Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS

A. PENJELASAN TEKNIK UMUM

Pasal 1.
UMUM

1. Pekerjaan ini terdiri dari jenis-jenis pekerjaan yang ditetapkan dalam dokumen pelelangan.

2. Pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dikerjakan menurut gambar-gambar terlampir pada


rencana pekerjaan ini dan memenuhi semua persyaratan, ketentuan dan cara yang disebut
dalam rencana pekerjaan ini, serta sesuai dengan penjelasan pekerjaan tambahan seperti
tercatat dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, berikut segala petunjuk dan perintah tertulis
dari Direksi selama pekerjaan berlangsung.

3. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan mendatangkan/mengangkat semua bahan – bahan


yang diperlukan, menyediakan alat-alat bantu, mengadakan tenaga pengawasan dan
penjagaan, membuat segala persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

4. Pekerjaan harus diserahkan oleh Penyedia Barang Jasa kepada Direksi dalam keadaan selesai
sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ada dalam kontrak.

5. Untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut dengan tepat, baik dan lengkap,
maka peralatan untuk kegiatan pekerjaan harus disediakan meski alat-alat atau bahan-bahan
tersebut tidak disebutkan satu persatu atau dinyatakan dalam peraturan dan rencana kerja
Pengguna Barang/Jasa.

6. Lokasi pekerjaan diserahkan kepada Penyedia Barang/Jasa oleh Direksi sesuai dengan Surat
Penyerahan Lapangan dari Pengguna Barang/Jasa.

7. Penyedia Barang/Jasa harus mengembalikan seperti keadaan semula semua bagian-bagian


yang meskipun tidak termasuk dalam pekerjaan ini, jika rusak atau berubah karena pekerjaan
ini.

8. Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan harian yang setiap harinya ditempatkan di
lapangan dimana segala kegiatan kerja Penyedia Barang/Jasa setiap hari dicatat dalam
laporan harian.
a. Laporan Harian setiap hari ditandatangani oleh Penyedia Barang/Jasa dan diperiksa oleh
Pengawas Lapangan yang ditunjuk oleh Direksi.
b. Bila diantara perintah dan atau catatan pengarahan Direksi dalam Buku intruksi yang
tidak disetujui oleh Penyedia Barang/Jasa maka Penyedia Barang/Jasa :
- Diwajibkan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari sesudah perintah, mengajukan
keberatannya terhadap bagian-bagian/perintah-perintah, yang tidak disetujui secara
tertulis kepada Direksi.
- Diwajibkan menandatangani perintah yang disetujui, bila dalam waktu tersebut
diatas, Penyedia Barang/Jasa tidak mengajukan surat/pernyataan tidak keberatan
maka dianggap bahwa perintah tersebut disetujui dan dapat diterima Pengguna
Barang/Jasa
c. Penyedia Barang/Jasa berdasarkan Laporan Harian berkewajiban membuat Laporan
Mingguan dalam rangkap 3 (tiga) ditandatangani Penyedia Barang/Jasa dan diperiksa
Pengawas Lapangan yang ditunjuk oleh Direksi, serta diketahui/disetujui oleh Pengguna
Barang/Jasa.

d. Laporan Mingguan tersebut diserahkan kepada Direksi, berisikan jumlah tenaga kerja,
penyediaan bahan, bagian pekerjaan yang telah diselesaikan dan kejadian yang dianggap
perlu dilaporkan yaitu antara lain hujan, banjir, serta kejadian lainnya.
e. Penyedia Barang/Jasa juga diwajibkan menandatangani laporan-laporan yang dibuat oleh
Direksi dari Dinas terkait, sebagai pengendali program di lapangan.

9. Kewajiban dan hubungan kerja Penyedia Barang/Jasa dengan pekerja.


a. Sepanjang tidak diatur dalam Surat Perjanjian, hubungan kerja antara pekerja dan
majikan ( Penyedia Barang/jasa ) diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan
peraturan dalam Undang-undangan Perubahan, Sosial yang ada.
b. Penyedia Barang/Jasa diwajibkan menjaga dan memelihara keamanan bahan peralatan
dan tata tertib umum ditempat pekerjaan.
c. Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mencegah bahaya kecelakaan yang dapat timbul pada
pekerjaan dalam melaksanakan pekerjaan.
- Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan obat-obatan dan peralatan yang cukup
untuk pertolongan pertama ( P3K)
- Jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan, maka Penyedia Barang/Jasa wajib
memberikan pertolongan kepada korban dan menanggung segala biaya
pengobatannya untuk memulihkan kesehatan korban.
d. Pada keadaan tersebut dimana pekerja harus tinggal sementara ditempat pekerjaan, maka
Penyedia Barang/Jasa wajib menyediakan tempat tinggal yang lanyak (terutama
termasuk kamar kecil dan air minum yang sehat dan bersih).

Pasal 2
PENGAMANAN LALU LINTAS

1. Bila diperlukan, sebelum dimulai dan selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan,


Penyedia Barang/Jasa wajib memasang tanda – tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Tanda dan papan perhatian dibuat dari papan yang cukup tebal dengan warna dasar
kuning dituliskan kalimat HATI-HATI dengan warna hitam dengan ukuran disesuaikan
dengan kebutuhan/kondisi setempat.
- Pada malam hari ditempat-tempat yang berbahaya bagi lalu-lintas, harus dipasang
lampu merah yang cukup jelas dn terang agar tidak terjadi kecelakaan.
- Alat-alat dan bahan-bahan yang sementara berada di Tepi Jalan pada malam hari harus
dipasang lampu merah seperti tersebut diatas.

2. Penutupan lalu lintas harus ada ijin terlebih dahulu dari pihak instansi terkait.

3. Penyedia Barang/Jasa harus menjaga jangan sampai terjadi kemacetan lalu lintas dan bila
diperlukan kontraktor harus menyediakan orang untuk mengatur lalu lintas.

4. Penempatan alat-alat dan bahan agar tidak menggangu lalu lintas, apabila terpaksa bahan-
bahan tersebut harus sudah diangkat/dipergunakan selambat-lambatnya dalam waktu 1x24
jam sesudah penurunan bahan – bahan tersebut.

5. Setiap kecelakaan yang disebabkan kelalian Penyedia Barang/Jasa dalam pengamanan seperti
tersebut diatas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pengguna Barang/Jasa.

Pasal 3
KETELITIAN PEKERJAAN

1. Sebelum dumulai pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mencocokan ukuran-ukuran


dalam gambar dengan ukuran yang sesuai dengan kondisi pekerjaan dan segera
memberitahukan kepada Direksi, bila ada selisih dan atau perbedaan.

2. Semua kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan karena kelalaian Penyedia
Barang/Jasa tidak memberitahukan adanya perbedaan dalam ukuran seperti tersebut diatas,
menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
3. Ukuran dan peil untuk pekerjaan ini harus dipasang oleh Penyedia Barang/Jasa, sesuai
dengan gambar situasi.

4. Ketepatan patok-patok pengukuran yang telah dipasang sepenuhnya menjadi tangungjawab


Penyedia Barang/Jasa.

5. Jika ditempat pekerjaan terdapat patok kadaster, Penyedia Barang/Jasa harus membuat peil
dari beton yang ditanam kokoh, tidak berubah dan berada ditempat yang aman yang disetujui
oleh Direksi, sehingga dari patok tersebut Direksi dengan mudah dapat mengadakan
pemeriksaan pada bagian-bagian yang dilaksanakan. Untuk Jalan lingkungan, patok ini
dibuat dari Kayu Kaso yang kuat, ukuran 5/7 dan ditanam dengan kedalaman 50 cm tinggi
30 cm dari permukaan tanah.

B. SPESIFIKASI TEKNIK PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN

Pasal 4
JENIS PEKERJAAN

Pekerjaan Peningkatan Jalan Desa Bojongsari Kec. Gunungtanjung Kab. Tasikmalaya meliputi :
A. Pekerjaan Perkerasan Jalan
1. Pekerjaan Hotmix Manual
2. Lapis Perekat - Aspal Emulsi
3. Lapis Permukaan Penetrasi Macadam
4. Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi
B. Pekerjaan Tembok Penahan Tanah
1. Galian Tanah Biasa Manual
2. Pasangan Batu campuran 1 SP : 4PP
3. Pemasangan Pipa Suling-suling
4. Pemasangan Plesteran 1 SP : 3PP
5. Pemasangan Finishing Siar Pas. Batu Kali Campuran 1SP : 2PP
6. Pengurugan Sirtu Padat
C. Pekerjaan Parit
1. Galian Tanah Biasa Manual
2. Pasangan Batu campuran 1 SP : 4PP
3. Pemasangan Plesteran 1 SP : 3PP
4. Pemasangan Finishing Siar Pas. Batu Kali Campuran 1SP : 2PP
D. Pekerjaan Lain-lain
1. Pek. Pemberesan Bekas Pekerjaan

Pasal 5
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Waktu Pelaksanaan yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah 40 ( Empat Puluh ) Hari
Kalender
Pasal 6
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Lapis Resap Pengikat Dan Lapis Perekat

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan bcraspal berikutnya.
Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat
Lapis Pondasi Agrcgat, sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan
berbahan pengikat (seperti : Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas
Semen Tanah, RCC, CTB, Pcrkerasan Beton, dll).
BAHAN
I) Bahan Lapis Resap Pegikat

a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah saru dari berikut ini

1. Aspal cmulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang
mcmcnuhi SNI 03-4798-1998. Umunmya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan
peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus
mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak
kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 801100. Oireksi
Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan
pcrbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat
tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui olch Oireksi Pekerjaan.
2. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, dicnccrkan
dcngan minyak tanah (kcroscn). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang
telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kccuali diperintah lain oleh Direksi
Pekerjaan, pcrbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pcrtama harus dari 80
- 85 bagian minyak per I 00 bagian aspal semen (80 pph - 85 pph) kurang lcbih
ekivalcn dengan viskositas aspal cair hasil kilangjenis MC-30).

b) Pcmilihan jcnis aspal cmulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus sesuai dengan
muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis
pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal cmulsi anionik
bila agrcgat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan positif). Bila ada
keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Dircksi Pekerjaan
dapat mcmcrintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.

c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan pcnycrap (blotter material) dari hasil pengayakan kcrikil atau batu
pecah, tcrbcbas dari butiran-butiran bcrminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan
organik. Tidak kurang dari 98 pcrscn harus lolos ayakan ASTM 3/8" (9,5 mm) dan
tidak lebih dari 2 perscn harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).

2) Bahan Lapis Perekat

a) Aspal emulsi reaksi ccpat (rapid setting) yang rnernenuhi ketentuan SN! 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekcrjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal
ernulsi yang diencerkan dengan pcrbandingan I bagian air bersih dan 1 bagian aspal
emulsi dcngan syarat terscdia alat pcngaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi
Pckerjaan

b) Aspal semen Pen.60170 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASI-ITO


M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph -
30 pph).

c) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene butadiene
rubber latex atau polycholoprcnc latex scsuai dcngan AASHTO M3 I 6-99 (2003) Tabel
t CRS-2L dengan kandungan karct kering minimum 60%. Kadar bahan modifikasi
(polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah min 2,5% terhadap berat residu aspal.
Dalam kondisi apapun, aspal cmulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan.
Aspal emulsi modifikasi reaksi ccpat (rapid setting, CRS-1) yang digunakan harus
sesuai mcnuhi Tabel 6.1.2.(1).
Tabel 6.1.2.( I). Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat

No Si fat Standar Satuan Batasan

Pengujian pada Aspal Emulsi

I Viskositas Savbolt Furor oada 50°C SNI 03•6721-2002 Deuk 100 - 400
2 Stabilitas Pcnvimoanan dalam 24 iam AASHTO T59-0I (2005) % bcrat Maks. I
3 Tertahan sarinaan No. 20 SNI 03-3643-\994 % bcrat Maks. 0,1
4 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positif
5 Kcmamouan mcnacmulsi kcmbali AASHTO TS9-0 I (2005) % bcrat Min.40
6 Kadar residu denaan dcstilasi SNI 03-3642-1994 %bcrat Min.65 Pengujian pada
Residu Hasil Penguapan
7 Penctrasi SN! 06-2456-1991 0,1 mm JOO- 175
8 Daktilitas 4°C, S cm/mcnit SNI 06-2432-1991 cm Min.JO
9 Daktilitas 25°C. 5 cmlmcnit SN! 06-2432-1991 ,m Min.125
lO Kclarutan dalam Tnclorocthvlcnc AASHTO T44-03 % bcrat Min.97,5*

Catatan .
• Jrka kclarutan rcsidu kurang dari 97.5%, aspal pcngikat dasar untuk cmufsr yang
harus dtujr. Kelarutan aspal pcngikat dasar hams lcbih beser dari 99%.

d) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan
aspal cmulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan
pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila
aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.

Lapis Penetrasi Macadam

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis permukaan atau lapis pondasi terbuat dari agregat
yang distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan
campuran aspal panas tidak mencukupi dan/atau penycdiaan instalasi campuran aspal sulit
dilaksanakan akibat situasi lingkungan.

2) Pckerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi lni


a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
b) Kajian Teknis Lapangan
c) Bahan dan Penyimpanan
d) Pengamanan Lingkungan Hidup
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat
g) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama

Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar. Cara Uji Keausan
Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles. Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Sedang.
Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada Campuran Agregat-Aspal. Spesifikasi Aspal
Emulsi Kationik. Spesifikasi Aspal Cair Penguapan Cepat. Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik
Specification for Penetration Graded Asphalt Cement for Use in Pavement Construction

Flakiness Index.

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Penetrasi Macadam tidak boleh dilaksanakan pada permukaan yang basah, selama
hujan atau hujan akan turun. Aspal emulsi tidak boleh disemprotkan setelah jam 15.00.
Bilamana digunakan aspal panas maka temperatur perkerasan saat aspal disemprotkan tidak
boleh kurang dari 25 °C.

5) Ketentuan Lalu Lintas

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekcrjaan scdang berlangsung dan
selanjutnya sampai waktu yang ditcntukan dimana Direksi Pekerjaan menyctujui pennukaan
akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agrcgat penutup (hanya
digunakan untuk lapis pcnnukaan) dan aspal.

Sctiap fraksi agregat harus disimpan tcrpisah untuk mencegah tercarnpurnya antar fraksi
agregat dan hams dijaga agar bersih dari benda-bcnda asing lainnya.

2) Agregat
2. Agregat harus tcrdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet, bebas dari lumpur dan
bcnda-bcnda yang tidak dikchendaki dan hams memenuhi ketcntuan
3. Agrcgat harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-1990, mcmcnuhi gradasi
yang dibcrikan Tabel 6.6.2.(2).
4. 3) Aspal
5. Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :
6. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60170 yang memenuhi AASHTO M20.
7. b) Aspal emulsi CRSI atau CRS2 yang memcnuhi ketentuan SNI 03-4798-1998
atau RS I atau RS2 yang memenuhi ketentuan AASI-ITO M 140.
8. c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
mcmenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau aspal cair penguapan sedang (medium
curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan SN! 03-4799-1998.
9. Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

6.6.3 KUANTITAS AGREGAT DAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3.(1) dan Tabel 6.6.3.(2) serta harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekcrjaan sebelum pekerjaan dimulai. Pcnyesuaian
takaran ini mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi
Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan.

a. Pekerjaan Galian Tanah

1. Sesuai dengan peil-peil yang ditetapkan dalam gambar rencana maka harus diadakan
penggalian-penggalian dan atau pengurugan sehingga ukuran peil-peilnya sesuai dengan
rencana.
2. Tanah bekas galian harus segera diangkat ketempat dimana diperlukan untuk urugan dan
jika tidak diperlukan diangkat ketempat diluar pekerjaan yang akan ditujukan/ditentukan
Direksi.
3. Pada tempat dimana urugan tanah dilaksanakan harus dipadatkan dengan Stemper,
sehingga direksi menyatakan cukup.

b. Pekerjaan Lapisan Pasir/Urugan Pasir

1. Sebelum dimulai dengan lapisan pasir, tanah dasar harus sudah dibersihkan dahulu dari
segala kotoran yang ada dan keadaan tanah serta peil-peilnya terlebih dahulu diperiksa
dan disetujui oleh Direksi.
2. Setelah persetujuan ini, lapisan pasir dipasang diatas permukaan tanah dan kemudian
disiram air secukupnya serta dipadatkan dengan Stemper sehingga mencapai tinggi yang
ditetapkan.
3. Pasir yang digunakan harus pasir urug yang bersih dari kotoran dan lumpur tanah.
c. Pekerjaan Urugan Tanah

Pekerjaan urugan /timbunan tanah dilaksanakan pada pekerjaan galian yang terlampau
dalam atau lobang-lobang bekas galian harus diisi dengan tanah merah yang baik dengan
cara disebarkan kemudian dipadatkan dengan stemper sampai tinggi peil yang ditetapkan.
Pekerjaan Pasangan Batu Kali 1:4

1. Pekerjaan yang dimaksud meliputi seluruh pekerjaan yang menggunakan pekerjaan


pasangan batu kali, seperti yang tercantum dalam gambar kerja dan Rencana anggaran
biaya.
2. Batu kali yang digunakan harus batu kali dari jenis yang keras bersudut runcing dan tidak
keropos.
3. Pasangan batu kali dikerjakan dengan menggunakan adukan 1 PC : 4 Pasir dengan tebal
siar-siarnya rata-rata 1,5 cm.
4. Persyaratan Semen harus memenuhi SII, Pasir adalah pasir pasang yang bebas dari
kotoran tanah dan sebagainya, Air yang dipakai tidak mengandung asam atau garam serta
sesuai dengan persyaratan pada pekerjaan pasangan batu kali.
5. Sebelum pasangan batu kali dilaksanakan, terlebih dahulu profil galian tanahnya
diperiksa oleh direksi apakah telah sesuai dengan profil dalam gambar rencana.
6. Tempat-tempat dimana pasangan batu kali dilaksanakan harus bebas dari pengaruh
genangan air, jadi harus dalam keadaan kering dimana bila perlu mengadakan kisdam
penahan air atau pompa.

d. Pekerjaan Beton

1. Persyaratan.Standart.Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode


pemasangan dan jugapelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan
dalam SK-SNI T-15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan di instruksikan oleh
Pengawas.bila terdapat hal-halyang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka
ketentuan-ketentuan berikut ini dapatdipakai dengan terlebih dahulu memberitahukan
dan memintakan ijin dari Pengawas. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai
berikut :
- ASTM C 150 Portland Cement.
- ASTM C 33 Concrete Agregats.
- ASTM C 494 Chemical Administrasi for Concrete.
- ASTM A 615 Defermed and Plain Reinforcing Bars for Concrete Reinforcement
- NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-
gambar dan persyaratannya. Dan semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan & mutu bahan,
carapengerjaan cetakan, cara pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas
secarakeseluruhan.Mutu Beton yang disyaratkan adalah K 225 untuk beton struktur dan
K 175 untuk nonstruktur.

2. Bahan-bahan
a. Semen
- Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas semen yang digunakan semen Type Isesuai
ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-
15 1991-03. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari satupabrik
yang telah mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
- Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap
pengirimansemen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi
sesuatu teststandart yang lazim digunakan untuk material.
- Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
padasetiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima
atautidak semen-semen tersebut.
- Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada
tempat-tempat yang baik sehingga tersebut senantiasa terlindung dari
kelembapan ataukeadaan cuaca lain yang merusak, terutama sekali lantai tempat
penyimpanan tadiharus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
- Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
duameter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedikian rupa sehingga
dapatdibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen
harusdiatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung
semen yangkosong harus segera dikeluarkan seluruhnya.

b. Air untuk Adukan

- Air yang digunakan untuk bahan beton, adukan pemasangan dan Grouting,
bahanpencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat,
bahanorganis, garam, silt (lanau), kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air
tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar Sulfat maximum
yangdiperkenankan adalah 0,5% atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum
1,5%atau 15 gr/lt.
- Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak di inginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal
0,5 meter dari permukaan atas air kesisi tempat pengambilan tadi.

a. Agregat Halus (pasir)

- Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan


bangunanyang ditetapkan sebagai berikut :
 Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu
 Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau
pasiralam yang didapat dari persetujuan Engineet.
 Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan
perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi (susunan
butiran) yangdikehendaki.

- Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus


disediakan oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat
lainsumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber
yangtidak dimiliki atau tidak dikuasai Kontraktor, Kontraktor harus mengadakan
persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar semua sewa atau
biaya lain-lain yang bersangkutan hal tersebut.

- Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencapur agar didapat gradasi
pasiryang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan
stabil,dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh
material lain.

- Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan kerja.
Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting, pasir
tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas mengenai
mutudan jumlahnya.

- Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali, bahan-
bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat subtansi
yangmerusak tidak boleh lebih dari 5 %.

- Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan


persyaratanpada SK-SNI T-15-1991-03.
d. Agregat Kasar (Koral)

- Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air
yangmerata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak
porous,dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaan koral harus dicuci
terlebihdahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehendaki,
mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7,5 atau bila diselidiki
dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SN T-15-1991-03 dan material
yang halus yaituyang lebih kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
- Koral yang tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapatkan
persetujuan dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlah.
- Batu untuk pasangan batu kosong (pitching) harus mempunyai berat antara 10 kg
sampai 25kg sebuah, dan dibelah paling tidak ada satu sisi serta dibuat
menurutukuran dan bentuk sebagaimana dikehendakai Pengawas.
- Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk
adukkan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu
betonyang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik workabilitynya,
danmemberikan kondisi water cement ratio yang minimum.

f. Bekisting (Acuan)

- Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan gambar


rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Pengawas,
sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun
Pengawas telah menyetujui untuk digunakan suatu rencana bekisting dari
kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
- Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi atau material lain yang
disetujui oleh Pengawas. Kesemua type material tadi bila digunakan tetap harus
memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kwantitas dan kekuatan, sehingga
didapat hasil beton yang halus, rata dan sesuai dimensi yang direncanakan.
- Bekisting yang digunakan untuk beton exposed apabila ada, harus benar-benar
mempunyai permukaan yang halus. Dalam hal digunakan bekisting
multipleks,sambungan antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil
hingga didapat permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang
direncanakan.

1. Perbandingan Campuran ( Adukan Beton )

a. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya, dan
harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang diminta
dalam spesifikasi.
b. Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh pengawas
dengan berdasar pada hasil test pada agregat dan test beton yang sudah selesai
dikerjakan.

2. Syarat-syarat Pelaksanaan.

a. Pengadukan

o Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk


mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik, sehingga
dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi
adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
o Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 1/ 2 menit setelah
semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat
dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila teryata hasil adukan yang ada gagal
menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalanya tidak
merata.Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus
mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.
o Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan
air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang
disyaratkan,tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil
yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik
lainnya. Padaalat pengaduk yang ditempatkan secara sentral atau pada mixing
plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat
diawasi dengan baik dari tempat yang tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan
pengadukan. Alat mengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan
dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Pengawas.
o Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisibahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah
selesaimengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang
pertama padasuatu pengecoran dengan beton molen yang sudah bersih,
pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dengan jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semenyang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus dilakukan
dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan normal.
o Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk
suatu jumlah yang kecil sekali dan hal ini pun diperkenakan setelah mendapat
persetujuan dari Pengawas. Pengadukan dengan manual (hand mixing) ini harus
dilakukan pada suatu plat form yang mempunyai tepi-tepi penghalang. Pada
proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk dulu secara kering
dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya
disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu dilakukan pengadukan
kembalidengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai didapat suatu adukan
yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini kekentalanya dapat
dinaikkan dengan 10 persen serta tidak diperkenankan melakukan pengadukkan
dengan caraini untuk suatu jumlah yang lebih dari ½ m3 diaduk sekaligus.

b. Transportasi Adukkan

o Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat


pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
perubahan kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut serta pula penuangan
adukan tidak boleh dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih
satu meter.
o Alat-alat yang digunakan untuk menggangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
o Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil
padasaat adukan dituangkan kebekisting, harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan pada pasal 4.10.
c. Pengecoran

o Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam
kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian
dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
o Juga air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan harus
segera dihilangkan. Aliaran air yang dapat mengalir ketempat beton cor, harus
dicegah dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang
disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru
dicormenjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
o Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicor,
kondisi permukaan beton yang terbatas dengan daerah yang akan dicor dan juga
keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Pengawas. Setelah
diperiksa dan disetujui Pengawas, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah
pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton
pada daerah yang telah disetujui terkecuali dengan seijin Pengawas.
o Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksanaannya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton dan
pelaksanaini harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan
pengecoran.Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-
tenaga pekerjayang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani
pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
o Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas
(inspector).
o Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agardapat didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
o Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama tidak diperkenankan.
Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan,
harussegera dibuang.
o Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan
betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan segera dilakukan
terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
o Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksaan
suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, kontraktor harus
segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu perbatasan
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam
keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus
dijaga berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadinya penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah
dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak Pengawas.
o Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang
disetujuai Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun
diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik
untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan
beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau
dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini
harus mendapat persetujuan Pengawas.
d. Pemadatan dan Adukan Beton

o Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maksimum


sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antar
acelah-celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-benar
memenuhi ruangan yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya
tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukkan beton harus
dipadatkan, dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan
pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses
pemadatan harus diaduk sedemikian rupa agar tercapai beton yang bebas dari
rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
o Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran
dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus dilakukan dengan
menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar
tetaplembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya denga
air untuk bahan adukan beton.

e. Perbaikan Beton

o Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Pengawas. Bila
dianggap oleh Pengawas perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau
pembongkaran, maka tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban
biayaKontraktor.
o Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar
ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal
yangkurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing.
Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus
diselesaikandalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting. Tonjolan-
tonjolan pada permukaan beton harus dihilangkan.
o Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan
permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya
beton tadi untuk kemudian lakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-
batas daerah yang harus dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak
Pengawas,begitu juga langkah pengecoran dan material yang akan digunakan.

f. Bekisting (Acuan beton)

o Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang tergantung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku,
denganpengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk pencegahan
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya
yang mungkinbekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian
bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan
kekuatan yangbaik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan yang baik.
Pengikat bagian bekisting harus dilakukan horizontal dan vertikal. Semua
bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau
merusak beton.Untuk pengikat dalam beton harus menggunakan batang besi dan
murnya.
o Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus diselesaikan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan
berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera
disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin
diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
o Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain gambar
harusditakik 25 mm.
g. Pembasahan dan Meminyaki Bidang Bekisting

o Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-
staningmineral oil dengan sepengatahuan Pengawas. Pelumasan tadi harus
dilakukandengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi
dan jugapembesian.
o Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas,
harusdibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.

h. Pembongkaran Bekisting

o Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Pengawas, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya
kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan,
bilaperlu bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai
kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting untuk bagian atas dari bidang
betonyang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekakuan
untuk mencegah berubahan bentuk permukaan beton. Bilamana diperlukan
perbaikan pada bidang atas beton yang miring, dan dilanjutkan dengan langkah-
langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
o Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai
umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton
mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran
bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan
pada beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran
bekisting, maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin dilakukan.

i. Pekerjaan Pembesian atau Penulangan

Umum.
o Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SK-
SNI- T-15-1991-03. Besi beton harus dipasang sebagimana pada gambar rencana
atau seperti yang di instruksikan Pengawas. Terkecuali sebagaimana
yangdinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Pengawas, pengukuran pada
pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan.
Besitulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk, panjang, posisi
danbanyaknya dan akan diperiksa setelah kondisi terpasang.
o Pembersihan.
o Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat,
kotoran lemak atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi
betontadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan
besibeton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran beton.
o Pembengkokan
o Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga mencapai bentuk dan dimensi
esuai gambar rencana atau Bending Schedules yang disiapkan oleh kontraktor dan
disetujui Pengawas. Semua proses pembengkokan harus dilakukan dengancara
lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung pembesian
harusmempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI- T-15-1991-03.
Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah
mendapat ijin dari Pengawas.
o Pelurusan.
o Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
o Pemasangan.
o Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
danharus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
didudukan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat dan
tumpuan daribesi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal beton
yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada blok beton
kecil, balok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton
rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton yang baik.
o Selimut Beton.
o Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete
cover)sebagaimana pada gambar rencana atau sebagaimana ditentukan
Pengawas. Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari
20mm.
o Sambungan Lewatan (Splicing)
 Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana instruksi Pengawas,
atau minimal mengikuti ketentuan dalam SK-SNI- T-15-1991-03.
 Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh
Pengawas. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakan pada lokasi tegangan
yang minimum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
ilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang
daribatang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap
memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan
dalamSK-SNI- T-15-1991-03 terkecuali ditentukan lain.

e. Pekerjaan Plesteran dan Acian.

Pekerjaan plesteran dan acian termasuk pada pekerjaan finising untuk seluruh pekerjaan
plesteran ini dipersyaratkan menggunakan campuran 1Pc : 3 Pasir Pasang, sedangkan untuk
pekerjaan acian digunakan campuran Pc dan air secukupnya, tebal plesteran 1 cm – 2 cm,
sedangkan tebal acian antara 2 mm – 3 mm.

f. Pekerjaan Aanstaping

Pekerjaan Aanstaping termasuk pada pekerjaan finising ( perapihan ) dari pasangan batu kali
yang diexpose, yatu sisi permukaan pasangan batu kali yang diperlihatkan baik pada
pasangan saluran, pasangan kirmir, maupun pondasi (sayap) jembatan. Seluruh celah-celah
antara pasangan batu kali yang dipasang dari adukan/spesi dirapihkan sedemikian rupa
kemudian diplester dengan campuran 1 PC : 2 Pasir, ketebalan aanstaping ini rata-rata 5
mm.

g. Pekerjaan Siaran 1:2

Pekerjaan Siaran ini untuk merapihkan permukaan antara batu dengan batu dengan
menggunakan adukan 1Pc : 2 Ps

h. Sosotan Aspal
- Sosotan aspal dilakukan setelah pekerjaan beton betul-betul kering.
- Sebelum dilakukan Penyosotan Aspal beton harus betul-betul bersih, baru disiram dengan
aspal panas RC 50/70 ( 170’ C ), penyiraman harus benar-benar merata sehingga seluruh
permukaan tertutup oleh lapisan aspal sebanyak 1,5 kg/m2
- Sosotan aspal tersebut ditaburi merata dengan pasir beton/abu sebanyak 0,008 m3/m2

Anda mungkin juga menyukai