yang berarti membuat tajam. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS Pasal 1 Ayat 1). Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai tabiat atau watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, perilaku
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Berkarakter berarti
memiliki karakter,mempunyai kepribadian dan berwatak. Individu yang berkarakter baik
atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara pada umumnya
dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi dan motivasinya (perasaannya). Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam
sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Layanan Bimbingan dan Konseling


Kata layanan menurut KBBI adalah cara melayani atau ssesuatu cara yang
dissepakati oleh seseorang dalam melayani orang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuaan kepada individu secara berkelanjutan
dan sistematis,, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan husus
untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingungannya serta dapat
mengarahakan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat
mengembangkan potensi dirinnya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
kesejahteraan masyarakat. Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada
seseorang agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang
dimiliki, mengenai diri sendiri.

C. Tujuan Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Layanan Bimbingan Dan Konseling


Pengembangan karakter melalui layanan bimbingan dan konseling adalah sebuah
pengembangan yang dimana bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa/ peserta
didik menjadi lebih baik lagi dalam bersikap. Adapun manfaat pengembangan karakter
melalui layanan bimbingan dan konseling ini ialah :
(1) agar siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan masalahnya,
(2) agar siswa lebih bisa menerapkan sopan santun yang baik dikalangan masyarakat,
(3) agar siswa bisa menghargai setiap proses belajar yang mereka alami baik di
sekolah maupun di rumah, dan
(4) agar siswa lebih bisa memahami dirinya dengan baik.
Sebelum semuanya terwujud adapun beberapa metode yang nantinya akan
dilaksanakan dalam layanan bimbingan dan konseling ini yang diataranya ialah
bimbingan pribadi, bimbingan pribadi adalah sebuah bimbingan yang membantu
mengembangan potensi siswa sehingga akan membuat siswa lebih mengenal dirinya
dengan baik dan sehingga nantinya akan membentuk karakter siswa yang baik.
Sedangkan proses konseling nanti akan membantu siswa dalam memecahkan masalah
sendiri dan proses konseling ini nanti diharapkan bisa membuat siswa lebih mandiri
dalam menyelesaikan masalahnya (dalam Haryani, 2012: 9). Adapun yang akan diajarkan
dalam proses bimbingan ini nanti yaitu:
1) Keimanan merupakan hal sangat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan
keimanan diharapkan setiap peserta didik dapat membina dirinya menjadi manusia
yang berbudi luhur;
2) Ketakwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini kepada peserta didik sejak ia masuk
sekolah melalui berbagai kegiatan, karena pada dasarnya kualitasmanusia ditentukan
oleh ketakwaannya;
3) Kejujuran kemandirian dan tanggung merupakan aspek yang perlu diwujudkan
dan ditumbuh kembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan;
4) Keteladanan merupakan salah satu kunci dalam upaya dan proses pendidikan
karakter akhlak muli;
5) Suasana demokratis yang adalah menghargai hak-hak orang lain dalam
menyampaikan, pendapat, saran, ber-ekspresi, berkreasi;
6) Kepedulian hendaknya menjadi pembiasaan diri memiliki kepedulian
dilingkungan sekolah perlu dimulai sejak dini;
7) Keterbukaan merupakan sistem manajenen sekolah harus bersifat transparan,
artinya setiap kegiatan haruslah dilakukan secara terbuka, terutama yang berkenaan
dengan masalah keuangan;
8) Kebersamaan diarahkan untuk mempercepat hubungan silaturrohmi antara warga
sekolah lainnya sehingga terwujud suatu suasanapersaudaraan dalam tata hubungan
sekolah yang harmonis. hal tersebut merupakan strategi yang hendaknya dilakukan
dalam upaya mengembangkan karakter (dalam Haryani, 2012: 11).

D. Nilai Nilai Yang dikembangkan


1. Agama: Sikap dan perilaku taat dalam melaksanakan ajaran agama mereka, praktek.
agama toleran terhadap orang lain, dan hidup harmonis dengan agama-agama lain.
2. Jujur: perilaku yang berdasarkan pada upaya untuk sesuai dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam kata, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi terhadap Keanekaragaman: Sikap dan tindakan yang menghormati
perbedaan agama, ras, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari diri mereka sendiri
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan mematuhi berbagai aturan
dan peraturan
5. Kerja keras: Tindakan yang menunjukkan tertib perilaku dan mematuhi berbagai
aturan dan peraturan.
6. Kreatif: menipis dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara baru atau hasil dari
sesuatu yang telah diselenggarakan
7. Independen: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain untuk
menyelesaikan tugas
8. Demokrat: Cara individu dalam berperilaku, dan bertindak hak yang sama dan
kewajiban menilai dirinya dan orang lain
9. Curiosity: Sikap dan tindakan sebagai mencoba untuk menentukan kedalaman dan
penyebaran sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan: tindakan, dan suara yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara di atas diri sendiri dan kepentingandan kelompok
11. Cinta Tanah Air: tindakan, dan suara yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas diri sendiri dan menghargai kelompok
12. Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Ramah / Komunikatif: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk peduli dan
lebih aktif terhadap orang lain.
14. Cinta Perdamaian: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk cinta akan
kedamaian yang ada di lingkungannya.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan
alam lingkungan sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk mencoba dan
untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi
17. Kepedulian Sosial: Sikap dan tindakan selalu ingin anggota membantu orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang harus dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

E. Deskripsi Model
Keberhasilan dalam menyelenggarakan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan
melalui pendidikan karakter dapat pula dipengaruhi oleh cara atau pendekatan yang
dipergunakan dalam menyampaikan. Menurut Paul Suparno, dkk. (2002: 42-44) ada
empat model pendekatan penyampaian pendidikan karakter. Pendekatan tersebut adalah:

1. Model sebagai mata pelajaran tersendiri


Dalam model pendekatan ini pendidikan karakter dianggap sebagai suatu mata
pelajaran tersendiri. Oleh karenanya pendidikan karakter memiliki kedudukan yang sama
dan diperlakukan sama seperti pelajaran atau bidang studi lain. Dalam hal ini guru bidang
studi pendidikan karakter harus mempersiapkan dan mengembangkan kurikulum,
mengembangkan silabus, membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP), metodologi
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Konsekuensinya pendidikan karakter harus
dirancangkan dalam jadwal pelajaran secara terstruktur. Kelebihan dari pendekatan ini
antara lain materi yang disampaikan menjadi lebih terencana matang/terfokus, materi
yang telah disampaikan lebih terukur. Sedangkan kelemahan pendekatan ini adalah
sangat tergantung pada tuntutan kurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut
seolah-olah hanya menjadi tanggung jawab satu orang guru semata, demikian pula
dampak yang muncul pendidikan karakter hanya menyentuh aspek kognitif, tidak
menyentuh internalisasi nilai tersebut.

2. Model terintegrasi dalam semua bidang studi


Pendekatan yang kedua dalam menyampaikan pendidikan karakter adalah
disampaikan secara terintegrasi dalam setiap bidang pelajaran, dan oleh karena itu
menjadi tanggunmg jawab semua guru (Washington, et.all, 2008 ). Dalam konteks ini
setiap guru dapat memilih materi pendidikan karakter yang sesuai dengan tema atau
pokok bahasan bidang studi. Melalui model terintegrasi ini maka setiap guru adalah
pengajar pendidikan karakter tanpa kecuali. Keunggulan model terintegrasi pada setiap
bidang studi antara lain setiap guru ikut bertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai
hidup kepada semua siswa, di samping itu pemahaman akan nilai-nilai pendidikan
karakter cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai
dengan konteks pada setiap bidang studi. Dampaknya siswa akan lebih terbiasa dengan
nilai-nilai yang sudah diterapkan dalam berbagai seting. Sedangkan sisi kelemahannya
adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai yang akan ditanamkan harus jelas dan sama
bagi semua guru. Namun, menjamin kesamaan bagi setiap guru adalah hal yang tidak
mudah, hal ini mengingat latar belakang setiap guru yang berbeda-beda. Di samping itu,
jika terjadi perbedaan penafsiran nilai-nilai di antara guru sendiri akan menjadikan siswa
justru bingung.

3. Model di luar pengajaran.


Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter dapat juga ditanamkan di luar kegiatan
pembelajaran formal. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman
nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan kemudian dibahas nilai-nilai hidupnya.
Model kegiatan demikian dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang sampiri tugas
tersebut atau dipercayakan kepada lemabaga lain untuk melaksanakannya. Kelebihan
pendekatan ini adalah siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung dan konkrit.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada dalam struktur yang tetap dalam kerangka
pendidikan dan pengajaran di sekolah, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dan biaya yang lebih banyak.

4. Model gabungan.
Model gabungan adalah menggabungkan antara model terintegrasi dan model di
luar pelajaran secara bersama. Model ini dapat dilaksanakan dalam kerja sama dengan
tim baik oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah. Kelebihan
model ini adalah semua guru terlibat, di samping itu guru dapat belajar dari pihak luar
untuk mengembangkan diri dan siswa. Siswa menerima informasi 8 tentang nilai-nilai
sekaligus juga diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatankegiatan yang terencana
dengan baik. Mengingat pendidikan karakter merupakan salah satu fungsi dari
pendidikan nasional maka sepatutnya pendidikan karakter ada pada setiap materi
pelajaran. Oleh karena itu, pendekatan secara terintegrasi merupakan pendekatan minimal
yang harus dilaksanakan semua tenaga pendidik sesuai dengan konteks tugas masing-
masing di sekolah, termasuk dalam hal ini adalah konselor sekolah. Namun, bukan berati
bahwa pendekatan yang paling sesuai adalah dengan model integratif. Pendekatan
gabungan tentu akan lebih baik lagi, karena siswa bukan hanya mendapatkan informasi
semata melainkan juga siswa menggali nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan
secara kontekstual sehingga penghayatan siswa lebih mendalam dan tentu saja lebih
menggembirakan siswa. Dari perspektif ini maka konselor sekolah dituntut untuk dapat
menyampaikan informasi serta mengajak dan memberikan penghayatan secara langsung
tentang berbagai informasi nilai-nilai karakter.

F. Prosedur/ Materi Pelaksanaan


G. Langkah- Langkah Pelaksanaan Model

Anda mungkin juga menyukai